PENDAHULUAN
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda
asing yang masuk kedalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak,sepertiganya
tersangkut di saluran pernapasan.1
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur pada
tiap lokasi di esofagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis,
dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.1
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara
sengaja
maupun
tidak
sengaja. Angka
kejadian
tertelan
benda
asing
10-20%
sisanya
membutuhkan
tindakan
endoskopi
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi
2.1.1. Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung otot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars
servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis, dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior, mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah, dan abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut
melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm.2,3
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus
superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke
vena pulmonalis inferior 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih
40-45 cm.Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi, antara 8-10 cm dan
ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.2
Bagian servikal dari esofagus memiliki panjang 5-6 cm, setinggi
vertebra servikalis VI sampai vertebra thorakalis Ianterior melekat dengan
trakea (tracheoesophageal party wall), anterolateral tertutup oleh kelenjar
thyroid, sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus, posterior
berbatasan dengan hypopharynx, terdapat locus minoris resistensae, yaitu
dinding yang tidak tertutup oleh musculus constrictor pharyngeus inferior, dan
pada bagian lateral ada carotid sheats beserta isinya.2,3
Bagian thorakal dari esofagus, panjang 16-18 cm, setinggi vertebra
thorakalis IX-X, berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna
vertebralis, dalam rongga thoraks disilang oleh arkus aorta setinggi vertebra
thorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra thorakalis V, dan
arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis, dan pada
2
bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventral corpus vertebralis
terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis.Sedang
pada bagian abdominal dari esofagus terdapat pars diaphragmatica sepanjang
1-1,5 cm, setinggi vertebra thorakalis X, terdapat pars abdominalis sepanjang
2-3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut gastroesophageal junction.2,3
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus.Penyempitan pertama adalah
disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot
striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah.Daerah
penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri
dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter
gastroesofageal.3
Fisiologi Esofagus
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang
Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase, yakni fase oral, fase
faringeal, dan fase esofageal.Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang
telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan.
Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah akibat kontraksi
otot intrinsik lidah.2
Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding
posterior faring (Passavants ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke
posterior karena lidah terangkat ke atas.Bersamaan dengan ini terjadi
penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini.
Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglossus yang menyebabkan ismus
fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus
makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.2,5
Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu
perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring
bergerak ke atas oleh kontraksi m. stilofaring, m. salfingofaring, m.
tirohioid,dan m. palatofaring.Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan
ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventikularis, dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obliges.
Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena
refleks yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan
masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke
arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan
lurus.2,5
akan membuka pada saat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan
tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut,
apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.1,6
Terkadang benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan esofagus
dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter kardioesofagus.70% dari 2394 kasus
benda asing esofagus ditemukan di daerah servikal di bawah sfingter krikofaring,
12% di daerah hipofaring, dan 7,7% di esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus
benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis
tekanan atau infeksi lokal.6,7
di daerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus bagian distal, timbul
rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.13,14
Suatu benda asing yang tersangkut dalam esofagus menimbulkan kesulitan
dalam menelan serta rasa tidak nyaman.Posisi benda asing dalam esofagus
seringkali dapat terlokalisasi secara akurat oleh pasien.13
Gejala disfagia bervariasi tergantungpada ukuran benda asing. Disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga
timbul rasa sumbatan yang persisten. Gejala lain adalah odinofagia yaitu nyeri
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi, dan muntah. Kadangkadang ludah berdarah.12
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis. Bila
benda asing tersangkut pada esofagus servikal, penekanan terhadap bagian
belakang laring serta trakea dapat menimbulkan suara sengau, batuk, dan
dispne.Air liur dapat mengalir ke luar dari esofagus dan masuk ke dalam hidung.12
Pada pemeriksaan fisis, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing
terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler
menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda pneumomediastinum, emfisema
leher, dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah prekordial atau
interskapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral
dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumotoraks jarang
terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi tindakan endoskopi.13,14
Pada anak, terdapat gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
ludah atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi
(wheezing), demam, abses leher, atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut,
berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di
daerah servikal esofagus dan di bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan
gejala obstruksi saluran napas dengan stridor, karena menekan dinding trakea
bagian posterior (tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus.
Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan
pneumonia, bronkiektasis, dan abses paru.12,15
Sehingga bila diperhatikan gejala-gejala yang dapat terjadi akibat
teretelannya benda asing di esofagus terjadi dalam tiga tahap.Pada tahap pertama
10
gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah.Hal ini terjadi ketika
benda asing pertama tertelan.Pada tahap kedua adalah interval tidak ada
gejala.Benda
asing
telah
tersangkut,
serta
gejala-gejala
tidak
lagi
ketiga
terdiri
dari
gejala-gejala
yang
ditimbulkan
oleh
mintalah pasien untuk membawa tiruan benda asing sehingga ahli endoskopis
dapat memutuskan yang mana jenis forceps serta pendekatan untuk pengeluaran.11
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap anak
dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging),
11
batuk, muntah. Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun,
demam, dan gangguan napas, harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk, jenis
benda asing, dan apakah benda tersebut mempunyai bagian yang tajam.12
2.8. Penatalaksanaan
Apabila suatu benda asing tertelan, biasanya benda tersebut akan melewati
sistem pencernaan secara spontan. Tetapi beberapa benda dapat tersangkut di
esofagus. Apabila benda asing tersangkut di esofagus, maka benda tersebut harus
dikeluarkan, terutama jika :16
Jika seseorang yang tertelan benda asing batuk, maka instruksikan orang
tersebut untuk terus batuk dan jangan menghalangi ataupun mengganggunya.
Apabila benda asing yang tertelan menutupi jalan napas dan menyebabkan kondisi
pasien memburuk, maka dapat dilakukan beberapa pertolongan pertama, antara
lain :16
12
13
14
Karena benda asing di esofagus dapat lewat dengan spontan, maka foto
thoraks harus dilakukan sebelum dilakukannya kedua prosedur. Kedua metode ini
hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan dilakukan pada anakanak yang sebelumnya sehat yang menelan benda tumpul kurang dari 24 jam.6
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi
harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu esofagotomi servikal atau
esofagotomi thorakal, tergantung lokasi benda asing tersebut.18,19Esofagotomi
15
servikal, dilakukan dengan cara membuat insisi eksternal pada leher (setinggi
perkiraan letak benda asing) untuk mengidentifikasi esofagus servikal ataupun
hipofaring.18Esofagotomi thorakal, dilakukan dengan membuat insisi pada thoraks
apabila benda asing mengobstruksi esofagus bagian kaudal.19
Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa nasogaster
agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah, dan diberikan antibiotik
berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis. Benda asing
tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di
pilorus.Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi dengan sebaik-baiknya, untuk
mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan
radiologik untuk mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak
benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus
dikeluarkan secra pembedahan (laparatomi).1,13
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
pengeluaran uang logam tersebut harus dilakukan sesegera mungkin dengan
persiapan
tindakan
esofagoskopi
yang
optimal
untuk
mencegah
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh benda asing yang terdapat
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Penderita
Nama
: Tn. B
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Salang
Pekerjaan
: Petani
No. CM
: 1-11-12-42
Anamnesis
Keluhan Utama
: Tersedak bakso.
Keluhan Tambahan : sulit menelan, muntah dan nyeri pada leher.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD ke RSUDZA dengan keluhan tersedak bakso sejak 8
jam sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien tidak mengunyah bakso yang dimakan
namun langsung menelannya. Bakso kira-kira berdiameter 2 cm. Setelah tersedak
bakso, pasien mengeluh sulit menelan dan jika berusaha makan atau minum
pasien akan memuntahkan makanan yang dimakannya. Keluarga pasien berusaha
mengeluarkan bakso yang tersedak tetapi tidak keluar.Keluhan sesak nafas tidak
dikeluhkan.Setelah tersedak bakso, pasien dibawa ke IGD dan dilakukan hemlich
manuver, tetapi bakso yang tertelan tidak bisa keluar.
