Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau
pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi,
nidasi dan implantasi (Sulistyawati, 2012).
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan spermatozoa
(Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan.Zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba dkk, 2012).
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan
masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi
janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan
kembar memerlukan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan
bagi ibu dan janin (Sulistiawati, 2012).
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap
ibu dan janin. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan ganda harus
dilakukan perawatan antenatal yang insentif. Kehamilan ganda ialah kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi karena
kematian perinatal 3-5 kali lebih tinggi dari kehamilan tunggal (Fadlun, 2013).
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian baik bagi klien, dokter,
perawat, bidan maupun masyarakat pada umunya. Kehamilan kembar
memberiakan dampak meningkatnya morbiditas dan mortalitas, karena itu
mempertimbangkan kehamilan kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi
bukanlah hal yang berlebihan. Berbagai komplikasi lebih sering ditemukan pada
kehamilan kembar baik terhadap ibu maupun janin yang berada dalam kandungan.
Ada pun komplikasi kehamilan kembar yaitu BBLR, prematur (Audi, 2014).
Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi dari pada

kehamilan tunggal. Makin

banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya

abortus. Pada triplet, angka kejadian abortus adalah 25%. Sekitar 40-50% hamil
kembar lahir kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,6% pada kehamilan
tunggal, dan 50% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, sedangkan
pada hamil tunggal hanya 6%. Pada triplet, sebesar 90% lahir preterm. Apabila
kenaikan berat badan ibu selama hamil antara 40-45 pound, maka berat badan
lahir akan lebih dari 2.500 gram (Audi, 2014).
Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33 %. Jumlah kelahiran
triplet serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak
hingga 40,4 persen. Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan
teknologi reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan
kembar juga dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan,
wanita dengan riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah
berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan
atau genetik kembar (Audi, 2014).
Komplikasi pada ibu akibat kehamilan kembar lebih sering dari pada
kehamilan tunggal. Sebagian besar bayi kembar dilahirkan secara prematur
sehingga mortalitas menjadi 4 kali lipat dibandingkan mortalitas bayi tunggal.
Walaupun kelahiran gemelli hanya menggambarkan 1% dari seluruh kehamilan
dan 2% dari kelahiran hidup, angka ini mempresentasikan 12% dari kematian
neonatal dan 17% angka kejadian infant dengan retardasi pertumbuhan.
Berdasarkan data RSUD M. Zein Painan jumlah ibu yang melahirkan
secara normal dari bulan Januari sampai Juli 2016 adalah 37 orang (3,4%),
sedangkan kasus komplikasi sebanyak 199 orang (19,59%). Angka persalinan
dengan kehamilan kembar dari bulan Januari sampai Juli adalah 17 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul mengenai Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.S
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar di
Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober
2016.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan
Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan
pada Tanggal 10-13 Oktober 2016 melalui pendekatan pola pikir
manajemen
1.2.2

asuhan

Kebidanan

secara

komprehensif

dan

mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.


Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
kasus Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38
Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan RSUD
Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016 secara
lengkap.
b. Mampu menginterpretasikan data (diagnosa, masalah, serta
menentukan kebutuhan pasien) berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 3738 Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan
RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016.
c. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa
masalah pada Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 3738 Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan
RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada Ibu
Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan
Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein
Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016.
e. Mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah
dan kebutuhan pasien pada Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia
Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan
Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13
Oktober 2016.
f. Mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara
mandiri, kolaborasi ataupun rujukan pada Ibu Hamil Ny.S
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan
Kembar di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada
Tanggal 10-13 Oktober 2016.
3

g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada Ibu


Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan
Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein
Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016.
h. Mampu mendokumentasikan manajemen asuhan yang telah
dilaksanakan pada Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia Kehamilan
37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan Kebidanan
RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober 2016.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk belajar dan mengembangkan kemampuan ilmiah
secara teori yang telah dapatkan sewaktu kuliah dan meningkatkan
wawasan pengetahuan dan keterampilan penulian dalam penerapan
1.3.2

ilmu kebidanan.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa-mahasiswa dalam
penguasaan materi dan kasus kehamilan gameli, serta dapat menjadi
tambahan referensi dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu

1.3.3

dengan kehamilan gameli.


Bagi Institusi Pelayanan
Diharapkan dengan adanya laporan studi kasus tentang kehamilan
gameli,

diharapkan

dapat

turut

serta

dalam

meningkatkan

perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan serta manajemen


asuhan kebidanan pada kasus ini.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

Konsep Dasar (kasus)


2.1.1 Pengertian Kehamilan Kembar (Gameli)
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum
dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus
yang aterm.
Suatu kehamilan dimana terdapat dua maupun lebih embrio atau
janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum di
4

lepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum dibuahi membelah secara
dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel
dalam atau lebih awal (Nugroho, 2012).
Kehamilan kembar (multiple gestations) juga dikenal sebagai
kehamilan multipel (kehamilan dengan lebih dari satu janin) multiple
pregnancy. Keadaan ini dianggap sebagai komplikasi kehamilan karena
tubuh ibu hamil harus menyesuaikan diri dengan akibat yang ditimbulkan
oleh janin yang jumlahnya lebih dari satu itu (Saputra, 2012).
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri,
dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan
membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi
wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin (sulistiawati, 2012).
2.1.2 Klasifikasi Kehamilan Kembar
Pada pemeriksaan dengan USG, dari 1.000 kehamilan trimester I
didapatkan 3,29% kehamilan ganda dan 5,39% hamil kembar dengan 1
embrio dan 1 kantong kehamilan kosong. Dari hamil kembar didapatkan
21,2% dengan 1 janin mati dan diserap kembali. Keadaan tersebut saat ini
selalu dipertanyakan. Diagnosis kehamilan ganda pada trimester I
didasarkan dengan adanya 2 embrio hidup. Di Amerika didapatkan 7080% hamil kembar dizigotik dan 20-30% hamil kembar monozigotik.
Pada kehamilan ganda karena pengurangan janin (reduced twin),
secara bermakna mempunyai risiko yang lebih tinggi terjadinya kelahiran
preterm, berat badan lahir rendah, dan sindrom gawat napas dibandingkan
dengan hamil kembar biasa. Sebesar 80% zigositas dapat ditentukan pada
saat lahir atau segera setelah lahir, yaitu sebagai berikut :
1. 23% hamil kembar 1 amnion, ini berarti monozigotik.
2. 30% hamil kembar dengan 2 korion karena mempunyai jenis kelamin
berbeda ini berarti dizigotik.
3. 27% mempunyai jenis kelamin yang sama, tetapi dengan golongan
darah yang
berbeda, ini berarti dizigotik.
4. 20% dengan jenis kehamilan sama, tetapi golongan darahnya sama
yang berarti kembar monozigotik dengan 2 korion (plasenta terpisah

atau berfusi) atau kembar dizigotik dengan jenis kelamin sama


(plasenta terpisah atau berfusi).
Untuk memastikan, maka diperlukan pemeriksan lebih lanjut
dengan kultur jaringan, analisis enzim, DNA mapping. Terminologi
selanjutnya ialah quadruplet = kembar 4, quintuplet = kembar 5, sextuplet
= kembar 6, dan octuple t= kembar 7.
Frekuensi Kehamilan Kembar menurut Winkjosastro di dalam
buku Ilmu Kebidanan. Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan
kembar pada 121 juta persalinan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Gemelli
Triplet
Kuadruplet
Quintiplet

1: 85
1: 7.629
1 : 670.743
1 : 41.600.000

Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang


menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal
adalah :
1. Gemelli
2. Triplet

1: 89
2
1: 89

3. Kuadruplet

3
1: 89

4. Quintiplet

4
1: 89

Kehamilan kembar banyak disukai para wanita, tapi bagaimanakah


penyebab wanita hamil kembar bisa terjadi. Kelahiran kembar dapat
terjadi karena beberapa faktor alami. Tetapi akhir-akhir ini perawatan
kesuburan tampaknya dapat juga menjadi penyebab kelahiran kembar.
Untuk kehamilan kembar identik yang terjadi adalah satu sel
dibuahi dan kemudian terbagi menjadi dua atau lebih embrio. Ciri khas
dari anak-anak yang lahir kembar identik adalah selalu berjenis kelamin
sama dan juga memiliki perawakan yang sama. Pada kondisi ini, memiliki
kantung ketuban yang berbeda tetapi embrio memiliki satu plasenta.
Sedangkan untuk kehamilan kembar fraternal, dua atau lebih sel telur bisa
dibuahi dan ditanamkan dalam rahim. Bayi-bayi yang lahir dengan

