PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat
jantung yang disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi
berkurang atau berhenti sama sekali . Syok ini dapat timbul
akibat infak miokard akut ( IMA ) yang luas menimbulkan
iskemik, injuri sampai infaks dengan gangguan irama jantung,
atau sebagai fase terminal dari beberapa penyakit jantung
lainnya.
Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997). Sumbatan akut
terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga
menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.
B. Rumusan masalah
1) Menjelaskan pengertian dari syok kardiogenik dan infark miocard
2) Menjelaskan etiologi dari infark miocard
3) Menjelaskan manifestasi klinis dari infark miocard
4) Menjelasken patofisiologi dari infark miocard
5) Menngetahui penyeleasian studi kasus dari infark miocard
C. Tujuan
Untuk mengetahui mengapa infark miocard menyebabkan syok kardiogenik
D. Manfaat
Dapat mengetahui penyebab dari infark miocard yang menyebebkan syok
kardiogenik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997).
Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding
arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot
jantung.
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu.
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung
yang
ETIOLOGI
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
a) Penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi
arteri komplit akibat embolus atau trombus.
b) Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok
c)
d)
e)
f)
g)
dan hemoragi.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
Stenosis aorta/aorta inufisiensi
Hipertensi (Suryono, Bambang dkk.2005:119)
Lesi trombotik
Hipertrofi ruang jantung (Carwin, E2:2002:369)
3.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sjaefoellah (1998:110) gejala klinis pada klinis pasien
dengan miokard infark yaitu adanya keluhan yang khas adalah nyeri
dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang
berat. Nyeri dapat menjalar ke tangan (umumnya kiri), pada leher,
rahang ke punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai perasaan
mual muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau
sinkope, pasien tampak sering kesakitan.
Pada pemeriksaan fisik penurunan kardiak output
menyebabkan takikardi, perubahan nadi, hipotensi, muka pucat,
diaporesis, kulit dingin, perubahan status mental, sinkope dan
berkurangnya produksi urin.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001:788) manifestasi klinis dari
infar miokardium adalah nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung
terus menerus terletak di bagian bawah sternum dan perut atas. Nyeri
akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Nyeri ini adalah
gejala utama yang muncul. Nyeri bisa menyebar ke bahu dan lengan
biasanya lengan kiri dan dirasakan tajam dan berat. Napas pendek,
pucat, keringat dingin, pusing, dan mual muntah. Pasien dengan
diabetes mellitus mungkin tidak merasakan nyeri berat bila menderita
infar miokardium, karena neuropati menyertai diabetes mellitus
mempengaruhi neuroreseptor, sehingga nyeri yang dialaminya.
4. PATOFISIOLOGI
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi
hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan
akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan
peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.
Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal
jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena
daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang
masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan
bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung,
tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila
infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal,
pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas
dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia
atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan
gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang
terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut
menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi
fungsi
ventrikel
dan
timbulnya
aritmia.
Perubahan-perubahan
hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi
jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan
karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena
terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula
mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan
terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,
regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan
terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah
serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa
konduksi
dan
mampu
menghilangkan
nyeri,
tetapi
tetap
pembekuan
darah,
sehingga
dapat
menurunkan
kemungkinan
pembentukan
thrombus
dan
selanjutnya
macam
obat
melarutkan
streptokinase,
trombolitik
thrombus
activator
yang
terbukti
(trombolisis)
plasminogen
adalah
jaringan
(t-PA=
bekerja
secara
sistemikpada
perdarahan
sistemik.
Streptokinase
juga
dengan
streptokinase,
activator
melarutkan
bekuan
darah
sehingga
resiko
alergi
dapat
dikurangi.
