Anda di halaman 1dari 7

0

MAKALAH

EKLAMSIA

DISUSUN OLEH :
SITI IRAWATI
NIM. 10.02.093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI
BOJONEGORO
2013

TINJAUAN PUSTAKA
EKLAMSIA
I.

Pengertian
Eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
masa nifas yang terdiri dari trias, hipertensi, protein urine, edema yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma dan kejang (Mochtar Rustam,
1999 : 219).
dalam bahasa yunani eklamsi berarti halilintar karena serangan kejang
timbul tiba-tiba seperti petir.

II.

Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari eklamsia belum jelas / belum diketahui dengan
pasti.
(Mochtar Rustam, 1998 : 219)

III. Frekuensi
1.

Eklamsia Gravidarium 50 %

2.

Eklamsia Parturien 40 %

3.

Eklamsia Puerperium 10 %
(Manuaba, 1998 : 245)

IV.

Gejala-Gejala Eklamsia
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda preeklamsia berat, serangan
eklamsia di bagi menjadi 4 periode :
1.

Stadium infasi (awal/aurora )


Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan
bergetar, kepala dipalingkan kekiri/kekanan.

2
2.

Stadium kejang tonik


Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan mengemgam dan kaki
membengkak ke dalam pernafasan berhenti. Muka mulai kelihatan
sianosis, lidah tampak tergigit berkangsung kira-kira 20-30 detik.

3.

Stadium kejang klonik


Semua otot berkontraksi terbuka dan tertutup, keluar ludah berbusa,
lidah dapat tergigit, mata melotot, muka kelihatan konesti dan sianosis.
Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar menarik nafas menarik nafas seperti mendengkur.

4.

Stadium koma
Lamanya koma ini berlangsung selama beberapa menit/beberapa jam,
kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu
tetap dalam keadaan koma, selama serangan tekanan darah meninggi,
nadi cepat suhu naik sampai 400C (Manuaba, 246).

V.

Komplikasi
1.

Lidah tergigit

2.

Terjadi perlukaan dan fraktur

3.

Gangguan pernafasan

4.

Perdarahan otak

5.

Solutio plasenta

6.

Merangsang persalinan
(Mochtar Rustam, 1998 : 219)

VI.

Prognosis
Morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi tinggi

3
VII. Pencegahan
1.

Memberikan informasi dan eduksi kepada masyarakat bahwa eklamsia


bukanlah penyakit kemasukan (magis) seperti banyak disangka oleh
masyarakat awam.

2.

Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta


mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannnya
sejak hamil muda.

3.

Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pada tiap pemeriksaan


kehamilan diamati tanda-tanda preeklamsia dan mengobatinya sedini
mungkin.

4.

Menghakiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu


keatas apabila setelah dirawat inap tanda-tanda tidak hamil.
(Mochtar Rustam, 1998 : 226)

VIII. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan
1.

Penderita eklamsia harus dirawat inap di rumah sakit.

2.

Pengangkutan di rumah sakit


Sebelum dikirim diberikan obat penenang untuk mencegah serangan
kejang-kejang selama dalam perjalanan yaitu pathidin 100 mg /
luminal / morfin 10 mg.

3.

Tujuan perawatan di rumah sakit adalah untuk menghilangkan konvulsi,


mengurangi vasospasme, meningkatkan diuresis, mencegah infeksi,
serta utnuk melakukan terminasi kehamilan setelah 4 jam serangan
kejang yang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.

4.

Pertolongan pertama
a.

Memberikan dan melapangkan jalan pernafasan.

b.

Menghindari lidah tergigit.

c.

Pemberian oksigen

4
d.

Pemasangan infus dekrosa / glikosa 10 %, 20 %, 40 %.

e.

Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma serta di pasang kateter


tetap.

5.

Observasi penderita
Tensi, nadi, respirasi suhu badan dicatat setiap 30 menit dicatat tingkat
kesadaran dan jumlah kejang yang terjadi.

6.

Pengobatan
a.

Injeksi MgSO4 20 % dengan dosis intavena perlahan-lahan selama


5-10 menit disusul dengan suntikan intramusakuler dosis 8 gram.

b.

Kegunaan MgSO4 untuk mengurangi kepekaan syaraf pusat agar


dapat mencegah konvulsi, menambah diuresis.

c.

Velium dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa 10 % dengan tetesan 30


tets/menit.

d.

Antibiotik, untuk mencegah infeksi yaitu penisillin prokain 1, 2 - 2,


4 juta satuan.

7.

Penanganan obstetrik
Dilakukan penilaian keadaan janin, keadaan serviks. Setelah kejang
dapat

diatasi,

keadaan

umum

penderita

diperbaiki,

kemudian

direncanakan untuk mengakhiri kehamilan / mempercepat jalannya


persalinan dengan cara yang aman, seperti berikut :
a.

Kalau belum inpartu, maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam


bebas kejang dengan / tanpa amniotomi.

b.

Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum / ektraksi forcep


bila janin mati dilakuakan amniotomi.

c.

Bila serviks masih tertutup dan lancip (pada primi).


Serta kepala janin masih tinggi / ada kesan terdapat CPD atau
indikasi obtetrik lainnya. Sebaiknya dilakukan SC (bila janin
hidup).
(Mochtar Rustam, 1998 : 227).

5
DAFTAR PUSTAKA
Farrer, Helen. 1998. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Sarwono Prawirohardjo. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.
Sarwono Prawirohardjo. 1999. Pelayanan Maternal Dan Neonatal, Jakarta :
YBPSP.

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang diberikan
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah Ekalmpsia. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan bantuan saran dan masukan serta kritik yang bersifat membangun
agar dapat kami jadikan pengalaman di masa mendatang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah
membantu terselesaikannya laporan ini, dan ucapan terima kasih kami sampaikan
pada Suhartik, SST, selaku dosen pembimbing mata kuliah obstetri yang telah
banyak memberikan bimbingan kepada kami.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.

Bojonegoro,

Mei 2013

Penulis

Anda mungkin juga menyukai