kehamilan tersebut memiliki jenis kelamin yang berbeda tergantung pada


sperma yang membuahi sel telur. Kehamilan kembar fraternal ini memiliki
plasenta dan kantung ketuban yang terpisah untuk masing-masing embrio.
Jenis Kehamilan Kembar Atau Kehamilan Gemelli
1. Kehamilan Monozigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang
dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio
yang sama, kehamilan ini juga disebut hamil kembar identik atau
hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler, karena berasal
dari satu ovum.
Kehamilan monozigotik merupakan hasil dari pembelahan
ovum yang telah dibuahi pada bermacam-macam fase pertumbuhan.
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi mungkin disebabkan
implantasi. Angka kejadian kembar monozigotik relatif tetap seluruh
dunia dibandingkan dengan kembar dizigotik. Angka kejadian tersebut
ialah 4 per 1.000, tanpa dipengaruhi oleh fertilitas, ras, atau faktorfaktor lingkungan lain. Kematian dan kesakitan perinatal hamil kembar
monozigotik bergantung dari variasi plasenta yang terjadi pada saat
pembelahan ovum yang telah dibuahi (Feryanto, 2011).
Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri
fisiologi dan patologi (2011), kehamilan kembar yang terjadi dari satu
telur disebut kembar monozigotik atau disebut juga identik, humolog,
atau uniovuler, dapat terjadi karena :
a. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b. Hambatan pada tingkat segmentasi.
c. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive
streak.
2. Kembar Dizigotik
Merupakan kehamilan ganda yng berasal dari 2 atau lebih
ovum yang telah dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah
dizigotik atau kehamilan kembar frateral (Nugroho, 2012).
Angka kejadian kembar dizigotik berbeda pada setiap golongan
masyarakat. Kembar dizigotik terjadi karena adanya ovulasi berulang
akibat rangsangan FSH dan LH surge. Gonadotropin eksogen,klomifen
sitrat, dan obat-obatan serupa yang ipakai untuk pengobatan infertilitas

akan merangsang pengeluaran FSH sehingga akan terjadi ovulasi


berulang yang berakibat terjadinya kehamilan ganda. Wanita dengan
hamil kembar mempunyai kadar FSH dan LH yang lebih tinggi
daripada wanita dengan hamil tunggal (Feryanto, 2011).
Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri
fisiologi dan patologi (2011), kira-kira dua pertiga kehamilan kembar
adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur disebut juga heterolog,
binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal dari :
a. 1 ovarium dan dari 2 folikel de graff.
b. 1 ovarium dan dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik
dan dizigotik (satu telur dan dua telur) :
Perbedaan
Plasenta
Korion
Amnion
Tali pusat
Sirkulasi darah
Sekat kedua kantong
Jenis kelamin
Rupa dan sifat
Mata, telinga, gigi,
Kulit
Ukuran antropologik
Sidik jari
Cara pegangan

Kembar Monozigotik
1 (70%)
2 (30%)
1 (70%)
2 (30%)
1 (70%)
2 (30%)
2
Janin bersekutu
2 lapis
Sama
Sama
Sama

Kembar Dizigotik
2 ( 100%)

Sama
Sama
Bisa sama
Bisa satu kidal

Berbeda
Berbeda

2 ( 100%)
2 ( 100%)
2
Terpisah
4 lapis
Sama atau tidak
Agak berlainan
Berbeda

Sama, bisa keduanya


Kanan

Ciri-ciri yang lain yang tercantum di buku Patologi Kebidanan


dr. Taufan Nugroho (2012) :
1.

Kehamilan Monozigotik ciri-cirinya yaitu:


a. Jenis kelamin sama.
b. Rupanya sama (seperti bayangan).
c. Sebagian hamil ganda dalam bentuk :
8

1) 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta.


2) 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta.
3) 2 amnion, 1 korion, 1 plasenta.
d. Pada

kembar

monozigotik

dapat

terjadi

kelainan

pertumbuhan seperti kembar siam.


e. Insiden kelainan malformasi tinggi pada kehamilan ganda
monozigotik

2.

Kehamilan Dizigotik ciri-cirinya :


a.

Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.

b.

Persamaan seperti adik-kakak.

c.

Golongan darah tidak sama.

d.

Cap tangan dan kaki tidak sama.

e.

Sebagian hamil ganda dalam bentuk :


1) 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta
2) 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta.

2.1.3

Etiologi
Etiologi kehamilan gameli : tidak diketahui pasti,tapi dapat

dipengaruhi oleh faktor bangsa, umur paritas, hereditas obat-obatan


ovulasi dapat menyebabkan kehamilan kembar 2 telur atau lebih
(Kurniawati, 2009).
Faktor- faktor tersebut dan mungkin pula faktoe lain dengan
mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau folikel de Graf atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam suatu folikel de Graf atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam suatu folikel. Pada kembar yang
berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau
sedikit

sekali

mempengaruhi

terjadinya

kehamilan

kembar

itu.

Deperkirakan disini penyebabnya ialah faktor penghambat pada masa


pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang empengaruhi
segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar

dengan 2 amnion, 2 klorin, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar


dizigotik (Pudiastuti, 2012).
2.1.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Kembar


Menurut dr. Taufan Nugroho di buku Patalogi Kebidanan (2012)

ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar


terdapat dalam jurnal Audi (2014) yaitu :
2.1.4.1 Faktor Umur
a. Untuk peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun sampai
dengan 7, frekuensi kehamilan ganda akan meningkat.
b. Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada
wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya,
bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35
sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih.
2.1.4.2 Faktor Paritas
a. Paritas adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran janin
yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram) (Varney, 2001).
b. Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada
wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya,
bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35
sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih
c. Peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang
berkaitan dengan meningkatnya paritas.
d. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah
1,3 % dibandingkan dengan kehamilan keempat 2,7 %.
2.1.4.3 Faktor Ras
a. Menurut Koentjaningrat ras adalah suatu golongan manusia
yang menunjukan berbagai cirri tubuh tertentu dengan suatu
frekuensi yang besar (bersifat jasmani).
b. Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi
yang nyata diantara berbagai ras yang berbeda.
c. Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda

10

terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih,


sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.
d. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman
pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot.
e. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan
tingkat

Folikel

Stimulating

Hormone

yang

akan

mengakibatkan multiple ovulasi.

2.1.4.4 Faktor Keturunan


a. Gen adalah potongan DNA (deoksiribonukleat acid) yang
diwariskan dari orang tua kepada anakanaknya yang
menentukan siapa kita dan bagaimana kita berfungsi pada
tingkat selular dasar. Pewarisan informasi genetik adalah
suatu peristiwa pemastian bahwa pewarisan gengen antar
generasi

terjadi

tanpa

ada kesalahan

dan

pemberian

kesempatan yang terjadi variasi gen agar spesies dapat


beradaptasi dan bertahan hidup. Kadangkadang kesalahan
(mutasi) menyebabkan spesies yang bersangkutan semakin
maju namun adakalanya mutasi menyebabkan penyakit dan
kematian (Corwin, 2000).
b. Sebagai penentu kehamilan ganda genotip ibu jauh lebih
penting dari genotip ayah.
c. White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita
yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58
kelahiran.

Namun,

wanita

yang

bukan

kembar

tapi

mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar


dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.
d. Lebih lanjut, dalam analisis Bulmer (1960) terhadap anakanak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga
kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka kembar,
keterangan didapatkan bahwa slah satu sebabnya adalah

11

multiple ovulasi yang diturunkan.


2.1.4.5 Faktor Nutrisi
a. Menurut Nylander (1971) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
mngatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan status nutrisi direflesikan dengan berat badan ibu. Ibu
yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko untuk
hamil ganda sebesar 25-30% dibandingkan ibu yang lebih
pendek dan berbadan kecil.
b. Menurut McGlivray (1986) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
juga memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih sering
ditemui pada wanita berbadan besar dan tinggi dibandingkan
pada wanita pendek dan bertubuh kecil.
2.1.5

Patofisologi
Fisiologi kehamilan ganda dapat terjadi karena dua ovum yang

dibuahi pada saat hampir bersamaan atau berasal dari satu ovum yang
mengalami pemecahan saat dini, dijabarkan sebagai berikut :
1. Kehamilan ganda dari dua ovum-dizigot
Nama lainnya disebut juga :
a. Heterozigot
b. Binovuler
c. Fraternal
Pada kehamilan dizigot dapat terjadi :
a. Jenis kelaminnya kebetulan dapat sama
b. Umunnya berbeda seperti pertumbuhan janin biasa yang berasal dari
ovum-spermatozoa berbeda
Berkaitan dengan waktu terjadinya pembuahan terhadap ovum
dikemukakan tiga bentuk yaitu :
a. Kembar dizigot : terjadi konsepsi terhadap ovum pada hubungan
seksual dengan waktu yang sama terhadap dua ovum
b. Superfekundas : terjadi konsepsi terhadap ovum dengan waktu yang
relatif berdekatan oleh hubungan seksual dari suami sendiri atau
orang lainnya

