Disusun Oleh :
SUPAR
2202011014220025
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA:
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Persepsi yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi
dalam realitas.1 Halusinasi merupakan disfungsi otak yang disebabkan
oleh neurotransmitter doamine. Halusinasi adalah persepsi sensori yang
ditandai dengan ketidakberfungsian stimulus eksternal yang aktual. 2
Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan
berasal dari stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke
dalam pengalaman.3
1. Halusinasi pendengaran ; meliputi suara bising, suara mesin,
dengungan listrik. Terdapat suara yang berbicara langsung kepada
pasien, baik mengomentari perilaku pasien maupun percakapan
dengan orang ketiga lainnya. Sifat suara dapat kongruen dengan
alam perasaan sehingga cendenrung bersifat depresif.
2. Halusinasi penglihatan ; misalkan sorotan atau cahaya, membentuk
objek atau bahkan gambaran berkilau atau kompleks.
3. Halusinasi penciuman ; meliputi halusinasi sederhana terhadap
parfum atau aroma benda terbakar. Seperti pasien yang dapat
mencium aroma gas beracun yang dipompa kedalam ruangan oleh
orang yang dianggap menyerang mereka.
4. Halusinasi peraba ; meliputi perasaaan disentuh seperti ditusuk
kawat atau jarum suntik yang menyakitkan kedalam tubuh.
5. Halusinasi pengecapan ; merasakan racun didalam makanan.
b. Penyebab
Salah satu yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya
halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat
rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan
lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominant
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan
kortikal
halusinasi
cenderung
menarik
diri,
sering
No
1.
Masalah keperawatan
Data
membakar
atau
lingkungannya.
mengacak-acak
2. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar
barang-barang,
melakukan
tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2.
Perubahan
sensori 1. Data Subjektif
perseptual : halusinasi
- Klien mengatakan mendengar bunyi
yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
-
2. Data Objektif
-
Disorientasi.
3.
1. Data Subjektif
-
2.
Data Objektif
-
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi :..
b. Perubahan sensori perseptual: halusinasi. berhubungan dengan
menarik diri.
E. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa 1
TujuanUmum:
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Salam terapeutik perkenalkan diri jelaskan tujuan
lingkungan yang tenang
ciptakan
topik)
1.2. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
1.3. Empati
1.4. Ajak membicarakan hal hal nyata yang ada di lingkungan
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan:
2. 1. Kontak sering dan singkat
2.2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan
non verbal)
2.3. Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara
yang didengar
5.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
5.4. Beri reinforcement positif bila klien minun obat yang benar
Diagnosa 2
Tujuan umum :
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu
1.2. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab
1.3. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburuburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain
2.2. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan :
3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain
3.2. Bantu mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki untuk bergaul
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan :
4.1. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat sama
4.2. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
4.3. Tingkatkan interaksi secara bertahap
4.4. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
4.5. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
4.6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan :
5.1. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
6. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan :
6.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
6.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Pada pasien dengan halusinasi dapat pula kita terapkan metode thought
stopping. Thought stopping (penghentian pikiran) merupakan salah satu
contoh dari teknik psikoterapi kognitif behaviour yang dapat digunakan untuk
membantu klien mengubah proses berpikir. Teknis nya secara sadar
memerintah diri sendiri, stop!, saat mengalami pemikiran negatif berulang,
tidak penting, dan distorted. Kemudian mengganti pikiran negatif tersebut
dengan pikiran lain yang lebih positif dan realistis.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Videbeck, Sheila L ; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina Hany.
Keperawatan Jiwa. 2008. Jakarta : EGC
2. Walsh, Lynne. 2007. Caring for patient who experience hallucinations.
www.health.qld.gov.au. Diakses pada 25 Agustus 2014
3. Brooker, Chris. ; alih bahas, Andry Hartono, Brahm U. Ensiklopedia
Keperawatan. 2008. Jakarta : EGC
4. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. 2003 .Jakarta : EGC.
5.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak
keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria
berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan
frontal,
lobus
temporal
dan
ketidakseimbangan
perawat maupun
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Core Problem
Perilaku Kekerasan
Tindakan :
a) Beri salam/ panggil nama.
b) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Berikan rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tetapi sering
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Rasional : Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat
dijadikan titik awal penanganan
Tindakan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
Rasional : Meningkatkan insight
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
b) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien.
c) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/ kesal
yang dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Rasional : Mampu mengungkapkan marah secara asertif.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan
pada diri sendiri).
"apakah
dengan
cara
yang
dilakukan
masalahnya selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Rasional : Klien menyadari efek perilaku agresif terhadap diri
sendiri dan orang lain yang telah dilakukannya.
Tindakan :
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegak
perilaku kekerasan.
Rasional : Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat
menghindari perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh Klien.
b) Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan Klien.
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan
untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu tarik napas
dalam serta pukul kasur/bantal.
d) Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan
Klien.
e) Beri contoh cara tarik napas dalam yang benar pada Klien.
f) Minta Klien mengikuti contoh sebanyak 5 kali.
g) Beri
pujian
positif
atas
kemampuan
Klien
j) Lakukan hal yang sama dengan a-f untuk cara fisik yang
lain di pertemuan yang lain.
k) Diskusikan dengan Klien mengenai frekuensi latihan yang
akan dilakukan.
l) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah
dipelajari.
m) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan
perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi
jadwal kegiatan harian (self-evaluation).
n) Validasi kemampuan Klien dalam melaksanakan latihan.
o) Berikan pujian atas keberhasilan Klien.
p) Tanyakan kepada Klien : Apakah pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi marah?
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Rasional : Cara sosial dapat membantu mengurangi perilaku
kekerasan.
