Anda di halaman 1dari 37

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Tumbuh Kembang
a. Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi
adalah sebagai berikut :
1) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel (IDAI, 2002, dikutip oleh Nursalam
2005:32).
2) Perkembangan

adalah

bertambahnya

kemampuan

dan

struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,


dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI, 2002, dikutip oleh Nursalam 2005:33).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti
yang berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan
6

secara bersamaan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan


pertambahan kemampuan anak (Nursalam, 2005).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor (Nursalam, 2005). Menurut
Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor Dalam (Internal)
a) Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga
merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang, yaitu :
i. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
ii. Keluarga
iii. Umur
iv. Jenis Kelamin
v. Kelainan Kromosom
b) Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat
janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang

cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon


pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang,
gigi, dan otak.
2) Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
a) Faktor pranatal (selama kehamilan),meliputi :
i. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin, terutama selama trimester akhir kehamilan.
ii. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot.
iii. Toksin/zat kimia, radiasi
iv. Kelainan endokrin
v. Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual
vi. Kelainan imunologi
vii. Psikologis ibu
b) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.

c) Faktor pascanatal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit
kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan,
stimulasi, dan obat-obatan.
c. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak Yang Normal
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi
sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
dan lingkungan.
2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh kembnag yang berlainan diantara
organ-organ.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

10

(Soetjiningsih, 1995).
8) Perubahan proporsi tubuh yang daat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
9) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai
dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya
refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan
perubahan lainnya.
10) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi,
dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa
sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat (Soetjiningsih,
2002, dikutip oleh Nursalam 2005:32-33).
d. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami
berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri
tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian
adalah pada masa anak-anak (Nursalam, 2005).
Menurut Nursalam (2005), ada beberapa tahapan tumbuh
kembang pada masa anak-anak. Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Masa Pranatal
Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua
periode yaitu :

11

a) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8


minggu. Ovum yang telah dibuahi akan datang dengan cepat
menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi secara pesat
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
b) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai
masa kelahiran. Masa fetus terbagi menjadi dua. Yang pertama
adalah masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua),
dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan
manusia sempurna serta alat tubuh mulai berfungsi. Yang
kedua adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai
dengan pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai
dengan perkembangan fungsi-fungsi.
2) Masa Neonatal
Masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan
sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat
lahir, berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 25004000 gram, panjang badan berkisar 50 cm dan berat otak sekitar
350 gram. Selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan
berat badan sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian berat
badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat
fisiologis akan muncul. Diantaranya adalah refleks moro, yaitu
refleks merangkul, yang akan hilang pada usia 3-5 bulan, refleks

12

menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks);


refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks);
refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang
pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris
dan akan menghilang seiring dengan bertambahnya usia. Fungsi
pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.
3) Masa bayi 1-12 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada
umur 5 bulan berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir,
sementara pada umur 1 tahun berat badannya sudah menjadi 3 kali
lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah
menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan
lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan
lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan
pemberian gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip
menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola
koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek, membedakan
seseorang

dengan

benda,

senyum

naluri

dan

bersuara.

Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung


perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup,
anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih
menyukai sikap memiringkan kepala ke samping.

13

Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan


menoleh ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak
mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan
sebaliknya, berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk
dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana
yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan
menangis pada suasana yang tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada
posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya.
Sekitar usia sembilan bulan, anak bergerak merayap atau
merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila
dibantu

berdiri,

anak

berusaha

untuk

melangkah

sambil

berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna


sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya.
Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas (stranger anxiety),
demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan-1
tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan memberikan benda yang dipegang bila diminta.
Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada
tahap percaya dan tidak percaya , sehingga lingkungan dalam hal
ini orang tua yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang
cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sedangkan

14

menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud), anak berada pada


fase oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung
dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu, orang tua harus
memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun
permainan anaknya.
Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi
dasar persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri.
Kegagalan untuk memperoleh perkembangan interaksi yang positif
dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan sosialisasi
pada masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan hubungan yang
mesra antara ibu (orang tua) dan anak.
4) Masa Balita (1-3 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya
berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu
makan dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri
tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar
usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi
masih kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena
dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai
sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya
dianggap sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan mainan

15

kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap


miliknya.
Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri dan
malu/ragu-ragu.