12

c. Superfetasi : kehamilan kedua terjadi pada waktu realtif jauh,


setelah kehamilan pertama.
Syarat superfetasi adalah desidua kapsularis dan desidua parietalis
belum bersatu, sehingga masih terdapat peluang spermatozoa untuk masuk
kavum uteri, menuju tuba falopii dan berhasil terjadi konsepsi serta diikuti
dengan implantasinya.
Berkaitan dengan kehamilan kembar secara superfekundasi, Archer
1910 melaporkan kejadian persalinan kehamilan ganda dengan perbedaan
kulit hitam dan putih. Gambaran demikian sudah pasti menunjukkan
bahwa laki-laki yang memberikan kehamilan ganda berbeda etnis dan
merupakan perselingkuhan yang terbukti dengan pasti.
Tumbuh-kembang

kehamilan

ganda

dizigot

selalu

akan

mempunyai dua plasenta dengan tempat implantasi yang relatif berbeda


sehingga akan memberikan dampak pertumbuhan janin yang berbeda.
Perbedaannya dapat dibuktikan dengan berat badan yang berbeda
akibat tempat implantasiyang tidak mampu memberikan nutrisi, aliran
darah dan O2 yang sama.
Perbedaan berat badan sekitar 50-800 g. Perbedaan berat janin akibat :
a. Tempat implantasi yang berbeda tingkat kesuburannya.
b. Ternyata hamil ganda dizigot plasentanya menjadi satu sehingga
terjadi perjuangan untuk mendapatkan nutrisi lebih baik dengan akibat
terdapat perbedaan berat badan janin.
Pada kehamilan ganda dizigot dapat terjadi komplikasi, antara lain
terdapat pertumbuhan plasenta yang baik pada satu janin yang
mengalahkan tumbuh-kembang lainnya, sehingga dapat terjadi dapat
terjadi asfiksia sampai dengan kematiannya. Setelah mati janin ini dapat
menjadi :
a. Fetus kompresus
b. Fetus papirasius
2. Kehamilan ganda dari satu ovum-monozigot
Kejadian hamil ganda dari satu ovum lebih jarang daripada dua
ovum. Selain itu, saat pemecahannya akan menyebabkan terjadinya
anomali pertumbuhan dapat terjadi berbagai bentuk.

13

Morbiditas dan mortalitas hamil ganda dengan satu ovum, lebih


tinggi daripada dua ovum, berdasarkan bentuk pemecahannya dan
terdapat retroplasentar sirkulasi tunggal, sehingga dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang janin lainnya.
Jika pemisahan terjadi setelah diskus embrional terbentuk, akan
terjadi bentuk terpisah yang tidak lengkap dan terdapat bayi kembar
siam. Kejadian kembar siam sangat langka sekitar 1 dalam 70.000
persalinan.
Pada kehamilan ganda monozigot dapat terjadi satu jantung lebih
dominan sehingga dapat menyerap darah lebih banyak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhannya.
2.1.6

Diagnosis Kehamilan Kembar


Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri fisiologi

dan patologi (2011) diagnosis kehamilan kembar di tegakkan berdasarkan :


1. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya
kehamilan.
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c. Uterus terasa lebih cepat membesar.
d. Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.
2. Inspeksi dan Palpasi
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih
besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering.
c. Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak.
d. Teraba ada 3 bagian besar janin.
e. Teraba ada 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak
berjauhan

dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut

permenit atau lebih bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.


4. Rontgen foto abdomen
tampak gambaran 2 janin.

14

5. Ultrasonografi
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram total.
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena ada kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada
2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi
kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat
dikacaukan dengan mola hidatidosa. Kadangkala diagnosa baru
diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan
ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar
sering

terjadi

bersamaan

dengan

hidramnion

dan

toksemia

gravidarum.
2.1.7 Penatalaksaan Kehamilan Kembar
Penanganan dalam Kehamilan Kembar Menurut Mochtar (2011) :
1.
Perawatan antenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar
dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah
ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 seminggu
2.

pada kehamilan lebih dari 32 minggu).


Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya

3.

dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.


Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,

4.

supaya terasa lebih ringan.


Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

Penanganan dalam Persalinan Kembar


1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa
ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, . sambil memeriksa
tekanan darah dan lain-lain.

15

3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua
terletak membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air
tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak
kedua seperti biasa.
4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum,
maka sebaiknya pasang infus profilaksis.
5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau
terjadi prolaps

tali

pusat

dan

solutio

plasenta,

maka

janin

dilahirkan dengan cara operatif obstetrik :


a.

Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan
cara versi dan ekstraksi.

b.

Pada

letak

kepala,

persalinan

dipercepat

dengan

ekstraksi

vakum atau forseps.


c.

Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.

6. Indikasi seksio saesarea hanya pada :


a. Janin pertama letak lintang.
b. Bila terjadi prolaps tali pusat.
c. Plasenta previa.
d. Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak
sungsang dan anak kedua letak kepala.
7. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon
tambah 0,2 mg methergin intravena.
2.1.8

Komplikasi
Komplikasi dalam kehamilan ganda meliputi abortus yaitu abortus

spontan lebih besar kemungkinannya terjadi pada janin ganda. Berbagai


ulasan rinci mendapatkan bahwa kembar terindentifikasi tiga kali lebih
sering pada abortus dibandingkan pada kehamilan aterm.
BBLR : akibat pertumbuhan janin dan persalinan kurang bulan,
BBLR adalah berat janin yang kurang dari 2500 gram, yang mempunyai
karkteristik pernafasan tidak sempurna sekitar 45-50 kali per menit,

16

frekuensi nadi 100 sampai140 kali permenit, kulit tipis transparan, otot
hipotonik lemah sehingga pada BBLR dapat juga terjadi asfeksia
(manuaba, 2010).
Resiko untuk pre-eklamsia, pendarahan post partum meningkat
pada gameli dibandingkan dengan janin tunggal (lenovo, 2012). Prekuensi
hidramnion kira-kira 10 kali lebih besar pada kehamilan kembar dari pada
kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus tegang, sehingga
dapat menyebabkan partus prematurus, innersia uteri, atau pendarahan
antepartum. Prekuensi pre eklamsi dan eklamsi juga dilaporkan lebih
sering pada kehamilan kembar (pudiastuti, 2012).
Komplikasi pada kehamilan : hidramnion, prematuritas, kelainan
letak, plasenta previa, solusio plasenta, komplikasi post partum : antonia
uteri, retensio plasenta penddarahan post partum dan infeksi (nugroho,
2010).
Anemia karena terjadi hemodilusi yang makin tinggi, sehingga
menyebabkan anemia relatif makin nyata, kebutuha janin ganda terhadap
asam folat makin tinggi sehingga timbul anemia megaloplastik (Manuaba,
2007).
Pengaruh terhadap ibu dan janin menurut Mochtar (2011) yaitun :
1. Terhadap Ibu
a. Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan
dsfisiensi zat-zat lainnya.
b. Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
c. Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
d. Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak nafas, sering miksi,
serta terdapat edema dan varices pada tungkai dan vulva.
e. Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio
plasenta sesudah anak pertma lahir.
2. Terhadap Janin
a. Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin
pada kehamilan kembar : 25% pada gameli, 50% pada triplet, dan
75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup
bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
b. Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka
angka kematian bayi kedua tinggi.

17

c. Sering terjadi kesalahan lartak janin, yang juga akan mempertinggi


angka kematian janin.
2.2

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah digunakan sebagai metode pengorganisasian

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan


dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2009).
Langkah-langkah manajemen

kebidanan

merupakan

suatu

proses

penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam


mengantisipasi masalah. Ada tujuh langkah dalam menejemen kebidanan menurut
Varney (2009), yaitu: pengkajian atau pengumpulan data dasar (Data Subjektif
dan Data Objektif), interpretasi data, identifikasi diagnosa atau masalah potensial,
antisipasi tindakan segera dan kolaborasi, perencanaan/implementasi dan evaluasi.
2.2.1 Langkah I : Pengkajian Data Dasar
2.2.1.1 Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai
pendapat terhadap situasi data kejadian. Informai tersebut dapat
ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
1. Biodata
a. Nama : Dikaji untuk menghindari adanya kekeliruan atau
untuk membedakan dengan pasien lain.
b. Umur : untuk mengetahui faktor resiko dalam kehamilan
yaitu < 20 tahun dan > dari 35 tahun (Prawihardjo, 2013)
c. Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
Berdasarkan teori umur dapat menjadi faktor terjadi kehamilan
kembar, yaitu pada umur 35-40 tahun lebih tinggi angka
kejadian kehamilan kembar daripada umur 20 tahunan dan
menurun lagi setelah umur 40 tahun.
Ras juga menjadi faktor penyebab terjadinya kehamilan kembar,
pada orang yang berkulit lebih cenderung terjadi kehamilan
kembar dari pada orang yang berkulit putih.
2. Keluhan Utama
Alasan wanita

datang

mengunjungi

klinik/RB/RS

dan

diungkapkan dengan kata-kata sendiri (Varney, 2009).

18

Kemungkinan yang ditemui :


a. Perut lebih besar dari semestinya sesuai dengan umur tuanya
kehamilan. Karena terdapatnya dua janin didalam perut ibu
sehingga pada kehamilan gemelli perut akan lebih besar dari
pada kehamilan tunggal.
b. Ibu akan mengeluh sesak nafas dikarenakan pembesaran
perut yang lebih dari seharusnya mendorong diafgrama.
c. Ibu merasakan gerakan janin yang lebih banyak. Hal ini
dikarenakan

ekstremitas

multijanin

lebih

banyak

dibandingkan dengan janin tunggal.


d. Pembesaran

perut

lebih

cepat.

Karena

pertumbuhan

multijanin yang membuat uterus lebih besar dari ukurannya


pada janin tunggal.
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir,
tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong
persalinan, penyulit dalam persalinan, jenis kelahiran berat
badan lahir, panjang badab lahir, riwayat nifas yang lalu,
keadaan anak yang sekarang, untuk mengetahui riwayat yang
lalu sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan
(Prawihardjo, 2013).
Pada kehamilan yang lalu,

kemungkinan klien pernah

mengalami kehamilan kembar.


4. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui apakah ada perubahan pola kebiasaan seharihari selama ibu hamil.
a. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji meliputi, Janis, frekuensi, kualitas,
keluhan. Pada ibu kehamilan kembar terjadi peningkatan
nafsu makan yang lebih dari kehamilan tunggal
Menurut Nylander (1971) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan status nutrisi direflesikan dengan berat badan ibu.
Ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko

19

untuk hamil ganda sebesar 25-30% dibandingkan ibu yang


lebih pendek dan berbadan kecil.
2.2.1.2 Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam,
2009).
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu dan
tingkat kesadaran pasien sedang atau baik (Nursalam, 2009).
b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan), samnolen
( kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan
rangsangan nyeri, tetapi jatuh tidur lagi), koma (tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada (Nursalam, 2009).
c. Tinggi Badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil,
kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak (Varney, 2009). Jika kurang dari 145 cm termasuk
resiko tinggi (Manuaba, 2012).
d. Berat Badan : untuk mengetahui kenaikan berat badan
selama hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg
per minggu, tetapi nilai normal untuk penambahan berat
badan selama hamil 9-12 Kg (Saifudin, 2010).
e. LiLA : untuk mengetahui Lingkar Lengan Atas ibu hamil
apakah 23,5 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
(Wiknjosastro, 2009).
Menurut Nylander (1971) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan status nutrisi direflesikan dengan berat badan ibu.
Ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko
untuk hamil ganda sebesar 25-30% dibandingkan ibu yang
lebih pendek dan berbadan kecil.

20

Menurut McGlivray (1986) dalam dr. Taufan Nugroho


(2012) juga memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih
sering ditemui pada wanita berbadan besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita pendek dan bertubuh kecil.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor risiko Hipertensi
atau Hipotensi (Saifudin, 2010). Batas normal 120/80 140/90 mmHg (Prawihardjo, 2010).

b. Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada


peningkatan atau tidak. Batas normal suhu tubuh yaitu 35,8
C-37 C (Mandriwati,2009).
c. Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
menit (Saifudin, 2010). Batas Normal 60 100 kali
permenit (Prawihardjo, 2013).
d. Pernafasan : dinilai dari pernafasan dan bunyi nafas dalam 1
menit. Apakah pernafasan kurang dari 40 kali per menit /
lebih dari 60 kali per menit (Saifudin, 2010).

3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
a) Inspeksi
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah ada
riwayat operasi yang melukai dinding rahim
Pembesaran perut : untuk menentukan sesuai atau
tidaknya dengan usia kehamilan
Pada kehamilan kembar terjadi pembesaran perut lebih
besar dari usia kehamilan
b) Palpasi
Menurut Manuaba (2012), palpasi adalah pemeriksaan
dengan indera peraba yaitu tangan, dilakukan untuk
menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia
kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan metode :

21

TFU

: untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri

Leopold I

dan Usia kehamilan.


: Untuk mengetahui TFU dan apa yang

Leopold II

berada difundus.
: Untuk mengetahui bagian punggung

Leopold III

janin berada disebelah kanan atau kiri.


: Untuk mengetahui bagian terbawah

Leopold IV

janin, bokong atau kepala.


: untuk mengetahui apakah bagian
terbawah janin sudah masuk PAP atau

Mc. Donald
TBJ

belum
: untuk menetukan TFU dalam cm
: Untuk mengetahui perkiraan berat
janin. Dihitung dengan cara TFU bil
kepala janin sudah masuk panggul
seluruhnya dikurangi 11, bila kepala
janin sudah masuk panggul sebagian
dikurangi 12, dan bila kepala janin belum
masuk panggul dikurangi 13 dikali 155.

c) Auskultasi
DJJ

: Untuk menentukan lokasi punctum


maximum, frekuensinya teratur atau

Frekuensi

tidak.
: Denyut jantung normal 120-160 x/I,
jika ditemukan DJJ dibawah 100 x/I
atau lebih dari 180 x/I merupakan
tanda-tanda yang perlu diwaspadai pada

janin (Varney, 2009).


4. Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi,
kelainan dan penyakit yang menyertai kehamilan (Nursalam,
2010).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjang pemeriksaan yang
sebelumnya telah dilakukan. Yaitu pemeriksaan laboratorium.
Seperti :
a) Hb
b) Protein urin

22

c) Glukosa urin
d) USG
e) CTG
2.2.2

Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau

masalah berdasarkan interpretasi yang benar diatas data yang telah


dikumpulkan yaitu dengan diagnosa kebidanan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul
adalah :
a. Diagnosa Kebidanan
Ibu G..P..A..H.. usia
tunggal/kembar,

kehamilan...minggu,

intra/ekstra

uterin,

janin

presentasi

hidup/mati,

kepala/bokong,

puki/puka, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.


Dasar :
1) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke...
2) Ibu mengatakan HPHT nya pada tanggal....
3) Taksiran persalinan pada tanggal...
4) Riwayat adanya keturunan kembar
5) TFU lebih besar baik secara leopold dan cm
6) Leopold I
: Untuk mengetahui TFU dan bagian apa yang
terdapat di fundus.
7) Leopold II
: Untuk menegetahui bagian punggung janin berada
disebelah kanan atau kiri.
8) Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah janin, bokong
atau kepala.
9) Leopold IV

: Untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin

sudah masuk PAP atau belum (Manuaba, 2012).


10) Teraba 2 kepala
11) Teraba 2 bokong atau 2 punggung
12) DJJ positif/negatif, terdapat di dua bagian kanan atau kiri perut
ibu.
13) Pada pemeriksaan USG terliahat dua bayangan janin dengan 1
atau 2 kantong amnion.
14) Pemeriksaan panggul luar dalam batas normal atau tidak.
15) TTV dalam batas normal atau tidak.
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2009). Pada kasus
kehamilan kembar masalah yang akan muncul adalah:
23

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2.2.3

Perut terasa tegang


Sesak nafas
Merasa kurang nyaman
Nyeri di ari-ari
Sering BAK
Hiperemesis
Hidramnion
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah

Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial, berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Untuk kehamilan kembar (gemelli) diagnosa potensialnya yaitu:
1) Abortus
2) KPD
3) Premature
4) BBLR
2.2.4

Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Tindakan


Segera
Langkah ini mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan segera ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2009).

2.2.5

Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang menyeluruh


Suatu rencana asuhan disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan
maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi
yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan
tindakan yang mungkin dilakukan antara lain :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Berkolaborasi dengan dokter SpOG
3. Pemantauan DJJ
4. Jelaskan kepada ibu mengenai kehamilan kembar.
5. Jelaskan penyebab nyeri di ari-ari
6. Jelaskan penyebab sesak nafas
7. Ajarkan ibu pernafasan efektif
8. Perbaiki posisi tidur
9. Jelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan
24

10. Dokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan


2.2.6

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Bila
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

2.2.7

Langkah VII : Evaluasi


Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan, kehamilan
atau persalinan dengan gemelli. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan
secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah
diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
1. Tercapainya seluruh perencanaan tindakan.
2. Tercapainya sebagian dari perencanaan tindakan, sehingga
dibutuhkan revisi.
3. Tidak tercapainya seluruh perencanaan tindakan.

2.3

Konsep Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP


Dalam keputusan Menteri Kesehatan nomor 938 tahun 2007 telah

ditetapkan standar pencatatan asuhan kebidanan, yang merupakan standar VI dari


standar Asuhan Kebiadanan, pernyataan dan kriteria standar VI tentang pencatatan
adalah sebagai berikut :
S (Subjektif)
: Merupakan data yang haru dicatat sebagai dasar
melakukan asuhan kepada klien atau pasien yang didapat
O (Objektif)

dari hasil anamnesa


: Merupakan data dasar dalam melakukan penilaian
sakaligus pengambilan keputusan klinis yang diambil
dalam membantu klien atau memecahkan masalah dan
memberikan tindakan.
25

A ( Assesments )

: Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah


kebidanan.

P ( Penatalaksanaan ) : Adalah

sangat menggambarkan pelayanan asuhan

kebidanan yang komprehensif dan berkesinambungan,


karena harus mencatat seluruh tindakan bidan yang telah
dilakukan dari mulai antisipasi yaitu tindakan untuk
menghindari masalah atau diagnosa yang mengancam
potensial yang akan terjadi pada klien.

BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.S
G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 37-38 MINGGU DENGAN
KEHAMILAN KEMBAR DI RUANGAN KEBIDANAN
RSUD DR. M. ZEIN PAINAN PADA TANGGAL
10-13 OKTOBER 2016
Tanggal Masuk
No Register

: 10 Oktober 2016
: 220363

Tanggal Pengkajian

: 10 Oktober 2016 pukul 09.00

I.