Tindakan :
a) Diskusikan cara bicara yang baik dengan Klien
b) Beri contoh cara bicara yang baik, yaitu dengan meminta
dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
c) Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik :
Meminta dengan baik : saya minta uang untuk beli
makanan; menolak dengan baik : Maaf, saya tidak dapat
melakukannya karena ada kegiatan lain; mengungkapkan
perasaan dengan baik : saya kesal karena permintaan saya
tidak dipenuhi disertai dengan nada suara yang rendah.
d) Minta klien mengulangi sendiri.
e) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Klien
dapat
melakukan
kegiatan
sesuai
kondisi
dan
yang
telah
kemampuan.
Tindakan :
a) Beri
kesempatan
mencoba
kegiatan
direncanakan.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
a) Beri keluarga pendidikan kesehatan tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1. Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I.
Jakarta: EGC
2. Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta: EGC
3. Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung: RSJP Bandung
4. Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA:
Waham
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Tomb, 2004).
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Linda, 2005).
Waham adalah keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
terus menerus, akan tetapi keyakinan tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada (Wijayanti, 2011).
Waham dapat dicetuskan oleh adanya tekanan, isolasi, yang disertai
perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya. Waham juga dapat
menimbulkan terjadinya kerusakan komunikasi verbal (Sheila, 2008).
Penyebab
a. Predeposisi
1)
Biologi
Gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem limbik dan
Psikodinamik
Teori psikodinamika spesifik tentang penyebab dan evolusi
Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal
Presipitasi
Faktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal, antara
lain:
1)
Stresor sosiokultural
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
Stresor psikologis
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan
Klasifikasi Waham
Klasifikasi dari waham yaitu (Linda, 2007) :
a. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkjan secra berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan.
c. Waham Somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan.
d. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan.
e. Waham Sisip Fikir
Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang
Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan.
Masalah keperawatan
a. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan proses fikir: waham
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2.
realistik
2) Data obyektif: flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan proses pikir: Waham.
4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
E.
RENCANA TINDAKAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien dengan waham
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Tujuannya adalah agar pasien merasa aman dan nyaman saat
pasien
j) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
k) Melatih pasien minum obat yang benar
2.
2)
kebutuhannya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan
1)
pasien di rumah
2)
3)
4)
5)
Aziz R, dkk. 2003. Pedomann Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondohutomo.
Camellia, Vita. 2010. Waham Secara Klinik. Departemen Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. RSUP. H. Adam Malik Medan
Depkes RI. 1989. Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan
Skizofrenia. Direktorat Kesehatan Jiwa: Jakarta.
Kaplan & Suden. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi.EGC. Jakarta
Keliat, B.A. 2006. Kumpulan Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK Universitas
Indonesia
Linda C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Sheila V. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Defisit Perawatan Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi
kesehatan
kebutuhannya
dan
guna
kesejahteraan
memepertahankan
sesuai
kehidupannya,
dengan
kondisi
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Tanda dan gejala
Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala defisit perawatan diri, yaitu:
a. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan mengenakan
pakaian dalam, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki.
c. Makan
makanan,
mengunyah,
menangani
perkakas,
Psikologis
Malas, tidak
kotor
2. Rambut dan kulit kotor 2.
3. Kuku panjang dan
inisiatif
Menarik diri, isolasi
kotor
4. Gigi kotor
3.
disertai
mulut bau
5. Penampilan tidak rapi.
ada
diri
Merasa tak berdaya,
rendah
diri
merasa hina.
dan
Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak
mampu
berperilaku
sesuai
norma
4. Cara makan
tidak
teratur
5. BAK dan BAB di
sembarang
tempat,
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
c. Komunikasi kurang atau tidak ada
d. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat
e. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
f. Berdiam diri di dalam kamar atau kurang mobilitas
g. Menolak berhubungan dengan orang lain atau pergi jika bercakapcakap
4.
Akibat/ dampak
tidak
5.
Pohon Masalah
Harga diri
rendah
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Isolasi sosial:
menarik diri
Pohon masalah defisit perawatan diri: mandi, berhias (sumber: Fitria, 2009
dan Keliat, 2006)
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga motivasi untuk aktivitas
perawatan diri menurun.
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
b. Menurunnya motivasi perawatan diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Defisit perawatan diri
1) Data subjektif
Pasien mengatakan tidak mau menyisir rambut, tidak mau memotong
kuku, tidak mau menggosok gigi, tidak mau berhias, tidak mau
menggunakan alat mandi
2) Data objektif
Badan bau,pakaian kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor,mulut
bau,penampilan tidak rapi, tidak bisa menggunakan alat mandi
b. Menurunnya motivasi perawatan diri
1) Data subjektif
Mengatakan tidak mau mandi, tidak menyisir rambut, tidak mau
ganti baju, tidak mau memotong kuku.
2) Data objektif
Apatis, ekspresi sedih, selalu menyendiri, komunikasi kurang, tidak
ada kontak mata, berdiam diri di kamar, menolak berhubungan
dengan orang lain, kurang memperhatikan kebersihan.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri
E. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa defisit perawatan diri
a.
b.
Tujuan khusus:
1) Klien dapat mengerti arti dan keuntungan perawatan diri dan cara
merawat diri
Tindakan :
a) Diskusikan
bersama
klien
tentang
pengertian
bersih
dan
perasaannya
setelah
membersihkan diri
Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur
Beri reward ketika klien mencapai tujuannya
Klien mendapat dukungan keluarga dan lingkungan
Tindakan:
a) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat dan mendukung
klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
b) Beri reward atas partisipasi aktif keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan, Bandung: PT. Refika Aditama.
Mukripah, D. 2008. Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan, Refika
Aditama: Bandung.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta: EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta: EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta: Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 2006.
Jakarta: Prima Medika
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang :RSJD Dr.Amino
Gonohutomo, 2003.
