Anda di halaman 1dari 2

Spesies

Misteri Keberadaan Kucing Bakau di


Indonesia

Investigasi terbaru menyatakan kucing bakau harus dicoret dari daftar jenis
satwa Sumatera. Dengan demikian, di Indonesia, tinggal Pulau Jawa saja yang
menyimpan harapan bagi keberadaan jenis kucing langka ini. Namun, masihkah
harapan itu terjaga?

Oleh: Sunarto *)

ungkin tak banyak yang tahu bahwa


selain memiliki harimau, Indonesia
juga memiliki beberapa jenis kucing
hutan alias kucing liar lain yang tak kalah
menarik. Salah satunya adalah kucing bakau
yang dikenal di dunia dengan dengan nama
Inggris fishing cat atau dengan nama ilmiah
Prionailurus viverrinus. Sebutan nama latin
demikian diberikan karena jenis kucing ini
mirip dengan musang (keluarga Viverridae).
Berbeda dengan kebanyakan kucing hutan
lainnya, kucing kecil bercorak totol meman-

jang ini sangat menyukai perairan, khususnya


daerah pantai. Iapun dikenal piawai memburu ikan dan satwa perairan lainnya untuk
dimangsa.
Terkecoh
Di Indonesia, kucing bakau selama ini
diketahui hidup di sepanjang pantai utara Jawa
Barat dan pantai timur Sumatera. Hal itu telah
banyak dituliskan di berbagai publikasi dan
laporan. Namun, siapa nyana, keberadaan
kucing bertubuh kekar ini di Sumatera ternyata

Musim Hujan (Oktober - Desember ) 2009. Vol.13 NO.4

tidak didukung bukti otentik.


Mungkin karena langka, tak banyak yang dapat
mengenali jenis kucing ini dengan baik. Akibatnya,
para pemburu dan peneliti pun kerap terkecoh.
Catatan keberadaan kucing bakau di Sumatera
sepertinya berawal pada tahun 1930-an. Ketika itu,
berdasarkan informasi dari seorang pemburu
bernama Mr. Pieters, naturalis H. C. Delsman
menyebutkan bahwa selain di Jawa, kucing bakau
juga sering terlihat di daerah Sumatera. Meski tidak
disertai bukti meyakinkan, keberadaan kucing bakau
di Sumatera tidak pernah ada yang meragukan.

TROPIKA
INDONESIA

45

Spesies
Alasannya antara lain, kucing tersebut ditemukan di
daratan utama Asia hingga ke semenanjung Malaysia dan juga di Jawa.
Ternyata tak ada bukti nyata yang
menunjukkan keberadaan kucing itu di Sumatera
hingga kini. Dari sekian banyak spesimen museum untuk jenis kucing ini, tak satupun berasal
dari Sumatera. Sementara itu, ratusan ribu foto
jepretan kamera otomatis yang dipasang
berbagai pihak di Sumatera, tidak satupun yang
menunjukkan keberadaan kucing ini. Beberapa
foto yang awalnya diidentifikasi sebagai jenis
ini, setelah diteliti ulang, terbukti sebagai jenis
kucing congkok (Prionailurus bengalensis).
Berbeda dengan kucing bakau, kucing congkok
tampak lebih kerempeng, warna tubuh lebih
cerah, dengan bagian bawah perut yang
umumnya berwarna putih, serta ekor yang lebih
panjang. Kucing congkok jauh lebih mudah
ditemukan karena jenis ini dapat bertahan hidup
di hutan yang rusak maupun perkebunan,
bahkan di sekitar perkampungan.
Itulah intisari laporan investigasi James
Sanderson, ahli kucing hutan dunia, yang dimuat
di Majalah Cat News edisi teranyar yang dirilis
oleh IUCN Cat Specialist Group akhir Juli 2009.
Majalah Cat News dapat diakses melalui situs
web http://www.catsg.org/ .

