Anda di halaman 1dari 4

http://www.infobunda.com/pages/blog/showblog.php?

blogid=1796

Fungsi Kecerdasan
Kecerdasan seorang anak ditentukan oleh banyak faktor. Unsur keturunan atau genetik
memang dapat membuat anak-anak menjadi cerdas atau kurang cerdas. Namun, ternyata hal
ini tidak mutlak. Sebab, faktor lingkungan justru lebih banyak berpengaruh terhadap
perkembangan otak mereka.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa kita dapat membuat anak kita lebih cerdas
dalam lingkungan rumah yang hangat dan merangsang. Bila anak kebetulan mewarisi
kemampuan rata-rata atau di atas rata-rata, suatu lingkungan yang penuh kasih dan cukup
rangsangan, kemungkinan besar akan meningkatkan taraf kecerdasannya menjadi anak yang
sangat cerdas atau superior. Sebaliknya, anak yang lahir dengan kemampuan superior tetapi
tidak menerima rangsangan-rangsangan semasa kecilnya, tidak akan berkembang menjadi
anak cerdas.
Telah diketahui bahwa stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan penambahan
ketebalan korteks (lapisan) otak, penambahan jumlah sinaps (penghubung) per neuron (sel
saraf), dan penambahan pembuluh kapiler. Secara klinis, telah dibuktikan pula bahwa
stimulasi lingkungan sejak masa prasekolah menyebabkan bertambah baiknya proses belajar,
dan efek ini terbawa terus sampai masa anak usia sekolah. Selain pada anak normal, stimulasi
serupa juga menunjukkan hasil pada anak dengan gangguan perkembangan yang
menunjukkan

kemajuan.

Perkembangan Kecerdasan
Kecerdasan intelektual (IQ) dalam populasi umum dikategorikan atas: genius (>140), sangat
cerdas (130-139), cerdas (120-129), diatas normal (110-119), normal (90-109), dibawah
normal (80-89), bodoh (70-79), debil (50-59), embecil (25-49), dan idiot (<24).
Konsep dasar kecerdasan (teori Piaget) mengemukakan bahwa ketika seorang anak
berinteraksi dengan lingkungannya, ada sistem yang mengatur dari dalam diri anak tersebut
yang cenderung menetap, yaitu skema kognitif dan adaptasi (asimilasi dan akomodasi),
kemudian dipengaruhi faktor lingkungan. Proses asimilasi dan akomodasi terjadi bersamaan
dan saling me!engkapi dalam pembentukan kognitif seseorang. Selain itu, ada urutan yang

sama dalam perkembangan kecerdasan anak, tetapi ada perbedaan dalam waktu dalam
mencapai tahap perkembangan kognitif tertentu.
Masing masing tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang mempengaruhi semua
pemikiran si anak. Masing masing tahap mewakili pemahaman sang anak tentang realitas
pada masa itu. Jadi, pekembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan oleh
akumulasi

didalam

pemahaman

sang

anak

tentang

lingkungannya.

Berdasarkan konsep dasar ini, tahap perkembangan kecerdasan dibagi menjadi tahap
sensorimotor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), konkret operasional (7-11 tahun), dan
formal operasional (>11 tahun). Dengan mengetahui tahap perkembangan kecerdasan ini,
diharapkan orang tua dapat mengembangkan kemampuan kecerdasan anaknya dengan tepat,
sesuai usia perkembangan kognitifnya.
Setiap anak selalu ada dalam salah satu stadium perkembangan. Stadium-stadium ini
menentukan bagaimana cara anak menginterpretasi suatu tugas. Artinya, fungsi kognitif
pada umur yang berlainan, dapat dibedakan satu sama lain. Jadi, stadium yang berurutan tadi
menunjukkan

kemungkinan

kognitif

baru

yang

sebelumnya

belum

ada.

Tahap kecerdasan sensorimotor (0-2 tahun)


Pada periode ini kecerdasan anak diperlihatkan melalui aktivitas motoriknya untuk
menemukan hubungan antara tubuhnya dan lingkungannya. Mengingat kemampuan
sensoriknya telah berkembang, maka bayi belajar mengenal Iingkungannya melalui melihat,
menyentuh, mendengar, dan mengisap. Jadi, manifestasi kecerdasan awal ini diketahui dari
persepsi sensorik dan aktivitas motoriknya.
Beberapa subtahap dalam tahapan kecerdasan sensorimotor yaitu:
1.

Aktivitas

refleks

(0-1

bulan)

Inilah kecerdasan' promitif, dimana bayi belajar melalui gerakan refleksnya (mengisap
selimut, alat permainan seperti mengisap puting) dan menyesuaikan gerakannya dengan
objek
2.

baru
Reaksi

sirkuler

pertama

(1-4

bulan)

Pergerakan sistem sensori mulai diselaraskan dengan pandangan dan gerak tangan. Bayi akan
mengulangi
3.

tingkah
Reaksi

lakunya

apabila

sirkuler

yang
kedua

dilakukannya
(4-8

menyenangkan.
bulan)

Bayi telah dapat melakukan tingkah laku baru, seperti mengambil barang lalu

mengerakkannya. Dia juga bisa menanggapi benda di dalam tangannya. Contohnya, sengaja
memasukkan barang mainan ke mulutnya dengan tujuan mengetahui atau mengenali barang
tersebut.
4.