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami hal yang sama dengan
pasien.
18
3.3
Pemeriksaan Fisik
3.3.1
: compos mentis
3.3.2
Nadi
: 73 kali/menit
Pernapasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 37 oC
Status Lokalisata
a. Telinga
b. Preaurikuler
CAE
Serumen
Sekret
MT
P. Tensa
P. Flaccida
P.
Tensa
Umbo
Umbo
Reflek
cahay
a
d. hidung
dorsum nasi
: krepitasi (-), deformitas(-), laserasi(-)
cavum nasi (rhinoskopi anterior)
mukosa
: merah muda (+) / merah muda(+)
sekret
: tidak ada / tidak ada
massa
: tidak ada / tidak ada
konka inferior
: eutrofi / eutrofi
septum nasi
: lurus / lurus
pasase udara
: dalam batas normal / dalam batas normal
Rhiniskopi posterior
19
e. orofaring (OP)
Tonsil
: T1 mukosa merah muda / T1 mukosa merah muda
Kripta
: Tidak melebar / Tidak melebar
Detritus
: Tidak ada / Tidak ada
Perlengketan
: Tidak ada / Tidak ada
Sikatrik
: Tidak ada / Tidak ada
Faring
Mukosa
: hiperemis (-) / hiperemis(-)
Granul
: tidak ada / tidak ada
Bulging
: tidak ada / tidak ada
refleks muntah
: tidak ada / tidak ada
arkus faring
: hiperemis (-) / hiperemis (-)
palatum
: tidak ada kelainan, mukosa hiperemis (-),
massa (-)
gigi geligi
laring
:
laringoskopi indirek
:-------- - - - - -2 1
-------123-----
f. maksilofasial
simetri
parese nervus kranialis
massa
hematom
: simetris / simetris
: Tidak ada / Tidak ada
: Tidak ada / Tidak ada
: Tidak ada / Tidak ada
g. leher
20
Cervical
5-6
h. KBG Coli
3.4
Upper juguler
Mid juguler
Lower juguler
Submandibula
Submental
Supraklavicula
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
: pembesaran(-)/pembesaran(-)
Pemeriksaan Penunjang
21
Nilai normal
14,0
40
4,5
11,4
197
90
31
35
12,4
9,7
0
0
1
86
7
Hasil pemeriksaan
14,0-17,0
45-55
4,7-6,1
4,5-10,5
150-450
80-100
27-31
32-36
11,5-14,5
7,2-11,1
0-6
0-2
2-6
50-70
20-40
22
Satuan
g/dl
%
6
10 /mm3
103/mm3
103/mm3
fL
Pg
%
%
fL
%
%
%
%
%
Monosit
Natrium
Kalium
Klorida
Gula darah sewaktu
Ureum
Kreatinin
3.5
6
146
3,5
113
105
38
0,70
2-8
132-146
3,7-5,4
98-106
<200
13-43
0,67-1,17
Diagnosis
Corpus alienum ar esofagus
3.6
Foto Klinis
3.7
Penatalaksanaan
3.7.1
Terapi supportif
Mengeluarkan benda asing dengan Hemlich Manuver.
3.7.2
Terapi awal
3.7.3
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj. Novalgin 1 amp/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Terapi operatif
23
%
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Laporan Operasi
Tanggal 6 Desember 2016
Tindakan : Esofagoskopy Eksplorasi
1. Pasien dalam posisi supine.
2. Lakukan pembiusan dengan general anastesi.
3. Dimasukkan esofagoskop no.7 dengan mengidentifikasi introitus
esophagus dibagian medial.
4. Esophagoscopy
dimasukkan
perlahan-lahan
melewati
1.
2.
3.
