STROKE HEMORAGIK
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit
Saraf diRumahSakitUmumDaerahTugurejoSemarang
Disusun oleh :
Siti Khotijah
H2A012012
Pembimbing Klinik:
dr.Istiqomah, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2016
Disusun Oleh:
Siti Khotijah
H2A012012
Telah disetujui oleh Pembimbing:
Nama pembimbing
Tanda Tangan
...........................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Suku
Pekerjaan
Alamat
Status
Diruang
Tanggal Masuk RS
Tanggal pemeriksaan
No RM
: Tn.A
: 63 tahun
: Islam
: Laki-laki
: Jawa
: Tidak bekerja
: Kendal
: Menikah
: Bangsal Kenanga RSUD Tugurejo Semarang
: 19 September 2016
: 26 September 2016
: 513376
DAFTAR MASALAH
I.
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di Bangsal
tahanan ringan.
: Pasien sulit untuk berjalan, jika berjalan
harus dibantu
f) Faktor yang memperberat
: berdiri
g) Faktor yang memperingan : Tidur terlentang
h) Gejala penyerta
: Mual (-), muntah (-), nyeri kepala
(+), demam (-), kejang (-), bicara pelo (+), BAB dan BAK normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
:
a) Riwayat Hipertensi
: diakui
b) Riwayat Diabetes Melitus
: disangkal
c) Riwayat Sakit Telinga
: disangkal
d) Riwayat Trauma Kepala
: disangkal
e) Riwayat Alergi obat
: disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
a) Riwayat Sakit Sama
: disangkal
b) Riwayat Hipertensi
: diakui, pada ibu pasien
c) Riwayat DM
: disangkal
5. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien tinggal bersama anak-anaknya. Biaya pengobatan ditanggung
BPJS. Kebiasaan merokok (+), minum alkohol (-), minum obat-obatan (-).
Kesan ekonomi : cukup
: 145/75 mmHg
Nadi
RR
Suhu
: 36,5 C
B. Status Internus
a) Kepala
Kesan mesocephal.
b) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil anisokor
(4mm/2,5mm), reflek pupil direk (-/+), reflek pupil indirek (-/+).
c) Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), pembesaran KGB(-/-)
d) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-)
e) Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-).
f) Leher
Simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal), nyeri
tekan(-), JVP meningkat (-).
g) Thorax
Dextra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Dinamis
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
Arcus Costa
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Sinistra
Lateral
posterior
Simetris
Simetris
>Antero
Lateral
posterior
Simetris
Simetris
>Antero
Dextra = sinistra
Dextra = sinistra
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
Sonor diseluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru
paru
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
Belakang
1. Inspeksi
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi
Suara lapang paru
Peranjakan paru
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Dextra = sinistra
(-)
(-)
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
SD : vesikuler
SD
vesikuler
ST : ronki (-), wheezing (-)
Cor
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
batas atas
pinggang jantung
kiri bawah
konfigurasi jantung
7
Auskultasi
: reguler
i) Ekstremitas
Superior
-/-/-/-/-
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Jaundice
B. Status Neurologis
1. Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Simetris
2. Leher
Sikap
Gerakan
Kaku kuduk
Inferior
-/-/-/-/-
: mesosefal
:: simetris
: normal
: normal
:-
3. Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)
Daya pembau
Kanan
Kiri
Normal
Normal
N II. (OPTIKUS)
Daya penglihatan
Lapang pandang
Kanan
Normal
Normal
Kiri
Normal
Normal
N III.(OKULOMOTORIUS)
Ptosis
Reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Reflek akomodasi
Gerak mata medial
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Diplopia
Kanan
(-)
midriasis
Normal
Normal
Normal
Normal
4 mm
Bulat central
reguler
(-)
Kiri
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2,5 mm
Bulat central
reguler
(-)
N IV. (TROKHLEARIS)
Gerak mata lateral bawah
Diplopia
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N V. (TRIGEMINUS)
Kanan
Kiri
Menggigit
Membuka mulut
Reflek masseter
Sensibilitas
Reflek kornea
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (ABDUSEN)
Gerak mata ke lateral
Diplopia
