PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tubuh manusia memiliki banyak sistem yang berperan dalam menjalankan fungsi
organnya masing-masing. Salah satu sistemnya yaitu sistem pencernaan (digestive). Saluran
pencernaan pada tubuh manusia terbagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama meliputi mulut
dan esophagus, sedangkan bagian kedua meliputi lambung, usus halus, usus besar dan
berakhir di anus.
Dalam makalah ini, kami akan membahas serangkaian proses yang terjadi pada
makanan selama masuk dan melintasi saluran pencernaan bagian atas. Proses pencernaan ada
dua yaitu mekanik dan kimiawi yang melewati proses ingestasi, pemotongan dan
penggilingan, peristalsis, digesti, absorsi, dan egesti.
Selain itu, terdapat juga pengaturan saliva yang berperan penting dalam pelumasan
makanan saat makanan mulai dihancurkan di rongga mulut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan atas?
2. Bagaimana embriologi sistem pencernaan atas?
3. Bagaimana struktur histologi saluran pencernaan atas?
4. Bagaimana mekanisme mengunyah?
5. Bagaimana mekanisme menelan?
6. Bagaimana pengaturan sekresi saliva?
1.3 TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
1
LBM I
LIURKU MENETES SAAT LAPAR
Andi baru saja menjadi mahasiswa semester 1 disalah satu Fakultas Kedokteran,
sebelum masuk FK Andi sering penasaran bagaimana makanan yang dalam bentuk padat bisa
dengan mudah dirubah menjadi lembek dan gampang ditelan, Andi juga penasaran kenapa
rongga mulut selalu berliur, dan liurnya semakin banyak jika ingin makan sesuatu bahkan
sampai menetes. Andi pernah mendapatkan pelajaran tentang sistem pencernaan makanan
saat SMA, namun menurut andi itu masih sangat kurang.
Andi kemudian membaca buku-buku fisiologi kedokteran agar lebih memahami
tentang proses pencernaan pada saluran pencernaan bagian atas.
2.2 TERMINOLOGI
1. Mulut
Fungsi utama dari mulut meliputi makanan dan asupan cairan, rasa dan respon
sensorik untuk makanan, mastikasi (mengunyah), pencernaan kimia, menelan,
berbicara dan respirasi. Mulut memainkan peran penting dalam makan, minum dan
bernapas
2. Liur
Liur atau dalam bahasa ilmiahnya yaitu saliva adalah cairan bening yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar pada rongga mulut yang berfungsi untuk melumasi dan
mencerna makanan serta melindungi rongga mulut.
Rongga Mulut
saraf pengecap.
Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu untuk mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengcepa dan menelan, serta merasakan makanan. Lidah terdiri dari otot-otot
ekstrinsik yang berasal berasal dari rahang bawah, (M. Mandibularis, os Hioid dan
prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus merupakan otot
lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar
sampai ke radiks lingua.
g. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Ada
tiga pasang kelenjar saliva :
- Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak kebawah dan
di depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju
suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar
-
h. Gigi
Faring
Gambar 4. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(osofagus) dengan kerongkongan panjangnya kira-kira 12 cm, di dalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, menyaring, dan
mematikan bakteri/mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makanan. Ke
atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang
bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Bagian superior disebut nasofaring,
Pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar
Gambar 5. Esophagus
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian:
1. Rongga Mulut
Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang juga melapisi
permukaan dalam bibir. Bibir terdiri atas:
Pars Cutanea (Kulit bibir) dilapisi:
o epidermis, terdiri atas epitel squamosa kompleks berkeratin, dibawahnya
terdapat dermis.
o dermis, dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, m.
2. Lidah
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa.
Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok
8
sempit
dan
Gambar 8.
Papilae
Fungiformis
o Papilae
circumfalatae
merupakan
papilae
sangat
yang
besar
yang
papilae
circumvalate
daerah
Papilae
tersebar
posterior
lain.
pada
lidah.
pada
bagian
Banyak
Ebner)
mengalirkan
mengelilingi
pinggir
o Papilae foliatae
Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat
sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting
kecap.
Gambar
10.
Papilae Foliatae
3. Pharynx
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan
dan pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx
dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian
pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini,
epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila
yang merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak
kelenjar-kelenjar mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
4. Oesofagus
kelenjar oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus,
lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot
lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
2.5 EMBRIOLOGI SALURAN PENCERNAAN
Embriologi saluran pencernaan mulai terbentuk pada kehidupan mudigah 7
somit (22 hari) sebagai akibat dari pelipatan mudigah kearah cepalo dan lateral,
sehingga rongga yang dibatasi entoderm sebagian tercakup ke dalam mudigah dan
membentuk usus sederhana. Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus
sederhana membentuk tabung buntu masing-masing:
-
terminalis.