Pengkajian (Pengumpilan Data Dasar)


A. Identitas / Biodata
Nama

: Ny. S

Nama Suami

: Tn. G

Umur

: 26 tahun

Umur

: 35 tahun

26

Suku/ bangsa : Indonesia

Suku/bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat kantor : -

Alamat kantor

:-

No.telp

No.telp

:-

:-

Alamat Rumah: Berung-berung belantai, Tarusan


No.telp

: 081274816233

Keluarga terdekat yang mudah dihubungi:


Nama

: Ny. A

Alamat

: Duku, Tarusan

No.telp

: 085274xxxxxx

B. Anamnesa (Data Subjektif)


1. Pada tanggal

: 10 Oktober 2016

pukul: 09.00 WIB

Alasan Kunjungan saat ini : Merupakan rujukan dari Bidan dengan


keluhan nyeri di ari-ari dan pusing
2. Riwayat menstruasi
Menarche

: Umur 15 tahun

Lamayan

Siklus

: 28 hari

Dismenorrhoe : Tidak Ada

Banyaknya

: 5 hari

: 2x ganti duk/hari

3. Riwayat kehamila,persalinan dan nifas yang lalu


No

Tgl
Lahir

Usia
Keha
Milan

Jenis
Tempat

Komplikasi
Ibu

bayi

Pen
Olong

bayi
PB/BB
/JK

Nifas
Keadaan

lochea

Ini

4. Kontrasepsi yang pernah di gunakan : Tidak Ada


5. Riwayat kehamilan sekarang
a. Hari pertama haid terakhir : 20-1-2016
b. Keluhan-keluhan pada
Trimester I
: Mual Muntah
Trimester II
: Tidak Ada
Trimester III
: Nyeri di ari-ari

27

laktasi

c. Kapan pergerakan janin pertamakali di rasakan ini : Sejak 4 bulan


yang lalu
d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
e. Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu
5L
Mual dan muntah terus menerus
Nyeri perut
Demam tinggi
Sakit kepala berat
Penglihantan kabur
Rasa nyeri/panas BAK
Gatal pada vulva
Pengeluaran pervaginam
Nyeri dan kemerahan pd tungkai
Bengkak pd wajah, tungkai, kaki
f. Obat/suplemen termasuk jamu-jamuan
yang di konsumsi
g. Imunisasi
TT 1

TT 2

2015

2016

TT 3

: 24 kali
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tablet Fe

TT 4

TT 5

6. Riwayat kesehatan ibu


a. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Jantung
: Tidak Ada
Asma
: Tidak Ada
Hipertensi : Tidak Ada
TBC
: Tidak Ada
Ginjal
: Tidak Ada
Epilepsi : Tidak Ada
DM
: Tidak Ada
PMS/IMS: Tidak Ada
a. Riwayat Alergi
Jenis makanan
: Tidak Ada
Jenis obat-obatan
: Tidak Ada
b. Riwayat transfusi darah
: Tidak Ada
c. Riwayat operasi diding rahim
: Tidak Ada
d. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak Ada
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Penyakit Keturunan
Jantung : Tidak Ada DM : Tidak Ada
Epilepsi : Tidak Ada
Hipetensi : Tidak Ada Asma : Tidak Ada
b. Riwayat Keturunan Kembar
: Ada
8. Riwayat Psikososial
a. Kehamilan ini
:Direncanakan
b. Respon ibu terhadap kehamilan
: Senang
c. Respon suami dan keluarga
: Senang
terhadap kehamilan ibu
d. Hubungan dengan suami/keluarga
: Baik
28

e. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat: Baik


f. Kekhwatiran-kekhwatiran khusus
: Tidak Ada
9. Riwayat Perkawinan
Kawin I umur
Setelah hamil umur berapa baru hami
10. Keadaan Ekonomi
Penghasilan perbulan
Jumlah anggota keluarga yang di tanggung
Penghasilan per kapita
11. Keadaan Ekonomi
Kebisaan hidup sehari-hari
a. Personal hygine
Mandi
: 2x sehari
Sikat gigi
: 2x sehari
Keramas
: 3x seminggu
Ganti pakaian dalam
: 2x sehari
b. Pola makan dan minun

: 25 tahun
: 3 bulan
:Rp.3.000.000
: 2 orang
: Rp.1.500.000

Sebelum Hamil
Pagi : 1 piring sedang nasi putih + 1 potong ikan
Siang : 1 piring sedang nasi putih + 1 potong ikan + 2 potong tahu + 1
mangkok kecil sayur
Malam : 1 piring nasi putih + sayur + lauk pauk + 1 gelas air putih
Setelah Hamil
Pagi : 1 piring sedang nasi putih + 2 potong ikan + 1 mangkok kecil
sayur + 1 potong pepaya
Siang : 1 piring sedang nasi putih + 2 potong ikan + 2 potong tahu + 1
mangkok kecil sayur + 1 gelas jus jeruk
Sore
: makan cemilan dan buah
Malam : 1 piring nasi putih + sayur + lauk pauk + 1 gelas air putih +
1 gelas susu
Masalah gangguan pencernaan

: tidak ada

Perubahan pola makan yang dialami pada kehamilan (termasuk


ngidam, nafsu makan, dan lain lain)
c. Pola eliminasi
BAK
Frek
: 8xehari
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada

: tidak ada
BAB
Frek
: 1xsehari
Warna : Kuning kecoklatan
konsistensi : Lunak
Keluhan

: Tidak Ada

d. Pola istirahat
29

e.

f.
g.
h.

Istirahat siang
Istirahat malam
Aktifitas sehari-hari
Beban kerja
Olah raga
Kegiatan spiritual
Hubungan Seksual
Kegiatan yang merugikan kesehatan
kebiasaan merokok,minuman keras,
konsumsi obat-obatan terlarang
budaya yang merugikan kesehatan

: 1 Jam
: 8 jam
: Ibu Rumah Tangga
: ada, Jalan Pagi
: sholat 5 waktu
: Tidak ada masalah
: Tidak Ada
: Tidak Ada

12. Persiapan untuk kegawatdaruratan


a. Pengambilan keputusan yang berhubungan : Suami
Dengan kesehatan ibu
b. Tempat persalinan yang diinginkan
: Rs
c. Petugas kesehatan yang diinginkan
: Dokter
Oleh ibu untuk menolong persalinan
d. Persiapan donor darah
: Ada
e. Persiapan biaya persalinan
: Ada
f. Persiapan transportasi
: Ada
g. Golongan darah
:A

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Baik
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/i
Suhu
: 36,9

Pernafasan
: 20x/menit
BB sebelum hamil : 57 kg
BB setelah hamil : 71 kg
TB

:157cm

LiLA
: 30cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala
: Bersih
Rambut
: Tidak ada ketombe dan tidak rontok
Mata
: konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik
Muka
: tidak ada oedem dan closma gravidarum
Mulut
: lidah tidak pucat dan bibir tidak kering
Gigi
: gigi tidak ada caries
Leher
: tidak ada pembesaran kel. tiroid dan
Payudara

pembengkakan kel. limfe


: Simetris
: kiri dan kanan
Areola mammae
: hiperpigmentasi
Papilla mammae
: Menonjol

30

Kolustrum/cairan lain : Ada


Abdomen :
bekas luka operasi
Pembesaran
Strie
Linea alba
Genetalia :
Kemerahan

: tidak ada
: lebih besar dari usia kehamilan
: Tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

Pembengkakan

: tidak ada

Varices

: tidak ada

Oedema

: Tidak ada

Ekstimitas
Atas

Bawah

Oedema

: tidak ada

Oedema

Siagnosis

: tidak ada

Siagnosis : ada

Pergerakan : aktif

: tidak ada

Pergerakan : aktif

b. Palpasi
Leopold I : TFU dua jari di bawah px, pada fundus teraba 2
bagian besar secara berdampingan yang bundar, lunak, dan

tidak melenting kemungkinan bokong janin.


Leopold II : sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang
dan memapan kemungkinan ini punggung janin pertama dan
di kanan perut ibu teraba panjang,memapan mungkin ini

punggung janin yang kedua.


Leopold III : pada perut ibu bagian bawah teraba 2 bagian
besar secara berdampingan yang bulat, keras, dan melenting.
Kepala masih bisa di goyangkan kemungkinan ini kepala

belum masuk PAP.


Leopold IV : Tidak dilakukan karena kepala belum masuk
PAP

Mc. Donald : 39 Cm
TBBJ
c.

Auskultasi
BJJ

: (39 13) x 155 = 4030 gr


: (+) 2 dilokasi yang berbeda

31

Frekuasi/irama : Pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit


dibawah pusat 136x/menit, irama teratur. Pada lokasi perut ibu
sebelah kanan sedikit di bawah pusat 140x/menit, irama teratur.
Intensitas
: Kuat
d. Perkusi
Reflek patella Kanan : (+)
Reflek patella kiri
: (+)
e. Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum

: Tidak dilakukan

Distansia cristarum

: Tidak dilakukan

Cunjugata eksternal

: Tidak dilakukan

Lingkaran panggul

: Tidak dilakukan

Normal berdasarkan pemeriksaan bidan BPM


f. pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- HB
: 12,8 gram%
- Protein urin
: Negatif
- Glukosa urin
: Tidak dilakukan
USG

: janin hidup, kembar, intrauterin

CTG

: Tidak dilakukan

Petugas Kesehatan

..

Padang, 10 Oktober 2016


klien/keluarga

................................