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N VII. (FASIALIS)
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Menutup mata
Lipatan naso-labia
Sudut mulut
Senyum
Menggembungkan pipi
Tic fasialis
Kanan
Normal
(-)
Normal
Normal
Normal
normal
normal
-
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
merot
(-)
(-)
-
N VIII. (AKUSTIKUS)
Mendengar suara
Penurunan pendengaran
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N IX. (GLOSOFARINGEUS)
Kanan
Kiri
Arkus faring
Sengau
Tersedak
simetris (-)
(-)
(-)
simetris (-)
(-)
(-)
N X. (VAGUS)
Arcus faring
Bersuara
Menelan
Kanan
Simetris
(+)
(+)
Kiri
Simetris
(+)
(+)
N XI. (AKSESORIUS)
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Sikap bahu
Kanan
Adekuat
Adekuat
simetris
Kiri
Adekuat
Adekuat
Simetris
N. XII (HIPOGLOSUS)
Kanan
Kiri
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Fasikulasi lidah
Normal
Pelo
+
-
Normal
Pelo
-
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
4-4-4
Normal
(+) normal
(+) normal
Normal
3-3-3
Normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
10
kiri
Radius
Reflek Patologi :
Hoffman
Tromer
(+) normal
(+) normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
4-4-4
Normal
(-)
(+) normal
Normal
Normal
Normal
3-3-3
Normal
(-)
(+) normal
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Inspeksi:
Drop foot
Claw foot
Pitchers foot
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflek fisiologik (patella)
Sensibilitas
Nyeri
Keterangan
Reflek Patologis
Babinski
Chaddock
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
Kernig sign
Rangsang Radikuler
Tes Lasegue
Tes Patrik
Tes Kontra Patrik
kiri tidak dapat digerakkan. Pasien merasa badannya lemas, dan susah
diajak komunikasi. Mual (-), muntah (-), nyeri kepala (+), demam (-),
kejang (-), bicara pelo (+), BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit
sedang , GCS E4M6V5, TD:
diameter ukuran pupil mata kanan 4mm dan pupil mata kiri 2,5 mm.
Terdapat parese n. VII dan n. XII sinistra sentral dan Hemiparese sinistra
spastik.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Pons
Diagnosis Etiologis
: Stroke Hemoragik
VI. PLANNING
1. Dx
a. Laboratorium : darah rutin, elektrolit, GDS, profil lipid
b. CT-Scan kepala non kontras
2. Terapi
Medika mentosa
a. Inj citicolin 2 x 500 mg
b. Inj asam tranexamat 3 x 1 g
c. Manitol drip 4 x 125 cc
d. Inj ranitidin 2 x 50 mg
e. Amlpodipin 1 x 10 mg
Non medika mentosa:
a. Bed rest
b. Terapi latihan fisik dan latihan mobilisasi
3. Monitoring :
12
a. Keadaan umum
b. Tanda vital
c. Defisit neurologi
4.
Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit pasien,
penyebab, faktor pencetus dan penatalaksanaan.
b. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien untuk latihan fisioterapi
jika keluhan mereda
PROGNOSA
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad sanam
: dubia ad malam
Quo ad fungsionam
: dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Stroke hemoragik
13
14
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata),dan jembatan varol
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas
mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori),kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari
semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada
juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang
15
16
Vaskularisasi Otak
Dua pertiga depan kedua belahan otak dan struktur sub kortikal
mendapat dari sepasang arteri karotis interna, sedangkan sepertiga bagian
belakang yang meliputi serebelum, korteks oksipital bagian posterior dan
batang otak, memperoleh darah dari sepasang arteri vertebralis kanan dan kiri
yang kemudian bersatu menjadi arteri basillaris. Kedua arteri utama ini
disebut sistem karotis interna dan sistem vertebrobasiller. Kedua sistem ini
beranastomosis
membentuk
Sirkulus ini
17
optikum. Sirkulus ini, mempunyai salah satu cabang aorta yang menjadi
arteri perforata.(5)
Trunkus brakiosefalik muncul dari arkus aorta di belakang manubrium
sternum dan bercabang menjadi arteri subklavia kanan dan arteri karotis
komunis kanan setinggi sendi sternoklavikula. Sedangkan arteri karotis
komunis kiri dan arteri subclavia kiri muncul langsung dari arkus aorta.
