Gastritis
Gastritis
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang
timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit
gastritis, yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang
menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi
biasanya bakteri Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik
atau ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak
5 6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang
kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan
menggaggu masa tua kita semua,sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan
lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal
dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai
akibat samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena
sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita
gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai.
Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering
dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.
Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik sering
dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung, tetapi hubungan sebab akibat
antara keduanya belum pernah dapat dibuktikan.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Adanya kasus gastritis di masyarakat :
1.Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital
pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada
saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4% dengan infeksi
usus, 3.5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru dunia
saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co dengan
PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta, Surabaya dan
Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden menderita gastritis.
3. Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari
Divisi
Gastroenterologi-
Cipto
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
FKUI/
RSUPN
Mangunkusumo, dari hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien
dengan keluhan dispepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik.
Kelainan ini ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan
endoskopi. Suatu penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan melibatkan
pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita
gastritis kronis. Dari 7.092 kasus dispepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41%
pemderita mengalami dispepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar negeri juga
menunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda.
2.3 KLASIFIKASI
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan.
1.Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.
2.Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh
bakteri helicobacter pylori.
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:
1. Dikatakan gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
menghubungkan gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan
pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai
antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan
dengan refluks usus-lambung.
a.
Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis.
Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam
lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. Secara
alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang
kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak
terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan
membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan
dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan
mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.
Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu
pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang
sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat
merangsang sekresi asam lambung.
b. Jenis Makanan.
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
asam lambung pada malam hari, dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam
proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
5. Obat-Obatan.
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS). Asam asetil salisilat lebih dikenal
sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai
secara sistemik, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor
tromboksan dari asam arakhidonat. Jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum.
6. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
a.
Stress Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan
dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
b.
Stress Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta
pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik.
7. Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan
kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat
dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan
struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang
terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam
bentuk etil alkohol atau etano.
8. Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan
batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan
lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi
oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung.
Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis .
9. Usia.
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan
dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia
mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi
Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
2.6 GEJALA KLINIS
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buru ketika makan
2. Mual
3. Muntah
4. Kehilangan selera makan
5. Kembung
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit
pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap
biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa
penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung,
tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka
pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil
saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri
seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak
dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium
yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadangkadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba ciling tidak normal. Analisis cairan
lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum
meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal
dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.
2.7 DIAGNOSIS
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan
gejalanya menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila seseorang
didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui secara jelas penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
1.
Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.
2.
Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
3.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai
30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
9
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
4.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika dironsen.
2.8 PENCEGAHAN GASTRITIS
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:
2.9 PENGOBATAN
1. Cara Perawatan Gastritis
a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan
tidak merangsang asam lambung
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti
makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung
c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh
kopi, alkohol
d. Makan secara teratur
e. Minum obat secara teratur
f. Hindari stress fisik dan psikologis
2. Pemberian Obat-obatan
10
2.10 Komplikasi
Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematomesis dan melena,
dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat
menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis
kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel
kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori.
Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa
associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada
jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan
bila ditemukan pada tahap awal.
2.11 Prognosis
1. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
2. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis
tipe A.
11
BAB III
KESIMPULAN
Gastritis atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak menular yang
disebabkan imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung. Gastritis ada 2 kelompok
yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis kronik bukan merupakan lanjutan
dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling berhubungan. Ada banyak factor risiko yang
dapat menyebabkan maag antara lain, pola makan yang tidak teratur, jenis makanan yang
dapat memicu asam lambung kopi, teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia.
Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya. Biasanya
penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak nyaman di
perut sebelah atas. Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor
risiko yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis Pengobatan dengan memberikan
obat yang dapat menetralisir asam lambung seperti antasida, selain itu selalu perhatikan
pola konsumsi makanan, hindari makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung.
12