Alimul, A. Aziz dan Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan. Ed 2. Jakarta: Salemba Medika
Fitria, Nita. 2009. Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Perawatan. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Risiko Perilaku Bunuh Diri
B. Teori
1. Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk membunuh dirinya sendiri (Sheila L, 2008). Risiko bunuh diri
adalah suatu kondisi ketika individu berisiko untuk membunuh dirinya
sendiri (Carpenito, 2009).
Menurut penelitian bunuh diri dibagi menjadi dua yaitu langsung
dan tidak langsung. Bunuh diri langsung adalah suatu tidakan yang
disadari atau disengaja untuk mengakhiri hidupnya dengan cara
membakar diri, maracuni diri sendiri, melompat dari tempat yang tinggi,
mengantung diri dan lain sebagainya. Sedangkan bunuh diri tidak
langsung adalah suatu keinginan yang tersembunyi yang tidak sadari
untuk mati seperti makan berlebihan, ketidakpatuhan terhadap program
medis, olahraga atau pekerjaan yang membahayakan diri sendiri (Sheila
L, 2008).
2. Etiologi
Penyebab tentang mengapa seseorang melakukan bunuh diri (Wong,
2009) :
a. Remaja dengan emosional yang tinggi dan bergejolak
b. Memiliki variasi mood yang besar
c. Tidak mampu mengatasi situasi kritis, seperti kematian seorang
teman, orang tua atau saudara kandung
d. Adanya gangguan psikiatrik aktif (depresi, gangguan bipolar,
psikosis, penyalahguanaan zat, atau gangguan perilaku)
e. Remaja yang gay atau lesbian berisiko tinggi untuk melakukan
bunuh diri
S/Subtan
ce abuse
P/Purpos
elessness
A/Anxiet
y
T/Trappe
d
H/Hopel
essness
W/Withd
rawal
A/Anger
R/Reckle
ssness
M/Mood
: mengucapkan/menulis
mati, bunuh diri, kematian
rencana
:
Peningkatan
penggunakan
alkohol/obat
: Merasa tidak berdaya, hidup tiada
guna
: Ansietas, agitasi, tidak bisa tidur
: Merasa terpojok
chage
Gejala yang timbul pada pasien risiko bunuh diri (Carpenito,2009)
a. Ansietas
b. Depresi
c. Isolasi/manarik diri
d. Fungsi sehari-hari
e. Gaya hidup
f. Penggunaan alkohol/obat
g. Usaha bunuh diri sebelumnya
h. Kejadian terkait
i. Tujuan tindakan
j. Reaksi dan struktur keluarga
k. Rencana bunuh diri (metode, lokasi, waktu)
serotonin,
opiat
dam
Perlu
diperhatikan
dukungan
yang
diberikan
2
3
Intensitas
Akibat
Masalah utama
Penyebab
b.
c.
d.
e.
f.
Intensitas Risiko
Rendah
Ringan
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi,
keadaan
panik
Depresi
Isolasi/ma
narik diri
Sedang
Perasaan terisolasi,
tidak menarik diri
Fungsi
sehari-hari
- Efektif
- Peningkatan di
sekolah bagus*
- Temandekat
- Tidak ada usaha
bunuh diri sebelumnya
- Pekerjaan yang
stabil
Gaya
Stabil
Sedang
Perasaan putus asa
dan menarik diri
- Mood
tidak
stabil
- Nilai bervariasi*
- Memiliki
beberapa teman
- Adanya
pemikiran bunuh diri
sebelumnya
Cukup stabil
Berat
Putus asa, menarik
diri, mencela diri sendiri,
isolasi
- Depresi
- Nilai
yang
jelek*
- Sedikit
mempunyai teman atau
tidak sama sekali
- Usaha
bunuh
diri sebelumnya
- Riwayat
pekerjaan yang tidak
konsisten atau buruk
Tidak stabil
hidup
Penggunaa
n alkohol/obat
Jarang
berlebihan
hingga
Sering
berlebihan
hingga
- Penyalahgunaan
yang terus berlanjut
Usaha
bunuh
diri
sebelumnya
Kejadian
terkait
Tujuan
tindakan
Reaksi
dan
struktur
keluarga
Tidak ada
Tidak
argumen
ada
- Mendukung
- Keluarga utuh
- Koping
dan
kesehatan mental yang
bagus
- Tidak
ada
riwayat bunuh diri
- Tindakan
disiplin*
- Nilai
yang
jatuh*
- Masalah
pekerjaan
- Penyakit
dikeluarga
- Mengurangi - Ingin mati
- Membebaskan
diri
untuk
bersalah atau malu
- Untuk
menyusul orang yang sudah
menghukum orang lain
mati
- Untuk
- Penyakit yang melemahkan
mendapatkan perhatian
- Reaksi
campur aduk
- Perceraian
perpisahan
- Biasanya
mengatasi
memahami masalah
yang
atau
bisa
dan
yang
- Marah
atau
tidak mendukung
- Tidak teratur
- Kasar
- Riwayat bunuh
diri sebelumnya dalam
keluarga
ada
Rencana
bunuh
diri
(metode, lokasi,
waktu)
Rencana
spesifik
yang
Sex (jenis
kelamin)
Age (usia)
Depression
(depresi)
Previos
attempts (upaya
sebelumnya)
ETOH
Rational
thought
loss
(kehilangan
pikiran rasional)
Social
support,
lack
(tidak
ada
dukungan sosial)
Organized
plan
(rencana
terorganisasi)
No
significant other
(tidak ada orang
dekat)
Sickness
(penyakit)
P
oin
Panduan intervensi
0
-2
3
atau
4
5
atau
6
Hospitalisasi direkomendasikan
Tujuan
Umum
Tujua
n Khusus
Kriteria
Rencana Tindakan
Evaluasi
Keperawata
n
NAND
A (00150):
NOC
(1408):
Resiko
bunuh diri
NIC
(6340):Pencegahan
Klien
bunuh
diri
dapat
menahan
keinginan
untuk bunuh
diri
Klien
Ekspresi wajah
dapat
bersahabat,
membina
menunjukkan
hubungan
saling
percaya
dengan
rasa
menggunakan
prinsip
komunikasi terapeutik:
Klien
masalah
yang
dihadapi
Klien
dapat
dapat
terlindung
dari
terlindung
dari perlaku
yang
dapat
membahayakan
2. Tempatkan klien di
ruangan yang tenang dan
bunuh diri
Klien
dapat
mengekspresikan
mengekspre
perasaannya
sikan
perasaannya
dapat
empati
meningkatkan
keraguan,
3. Beri
waktu
kesempatan
dan
untuk
menceritakan
arti
penderitaannya
4. Beri dukungan pada
tindakan atau ucapan klien
yang menunjukkan keinginan
Klien
Klien
dapat
meningkatkan
meningkatk
dirinya
an
dapat
untuk hidup
1. Bantu
harga
untuk
mengatasi keputusasannya
2. Kaji dan kerahkan
harga
sumber-sumber
diri
internal
individu
3. Bantu
mengidentifikasi
sumber
sumber-
harapan
(misal:
Klien
dapat
menggunakan koping
menggunak
an
yang adaptif
pengalaman-pengalaman
koping
yang menyenangkan
2. Bantu
yang adaptif
untuk
terhadap
Klien
dapat
keprihatinan
pada
orang lain
1. Kaji dan manfaatkan
dapat
menggunakan
menggunak
dukungan sosial.