Hal

ini

terlihat

dengan

berkembangnya

kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau


berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak
untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa
malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang
selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah
dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai waktunya anak
dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya
(toilet training). Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian
tubuhnya, menyusun 2 kata, dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh
kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami
kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak
akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat
mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan.
5) Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap.
Pertumbuhan fisik relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat
dilakukan sendiri. Demikian pula halnya dengan berdiri satu kaki
secara bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang

16

superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada


tindakannya yang keliru.
Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada pada
fase inisiatif dan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang
rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang
tidak diketahuinya. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak
berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan
jenis

kelamin

perempuan

dan

laki-laki.

Anak

juga

mengidentifikasikan figus atau perilaku orang tua sehingga


mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku orang dewasa di
sekitarnya.

Anak

juga

mulai

mengenal

cita-cita,

belajar

menggambar, menulis mengenal angka serta bentuk/warna benda


(Soetjiningsih, 2002).
e. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
1) Deteksi Pertumbuhan dan standar normalnya
Menurut Nursalam (2005) parameter untuk pertumbuhan yang
sering digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak
balita adalah :
a) Ukuran antropometri
i. Berat badan
Pedoman perkiraan berat badan menurut Behrman (1992),
yaitu :

17

1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg


2. Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus :
[Umur (bulan) + 9 ] / 2 = [n + 9] / 2
3. Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus :
[Umur (tahun) 2] + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak.
ii. Tinggi badan
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat
diperkirakan berdasarkan rumus dari Behrman (1992), yaitu:
1. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
2. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 panjang
badan lahir
3. Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur 6) + 77
= 6n + 77
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia
lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila usia
anak 6 bulan atau kurang dihilangkan.
iii. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap
tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras,
bangsa, dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala
normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah
sebesar 0,5 cm / bulan pada bulan pertama atau menjadi

18

44 cm. pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling


cepat dibandingkan pada tahap berikutnya, kemudian tahuntahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5
cm per tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala
hanya bertambah 10 cm.
Pengukuran lingkar kepala lebih sulit untuk dilakukan bila
dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya dan
jarang dilakukan pada balita, kecuali apabila ada kecurigaan
akan pertumbuhan yang tidak normal. Namun alat yang
dibutuhkan cukup sederhana, yaitu dengan pita pengukuran
(meteran).
iv. Lingkar lengan atas (Lila)
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan
cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuran
lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnya bisa dibuat
sendiri, dan siapa saja yang melakukannya. Namun, kadangkadang hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk
mengukur lila tanpa menekan jaringan. Pada praktiknya,
pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada gangguan
pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga

19

pengukuran lila hanya efektif pada usia di bawah 3 tahun


(usia prasekolah).
v. Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular
merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak di bawah
kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Apabila anak
mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis,
lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energi.
b) Keseluruhan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari
pemeriksaan fisik adalah :
i. Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota
gerak, ada tidaknya odema, anemia, dan ada tanda gangguan
lainnya.
ii. Jaringan otot
Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat,
dan paha untuk mengetahui lemak subcutan.
iii. Jaringan lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di bawah triceps dan
subskapular.

20

iv. Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal / tipisnya rambut, serta
apakah akar rambut mudah dicabut atau tidak.
v. Gigi geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau
gigi permanen.
c) Pemeriksaan laboratorium dan radiologis
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di
klinik apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu
gangguan / penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik
yang tidak normal. Pemeriksaan laboratorium yang sering
adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb, serum protein
(albumin

dan

globulin),

dan

hormon

pertumbuhan.

Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama untuk menilai umur


biologis, yaitu umur tulang (boneage). Biasanya, hal tersebut
dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan
pertumbuhan. Bagian tulang yang biasanya di rontgen adalah
tulang radius sebelah kiri.
2) Deteksi Perkembangan
Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih
(1995), terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu :

21

a) Kepribadian/tingkah laku social (personal social), yaitu aspek


yang

berhubungan dengan kemampuan untuk

mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.


b) Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang
tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya
memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel dan
menggunting.
c) Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian
besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar
sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan
berlari.
d) Bahasa (language), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap

suara,

mengikuti perintah dan berbicara secara spontan. Pada masa


bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan
akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan atau
gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan
bahasa aktif, yaitu dengan berbicara.

