Anda di halaman 1dari 89

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki SDM atau generasi penerus
yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diiringi oleh moralitas
yang baik sebagai pengelola Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM). Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dari waktu
ke waktu, sehingga menimbulkan tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk selalu
meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki, karena kualitas SDM tersebut lah
yang menentukan kemajuan suatu bangsa.
Salah satu cara untuk menyikapi perkembangan dan tantangan di
masyarakat saat ini adalah dengan menghasilkan tenaga-tenaga yang ahli di
berbagai bidang. Mahasiswa sebagai salah satu individu yang tengah
mempersiapkan diri memasuki dunia ketenaga-kerjaan dalam proses menuntut
ilmu di Perguruan Tinggi telah diajarkan berbagai macam teori yang berkaitan
dengan bidang praktik kerja. Teori-teori yang telah diajarkan tersebut diharapkan
dapat menjadi bekal mahasiswa dalam memasuki dunia kerja nantinya. Teori yang
telah dikuasai juga sebagai dasar bagi mahasiswa yang telah masuk dunia kerja
agar dapat bekerja lebih optimal.
Selain teori yang memadai mahasiswa juga harus memiliki pengalaman
kerja yang cukup, agar mahasiswa yang telah lulus dan memasuki dunia kerja
dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Pengalaman kerja tersebut
didapatkan

mahasiswa ketika melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL). PKL merupakan Mata Kuliah wajib dari Program Studi Akuntansi
Universitas Negeri Semarang. UNNES sebagai perguruan tinggi yang
menghasilkan lulusan yang profesional menjalin kerjasama dengan instansiinstansi sebagai upaya untuk menghasilkan tenaga kerja yang telah siap
menghadapi tantangan yang ada di masyarakat.
Pelaksanaan PKL dilakukan dapat dilakukan di instansi pemerintah maupun
perusahaan swasta. Dalam pelaksanaan PKL ini, penulis memilih instansi
pemerintah yaitu Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang
berlokasi di Jalan Pemuda Nomor 148 Komplek Balaikota Semarang. Dalam hal
ini, mahasiswa PKL ditempatkan di Pos Pelayanan PBB wilayah I berlokasi di Jl.
Kangguru Raya No. 3. Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang bertanggung jawab atas
pengelolahan keuangan daerah Kota Semarang. DPKAD dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Semarang. DPKAD Kota semarang
mempunyai visi yaitu Menjadi motor dalam pengelolaan keuangan daerah yang
profesional dalam rangka meningkatkan kemempuan keuangan daerah dan
terlaksananya tertib administrasi pengelolaan aset daerah. Dengan adanya visi
tersebut, DPKAD dituntut untuk meningkatkan profesionalisme pengelolaan
keuangan daerah yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pertanggungjawaban yang berprinsip pada anggaran berbasis kinerja yaitu:
transparansi, akuntabilitas dan value for money.
Salah satu upaya yang ditempuh DPKAD untuk mewujudkan visi tersebut
yaitu menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual dalam upaya perbaikan

kualitas penyajian informasi keuangan daerah sesuai dengan PP No. 71 Tahun


2010 yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 yang
mengatur secara teknis pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah dengan
menggunakan basis akrual. Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut
memberikan banyak keuntungan salah satunya yaitu dapat meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas informasi keuangan pemerintah daerah. Akan tetapi
dalam pelaksanaanya DPKAD banyak mengalami kendala, seperti kompetensi
SDM yang dimiliki DPKAD khususnya Bidang Akuntansi masih belum sesuai
harapan untuk dikatakan siap menerapkan sistem akuntansi terbaru tersebut. Jika
proses pelaksanaan sistem akuntansi tersebut tidak berjalan secara efektif, maka
pada akhirnya akan mengganggu pelaksanaan pengelolahan keuangan daerah
dimana dalam hal ini merupakan tanggung jawab dari DPKAD Kota Semarang.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat
Laporan