contoh, untuk harimau saja kita pernah punya


tiga subspesies, meski kini hanya tinggal satu
yang masih bertahan hidup.
Berbeda dengan keragaman satwa pada
umumnya, keragaman jenis karnivora bukanlah
sesuatu yang dapat dianggap biasa. Pasalnya,
dalam piramida makanan, kucing menempati
posisi puncak. Sebagai karnivora, kehidupan
kucing sangat tergantung pada, dan sebaliknya
juga turut menentukan, kehidupan satwa lain
yang menjadi mangsanya. Tanpa adanya
keragaman dan kelimpahan jenis satwa mangsa
yang dapat mendukung kehidupan mereka,
masing-masing jenis kucing tersebut tentu tidak
akan dapat bertahan hidup. Kekayaan jenis
kucing di suatu wilayah, selain mengindikasikan
kekayaan ragam biota, juga berperan penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Di antara tiga pulau utama tempat
hidupnya kucing hutan di Indonesia
Sumatera, Jawa, dan Kalimantan masingmasing memiliki keunikan tersendiri. Dengan
enam jenis kucing yang pasti masih bertahan
hidup hingga kini, Sumatera merupakan pulau
terkaya dalam hal jenis kucing yang ada.
Kalimantan memiliki lima jenis kucing; dan
Jawa, dengan musnahnya harimau di sana,
kini hanya mencatat tiga jenis, yakni macan

Keragaman satwa
Sebagai negeri tropis yang (pernah) memiliki
hutan luas, Indonesia dikenal kaya dengan
aneka ragam jenis biota, termasuk jenis-jenis
kucing hutan. Sembilan jenis kucing hutan
tercatat penyebarannya di Indonesia. Mereka
adalah harimau (Panthera tigris), kucing merah
(Felis badia), macan dahan (Neofelis diardi),
kucing emas (Catopuma temmincki), kucing
dampak (Prionailurus planiceps), kucing bakau
(Prionailurus viverrinus), kucing batu (Pardofelis
marmorata), macan tutul/kumbang (Panthera
pardus ),dan kucing congkok ( Prionailurus
bengalensis). Semuanya dilindungi berdasarkan
undang-undang.
Selain kaya spesies, struktur kepulauan dan
isolasi geografis juga menyebabkan tingginya
keragaman pada tingkat subspesies. Sebagai

Sebuah ilustrasi kucing bakau dari Jardines Naturalist Library yang ditampilkan dalam publikasi
Sanderson di Cat News edisi Juli 2009

46

TROPIKA
INDONESIA

Musim Hujan (Oktober

tutul, kucing congkok dan kucing bakau (lihat


tabel). Kucing hutan tidak hidup di wilayah Indonesia bagian timur.
Kekayaan jenis kucing di Sumatera secara
umum dapat dengan mudah diterima logika
biogeografis karena selain pulau tersebut berukuran
besar dengan hutan yang (dulu) cukup luas,
Sumatera juga relatif dekat dengan daratan utama
Asia. Namun, masih banyak misteri yang belum
terungkap terkait dengan sebaran jenis-jenis satwa
baik pada skala luas di pulau-pulau Indonesia
maupun pada berbagai tipe habitat yang ada.
Dengan dicoretnya kucing bakau dari
Sumatera, misteri pun bertambah satu lagi. Jika
diasumsikan kucing bakau berasal dari daratan
utama Asia, bagaimana mungkin dia tersebar
hingga ke Jawa namun tanpa singgah di
Sumatera. Pertanyaan serupa telah lama menjadi
misteri dengan absennya macan tutul di Sumatera
dan belum ada satu penjelasan ilmiah tunggal
yang dapat menjelaskan misteri tersebut.
Bahwa kucing bakau (pernah) hidup di
Jawa memang tidak diragukan. Namun, sejak
tahun 90-an, status kucing spesialis penghuni
kawasan perairan di pantura ini telah dinyatakan
kritis. Masihkah kucing bakau bertahan hidup
di Jawa hingga kini?N
*) Pemerhati Konservasi Kucing hutan,
Email: sunarto@vt.edu

- Desember ) 2009. Vol.13 NO.4

Anda mungkin juga menyukai