32

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.S G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 37-38 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN KEMBAR DI RUANGAN KEBIDANAN
RSUD DR. M. ZEIN PAINAN PADA TANGGAL
10-13 OKTOBER 2016
SUBJEKTIF

OBJEKTIF

ANALISIS

PERENCANAAN

Tanggal : 10 Oktober 2016


Pukul : 09.00 WIB
1. Pemeriksaan umum
1. Ibu hamil yang pertama
KU : Baik
2. Ibu tidak ada menggunakan alat
Kesadaran : CMC
kontrasepsi sebelumnya
TB : 157 cm
3. Dari keluarga ibu ada riwayat
BB : 71 kg
kehamilan kembar
LILA: 30 cm
4. Ibu mengeluh nyeri di ari-ari dan
TP : 27-11-2016
merasa pusing
TTV :
5. Berat badan ibu sebelum hamil
TD : 120/80 mmHg
57 kg
N : 80 x/i
6. HPHT ibu tanggal 20-1-2016
S : 37
P : 20 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Wajah : Tidak oedema dan tidak
ada chloasma Gravidarum.
Kelopak mata : Tidak Oedema.
Konjungtiva : Tidak Pucat.
Sklera : tidak ikterik.

Diagnosa :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TTV :
Ibu hamil G1P0A0H0 Usia

TD : 120/80 mmHg
kehamilan 37-38 minggu, janin
N : 80 x/i
hidup, kembar, intrauterin, PUKI
dan PUKA, presentasi kepala, jalan
S : 36,9
lahir normal,KU ibu dan janin baik.
P : 20 x/i
DJJ : (+) 2 dilokasi yang
Diagnosa Potensial :
berbeda
Prematur
- Frekuensi : Pada lokasi
BBLR
perut ibu sebelah kiri sedikit

dibawah pusat 136x/menit.


Pada lokasi perut ibu sebelah
kanan sedikit di bawah pusat
140x/menit.

Masalah :
Ibu merasa nyeri di ari-arinya dan
puaing
Kebutuhan :
1. Memberitahu

ibu

hasil

Irama
: teratur
Kekuatan : Kuat
HB : 12,8 gram%

33

Leher : Tidak ada pembengkakan


kelenjar tyroid dan pembesaran
kelenjar limfe.
Payudara :
- Aerola mamae: Hiperpigmentasi.
- Papilla mamae : Menonjol.
- Colostrums : Sudah keluar.
Abdomen : tidak bekas operasi dan
pembesaran perut lebih besar dari
usia kehamilan
Palpasi
LI : TFU 2 jari dibawah px, teraba
dua bagian yang bundar, lunak,
dan tidak melenting kemungkinan
bokong janin
LII : PU-KI untuk janin pertama,
PUKA untuk janin kedua
L III: Pres-Kep, teraba dua bagian
bulat, keras, dan melenting
kemungkinan kepala janin. Kepala
masih bisa digoyangkan
kemungkinan kepala belum masuk
PAP
L IV : Tidak dilakukan karena
kepala belum masuk PAP
Mc. Donald : 39 cm
TBBJ : 4030 gr
Auskultasi
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang
berbeda

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

pemeriksaan
Protein Urine : Negatif
Pemantauan DJJ
USG : janin hidup, kembar,
Jelaskan kepada ibu mengenai
intrauterin
kehamilan kembar.
Evaluasi :
Jelaskan penyebab nyeri di ariIbu dan keluarga mengerti dengan
ari dan pusing yang di rasakan
informasi yang telah dijelaskan
Posisi Tidur
Kebutuhan istirahat dan nutrisi
2. Kolaborasikan
dengan
dokter
Pernafasan efektif
obgyn untuk rencana tindakan
Teknik relaksasi
selanjutnya yang akan dilakukan
Jelaskan kepada ibu tandapada Ny.S
tanda persalinan
Evaluasi
:
Dokumentasikan tindakan dan
Anjuran dokter lakukan Pemantaun
hasil pemeriksaan
terhadap ibu dan janin
3. Memberitahu ibu bahwa kehamilan
kembar ini dipengaruhi oleh
keturunan
Evaluasi :
ibu paham dengan penjelasan yang
disampaikan
4. Memberitahu tibu bahwa nyeri ariari yang dirasakan adalah hal
normal yang sebabkan semakin
turunnya janin serta gerakan akan
sering dirasakan karena ada 2 janin
di dalam perut ibu
Evaluasi :

34

Frekuensi

: Pada lokasi

perut ibu sebelah kiri sedikit


dibawah pusat 136x/menit.
Pada lokasi perut ibu sebelah
kanan sedikit di bawah pusat
140x/menit.

- Irama : teratur
- Kekuatan : Kuat
Perkusi
Reflek patela : (+) kiri dan kanan
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
- HB : 12,8 gram%
- Protein Urine : Negatif
- Glukosa Urine : Tidak
dilakukan
USG : janin hidup, kembar,
intrauterin

ibu paham dan mengerti dengan


penjelasan yang disampaikan

5. Mengajurkan ibu untuk tidur


dengan posisi miring ke kiri karena
jika ibu tidur terlentang dapat
menyebabkan sesak nafas, dan jika
hindari tidur miring kekanan
karena dapat menekan vena cava
inferior yang dapat menyebabkan
peredaran darah tidak lancar
sehingga menimbulkan rasa pusing
Evaluasi :
ibu paham dengan penjelasan yang
disampaikan
serta
bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
6. Menyuruh ibu untuk banyak
istirahat dan memenuhi nutrisinya.
Evaluasi :
ibu paham dan bersedia mengikuti
psaran yang disampaikan
7. Mengajarkan ibu teknik pernafasan
efektif agar ibu tidak mengalami

35

sesak nafas yaitu dengan menarik


nafas melalui hidung secara
perlahan-lahan
kemudian
mengeluarkannya melalui mulut
secara pelan-pelan.
Evaluasi :
ibu paham dan bersedia mengikuti
saran yang disampaikan

8. Mengajarkan ibu teknik relaksasi


yaitu dengan cara:
Teknik pernafasan yang efektif
Posisi yang nyaman
Lingkungan yang tenang
Menenangkan perasaan
Evaluasi :
ibu paham dan bersedia mengikuti
seperti yang telah diajarkan.
9. Memberitahu ibu bahwa kehamilan
kembar ini dipengaruhi oleh
keturunan
Evaluasi :
ibu paham dengan penjelasan yang
disampaikan
10. Menjelaskan kepada ibu tentang

36

tanda-tanda persalinan yaitu sakit


pinggang menjalar ke ari-ari dan
keluar lendir bercampur bercak
darah.
Evaluasi :
Ibu
sudah
paham
dengan
penjelasan yang disampaikan

11. Melakukan pemantauan TTV ibu


dan DJJ pada jam 20.00 WIB
Evaluasi :
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/i

S : 37

P : 22 x/i
DJJ : (+) janin pertma dan janin
kedua
- Frekuensi : 144x/i dan 142x/i
- Irama : teratur
- Kekuatan : Kuat
Evaluasi :

37

Hasil pemeriksaan dicatat dalam


Rekam medik pasien

38

CATATAN PERKEMBANGAN

Tangga / Jam

Catatan Perkembangan

10 Oktober 2016
Jam 20.00

DS : Ibu mengatakan sering merasakan gerakan janin


DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/i
S : 37
P : 22 x/i
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 144x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 142x/menit.
-

Irama
Kekuatan

: teratur
: Kuat

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin
baik
:
Melakukan pemantauan selanjutnya pada
pukul 09.00 Wib
Berkolaborasi dengan dokter SpOG jika di
temukan tanda bahaya atau tanda
persalinan pada pasien.
Memberitau kepada ibu bahwa gerakan
janin tersebut dikarenakan ekstremitas
multijanin lebih banyak dibandingkan
dengan janin tunggal, sehingga terasa
gerakan janin yang lebih banyak dan
sering.

39

Tangga / Jam
11 Oktober 2016
Jam 09.00 Wib

Catatan Perkembangan
DS : Ibu mengeluh perutnya terasa tegang
DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 78 x/i
S : 36,8
P : 18 x/i
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 148x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 144x/menit.
-

Irama : teratur
Kekuatan : Kuat

Jam 20.00 Wib

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin
baik
P :
Melakukan pemantauan selanjutnya pada
pukul 20.00 Wib
Berkolaborasi dengan dokter SpOG jika di
temukan tanda bahaya atau tanda
persalinan pada pasien.
DS : Ibu mengeluh perutnya terasa tegang
DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/i
S : 36,9
P : 20 x/i
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 138x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 142x/menit.
-

Irama : teratur
Kekuatan : Kuat

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


40

dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin


baik
P

Tangga / Jam
12 Oktober 2016
Jam 09.00 Wib

Melakukan pemantauan selanjutnya pada


pukul 09.00 Wib
Berkolaborasi dengan dokter SpOG jika di
temukan tanda bahaya atau tanda
persalinan pada pasien.
Catatan Perkembangan

DS : Ibu mengeluh pusing


DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 90/60 mmHg
N : 78 x/i
S : 37
P : 22 x/i
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 154x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 148x/menit.
-

Irama : teratur
Kekuatan : Kuat

Jam 20.00 Wib

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin
baik
P :
Melakukan pemantauan selanjutnya pada
pukul 20.00 Wib
Menjelaskan pada ibu untuk istirahat yang
cukup
Menganjurkan ibu untuk tidur dengan
posisi miring kekiri
Berkolaborasi dengan dokter SpOG jika di
temukan tanda bahaya atau tanda
persalinan pada pasien.
DS : Ibu mengatakan sudah tidak pusing lagi
DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 110/70 mmHg
41

N : 84 x/i

: 36,9

P : 20 x/i
DJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 138x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 144x/menit.
-

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin
baik
:
Melakukan pemantauan selanjutnya pada
pukul 09.00 Wib
Berkolaborasi dengan dokter SpOG jika di
temukan tanda bahaya atau tanda
persalinan pada pasien.