Arteri karotis komunis kemudian bercabang menjadi arteri karotis interna dan
arteri karotis eksterna kanan dan kiri setinggi kartilago tiroid dengan posisi
arteri karotis eksterna disisi medial.(5)
Arteri karotis eksterna bercabang - cabang menjadi arteri tiroid
superior, arteri lingual, arteri fasial, arteri maksillaris anterior. Sedangka
arteri karotis interna, berjalan sepanjang leher bagian dalam tampa
percabangan. Selama perjalanannya melalui kanalis karotikus dari tulang
petrosus dan sinus kavernosus, memberi percabangan (kecil-kecil) ke dasar
telinga tengah klivus duramater, ganglion semilunar dari saraf trigeminus dan
kelenjar di pitiutari. Dibawah kanalis optikus, arteri karotis interna masuk
kedalam ruang subarakhnoid dan memberi percabangan arteri oftalmika.
Akhir percabangan ini akan beranastomosis dengan arteri fasial dan arteri
maksilaris interna yang merupakan cabang arteri karotis eksterna. Pada level
setinggi ciasma optikum yang berputar membentuk sudut, dan masuk
kevisura silvii, mempercabangkan arteri komunikans posterior yang
kemudian menghubungkan arteri serebri media dengan arteri serebri posterior
dalam lingkaran sirkuli Willisi. Arteri karotis interna ini selanjutnya
bercabang menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri media.(5,6,7)
Arteri serebri anterior berjalan melalui bagian medial atas dari chiasma
optikum dan selanjutnya terletak di fisura longitudinalis lobus frontalis.
Arteri ini memasok darah daerah lobus frontalis dan parietalis, baik untuk
korteks sensorik maupun motorik. Arteri serebri anterior kiri berhubungan
dengan arteri serebri anterior kanan melalui arteri komunikans anterior yang
merupakan bagian sirkulus arteriosus Willisi.(6,7)
Arteri serebri media yang merupakan arteri terbesar, terbagi dan
bercabang untuk memasok darah sebagian besar daerah permukaan lateral
18
19
IV. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: (7,8)
a.
b.
c.
d.
Pecahnya
hipertensi,
diabetes
mellitus,
obesitas
ataupun
hiperkolesterolemia.
c. Diabetes mellitus, berdasarkan sifat lesi serebral, stroke dibagi menjadi
2 yaitu iskemik/infark dan perdarahan. Sekitar 80 % kasus stroke
iskemik
dan
20
lainnya
21
merupakan
stroke
hemoragik.
Pada perdarahan
22
23
24
25
dapat
menyebabkan
hidrosefalus
obstruksi
dan
26
multifokal.
Pada
PSA,
terjadi
iritasi
meningens
yang
VII.Gejala Klinis
27
ucapan)
Disartria (bicara pelo atau cadel)
Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
Ataksia (trunkal atau anggota badan)
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan mendadak, kesadaran
sering terganggu up and down, tanda rangsang meanings (+) pada PSA
Gejala klinis perdarahan intraserebri:
a. Sering pada usia dekade 5-8
b. Tidak ada gejala prodromal yang jelas
c. Kadang hanya berupa nyeri kepala hebat, mual, muntah
d. Sering terjadi waktu siang hari, waktu bergiat, emosi
e. Sering disertai kesadaran menurun
Gejala klinis perdarahan subarachnoid:
a. Sering pada usia dekade 3-5 dan 7
b. Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan mendadak
c. Kesadaran sering terganggu up and down
d. Tanda rangsang menings (+)
VIII. Diagnosis
Perdarahan intraserebral merupakan kegawatdaruratan. Diagnosis
dan manajemen yang cepat diperlukan karena perburukan terjadi pada
beberapa jam setelah onset serangan. Lebih dari 20% pasien akan
mengalami penurunan GCS > 2 poin sebelum tiba pada pelayanan
kesehatan gawat darurat dan penilaian awal pada ruang gawat darurat.