4.
perlahan-lahan
melewati
24
S/
Th/
IVFD RL 20 gtt/i
Nyeri tenggorokkan, sulit
Clinimix 20 gtt/i
menelan
Ij. Novalgin 1amp/8jam
Ij. Ranitidin 50 mg/12jam
O/
Ij. Metylprednisolon
TD : 120/60 mmHg
125mg/12jam
HR : 88 x/i
Ij. Ceftriaxone 1gr/12jam
RR : 18 x/i
T : 36,9
P/
Rencana evaluasi
A/
eksplorasi esophagoscopy
Corpal Alienum ar
tanggal 9/12/2016
Esofagus
8/12/2016
S/
Th/
IVFD RL 20 gtt/i
Nyeri tenggorokkan, sulit
Clinimix 20 gtt/i
menelan
Ij. Novalgin 1amp/8jam
Ij. Ranitidin 50 mg/12jam
O/
Ij. Metylprednisolon
TD : 120/70 mmHg
125mg/12jam
HR : 88 x/i
Ij. Ceftriaxone 1gr/12jam
RR : 18 x/i
T : 36,9
P/
Rencana evaluasi
A/
eksplorasi esophagoscopy
Corpal Alienum ar
tanggal 9/12/2016
Esofagus
9/12/2016
S/
Nyeri tenggorokkan
O/
TD : 120/60 mmHg
25
Th/
IVFD RL 20 gtt/i
Clinimix 20 gtt/i
Ij. Novalgin 1amp/8jam
Ij. Ranitidin 50 mg/12jam
Ij. Metylprednisolon
HR : 88 x/i
125mg/12jam
Ij. Ceftriaxone 1gr/12jam
RR : 18 x/i
T : 36,9
A/
Post esofagoskopi
3.8
Prognosis
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
Edukasi
1. Jangan makan makanan keras bila gigi tidak lengkap karena pada pada
orang tua yang tidak mampu untuk mencerna dan melunakkan makanan
yang keras.
2. Jangan memasukkan benda - benda yang bukan makanan seperti peniti,
jarum dan sebagainya
3. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar jika pasien menggunakan gigi
palsu.
26
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang laki-laki berusia 52 tahun dengan keluhan tersedak bakso di
esophagus. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada
tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis,
dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.Berdasarkan teori benda
asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus.Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta. Lokasi tersering benda
asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus dikarenakan pada
daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang
akan membuka pada saat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan
tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut,
apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.1,2
Pasien mengeluhkan sulit menelan, muntah dan nyeri pada leher.
Berdasrkan teori gejala-gejala yang dapat terjadi akibat teretelannya benda asing
di esofagus terjadi dalam tiga tahap.Pada tahap pertama gejala-gejala awal,
serangan hebat dari batuk atau muntah.Hal ini terjadi ketika benda asing pertama
tertelan.Pada tahap kedua adalah interval tidak ada gejala.Benda asing telah
tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan.Pada tahap ini dapat
berlangsung untuk sesaat atau sementara.Pada tahap ketiga terdiri dari gejalagejala yang ditimbulkan oleh komplikasi.Kemungkinan timbul rasa tidak nyaman,
disfagia, sumbatan, atau perforasi esofagus dengan dihasilkan mediastinitis.12,13
Untuk menegakkan diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan
berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan
radiologik, dan esophagoskopi.Tindakan esophgoskopi dilakukan dengan tujuan
diagnostik dan terapi. Berdasarkan anamnesis pasien ini, hal penting adalah
riwayat tersedak bakso beberapa jam yang lalu karena pasien tidak mengunyah
bakso namun langsung ditelan. Bakso yang ditelah dengan diameter 2 cm, bentuk
bulat. Hal ini penting untuk mengetahui jenis benda asing yang tertelan apakah
memiliki bagian yang tajam. Pada pemeriksaan radiologi untuk menetukan lokasi
27
dari corpus alienum. Hasil radiologi cervikal AP/LAT didapatkan corpus alienum
di soft tissue setinggi cervical 5-6.11,12
Penatalaksanaan untuk pasien ini dengan corpus alienum di esofagus
dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi (endoskopi) dengan menggunakan
cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut.Bila benda asing telah berhasil
dikeluarkan, harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya kelainankelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Pada pasien ini dilakukan
esofagoskopi didapat eshophagus dengan mukosa edem dan jaringan granulasi
kurang lebih 17 cm dari gigi atas. Tampak perdarahan ringan, dievaluasi
perdarahan berhenti, benda asing sulit dievaluasi karena udem dan perdarahan.