Tangga / Jam
13 Oktober 2016
Jam 09.00

Irama : teratur
Kekuatan : Kuat

Catatan Perkembangan
DS : Ibu mengatakan perutnya terasa sakit ke ari-ari
DO : Kesadaran umum : CMC
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/i
S : 37
P : 20 x/i
DJJ : (+) 2 dilokasi yang berbeda
- Frekuensi : Pada lokasi perut ibu sebelah
kiri sedikit dibawah pusat 154x/menit. Pada
lokasi perut ibu sebelah kanan sedikit di
bawah pusat 158x/menit.
-

Irama : teratur
Kekuatan : Kuat

42

: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu


dengan kehamilan kembar KU ibu dan janin
baik
:
Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk
tindakan selanjutnya.
Pemantauan pasien dan janin tiap 5 jam

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa persamaan antara bahasan teoritis
dengan kenyataan yang ada dilapangan dan juga menguraikan kesenjangan kesenjangan yang ditemukan serta mencari jalan keluarnya. Sesuai dengan
langkah - langkah manajemen kebidanan.
5.1 Langkah I Pengkajian Data Dasar
5.1.1 Data subjektif
a. Umur
Menurut R. Muchtar

(2011)

Peluang

hamil

kembar

berhubungan dengan usia, dan puncaknya pada usia 35 dan 39


tahun. Karena perempuan berusia di atas 35 tahun menghasilkan
follicle

stimulating

hormone

(FSH)

yang

lebih

banyak

dibandingkan dengan usia muda, dan perempuan dengan FSH


tinggi bisa melepaskan lebih dari satu sel telur dalam sebuah siklus.
Namun kehamilan di usia ini juga meningkatkan risiko komplikasi
seperti

preeklamsia

(tekanan

darah

tinggi),

terutama

jika

kehamilan tersebut adalah yang pertama.

43

Menurut Sarwono (2008) Semakin tinggi umur wanita,


maka

akan

semakin mengalami kehamilan ganda. Resiko

kehamilan ganda akan menurun, setelah wanita berumur 40 tahun.


Umur yang semakin tinggi frekuensinya (> 35 tahun),
setelah umur 40 tahun frekuensi kehamilan kembar menurun lagi
tetapi pada umumnya ada wanita yang umurnya lebih tua akan
mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami kehamilan
kembar (Feryanto, 2011).
Dari hasil pengakjian yang dilakukan pada pasien diapatkan
bahwa umur pasien 27 tahun, dan itu tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa frekuensi kehamilan kembar semakin tinggi
pada usia diatas 35 tahun dan menurun di usia 40 tahun.
b. Ras
Menurut Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran
ganda terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih,
sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.
Wanita kulit putih melahirkan kembar 1:100, wanita kulit
hitam 1:80,dimana angka kehamilan kembar lebih besar terjadi pad
wanita kulit putih dibandingkan kulit hitam (Feryanto, 2011).
Menurut Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu
masyarakat pedesaan di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan
ganda terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran, kehamilan pada
orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan
ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi
terjadinya kehamilan kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda
ini disebabkan oleh perbedaan tingkat

Folikel

Stimulating

Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi (Nugroho,


2012).
Beradasarkan hasil pengakajian dan pemeiksaan, terdapat
kesenjangan

antara

menyatakan bahwa

teori

dengan

kenyataan

dimana

teori

orang yang memiliki kulit putih lebih

cenderung mengalami kehamilan kembar di bandingan orang yang


berkulit hitam.
44

c. Keturunan
Menurut analisis

Bulmer

(1960)

terhadap

anak-anak

kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi


hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar, keterangan
didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multiple ovuasi
yang diturunkan (Nugroho, 2012).
Menurut White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa
para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per
58

kelahiran.

Namun,

wanita

yang bukan

kembar

tapi

mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar


dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.
Ada kecenderungan terjadinya kehamilan kembar yang lebih
besar apabila diturunkan dari pihak ibu. Apabila ibunya sendiri
kembar, maka kemungkinan melahirkan anak kembar ialah 1:58,
tetapi

apabila

ayahnya

yang

kembar,maka

kemungkinan

melahirkan anak kembar adalah 1:116 (Feryanto, 2011).


Berdasarkan

hasil

pengkajian

memang

keturunan

berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari


pernyataan pasien bahwa keluarga dari pasien tersebut pernah
memiliki riwayat kembar, yaitu kakak dari suami pasien tersebut.
Secara teori kehamilan kembar dapat terjadi jika salah satu orang
tua dari calon bayi memiliki riwayat kembar. Dan itu cenderung
terjadi jika riwayat keturunan kembar yang dibawa oleh ayah
calon bayi tersebut. Hal ini memiliki persamaan antara teori dan
kenyataan yang di temukan.
d. Paritas
Menurut Prawirohardjo (2006) Paritas (angka kehamilan)
ibu, frekuensi kehamilan kembar meningkat sesuai dengan
paritas

ibu.

Perempuan

yang

pernah hamil

sebelumnya,

setidaknya sudah memiliki satu anak cenderung lebih mudah


untuk memiliki anak kembar dibandingkan perempuan yang baru
pertama kali hamil. Karena

biasanya

rahim

sudah

agak

45

merenggang dan tubuh perempuan cenderung lebih mudah


menyesuaikan diri dengan kebutuhan tambahan dari anak kembar.
Menurut Petterson dkk (1976), memastikan peningkatan
yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan
meningkatnya paritas. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin
kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat
sebesar

2,7%. Dalam

kehamilan

pertama,

frekuensi

janin

kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat


sebesar 2,7% (Nugroho, 2012).
Dari hasil pengakjian yang dilakukan pada pasien didapatkan
bahwa kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama, dan itu
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa frekuensi bahwa
paritas atau jumlah anak yang banyak pada kelahiran sebelumnya
dapat menyebakan kehamilan kembar lebih rentan terjadi.
e. Nutrisi
Menurut Nylander (1971) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
mngatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan dengan
status nutrisi direflesikan dengan berat badan ibu. Ibu yang lebih
tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko untuk hamil ganda
sebesar 25-30% dibandingkan ibu yang lebih pendek dan berbadan
kecil.
Menurut McGlivray (1986) dalam dr. Taufan Nugroho (2012)
juga memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih sering ditemui
pada wanita berbadan besar dan tinggi dibandingkan pada wanita
pendek dan bertubuh kecil.
Berdasrkan hasil pengkajian dan pemeriksaan TB ibu adalah
160 cm hal sesuai dengan teori diatas sedangkan ibu tidak berbadan
besar dan ibu berbadan sedang itu menunjukan kesenjangan dengan
teori diatas.
f. Pergerakan Janin
Ibu merasakan gerakan janin yang lebih banyak. Hal ini
dikarenakan ekstremitas multijanin lebih banyak dibandingkan
dengan janin tunggal.
5.2.1

Data Objektif

46

Pada kasus Ny.S hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan


TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/i, S : 36,9 , P : 20 x/i, DJJ : (+) janin
pertama dan janin kedua, Frekuensi : 136x/i dan 140x/i, Irama : teratur,
Kekuatan : Kuat. Pada pmeriksaan labor didapatkan HB : 12,8 gram%,
Protein Urine : Negatif serta hasil USG : janin hidup, kembar, intrauterin.
Kemudian saat inspeksi pada abdomen seharusnya pembesaran
perut sesuai dengan usia kehamilan, tetapi pada kasus kehamilan terjadi
pembesaran perut lebih besar dari usia kehamilan, ini dikarenakan ada 2
janin yang berada dalam perut ibu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada waktu palpasi dilakukan :

Leopold I

: TFU dua jari bawah px, teraba dua bagian besar

berdampingan yang bundar, lunak dan tidak melenting kemungkinan

bokong janin.
Leopold II : sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang dan
memapan kemungkinan ini punggung janin pertama dan di kanan perut

ibu teraba panjang,memapan mungkin ini punggung janin yang kedua.


Leopold III : pada perut ibu bagian bawah teraba 2 bagian besar secara
berdampingan yang bulat, keras, dan melenting. Kepala masih bisa di

goyangkan kemungkinan ini kepala belum masuk PAP.