individu
2. Kaji
an
dukungan
dimiliki klien
3. Lakukan
sosial
sesuai
Klien
dapat
sistem
Klien
menggunakan
dapat
obat
indikasi
agama)
1. Diskusikan
rujukan
(pemuka
tentang
menggunak
an
obat
dengan
benar
tepat
dan
dengan tepat
obat
dan
dokumentasi)
2. Bantu menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
3. Anjurkan
membicarakan
cara
bila
menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, mary. 2012. Psychiatrc Nursing: Contemporary Practice. Philadelphia:
Lippincott williams&wilkins
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Klinis, Ed.9. Jakarta:EGC
Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan anak Nelson ed. 15, Vol. 1. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W., Laraia, M.T. 2006. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
8th edition. Missouri: Mosby
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed. 6, Vol. 1. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA :
Menarik Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Menarik diri (regresi) adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan
lingkungannya. (Sunaryo, 2004). Menarik diri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain. (Townsend, M.C, 2002). Individu
merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan
berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian
berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian,
rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan
berbagai respon. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif
sampai maladaptif (Stuart dan Sundeen, 2006).
b. Penyebab
Menarik diri disebabkan oleh, perceraian, putus hubungan, peran
keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan
anak. Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori
persepsi (halusinasi). Manifestasi klinik pada klien dengan menarik diri
adalah apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, banyak diam diri
di kamar, menunduk, menolak hubungan dengan orang lain, perawatan
diri kurang posisi tidur seperti janin (menekur).
Penyebab menarik diri secara pasti belum diketahui. Tetapi terdapat
beberapa factor predisposisi (pendukung) terjadinya gangguan hubungan
sosial yaitu:
a. Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia
bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan
bersamaan,
mengakibatkan
anak
menjadi
enggan
dengan
keterbatasan
kemampuan
untuk
orang
ketergantu7ngan
lain
dapat
untuk
memenuhi
menimbulkan
ansietas
kebutuhan
tingkat
kecemasan
yang
ekstrim
disertai
terbatasnya
berbagai
masalah
gangguan
berhubungan
(menarik diri).
c. Tanda dan gejala
Menurut (Kusumawati, 2011) tanda dan gejala penderita dengan kasus
menarik diri adalah :
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
c. Sedih, efek dasar
d. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya
e. Berpikir menurut pemikirannya sendiri, tindakan berulang dan
f.
g.
h.
i.
j.
k.
tidak bermakna
Mengekpresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya
Menggunakan kata kata simbolik
Menggunakan kata yang tidak berarti
Kotak mata kurang atau tidak mau menatap lawan bicaranya
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan bergaul, suka
1. Masalah Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial Menarik Diri
c. Defisit Perawatan Diri
Pohon Masalah :
Defisit Perawatan Diri
akibat
Core Problem
Penyebab
2. Pengkajian
Pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial,
kasus Menarik Diri meliputi : pegumpulan data, perumusan masalah
keperawatan, pohon masalah dan analisa data. Pengumpulan data
dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen, 2005).