Apabila terjadi penurunan kesadaran sebanyak 6 poin pada pasien
prehospital, telah diketahui angka mortalitasnya > 75%.7
28
neurologis
29
Gejala
Permulaan
Waktu serangan
Peringatan sebelumnya
Nyeri kepala
Muntah
Kejang-kejang
Kesadaran menurun
Bradikardi
Perdarahan di retina
Papiledema
Kaku
kuduk,
Kernig,
Brudzinki
Ptosis
Lokasi
Stroke Hemoragik
Sangat akut
Aktif
++
++
++
++
+++ (dari hari I)
++
+
++
Stroke Iskemik
Subakut
Bangun pagi
++
+/+ (terjadi hari ke 4)
-
++
Subkortikal
Kortikal/subkortikal
Gejala
Nyeri kepala
Kaku kuduk
Kernig
Gangguan n III, IV
Kelumpuhan
Cairan serebrospinal
Hipertensi
c.
Perdarahan Intraserebral
++
+
+
+ (bila besar)
Biasanya hemiplegi
Eritrosit > 1000
++
Pemeriksaan Penunjang
30
Perdarahan Subarakhnoid
+++
+++
+++
+++
Hemiparesis
Eritrosit > 25000
-
darah,
pungsi
lumbal
(apabila
dugaan
kuat
perdarahan
32
33
IX. Penatalaksanaan
34
35
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi sebagai berikut:
o Manitol 0,25-0,50 gram/kgBB, selama > 20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam dengan target < 310 mOsm/L.
o Kalau perlu, furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB/iv
Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi dapat
mengurangi naiknya TIK dengan mengurangi naiknya tekanan
intratorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking
ventilator.
Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema
otak dan tekanan tinggi intrakranial pada stroke iskemik, dan dapat
36
lendir,
atau
37
setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah 160/90
mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS hingga 140 mmHg
masih diperbolehkan. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan
TDS 150-220 mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS
140 mmHg cukup aman.
Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan
tekanan darah pada penderita stroke perdarahan intraserebral. Pemakaian
obat antihipertensi parenteral yang dianjurkan adalah golongan penyekat
beta (labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan
diltiazem) intravena.
Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah
harus dipantau dan dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi
serebral untuk mencegah resiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSA
serta
perdarahan
ulang.
Untuk
mencegah
terjadinya
perdarahan
(ligasi, embolisasi,
38
penurunan tersebut adalah 15-25% pada jam pertama, dan TDS 160/90
mmHg dalam 6 jam pertama. Bahkan, sebuah review sistematik dan
beberapa penelitian multisenter di China menunjukkan tekanan darah
sistolik di atas 140 sampai 150 mmHg dalam 12 jam ICH meningkatkan
risiko sebanyak dua kali terhadap kematian.
Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukkan hasil
yang efekif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin
sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan
citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2x1000 mg intravena 3
hari dan dilanjutkan dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu dilakukan
dalam penelitian ICTUS (International Citicholin Trial in Acute Stroke).10
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
X.
Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering
mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga
berhubungan dengan deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma
tersebut adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam
pertama. Pada pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami
penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul.
Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama
dari disabilitas permanen.(11,12)
XI. Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat keparahan stroke dan lokasi serta
ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih
39
tinggi. Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari
volume hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya
juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah
dalam ventrikel meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang
menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan peradarahan
intraserbral juga memiliki outcome fungsonal yang buruk dan tingkat
mortalitas yang tinggi.10
XII.
Pencegahan
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya
hidup dan mengatasi berbagai risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat
maupun kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah:(1,2,3)
a. Mengatur pola makan yang sehat
b. Melakukan olah raga yang teratur
c. Menghentikan rokok
d. Menghindari minum penyalahgunaan obat
e. Memelihara berat badan yang layak
f. Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi
g. Penanganan dan beristirahat yang cukup
h. Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat
i.
Pemakaian antiplatelet
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah
40
KESIMPULAN
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal atau global akibat dan gejala-gejala yang
berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Stroke hemoragik
DAFTAR PUSTAKA
41
Diakses
pada
26
September 2016.
10. Sjahrir dkk. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003.Ropper AH, Brown
RH.Adams dan Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.Major
Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw
Hill: New York.2005
42