Leopold IV : Tidak dilakukan karena kepala belum masuk PAP
Pada teori seharusnya pada kehamilan primigravida kepala sudah

masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu, sedangkan pada kasus Ny.S
kepala juga belum masuk PAP dengan usia kehamilan 37-38 minggu,
kemungkinan ini terjadi pada kehamilan kembar karena kepala janin ada 2
sehingga kepala susah untuk turun dan masuk ke dalam rongga panggul.
Pengukuran TFU dalam cm pada Ny.S didapatkan 39 cm dan
TBBJ nya adalah 4030 gram.
5.2 Langkah II Interpretasi Data Dasar
Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien (varney, 2007).
Pada kasus kehamilan kembar Ny.S interpretasi data dasar yang diperoleh
diagnosa : Ibu G1P0A0H0 Usia kehamilan 37-38 minggu, janin hidup,

47

kembar, intrauterin, PUKI dan PUKA, presentasi kepala, jalan lahir


normal,KU ibu dan janin baik.
Dasar ditegakkannya diagnosa pada kasus ini adalah pada data
subjektif, objektif, dan penunjang. Data subjektif yang didapatkan seperti
HPHT tanggal 20 Januari 2016 yang nantinya berguna untuk mengetahui
kehamilan ibu saat ini preterm, aterm atau postterm. Data Objektif yang
didapatkan seperti TP 27 November 2016.
Pada saat palpasi dan pemeriksaan DJJ didapatkan hasil sebagai
berikut :
Leopold I

: TFU dua jari bawah px, teraba dua bagian besar

berdampingan yang bundar, lunak dan tidak melenting kemungkinan

bokong janin.
Leopold II : sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang dan
memapan kemungkinan ini punggung janin pertama dan di kanan perut

ibu teraba panjang,memapan mungkin ini punggung janin yang kedua.


Leopold III : pada perut ibu bagian bawah teraba 2 bagian besar secara
berdampingan yang bulat, keras, dan melenting. Kepala masih bisa di

goyangkan kemungkinan ini kepala belum masuk PAP.


Leopold IV : Tidak dilakukan karena kepala belum masuk PAP
BJJ
: (+) 2 dilokasi yang berbeda
Frekuasi/irama : Pada lokasi perut ibu sebelah kiri sedikit dibawah
pusat 136x/menit, irama teratur. Pada lokasi perut ibu sebelah kanan

sedikit di bawah pusat 140x/menit, irama teratur.


Intensitas
: Kuat

5.3 Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Untuk kehamilan kembar (gemelli) diagnosa potensialnya adalah :
5.4 Langkah IV Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan
Segera

48

Langkah ini mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan


untuk dikonsultasikan segera ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2009).
Setelah dilakukan pemeriksaan dan berdasarkan kondisi pasien pada
kasus ibu hamil dengan kehamilan kembar tidak ditemukan diagnosa potensial
yang membutuhkan tindakan segera.
5.5 Langkah V Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Suatu rencana asuhan disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan
maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi
yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Perencanaan
tindakan yang mungkin dilakukan antara lain :
11. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
12. Pemantauan DJJ
13. Jelaskan kepada ibu mengenai kehamilan kembar.
14. Jelaskan penyebab nyeri di ari-ari dan pusing yang di rasakan
15. Posisi Tidur
16. Kebutuhan istirahat dan nutrisi
17. Pernafasan efektif
18. Teknik relaksasi
19. Jelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan
20. Dokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan
5.6 Langkah VI Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini melaksanan rencana asuhan menyeluruh secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan
sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Bila bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Pelaksanaan
dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat seperti :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum
ibu dan janinnya dalam keadaan baik, hal ini didapatkan dari hasil
pemeriksaan umum ibu yaitu, kesadaran CMC TD : 120/80 mmHg, N : 80

49

x/i, S : 36,9 , P : 20 x/i, DJJ : (+) janin pertama dan janin kedua,
Frekuensi : 136x/i dan 140x/i, Irama : teratur, Kekuatan : Kuat. Pada
pmeriksaan labor didapatkan HB : 12,8 gram%, Protein Urine : Negatif
serta hasil USG : janin hidup, kembar, intrauterine dan pemeriksaan
khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) dalam batas normal.
2. Kolaborasikan dengan dokter obgyn untuk rencana tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan pada Ny.S
3. Memberitahu ibu bahwa kehamilan kembar ini dipengaruhi oleh keturunan
4. Memberitahu tibu bahwa nyeri ari-ari yang dirasakan adalah hal normal
yang sebabkan semakin turunnya janin serta gerakan akan sering dirasakan
karena ada 2 janin di dalam perut ibu
5. Mengajurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri karena jika ibu
tidur terlentang dapat menyebabkan sesak nafas, dan jika hindari tidur
miring kekanan karena dapat menekan vena cava inferior yang dapat
menyebabkan peredaran darah tidak lancar sehingga menimbulkan rasa
pusing
6. Menyuruh ibu untuk banyak istirahat dan memenuhi nutrisinya.
7. Mengajarkan ibu teknik pernafasan efektif agar ibu tidak mengalami sesak
nafas yaitu dengan menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan
kemudian mengeluarkannya melalui mulut secara pelan-pelan.
8. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara:
Teknik pernafasan yang efektif
Posisi yang nyaman
Lingkungan yang tenang
Menenangkan perasaan
9. Memberitahu ibu bahwa kehamilan kembar ini dipengaruhi oleh keturunan
10. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu sakit
pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar lendir bercampur bercak darah.
11. Melakukan pemantauan TTV ibu dan DJJ pada jam 20.00 WIB
12. Mendokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan kedalam lembaran
format yang telah disediakan dalam Rekam Medik pasien untuk
dokumentasi.
5.7 Langkah VII Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan
kebidanan yaitu merupakan penilaian terakhir tingkat keberhasilan asuhan

50

yang diberikan kepada klien dangan berpedoman pada masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pada kasus evaluasi yang dilakukan pada ibu sesuai dengan rencana
tindakan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ibu dan keluarga mengerti dengan informasi yang telah dijelaskan


Melakukan pemantaun terhadap ibu dan janin sesuai anjuran dokter
ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan
ibu paham dan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan
ibu paham dengan penjelasan yang disampaikan serta bersedia mengikuti

anjuran yang diberikan


7. ibu paham dan bersedia mengikuti saran yang disampaikan
8. ibu paham dan bersedia mengikuti seperti yang telah diajarkan.
9. Ibu sudah paham dengan penjelasan yang disampaikan
10. Melakukan pemantauan TTV ibu dan DJJ pada jam 20.00 WIB
11. Pendokumentasian sudah dilakukan

BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas tentang beberpa kesimpulan dan saran
untuk memberikan gambaran dan informasi studi kasus tentang kehamilan
kembar.
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada Ibu Hamil Ny.S
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar di

51

Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober
2016. Adapun asuhan kebidanan meliputi :
1. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada Ibu Hamil Ny.S
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar
di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13
Oktober 2016 yang masih belum lengkap dilakukan oleh penulis.
2. Interpretasi data pada Ibu Hamil Ny.S usia kehamilan 37-38 minggu
dengan kehamilan kembar, keadaan umum ibu dan janin baik.
Didapatkan dari interpretasi yang benar-benar atas data-data yang telah
dikumpulkan pada ibu tersebut.
3. Identifikasi adanya masalah potensial yang terjadi pada Ibu Hamil
Ny.S usia kehamilan 37-38 minggu dengan kehamilan kembar
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diindentifikasi

dan

mengantisipasi agar masalah atau diagnosa tersebut terjadi.


4. Identifikasi perlu adanya tindakan segera secara mandiri, atau
kolaborasi. Pada kasus Ny.S tindakan segera yang dilakukan yaitu
kolaborasikan dengan dokter obgyn.
5. Rencana asuhan yang diberikan sudah efektif secara menyeluruh
berdasarkan kebutuhan pada Ibu Hamil Ny.S G1P0A0H0 Usia
Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar di Ruangan
Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13 Oktober
2016.
6. Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus Ny.S telah dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dbuat pada Ibu Hamil Ny.S
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar
di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13
Oktober 2016.
7. Dapat mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu Hamil
Ny.S uisa kehamilan 37-38 minggu dengan kehamilan kembar.
Evaluasi dari kasus ini penulis sudah melakukan asuhan dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan pada
8. Melakukan

pendokumentasian

pada

kasus

Ibu

Hamil

Ny.S

G1P0A0H0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu dengan Kehamilan Kembar

52

di Ruangan Kebidanan RSUD Dr. M. Zein Painan pada Tanggal 10-13


Oktober 2016 menggunakan metode SOAP.
5.2 Saran
Berdasarkan pembinaan dan penerapan manajemen asuhan kebidanan
yang telah dilaksanakan, maka penulis memberikan saran kepada :
a. Untuk Penulis sendiri
Diharapkan penulis mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh
serta banyak mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan secara langsung pada ibu hamil dengan kehamilan kembar.
b. Bagi instansi pendidikan
Semoga hasil laporan studi kasus penulis dapat menambah bahan
bacaan terbaru tentang asuhan kebidanan ibu hamil dengan kehamilan
kembar dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pegetahuannya
dan dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi serta sarana tertulis
yang dapat meningkatkan kemajuan instansi dalam mewujudkan lulusan
yang baik dan profesional.
c. Bagi Intansi Pelayanan
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan dalam
memberikan pelayanan bermutu dan perawatan pada kasus ibu hamil
dengan kehamilan kembar dengan asuhan yang komprehensif.

53

Anda mungkin juga menyukai