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien. Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien
dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri
adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara
15 40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status
perkawinan, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta
pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
Nadi:
cenderung
meningkat,
suhu:
meningkat,
yang
hilang,
mengungkapkan
mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri : Ketidakpastian
memandang
keputusasaan,
diri,
sukar
Koping
yang
digunakan
klien
apabila
mendapat
masalah
takut
atau
tidak
mau
E. RENCANA TINDAKAN
Tujuan
Kriteria Hasil
Keperawatan
Gangguan
persepsi
6x24
sensori
halusinasi
klien
jam interaksi
: diharapkan
klien
menunjukkan tanda
tidak -
tanda
berhalusinasi
kepada/
TUK :
perawat :
percaya
terhadap
hubungan
saling
percaya
wajah
bersahabat
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi terapeutik :
a) Sapa
klien
dg
rasa senang
mata
mau
mau
menyebutkan
namanya
f. Klien
panggilan
perawat berkenalan
c) Tanyakan
berjabat tangan
e. Klien
nama
kontak
d. Klien
b. Menunjukan
c. Ada
percaya
Intervensi
nama
kesukaan
klien
d) Buat kontrak yang
jelas
mau
e) Tunjukkan
sikap
menjawab
jujur
salam
menempati
janji
setiap
kali
g. Klien
mau
duduk
berinteraksi
berdampingan
dengan perawat
h. Bersedia
mengungkapkan
masalah
dihadapi
yang
dan
berkenalan
2. Klien dapat Setelah 6 x 24 jam 2. Observasi tingkah laku
mengenal
interaksi
halusinasi
klien
terkait
dengan
dapat
halusinasinya,
jika
menyebutkan:
menemukan
a. Isi
dengan
b. Waktu
halusinasinya
c. Frekuensi
klien
klien
mengalami
d. Situasi
dan
kondisi
yang
menimbulkan
halusinasi
tanyakan
yang
apa
sedang
dialaminya
5. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
6. Jika klien tidak sedang
berhalusinasi,
klarifikasikan
adanya
halusinasi,
tentang
pengalaman
diskusikan
halusinasi
(pagi,siang.sore,sering
atau kadang-kadang)
3. Klien dapat Setelah 1x24 jam 7. Identifikasi brsam klien
mengontrol
halusinasi
interaksi klien :
a. Dapat
jika
terjadi
menyebutkan
tindakan
menyibukan diri)
yang
biasanya
dilakukan untuk
mengontrol timbulnya
mengendalikan
halusinasi
halusinasinya
b. Dapat
memilih
9. Katakan
pada
diri
dan
memperagakan
dengar)
cara
baru
mengontrol
halusinasi
4. Klien dapat Setelah 3x24 jam
dukungan
interaksi
keluarga
dari
menyebutkan
keluarga
pengertian,
untuk
gejala,
mengotrol
terjadinya
halusinasin
hausinasi
dan
ya
tindakan
untuk
untuk
pertemuan
tanda
proses
mengendalikan
halusinasi
(waktu,
dengan
(pada
pertemuan
saat
keluarga)
tentang :
a) Pengertian
halusinasi
b) Tanda dan gejalah
halusinasi
c) Cara
yang
dilakuan
dapat
oleh
mengontrol
halusinasi
d) Obat-obatan
5. Klien dapat Setelah 6x24 jam
memanfaat
interaksi
klien
halusinasi
12. Diskusikan
dengan
kan
obat menyebutkan:
dengan
minum obat
a. Manfaat minum
baik
obat
b. Kerugian tidak
minum obat
c. Nama,
warna,dosis,
dan
efek
samping minum
Gangguan
obat
TUM : klien Setelah 2-3
konsep
diri: memiliki
interaksi
Harga
diri konsep
diri menunjukan :
rendah
yang positif.
TUK :
1. Klien dapat
membina
a. ekspresi wajah
kilien
bersahabat
b. Klien
saling
rasa senang
perawat
b) Perkenalkan
ada
kontak mata
mau
berjabatan
lengkap
nama
panggilan
yang disukai
tujuan
pertemuan
mau
menyebutkan
nama
f. Klien
c) Tanyakan
d) Jelaskan
tangan
e. Klien
diri
dengan sopan
c. Klien
d. Klien
komunikasi teurapetik :
a) Sapa klien dengan
menunjukan
dengan
denga
mengguanakan prinsip
hubungan
percaya
percaya
mau
empati
sikap
dan
menjawab
salam
adanya
g. Klien
mau
duduk
perhatikan
berdampingan
kebutuhan
dengan perawat
klien
h. Klien
dasar
mau
mengutarakan
masalah
yang
dihadapi
Klien
dapat Setelah
mengidentifik
asi
positif
2-3
interaksi
kali
klien
kemampuan
kemampuan
yang dimiliki
dimiliki
yang
klien,
aspek
positif
keluarga,
aspek
positif lingkungan
klien
2. Diskusikan
dengan
klien tentang
a) aspek positif yang
dimiliki klien
b) kemampuan yang
dimiliki klien
3. Bersama
klien
buat
daftar tentang:
a) aspek
positif
klien,keluarga,ling
kungan
b) kemampuan yang
dimiliki klien
4. Beri
pujian
yang
realistis
5. Hindarkan pemberian
Klien
dapat Setelah
2-3
menilai
interaksi
kemampuan
menyebutkan
klien
dapat dilaksanakan
dilaksanakan
Klien
dapat Setelah
2-3
kali
merencanakan
interaksi
klien
kegiatan
membuat
rencana
klien
aktifitas
yang
kemampuan
klien:
yang dimiliki
a) kegiatan mandiri
b) kegiatan
dengan
bantuan
9. Tingkatkan
kegiatan
contoh
pelaksanaan
yang
Klien
dapat Setelah
2-3
melakuakan
interaksi
kegiatan
melakuakn
klien
kali
kegiatan
dapat
klien
lakuakan
11. Anjurkan klien untuk
melaksanakan
kegiatan
sesuia
cara
yang
telah
dirancanakan.
12. Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien
13. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien
14. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
Klien
dapat Setelah
2-3
kali
klien
kegiatan
setelah pulang
15. Beri
pendidikan
memanfaatkan
interaksi
sistem
dapat
pendukung
memanfaatkan
yang ada
sistem pendukung
kesehatan
16. Bantu
pada
keluarga
memberikan dukugan
selama klien dirawat
17. Bantu
keluarga
menyiapkan
Isolasi
Sosial
Menarik Diri
lingkungan dirumah
TUM : klien Klien menunjukkan 1. BHSP dengan:
: dapat
berinteraksi
tanda-tanda
percaya
berinteraksi
b) Perkenalkan nama,
a) Wajah
cerah,
nama
panggilan
TUK :
tersenyum, mau
perawat,
1. Klien
berkenalan
perawat
dapat
b) ada
membina
mata
hubungan
c) bersedia
kontak
tujuan
berkenalan
c) Tanyakan
dan
panggil
saling
menceritakan
percaya
perasaan,
nama
kesukaan klien
d) Tunjukkan
sikap
bersedia
menceritakan
janji
masalahnya.