Akhirnya
penelitian
menunjukkan
bahwa
pemberian
intravena
dan
mempunyai
efektifitas
yang
sama
dengan
morfin
dipantau
dengan
cermat,
jantung
harus
diauskultasi
dengan
10
Deteksi
dini
S3
yang
diikuti
11
infus
intravena
sering
diperiksa
obat
diberikan
secara
intravena
untuk
kesulitan
mempertahankan
kebutuhan
terhadap
terapi
medis
atau
kolaps
12
fungsi
pembekuan
darah,
maka
13
c) SURVEI SEKUNDER
1) Nyeri Dada
Ada atau tidaknya nyeri dada adalah satu- satunya
temuan terpenting pada pasien dengan MI akut. Pada setiap
episode nyeri dada, harus dicatat EKG dengan 12 lead. Pasien
bisa juga ditanya mengenai beratnya nyeri dengan skala angka
0- 10, dimana 0tidak nyeri dan 10 terasa nyeri paling berat.
2) Status Volume Cairan
Peneluaran haluaran urine sangat penting, terutama
dalam hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar
kasus, cairan yang seimbang atau yang cenderung negative akan
lebih baik karena pasien dengan AMI harus menghindari
kelebihan dan kemungkinan terjadinya gagal jantung. Pasien
harus diperiksa adanya edema. Daerah sacrum dan bafian tubuh
lain pada pasien tirah baring harus diamati adanya edema
sehubungan dengan adanya peredaran darah yang statis. Perawat
harus waspada terhadap berkurangnya haluaran urine (oliguiria);
suatu tanda awal syok kardiogenik adalah hipotensi yang
disertai oliguiria.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Aktifitas
Gejala :
-
Kelemahan
Kelelahan
Tanda :
14
Takikardi
b) Sirkulasi
Gejala :
Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia)
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa dan
bibir
c) Integritas ego
Gejala :
15
Tanda :
d) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
f) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
g) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
-
Lokasi
Kualitas
Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
16
Catatan
dispnea nocturnal
Tanda :
-
pucat, sianosis
Stress
Tanda :
-
Menarik diri
17
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O 2 < 80 mmHg,
pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas
Tidak gelisah
GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengetahui keadaan umum klien
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan
R/ menetahui keefektifan penggunaan otot bantu pernapasan
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya
bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
R/ sebagai indicator untuk mengetahui tingkat dispneu yang d
alami oleh klien
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan
nafas misalnya, batuk, penghisapan lendir dll.
R/ memaksimal fungsi pernapasan melalui tidak adanya hambatan
pada jalan napas
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda vital berubah.
R/ dapat diberikan pilihan terhadap aktivitas yang sesuai dengan
kondisi klien
2.
18
Ditandai dengan :
Kelemahan
Penurunan aktivitas
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
frekuensi jantung 60-100 x/ menit
Intervensi :
Catat atau/dokumentasi frekuensi jantung, irama, dan
perubahan TD sebelum, sesudah beraktivitas.
R/ mengetahui frekuensi irama dan perbandingan TD
sebelum dan sesudah penggunaan energi
Tingkatkan istrahat. Batasi aktivitas pada dasar nyeri/ respon
hemodinamik. berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
R/ memenuhi kebutuhan cadangan energi.
Batasi pengunjung dan berikan lingkungan yang tenang
R/ memberikan kesempatan penambahan waktu istirahat
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen,
contoh mengejan saat defekasi.