Mesoderm arkus faring II, III, dan sebagian IV yang berkembang menjadi
penebalan medial kedua dan kopupla/eminensia hipobrankialis.
a. Penebalan medial kedua dan kopula akan berkembang mendai 1/3
posterior lidah/pangkal lidah.
b. Arkus faring III tumbuh-> melewati arkus faring II. Sehingga 1/3
posterior lidah dipersarafi oleh N.glossofaringeus yang berasal dari
arkus faring III n.Vagus yang berasal dari sebagian arkus faring IV.
c. Persarafan sensoris untuk pengecapan pada 1/3 posterior lidah berasal
dari N.Glossofaringeus.
Mesoderm arkus faring IV yang berkembang menjadi penebalan medial
ketiga.
14
15
besar dan mencampur makanan dengan saliva. Sehingga, pembasahan dan homogenisasi
membantu proses menelan dan pencernaan selanjutnya.
Mengunyah dapat bersifat volunter, tetapi sebagian besar merupakan suatu
refleks ritmik akibat respon otot-otot rangka pada rahang, pipi, bibir, dan lidah terhadap
tekanan makanan ke jaringan mulut. Awalnya, bolus makanan menghambat refleks otot
untuk mengunyah yang menyebabkan rahang bawah turun. Hal ini menimbulkan refleks
regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound, sehingga
secara otomatis rahang bawah terangkat kemudian terjadi oklusi gigi namun menekan
bolus melawan dinding mulut. Rahang bawah kembali turun dan mengalami rebound, hal
ini terjadi berulang kali selama proses mengunyah.
Tujuan mengunyah, yaitu:
1. Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih kecil untuk
mempermudah proses menelan.
2. Mencampur makanan dengan saliva.
3. Merangsang papila pengecap yang secara refleks memicu sekresi saliva, lambung,
pankreas, dan empedu untuk mempersiapkan proses berikutnya.
Pengunyahan mempercepat pencernaan makanan karena enzim-enzim pencernaan
hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, memudahkan pengosongan makanan
dari lambung ke usus halus lalu ke semua segmen usus berikutnya.
16
Bila makanan sudah siap di telan secara sadar makanan di tekan atau
digulung ke arah pasterior ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan
kebelakang terhadap palatum, seperti yang di tunjukan pada gambar di bawah ini :
itu sendiri, sekitar 5-8 detik, akibat adanya efek grafitasi tambahan
yang menarik makanan ke bawah.Jika gelombang pristaltik primer
gagal mendorong semua mkanan yang telah masuk esofagus ke dalam
lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder sekunder.
o Peristaltik sekunder dihasilkan dari peregangan esofagus oleh
makanan yang tertahan, gelombang ini terus berlanjut sampai semua
makanan di kosongkan ke dalam lambung. Gelombang peristaltik
sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem
saraf mienterikus dan sebagian oleh repleks-repleks yang dimulai
pada faring lalu di hantarkan ke atas melalui serabut-serabut afferen
vagus ke medula dan kembali lagi ke esofagus melalui serabutserabut saraf efferen gelosofaringeal dan fagus.
2.8 Saliva
Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang
diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva
mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor, dan
cairan dari eksudat ginggiva.
19
20
dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan. Protein yang secara kuantitatif
penting adalah -amilase, protein kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva
tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit.
Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva
encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut.19 Sekresi saliva yang
bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh
stimulasi konstan tingkat rendah ujungujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar
saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.20
Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks saliva
tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor
tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Reseptor-reseptor
tersebut memulai impuls di serat saraf aferen 9 yang membawa informasi ke pusat saliva
di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan mengunyah
merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi
terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva tidak terstimulasi,
pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau
mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks
ini.
21
22
BAB III
KESIMPULAN
Sistem pencernaan manusia yang terdiri dari organ organ vital seperti mulut, faring,
esophagus, lambung usus halus, usus besar (colon), rektum, dan anus memiliki anatomi dan
fisiologis yang berbeda satu dengan yang lainnya, namun saling berhubungan, sehingga
makanan yang masuk ke mulut, dapat dicerna dan diambil nutrisisnya, kemudian dikeluarkan
dalam bentuk feses melalui defekasi. Makanan yang masuk melalui mulut akan disalurkan ke
organ pencernaan berikutnya, salah satunya esophagus dengan serangkaian proses. Proses
yang berperan adalah proses mengunyah dan menelannya makanan secara normal.
Singkatnya, kedua proses itu adalah proses utama dalam mencerna makanan.
Di mulut, makanan akan dihaluskan dengan bantuan organ-organ yang terdapat pada
mulut, tak terkecuali saliva. Saliva juga turut berperan selama proses mengunyah dan
menelan makanan hingga sampai ke lambung.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Eroschenko, P. Victor. 2010. Atlas HistologidiFiore, PenerbitBukuKedokteran EGC,
Jakarta.
2. Guyton and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal 822, 1057
3. Junqueira, Luiz Carlos. 2007. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
4. Sadler, Thomas W. 2013.Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 12, Jakarta: EGC.
5. Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
6. Sloane, Ethel. 2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
24