22

Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi


dari tes/skrining perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg,
yang dikenal dengan Denver Development Screening Test (DDST),
yaitu salah satu test atau metode skrining yang sering digunakan
untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6
tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal
sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasa pada anak
(Nursalam dkk, 2005).
Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita)
perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu
perkembangan :
a) Tingkah laku sosial
b) Menolong diri sendiri
c) Intelektual
d) Gerakan motorik halus
e) Komunikasi pasif
f) Komunikasi aktif
g) Gerakan motorik kasar
Banyak milestone perkembangan anak yang penting
dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang
dimaksud dengan milestone perkembangan adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu),
misalnya :

23

a)

4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara


1-2 minggu kemudian

b)

12-16 minggu: menegakkan kepala, tengkurap sendiri


menoleh ke arah suara
memegang benda yang ditaruh di tangannya

c)

20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya

d)

26 minggu : Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke


tangan lainnya
Duduk, dengan bantuan kedua tangannya ke
depan
Makan biskuit sendiri

e)

9-10 bulan : Menunjuk dengan jari telunjuk


Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
Merangkak
Bersuara da da

f)

13 bulan

: berjalan tanpa bantuan


mengucapkan kata-kata tunggal

Dengan mengetahui berbagai milestone, maka dapat


diketahui apakah seorang anak perkembangannya terlambat
ataukah masih dalam batas-batas normal. Kalau ada kecurigaan
dapat dilakukan tes skrining (deteksi dini) dan intervensi dini agar
tumbuh kembang anak dapat lebih optimal, antara lain dengan
DDST (Denver Development Screening Test) yaitu meliputi :

24

a) Motorik kasar
i. Berdiri pada satu kaki selama 1 detik
ii. Lompat di tempat
iii. Naik sepeda roda 3 (tiga)
iv. Lompatan lebar
v. Berdiri pada satu kaki selama 5 detik
b) Motorik halus
i. Mencoret sendiri
ii. Menata dari 4 kubus
iii. Menata dari 8 kubus
iv. Meniru garis vertikal dalam batas 300
v. Mengeluarkan manik-manik dari botol sendiri
vi. Mengeluarkan manik-manik dari botol dengan contoh
vii. Mengikuti membuat +
viii. Mengikuti membuat O
ix. Meniru jembatan
x. Membedakan garis panjang (3 dari 3 atau 5 dari 6).
c) Personal sosial
i. Memakai baju
ii. Mencuci dan menyeka tangan dengan lap
iii. Mudah dipisahkan dari ibu
iv. Bermain dengan anak lain
v. Mengancing baju

25

vi. Memakai baju dengan pengawasan


vii. Memakai baju tanpa bantuan
Berdasarkan buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang
disusun oleh Departemen Kesehatan RI, tes perkembangan yang
dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP), Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP), Tes Daya
Lihat dan tes kesehatan mata (TDL), serta Tes Daya Dengar anak
(TDD) (Depkes RI, 1996).
f. Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak
Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di
Keluarga yang disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga,
masalah-masalah/gangguan pada masa kecil atau kelainan yang dibawa
sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada perkembangan anak
(Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1992). Masalah tumbuh
kembang yang sering timbul :
1)

Gangguan pertumbuhan fisik


Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak,
perlu pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat
badan,

tinggi

badan,

lingkar

kepala,

umur

tulang

dan

pertumbuhan gigi, maka dapat diketahui adanya suatu kelainan


tumbuh kembang fisik seorang anak seperti : obesitas atau
kelainan hormonal, perawakan pendek akibat kelainan endokrin
dan kurang gizi, pertumbuhan/erupsi gigi terlambat yang

26

disebabkan oleh hipotiroid, hipoparatiroid, keturunan dan


idiopatik, serta gangguan penglihatan dan pendengaran.
2)

Gangguan perkembangan motorik


Perkembangn motorik yang lambat dapat disebabkan oleh :

3)

a)

Faktor keturunan

b)

Faktor lingkungan

c)

Faktor kepribadian

d)

Retardasi mental

e)

Kelainan tonus otot

f)

Obesitas

g)

Penyakit neuromuscular

h)

Buta

Gangguan perkembangan bahasa


Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai

faktor

yaitu

adanya

faktor

genetik,

gangguan

pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak


dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, faktor keluarga,
kembar, psikosis, gangguan lateralisasi, masalah-masalah yang
berhubungan dengan disleksia dan afasia.