R/ mengurahi resiko peningkatan kerja jantung
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas,
contoh bangun dari kursi dan bila tak ada nyeri, istrahat
selama 1 jam setelah makan
R/ sedikit demi sedikit menambah tingkat latian untuk
memenuhi toleransi terhadap aktivitas
Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukan tidak toleran
terhadap
aktifitas
atau
memerlukan
pelaporan
pada
perawat/dokter
R/ mengklarifikasi pada keluhan yang dirasakan
20
21
mengetahui
BB
klien
sebagai
indicator
dalam
22
Tinjauan kasus
Asuhan keperawatan pada klien tn. K
Dengan infark miokard akut (ima)
A. Pengkajian
1). Data Dasar / Biografi
Identitas Pasien
Nama
: Tn. K
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Suku
: Tolaki
Status
: Kawin
Tanggal Kunjungan RS
: 8 Maret 2010
Diagnosa Medis
23
: Ny. K
Umur
: 49 tahun
Hubungan
: Istri
Alamat
Suku
: Tolaki
24
TD = 140/90 mmHg,
S = 37,5.C,
RR = 32 X/menit,
B1 : pernafasan
Inpeksi : pengembangan dada kiri=kanan, frekuensi pernafasan
cepat dan dangkal
Perkusi : terdengar bunyi ronchi
Palpasi : simetris kiri dan kanan
Auskultasi : wheezing
B2 : TD = 140/90 mmHg,
S = 37,5.C,
RR = 32 X/menit,
N = 110 X/menit, reguler
Nyeri dada (+)
B3 : Kesadaran gcs
Gcs : 14
Gelisah (+)
Lemah (+)
Wajah tampak meringis
B4 : Eliminasi
BAB : pasien BAB 11 x/hari, konsistensi berbentuk
25
B5 : Pencernaan
Ngt (-) peristaltik usus (-)
B6 : Ekstremitas
Akral hangat terdapat edema pada tungkai kaki
Turgor kulit elastis, tidak tampak pucat, permukaan kulit
lembab, rambut bersih, kuku dalam batas normal
5). Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
Ditemukan gelombang T inverted, ST depresi, Q patologis.
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan
dapat
mempengaruhi
konduksi
dan
B. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
Klien mengatakan sesak napas dan kesulitan bernapas
Klien mengatakan ujung jari tangan dan kakinya terasa dingin
Klien mengatakan lemah saat melakukan aktivitas
Klien mengatakan nyeri dada
Klien
mengatakan
tungkai
kakinya
sedikit
mengalami
pembengkakan
b. Data Objektif
Terdapat sianosis dan perubahan GDA
Terdapat peningkatan pernapasan dan tekanan darah
Klien jarang beraktivitas
Klien terlihat meringis
Terdapat udema pada tungkai kaki
Vital Sign :
TD = 140/90 mmHg,
S = 37,5.C,
RR = 32 X/menit,
N = 58 X/menit
C. diagnosa keperawatan
1.
27
Data subjektif :
Klien mengatakan sesak napas dan kesulitan bernapas
Data objektif :
Terdapat sianosis dan perubahan GDA
Intervensi :
Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengetahui keadaan umum klien
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan
R/ menetahui keefektifan penggunaan otot bantu pernapasan
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi
nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
R/ sebagai indicator untuk mengetahui tingkat dispneu yang d alami
oleh klien
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
misalnya, batuk, penghisapan lendir dll.
R/ memaksimal fungsi pernapasan melalui tidak adanya hambatan
pada jalan napas
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda vital berubah.
R/ dapat diberikan pilihan terhadap aktivitas yang sesuai dengan
kondisi klien
Data objektif :
Klien terlihat meringis
Intervensi :
Pantau/ catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non
verbal (cth : meringis, menangis, gelisah, berkeringat, menengkeram
dada, nafas cepat, TD/frekuensi jantung berubah)
R/ karakteristik nyeri menunjukan seberapa tingkatan nyeri yang
dirasakan oleh klien
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termaksud lokasi;
intensitas (0-10); lamanya; kualitas (dangkal/menyebar) dan penyebaran
R/ mengetahui secara detail mengenai nyeri yan dirasakan klien
Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau
nyeri IM. diskusikan riwayat keluarga
R/ mengoptimalkan pengobatan terhadap nyeri
Anjurkan pasien melaporkan nyeri dengan segera
R/ penanganan nyeri dengan segera dapat mengurangi rasa nyeri pada
saat timbul
5. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler b/d edema dan peningkatan
tekanan hidrostatik.
Ditandai dengan :
Edema pada tungkai kaki
Data subjektif :
Klien mengatakan tungkai kakinya sedikit mengalami pembengkakan
Data objektif :
Terdapat udema pada tungkai kaki
Intervensi :
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
R/ mengetahui output dan input klien
Timbang BB tiap hari
31
32