berinteraksi
setiap
kali
e) Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang
di
hadapi
klien
f) Buat
kontrak
perhatian
ekspresi perasaan
2. Klien
Klien
dapat
klien
2. Tanyakan pada klien
mampu
menyebutkan
menyebutk
minimal
satu
an
penyebab menarik
penyebab
diri dari :
orang
menarik
diri
lain, lingkungan
yang
paling
keperawatan
3. Apa yang membuat
klien
dekat
dengan
orang tersebut
4. Orang
yang
tidak
tidak
dekat
agar
dekat
dengan
penyebab
dapat
menyebabkan
menyebutkan
keuntungan
keuntungan
berhubungan
berhubungan sosial
dengan
social misalnya
:Banyak
8. Beri reinforcement
9. Tanyakan pada klien
tentang :
a) manfaat
hubungan social
b) kerugian menarik
dan
kerugian teman,
menarik diri
Tidak
kesepian,
diskusi,
Bisa
Saling
menolong
kerugian
diri,
dan
diri
10. Diskusikan
klien tentang :
a) Manfaat
menarik
misalnya
bersam
berhubungan
sosial
dan
sendiri, Kesepian,
kerugian menarik
diri
b) Beri
4. Klien
Klien
dapat
reinforcement
11. Observasi
perilaku
dapat
melaksanakan
melaksana
hubungan
kan
secara
hubungan
dengan : perawat,
bantu
sosial
berkenalan
secara
berkomunikasi dengan
bertahap
klien
sosial
bertahap
saat
berhubungan social
12. Beri
motivasi
klien
dan
untuk
atau
jadwal
harian
dapat
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
dalam bersosialisasi
15. Beri
untuk
motivasi
klien
melakukan
5. Klien
Klien
dapat
mampu
menjelaskan
klien
tentang
menjelask
perasaannya
perasaannya
setelah
an
setelah
behubungan
sosial
perasaann
berhubungan sosial
ya setelah dengan :
berhubun
- orang lain
gan sosial
- kelompok
dan kelompok
18. Beri reinforcement
Daftar Pustaka
1. Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
2. Townsend, M. C. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatti, Edisi 3. Jakarta : EGC
3. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
4. Kusumawati, Farida, Yudi Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
5. Keliat, Budi Anna. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial:
Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.
6. Stuart & Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. alih
bahasa Hapid AYS, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi
Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : Fajar Interpratama.
LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
A MASALAH UTAMA
Kecemasan
B PROSES TERJADINYA MASALAH
a Pengertian
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak
jelas asal maupun wujudnya. (Sutardjo, 2005)
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang
pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi
normal terhadap siatuasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari
berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003)
mengenai
yang
tidak
menentu
tersebut
pada
umumnya
tidak
dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam
hubungan genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti
sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid,
prolaps katup mitral.
b Teori neurokimia
Asam
gama-amino
butirat
(GABA)
merupakan
sebagai
agens
antiansietas
alami
tubuh
dengan
yang
bertentangan
dan
fungsi
ansietas
adalah
kemudian hari.
Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
depresi.
Faktor
ekonomi,
latar
belakang
pendidikan
Etiologi Panik:
a
Teori biologi
(benzodiazepin)
Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang
hidup.
Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau penyakit
serius seperti kanker dapat menyebabkan kekhawatiran yang
signifikan tentang masa depan, perawatan Anda dan mungkin
keuangan Anda.
Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang
lebih kecil dalam situasi kehidupan yang penuh stres dapat memicu
kecemasan yang berlebihan misalnya, kekhawatiran yang sedang
Respon fisiologis
a Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung
meningkat, konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah
terengah-engah
Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada
d
e
f
Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor,
ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar,
kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan
melarikan diri dari masalah.
Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa,
salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan,
menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut,
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera
atau kematian.
Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa
bersalah dan malu.
tumbuh
berlebihan
dibandingkan
dengan
bahaya
yang
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam.
individu
dan
tidak
keinginan
dan
kenyataan
dapat
menimbulkan
kecemasan.
Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
karena
setres
terhadap
akan
atau
mempengaruhi
konflik
yang
pola
keluarga
individu
dialami
karena
dalam
pola
Riwayat
gangguan
kecemasan
dalam
keluarga
akan
yang
mengandung
benzodiepin,
karena
yang
normal (mis.hamil).
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak
internal:
kesulitan
dalam
berhubungan
yang
dicintai,
Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui
respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui
dan parasimpatis)
Respon psikologologis: Kecemasan dapat mempengaruhi aspek
pemalu, frustasi).
Fisiologik
a Kardiovaskular (palpitasi, jantung berdebar, td meningkat,
rasa mau pingsan, pingsan, TD menurun, denyut nadi
b
menurun).
Pernafasan (nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada,
nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi
tercekik, terengah-engah).
Neuromuskular (refleks meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah
tegang).
Gastrointestinal
(kehilangan
nafsu
makan,
menolak
berkemih).
Reproduksi (tidak datang bulan/amenore, darah haid
berlebihan,
darah
haid
amat
sedikit,
masa
haid
2005).
Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara
konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien
berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari
2005). Mekanisme
dan
dilakukan
secara
tidak
sadar
untuk
seseorang
memperbaiki
ditujukan
pada
pengalaman
yang
mengganggu
perasaannya.
Introjeksi (Intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak
lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan
superego).
Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga
dengan
keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah
laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat
menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung,
dan sebagainya.
Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls,
atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
terhalang.
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata
masyarakat
untuk
suatu
dorongan
yang
normal.
Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi
yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang
dari
tindakan/perilaku
atau
komunikasi
E RENCANA TINDAKAN
Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres
dan mampu mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan Khusus:
a Klien mampu mengenal ansietas.
b Klien mampu mengekspresikan
dan
mengidentifikasi
tentang
c
d
e
ansietasnya.
Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
f
g
h
i
mengatasi ansietas.
Klien mampu membina hubungan saling percaya.
Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
Klien terlindung dari bahaya.
Tindakan keperawatan:
a
berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling
percaya meliputi:
i
Mengucapkan salam terapeutik
ii
Berjabat tangan
iii
Menjelaskan tujuan interaksi
iv
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
dan
menguraikan
perasaannya.
Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.
percaya diri.
1 Pengalihan situasi
2 Latihan relaksasi:
i
Tarik nafas dalam
ii
Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
3 Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
Tindakan Keperawatan: Sp 1
a Membina hubungan saling percaya.
b Membantu pasien mengenal ansietas.
c Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
d Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
Tindakan Keperawatan: Sp 2
a
b
c
Tindakan Keperawatan: Sp 3
a
b
mengendurkan otot.
Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Tindakan Keperawatan: Sp 4
a
b
c
mengendurkan otot.
Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.
Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Teknik relaksasi progresif:
a
b
c
d
e
f
Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.
Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.
Otot punggung
Otot perut
Otot tangan
Otot kaki.
Membayangkan, distraksi.
Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang
saat merasa sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan,
misalkan membayangkan ketika baru saja selesai mengikuti
ansietas
normal
dimana
motivasi individu
pada keseharian
dalam
batas
kemampuan
untuk melakukan
dan memecahkan
masalah
meningkat.
Batasan Karakter
a. Tidak nyaman.
b. Gelisah.
c. Insomnia ringan.
d. Perubahan nafsu
makan ringan.
e. Peka.
f. Pengulangan
pertanyaan.
g. Perilaku mencari
perhatian.
h. Peningkatan
kewaspadaan.
i. Peningkatan
persepsi
pemecahan
masalah.
j. Mudah marah.
Intervensi
a. Gerakan tidak tenang.
b. Perhatikan
tanda
peningkatan ansietas.
c. Bantu
klien
menyalurkan
energi
secara konstruktif.
d. Gunakan obat bila
perlu.
e. Dorong
pemecahan
masalah.
f. Berikan
informasi
dalam
mengidentifikasi
keterampilan
koping
yang berhasil.
i. Pertahankan
cara
Batasan Karakter
a. Perkembangan dari
adalah
ansietas ringan.
b. Perhatian
terpilih
cemas
yang
mempengaruhi
pengetahuan
baru
dengan
penyempitan
lapangan
persepsi sehngga
individu
kehilangan
pegangan tetapi
dapat mengikuti
pengarahan
orang lain.
dari lingkungan.
c. Konsentrasi hanya
pada
tugas-tugas
individu.
d. Suara bergetar.
e. Ketidaknyamanan
jumlah waktu yang
digunakan.
f. Takipnea.
g. Takikardia.
h. Perubahan
Intervensi
a. Pertahankan
sikap
tidak
tergesa-gesa,
tenang
bila
berurusan
dengan
pasien.
b. Bicara dengan sikap
tenang,
tegas
meyakinkan.
c. Gunakan
kalimat
yang
pendek
sederhana.
d. Hindari
dalam
nada suara.
i. Gemetaran.
j. Peningkatan
dan
menjadi
ketegangan otot.
k. Menggigit
kuku,
memukul-mukulkan
dengan
jari,
menggoyangkan
menyentuh
pasien
menggunakan tehnik
kaki
dan
mengetukkan
jari
relaksasi.
h. Ajak pasien untuk
kaki.
mengungkapkan
perasaannya.
2. i)
Bantu pasien
mengenali
dan
menamai
ansietasnya.
3. Ansietas Berat
Deskripsi
Pada
ansietas
berat
lapangan
persepsi menjadi
sangat menurun.
Batasan Karakter
a. Perasaan terancam.
b. Ketegangan
otot
yang berlebihan.
c. Diaforesis.
d. Perubahan
Individu
cenderung
memikirkan hal
yang
sangat
tidak
mampu berfikir
realistis
dan
membutuhkan
banyak
pengarahan,
untuk
dapat
memusatkan
pada
lain.
daerah
e.
f.
g.
h.
i.
dan
yang
kontak
sering
sampai konstan.
c. Berikan obat-obatan
pasien melakukan hal
gastrointestinalis.
j. Mual muntah.
k. Rasa terbakar pada
atau
konstipasi.
o. Perubahan
kardivaskuler.
p. Takikardia.
q. Palpitasi.
r. Rasa tidak nyaman
pada prekokardia.
s. Berkurangnya jarak
persepsi
lingkungan
pernapasan.
Napas panjang.
Hiperventilasi.
Dispnea.
Pusing.
Perubahan
ulu hati.
l. Sendawa.
m. Anoreksia.
n. Diare
Intervensi
a. Isolasi pasien dalam
secara
dalam
lingkungan
sekitarnya.
berat.
t. Ketidakmampuan
untuk
berkonsentrasi.
u. Rasa terbakar.
v. Kesulitan
dan
ketidaktepatan
pengungkapan.
w. Aktivitas yang tidak
x.
berguna.
Bermusuhan.
4. Panik
Deskripsi
Adalah tingkat
Batasan Karakter
a. Hiperaktif
dimana individu
imobilitasi berat.
minta bantuan.
b. Rasa terisolasi yang b. Jika
mungkin
berada
pada
bahaya terhadap
diri sendiri dan
orang lain serta
dapat
menjadi
diam
atau
menyerang
dengan
kacau.
cara
Intervensi
/ a. Tetap bersama pasien ;
ekstrim.
c. Kehilangan
hilangkan
stressor
desintegrasi
otot-otot tegang.
e. Ketidakmampuan
dan
lingkungan.
c. Bicara dengan tenang,
sikap
meyakinkan,
menggunakan
untuk
nada
berkomunikasi
dengan kalimat yang
lengkap.
f. Distori persepsi dan
penilaian yang tidak
lingkungan
fisik
psikologisdari
kepribadian.
d. Sangat goncang dan
realistis
beberapa
terhadap
dan
ancaman.
g. Perilaku
kacau
dalam
usaha
bahwa
anda
tidak
(staf)
akan
membahayakan
dirinya
sendiri
atau
orang lain.
e. Isolasikan pasien pada
daerah yang aman dan
nyaman.
melarikan diri.
h. Menyerang.