27

4)

Gangguan fungsi vegetatif


a) Gangguan makan
b) Gangguan fungsi eliminasi
c) Gangguan tidur
d) Gangguan kebiasaan
e) Kecemasan
Kecemasan

pada

umumnya

merupakan

bagian

dari

perkembangan. Tetapi bila kecemasan ini berlebihan sehingga


mempunyai efek terhadap interaksi sosial dan perkembangan
anak, maka merupakan hal yang patologis yang memerlukan
suatu intervensi.
5)

Gangguan suasana hati (mood disorders)


Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang
ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar
konsentrasi, dan nafsu makan yang terganggu.

6)

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri


Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi dan
lingkungan bagi remaja.

7)

Gangguan kepribadian yang terpecah (disruptive behavioural


disorders)
Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan.

28

8)

Gangguan perilaku seksual


Gangguan

perilaku

seksual

antara

lain

transseksualism,

transventism, dan homoseksual.


9)

Gangguan perkembangan pervasif dan psikosis pada anak


Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan non verbal,
gangguan perilaku dan interaksi sosial), Asperger (gangguan
interaksi sosial, perilaku yang terbatas dan diulang-ulang,
obsesif), childhood disintegrative disorder (demensia heller), dan
kelainan Rett (kelainan x-linked dominan pada anak perempuan).

10) Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah


Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan
akademik yang di bawah normal, kelainan perilaku dan masalah
dalam interaksi sosial.
11) Kelainan saraf dan psikiatrik akibat dari trauma otak
Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual maupun
psikiatris, terutama bila trauma berat.
12) Penyakit psikosomatik
Konflik psikologik yang dapat memberikan gejala somatik
disebut psikosomatik. Contohnya adalah kelainan konversi,
hipokondriasis, sindrom Munchausen by proxy, reflex sympathetic
dystrophy (Soetjiningsih dkk, 2002).

29

2. Gizi Balita
a Pengertian Gizi
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Makanan dan zat
gizi adalah balok pembangun yang membantu membentuk gigi, tulang,
dan otot yang kuat, jaringan yang sehat, perkembangan saraf otak dan
sistem daya tahan tubuh. Setiap hari anak perlu mendapatkan zat gizi
dari makanan. Tidak ada satu jenis makanan yang menyediakan semua
zat gizi yang dibutuhkan anak. Yang paling baik adalah memberikan
aneka ragam makanan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan zat
gizi (Supariasa, 2002).
b Gizi Pada Anak Balita
Kecukupan gizi rata-rata bagi anak usia di bawah 3 tahun dengan berat
badan 12 kg dan tinggi badan 89 cm, energi yang dibutuhkan sebanyak
1220 kkl dan kebutuhan protein sebesar 23 gram. Sedangkan pada umur
4-5 tahun dengan berat badan 18 kg dan tinggi badan 108 cm, energi
yang dibutuhkan sebanyak 1720 kkl dan kebutuhan protein sebesar 32
gram (Pudjiadi, 2003).
Balita merupakan masa peralihan makanan dari makanan pendamping
ASI ke makanan orang dewasa. Namun, pemberiannya juga masih

30

bertahap disesuaikan dengan kemampuan sistem pencernaan anak dan


kebutuhan gizinya. Di usia ini, saatnya dikenalkan ragam makanan yang
sehat dan alami karena akan menentukan pola makan anak selanjutnya.
Sesuai dengan kemampuan pencernaan dan kebutuhan gizi, balita dipilah
menjadi dua, yaitu batita (1-3 tahun) dan prasekolah (4-5 tahun). Batita
merupakan konsumen pasif, artinya dia masih menerima saja makanan
yang diberikan orang tuanya. Berikan makan dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering (7-8 kali) sehari, terdiri atas tiga kali makan pagi, siang,
dan sore, 2-3 kali makan selingan, dan 3-4 kali minum susu. Masingmasing usia ini memerlukan makanan yang berbeda sesuai tahap
perkembangan saluran pencernaannya dan kebutuhan gizinya. Berbeda
dengan batita, anak prasekolah adalah konsumen aktif sehingga sudah
bisa menentukan makanannya sendiri. Aktivitasnya juga lebih tinggi
sehingga kebutuhan energinya lebih banyak daripada batita. Oleh karena
itu, porsi makan diperbesar daripada batita dengan frekuensi diturunkan
menjadi 5-6 kali sehari, terdiri atas 3 kali makan pagi, siang, dan sore dan
2 kali makan selingan. Susu 2 kali sehari (pagi dan malam hari) atau
dicampurkan pada makanan (http://budiboga. blogspot.com /2007/05/
makanan-untuk-balita.html).
c Sumber Kebutuhan Gizi Balita
Sepanjang usia balita, selera makan dan kebiasaan makan terus
berubah-ubah. Setelah ulang tahun pertama, pertumbuhan melambat
dan selera makan pun cenderung menurun. Pada masa tumbuh