Reaksi

koordinasi

(8-12

bulan)

Anak mulai menunjukkan tanda kecerdasannya. Mereka sudah mampu melakukan aksi untuk
mencapai keinginannya. Contoh, bayi akan mengangkat bantal untuk mengambil mainannya
yang disembunyikan. Bayi sudah mengetahui konsep sebab akibat. Misalnya,ketika
menggoncangkan
5.

mainan

Reaksi

akan

sirkuler

ketiga

berbunyi.
(12-18

bulan)

Di tahap ini, bayi memperlihatkan kemajuan yang pesat berhubungan dengan pemahaman
konsep, dan telah mempunyai konsep yang kukuh tentang suatu benda. Bayi juga mampu
mengenal coba-salah tetapi dalam taraf yang mudah. Contohnya, anak akan mencoba
pelbagai
6.

bunyi

dan

tingkah

Penggambaran

laku

pemikiran

untuk

mendapatkan

awal

(18-2

perhatian.
tahun)

Anak mulai menggunakan simbol buat pertama kali. Dapat memahami aktivitas permainan
dan fungsi simbol. Anak juga sudah mengetahui tentang perananya dan fungsi individu
dalam
Tahap

rurnah
Kecerdasan

tangga.

Pra-operasional

(2-7

tahun)

Operasional artinya mempunyai kemampuan berpikir secara logika. Terdapat beberapa tanda
perkembangan

kecerdasan

pada

periode

ini,

yaitu:

1. Pada usia ini anak menjadi egosentris, sehingga berkesan pelit, karena ia tidak bisa melihat
dari sudut pandang orang lain. Sebagai contoh, bila ada 3 mobil, merah, putih dan biru
berjajar, kemudian anak diminta menyebutkan urutan mobil tadi dari sudut pandang orang
lain yang berdiri di seberang sebaliknya, maka anak akan menjawab dari sudut pandangnya
sendiri.
2. Imitasi tertunda (meniru), yaitu kemampuan untuk meniru dari apa yang diketahui atau
dilihat sehari sebelumnya. Ini merupakan petunjuk bahwa daya ingat (memori) anak
berkembang baik. Sebagian besar anak mulai mempraktikkan ini pada usia sekitar 2 tahun.
Jika di usia 3-4 tahun belum dapat melakukan proses meniru tertunda ini, bisa jadi dia
mempunyai

gangguan

dalam

perkembangan

kecerdasannya.

3. Permainan simbolik, yaitu mampu berbuat pura-pura. Artinya, anak dapat menimbulkan
situasi-situasi yang tidak langsung ada. Misalnya, kotak korek api disimbolkan , sebagai
pesawat atau mobil. Berpikir simbolik diperlukan untuk perkembangan normal bicara, karena
bicara

merupakan

petunjuk

simbolik

yang

tinggi.

Permainan simbolik, penting dalam perkembangan kecerdasan anak, karena permainan ini
merupakan cara mengekspresikan dirinya, pikirannya, ide, kecemasannya, dan lain lain,
sebelum

dia

mampu

mengekspresikannya

dengan

kata-kata.

4. Mengambar, yaitu kemampuan mempresentasikan sesuatu melalui gambar yang juga


merupakan petunjuk bahwa anak belajar berkomunikasi dengan simbol. Semakin anak besar,
semakin

baik

gambaran

yang

di

ungkapkannya.

5. Berpikir sentralis, yaitu bila anak dihadapkan dengan situasi yang banyak pilihan, maka dia
akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu pilihan saja dan mengabaikan
pilihan lainnya. Misalnya, anak akan memilih gelas tinggi ramping daripada gelas pendek
lebar,

meskipun

isinya

sama.

6. Perkembangan bicara. Bicara merupakan petunjuk perkembangan kecerdasan yang baik.


Pada usia 2 tahun, anak sudah menggunakan satu kata simbolik untuk mengambarkan sebuah
benda. Kemampuan bicara pada periode ini sangat penting untuk mengekspresikan pola
pemikirannya yang makin kompieks, selain juga penting untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya.
7. Berpikir tidak dapat dibalik (ireversibel). Anak belum mampu meniadakan suatu tindakan
dengan memikirkan tindakan tersebut dari arah yang sebaliknya. Misalnya, Agus punya
saudara Ani, dan Agus tidak mengerti bahwa Ani juga mempunyai saudara Agus bila ditanya
apakah Ani punya saudara.

Anda mungkin juga menyukai