Berdasarkan teori ini merupakan salah satu dari komplikasi dari corpus alienum di
esophagus.11,12
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah esophagoskopi dengan anestesi
umum. Terapi setelah tindakan berupa pemberian analgetik, antiinflamasi dan
antibiotik.16
28
BAB V
KESIMPULAN
1. Telah dilaporkan satu kasus Corpus Alienum pada seorang laki-laki usia
52 tahun yang ditegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis
dengan
gejala
dan
tanda,
pemeriksaan
radiologik,
dan
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga, hidung, tenggorok, keala, dan leher. Edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 276-93, 299302, 311-3.
2. Fielding JWL, Hallissey MT. Upper gastrointestinal surgery. London:
Springer; 2005. p. 1-15.
3. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and neck surgery otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2006.
4. Yan Xiu-e, Zhou Li-ya, Lin San-ren, Wang Ye, Wang Ying-chun.
Therapeutic effect of esophageal foreign body extraxtion management :
flexible versus rigid endoscopy in 216 adults of beijing. Med Sci Monit
Oct 27;20:2054-60.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi keenam. Jakarta:
EGC; 2012. p. 641-64.
6. Conners GP. Pediatric foreign body ingestion [online]. 2014 October 17
[cited
on
2015
May
16].
Available
from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/801821
7. Crockett SD, Sperry SL, Miller CB, Shaheen NJ, Dellon ES. Emergency
care of esophageal foreign body impactions : timing, treatment modalities,
and resource utilization. Dis Esophagus 2013 Feb;26(2):105-12.
8. Rooks V. Esophageal foreign body imaging [online]. 2013 November 11
[cited
on
2015
May
16].
Available
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/408752
9. Chinski A, Foltran F, Gregori D, Ballali S, Passali D, Bellussi L. Foreign
bodies in the oesophagus : the experience of the buenos aires paediatric orl
clinic. International Journal of Pediatrics 2010 Aug 21;1-6.
10. ProbstR,Grevers G, Iro H.Basic otorhinolaryngology : a step-by-step
learning guide. New York: Thieme; 2006. p. 124-6.
11. Selivanov V, Sheldon GF, Cello JP, Crass RA. Management of foreign
body ingestion. Journal of Department Surgery and Medicine University
of California 2009;199(2):187-91.
12. Water TR, Staecker H. Otolaryngology : basic science and clinical review.
New York: Thieme; 2006. p. 223.
30
13. Dhillon RS, East CA. An illustrated colour text : ear, nose, and throat, and
head and neck surgery. 2nd ed. London: Churchill Livingstone; 2000. p.
84-5.
14. Shivakumar AM, Naik AS, Prashanth KB, Hongal GF, Chaturvedy G.
Foreign bodies in upper digestive tract. Indian Journal of Otolaryngology
and Head and Neck Surgery 2006 Mar;58(1):63-8.
15. P Rathore, A Raj, A Sayal, R Meher, B Gupta, M Girhotra. Prolonged
foreign body impaction in the oesophagus. Singapore Med J
2009;50(2):53-4.
16. Staff Mayo Clinic. Foreign object swallowed : first aid [online]. 2014
September 20 [cited on 2015 May 17]. Available from: URL:
http://www.mayoclinic.org/first-aid
17. Virginia University. Treatment of food impactions and foreign bodies in
the esophagus [online]. 2013 [cited on 2015 May 17]. Available from:
URL: https://www.med-ed.virginia.edu/
18. Theissing J, Rettinger G, Werner JA. ENT - head and neck surgery :
essential procedures. New York: Thieme; 2011.
19. Sidney University. Esophageal foreign body [online]. 2012 November 19
[cited on 2015 May 20]. Available from: URL: http://www.vetbook.org/
31