31

kembangnya, gizi seimbang sangat besar pengaruhnya. Pada masa ini


otak balita telah siap menghadapi berbagai stimulasi seperti belajar
berjalan dan berbicara lebih lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi
yang berbeda dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan
lebih sedikit serat.
Nutrisi yang anak butuhkan berasal dari beras/gandum/umbi,
daging, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan dua gelas susu per hari.
Tentunya dengan gizi yang seimbang sehingga dalam sehari tercapai
1.000 s.d. 1.500 kalori. Variasi ini sangatlah bergantung pada usia,
tinggi badan, serta aktivitas anak (dalam hal ini sekitar 30 menit
aktivitas fisik per hari).
Pada usia ini, susu masih merupakan makanan yang penting
karena mengandung semua zat gizi dasar yang dibutuhkan anak yang
sedang tumbuh: energi, lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral.
1) Energi
Seperti halnya mesin, tubuh manusia membutuhkan pasokan energi
(atau kalori) yang terus-menerus. Tanpa energi, fungsi tubuh yang
penting tidak mungkin berjalan. Energi diperoleh dari zat gizi kaya
energi yang terdapat dalam makanan: karbohidrat kompleks, lemak,
protein dan gula sederhana. Kalori yang dibutuhkan balita usia 1-5
tahun adalah sekitar 1300 1500 kalori per hari.

32

2) Lemak
Merupakan komponen utama membran sel otak dan selubung myelin
disekeliling saraf otak. Lemak mempengaruhi perkembangan dan
kemampuan otak, terutama pada dua tahun pertama. DHA (asam
lemak omega 3) & AA (asam lemak omega 6) adalah komponen
utama struktur otak dan mempunyai peran penting dalam
perkembangan fungsi otak dan retina. Sphingomyelin adalah
komponen utama dari sel saraf, jaringan otak dan selubung myelin
disekitar saraf. Sphingomyelin mempunyai peran dalam mengirim
sinyal dan membawa informasi dari satu sel saraf ke sel saraf otak
lainnya. Sumber lemak antara lain seperti yang terdapat dalam
minyak , santan , dan mentega, roti, dan kue juga mengandung
omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.
3) Protein
Mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel
jaringan

tubuh.

Protein

juga

merupakan

prekursor

untuk

neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak


yang baik tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses
informasi. Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino
penting: Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari
Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk
perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan
catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu

33

menyerap informasi di otak. Sumber protein terdiri dari daging 2 ons


atau telur 2 butir atau kacang-kacangan 100 gram (untuk usia 5
tahun: daging 3-4 ons atau telur 4 butir atau kacang-kacangan 200
gram). Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging, telur,
kacang-kacangan.
4) Karbohidrat
Sebagai sumber utama energi. Salah satu bentuk karbohidrat di otak
adalah Sialic Acid (SA). SA merupakan komponen struktur dan
fungsi ganglion otak yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian SA sejak awal dapat meningkatkan perkembangan otak
dan mempunyai efek dalam proses belajar dan memori. Untuk anak
usia 1 atau 5 tahun diperlukan karbohidrat sebagai sumber energi
untuk berbagai aktivitas. Diperlukan 2-3 lembar roti atau 1 sampai
dengan 1,5 mangkuk nasi atau mi (untuk usia 5 tahun, 4-5 lembar
roti atau 2-2,5 mangkuk nasi/mi).Sumber karbohidrat antara lain
seperti nasi, roti, sereal, kentang, atau mi.
5) Zat Besi
Kekurangan zat besi merupakan hal yang biasa pada balita. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan zat besi yang tidak
tercukupi dari asupan makanan, khususnya jika tidak mengkonsumsi
daging. Makanan yang kaya akan vitamin C seperti segelas jus jeruk
dapat dihidangkan ketika makan malam untuk memaksimalkan
penyerapan zat besi.

34

6) Kalsium
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Kebutuhan

akan

kalsium

dapat

terpenuhi

asalkan

balita

mengkonsumsi susu dan produk berbahan dasar susu yang cukup.