2. f)
Lanjut
perawatan
dengan
ansietas
berat.
Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai
berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau
ringan.
Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat sangat berat
Tujuan Khusus
Intervensi
Rasional
dan
stress
yang
besarnya
dapat
ditangani.
Kenalkan klien pada
kriteria kesediahan yang
berhubungan
mekanisme
saat ini
dapat
mencapai
- Berikan
kepada
umpan
klien
perilaku,
balik
tentang
stressor
dan
sumber koping.
- Hindari perhatian pada
fobia, ritual atau keluhan
fisik.
- Kuatkan
ide
bahwa
kesehatan
berhubungan
fisik
dengan
kesehatan emosional
- Batasi perilaku maladaptif
klien dengan cara yang
mendukung
Klien akan mengalami - Bersikap tenang terhadap Perilaku
situasi yang lebih sedikit klien
dimodifikasi
menimbulkan ansietas
mengubah
- Kurangi
lingkungan
dapat
stimulus
dan
dengan
lingkungan
interkasi
dengan lingkungan
klien
- Batasi
interaksi
klien
aspek
menularnya ansietas
- Identifikasi
dan
menimbulkan
tindakan
fisik
dapat
dalam
aktivitas
dijadwalkan sehari-hari
klien
memberikan
dukungan perawat
membatasi
klien
yang
tersedia
untuk
mekanisme
koping
destruktif
sambil
meningkatkan partisipasi
aktivitas
yang
dapat
dilakukan
setiap
hari
- Libatkan
keluarga
mendorong
anggota
dan
pendukung lainnya
sistem
hubungan
membantu terapeutik
mengurangi
rasa
dapat
nyaman klien
- Amati
efek
medikasi
samping
dan
penyuluhan
yang
lakukan
kesehatan
untuk
klien
mengarahkan
yang relevan
Intervensi
akan - Bantu
dan mengindentifikasi
menggambarkan
perasaan
Rasional
klien Untuk
mengadopsi
menggambarkan
ansietasnya
kecemasan
mengatasi
penyakangkalan
dan
- Validasikan
semua
- Gunakan
terbuka
pertanyaan
untuk
beralih
besarnya
ansietas
untuk
meningkatkan
motivasi
klien
- Gunakan
konfrontasi
supportif
dengan
bijaksana
Klien
akan - Bantu
mengidentifikasi
manggambarkan
penyebab ansietas
dan
situasi dikenali,
interaksi
perkembangannya
penilaian
klien
harus
yang mengerti
mendahului ansietas
Tinjau
klien
termasuk
stressor
pencetus,
penilaian
bagaimana
tindakan
dilakukan
mekanisme
menurunkakannya
lalu,
ulang
menggunakan
penilaian
stressor,
sumber
tanggung
Tunjukkan
efek
klien
menggunakan
koping
adaptif
efektif
yang
dimasa lalu
- Fokuskan
klien
pada
klien
untuk
hubungan
sebab akibat
Klien
mengimplementasi
akan - Bantu
kan mengidentifikasi
kembali
pikiran, menyertainya
memodifikasi
perilaku, teknik
menggunakan
su,mber stres
dan
respons
menguji
melalui
penatalaksanaan
fisik
untuk
menyalurkan energi
- Libatkan orang terdekat
sebagai sumber koping
dan dukungan sosial
- Ajarkan teknik relaksasi
untuk
meningkatkan
percaya diri
teknik relaksasi:
1)
Mengalihkan situasi
2)
Latihan relaksasi
3)
Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
4
5
c
hangat, massage.
Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan
1 Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti
membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan
2
3
4
memungkinkan.
Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan
6
7
yang
perasaan klien.
f Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)
Kenali penyebab kecemasan klien
a Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang
b
mendahului cemas.
Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam;
timbulnya konflik.
c
d
energi.
Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan sosial.
Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri,
relevansi diri serta mengurangi stress.
Obat
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Ini termasuk:
a Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak
(neurotransmitter) diperkirakan memainkan peran dalam gangguan
kecemasan.
Contoh
antidepresan
digunakan
untuk
mengobati
anti-kecemasan
dapat
digunakan
secara
Benzodiazepin
biasanya
digunakan
hanya
untuk
Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).
a
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis
psikoterapi untuk gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif
berfokus pada pengajaran keterampilan khusus untuk mengidentifikasi
pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih
Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
2. Carpenito, L.J.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.
3. Cutler, Howard C. 2004. Seni Hidup Bahagia. Alih Bahasa: Alex Tri
Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. David AT. 2004. Buku Saku Psikiatri.Ed.6. Jakarta:EGC.
5. Herdman, T Heather. 2012. NANDA International, diagnosis Keperawatan
definisi dan klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: EGC
6. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor
Yasmin Asih, Jakarta : EGC
7. Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.
8. Potter Patricia A, Anne Griffin, P. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep Klinis, Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Yasmin
Asih dkk. Editor edisi bahasa Indonesi: Dewi Yulianti.
9. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta :
EGC.
10. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi
Dengan Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
11. Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.
Jakarta: Pustaka Populer Obor
12. Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media
Press
13. Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi
3.Jakarta: EGC
14. Stuart & Sundeen.2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir
Yani S Hamid. Editor: Yasmin Asih. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
15. Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
16. Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica
Ester, Jakarta : EGC.
17. Tirtojiwo.
2012.
Anxiey
(Kecemasan).