Dua atau tiga gelas susu dapat memenuhi kebutuhan asupan kalsium
dalam sehari.
7) Vitamin A
Dibutuhkan untuk perkembangan sel dan kulit yang sehat. Makanan
Balita seringkali kurang asupan Vitamin A.
8) Vitamin C
Penting untuk sistem pertahanan tubuh dan pertumbuhan balita.
Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi, khususnya zat besi
yang bukan berasal dari hewan. Asupan vitamin C pada balita
seringkali rendah karena sedikit mengkonsumsi sayur dan buahbuahan.
9) Vitamin D
Sangat penting untuk metabolisme kalsium dan dapat diperoleh
melalui aksi sinar matahari pada kulit.
10) Vitamin E
Berperan penting dalam mencegah kerusakan struktur sel
membran. Vitamin E termasuk dalam golongan antioksidan dan
berperan dalam mengurangi risiko penyakit seperti kanker.

35

11) Susu
Pada usia 1 dan 2 tahun, seorang anak membutuhkan , paling
sedikit 800 ml susu per hari dan pada usia 3 tahun ke atas, paling
sedikit 500 ml susu per hari (http://www.frisianflag.co.id/html).
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang.
1) Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
tanpa didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu :
a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b) Interest, yaitu orang yang mulai tertarik terhadap stimulus.

36

c) Evaluation, yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan


tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d) Trial, yaitu orang mulai mencoba perilaku yang baru.
e) Adoption, yaitu orang telah berperilaku baru sesuai pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
memulai proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadran dan
sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting).
2) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
b) Memahami (comprehension)
Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat


menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat
menjelaskan,
meramalkan.

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan

dan

37

c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
d) Analisis (analysis)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan
dan mengelompokkan.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi

yang

telah

ada.

Misalnya

dapat

menyusun,

merencanakan, meringkaskan dan dapat menyesuaikan terhadap


suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhdap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang

38

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah


ada.
Proses terjadinya pengetahuan menurut sifatnya adalah 2
(dua), yaitu a priori dan a posteriori. Pengetahuan a priori adalah
pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik
pengalaman indera maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya
pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman (Rahman dkk, 2004).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a) Faktor Internal, meliputi :
i. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang.
ii. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif individu.
b) Faktor Eksternal, meliputi :
i. Pendidikan
Tingkat

pendidikan

seseorang

akan

berpengaruh

dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.


Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir

39

sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh


dari gagasan tersebut.
ii. Paparan media massa
Melalui bermacm-macam media baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibanding dengan orang yang tidak terpapar
informasi media massa. Ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
iii. Status ekonomi
Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan.
Dimana dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah.
Hal ini juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan
sekunder.
iv. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinue akan dapat lebih biasa lebih mendapatkan
informasi.

Sementara

faktor

hubungan

sosial

juga

mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk


menerima pesan menurut model komunikasi media.

40

v. Pengalaman
Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari
tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya. Misal sering
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar.
vi. Akses layanan kesehatan
Mudah atau sulitnya mengakses layanan kesehatan tentunya
akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan.
b. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar pada dasarnya
terdapat 2 (dua) cara pokok yang dapat dilakukan oleh manusia.
Pertama adalah mendasarkan diri pada rasio dan kedua mendasarkan
diri pada pengalaman. Sumber pengetahuan selain dapat diperoleh
melalui rasio dan pengalaman juga melalui intuisi dan wahyu. Intuisi
adalah kegiatan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan tanpa melalui
proses penalaran tertentu, contohnya : seseorang yang sedang terpusat
pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban
atas permasalahan tersebut. Wahyu merupakan pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini didasarkan
kepada kepercayaan (Notoatmodjo, 2003).

41

B. Kerangka Teori
Pengetahuan

Genetik
Faktor Dalam
(Internal)

Pertumbuhan dan
perkembangan
anak

Pengaruh Hormon

Faktor Pranatal

Faktor Luar
(Lingkungan)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gizi
Mekanis
Toksin/ zat kimia
Kelaian endokrin
Infeksi TORCH
Kelainan imunologi
Psikologis ibu

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gizi
Kelainan congenital
Lingkungan fisik dan kimia
Psikologis
Endokrin
Sosio ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi
Obat obatan

Faktor Kelahiran

Faktor Pascanatal

Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Notoatmodjo (2002), Notoatmodjo (2007)

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu
tentang Gizi

Pertumbuhan dan
Perkembangan anak

Kerangka konsep penelitian

42

D. Hipotesis
Dari kerangka konsep dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut :
Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak usia di bawah 3 tahun.

Anda mungkin juga menyukai