Praktik

Kerja

Lapangan

dengan

judul

OPTIMALISASI

EFEKTIVTAS PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PPKD BERBASIS


AKRUAL SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN
DAERAH.
1.2. Tujuan Penulisan Laporan
Berdasarkan latar belakang penulisan laporan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Laporan PKL ini,
adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui peraturan yang mendasari tentang sistem dan prosedur


akuntansi Pemerintah Kota Semarang khususnya yang terkait dengan
sistem dan prosedur akuntansi PPKD yang dijalankan DPKAD Kota
Semarang.
b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi
PPKD berbasis akrual oleh DPKAD Kota Semarang sebagai upaya
pengembangan administrasi pengelolahan keuangan daerah.
c. Untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur akuntansi PPKD berbasis
akrual yang merupakan upaya untuk mengembangkan administrasi
pengelolahan keuangan daerah sudah dapat diterapkan secara optimal
ataukah belum oleh DPKAD Kota Semarang.
d. Untuk mengetahui kendala dan solusi apa saja yang efektif dan efisien
selama pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi PPKD berbasis akrual
oleh DPKAD Kota Semarang.

1.3. Manfaat Penulisan Laporan


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan Laporan PKL ini,
adalah sebagai berikut :

1.1.1.
Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh tambahan ilmu terutama terkait dengan
pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi PPKD berbasis akrual oleh
DPKAD Kota Semarang sebagai upaya pengembangan administrasi
pengelolahan keuangan daerah.

b. Menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah


dengan kegiatan yang terdapat dalam dunia kerja dengan tetap
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki agar dapat memperoleh
ilmu-ilmu baru.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan
bekerjasama dalam team work sehingga dapat dengan mudah
beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan perusahaan jika sudah
memasuki dunia kerja nantinya.
d. Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitasnya
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang muncul dalam dunia kerja dan berusaha
untuk menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang muncul
dengan tidak menimbulkan masalah baru.
e. Melatih mahasiswa untuk menjadi pribadi yang unggul dan berdaya
saing tinggi agar nantinya siap memasuki dunia kerja yang sangat jauh
berbeda dari dunia kuliah.
f. Mahasiswa dapat memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian PKL
dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan
(PKL).
1.1.2.
Bagi Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Akuntansi
a. Hasil pengamatan dapat dijadikan masukan yang berharga untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan sehingga diharapkan
membawa pengaruh pada prestasi belajar mahasiswa.
b. Menambah referensi tentang pelaksanaan sistem dan prosedur
akuntansi PPKD berbasis akrual oleh DPKAD Kota Semarang sebagai
upaya pengembangan administrasi pengelolahan keuangan daerah.

c. Memperat hubungan kerja sama antara lembaga dan instansi tempat


PKL, baik instansi pemerintah maupun instansi swasta.
d. Mempersiapkan lulusan Jurusan Akuntansi Universitas Negeri
Semarang yang berdaya saing tinggi dan memiliki kualifikasi diri yang
unggul sehingga dapat berprestasi dalam dunia kerja nantinya.
e. Menambah bacaan di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang terkait dengan analisis sistem dan prosedur
pengelolahan keuangan daerah oleh DPKAD Kota Semarang, sehingga
dapat berguna dalam penyusunan Laporan PKL oleh angkatan yang
selanjutnya.
1.3.3.
Bagi Badan atau Instansi yang Bersangkutan
a. Instansi mitra terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan kantor rutinnya
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang diharapkan dapat
memberi masukan untuk peningkatan kualitas dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan di DPKAD Kota Semarang.
c. Menambah referensi dan analisis atas pelaksanaan kegiatan dan
program kerja di DPKAD Kota Semarang.

1.4. Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


1.4.1 Tempat PKL
Lokasi instansi disebut juga tempat dimana suatu instansi melakukan
kegiatan operasional dan tugas pokoknya. Lokasi Dinas Pengelolahan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Semarang, yaitu terletak di Jalan Pemuda Nomor 148
Komplek Balaikota Semarang. Dalam hal ini, mahasiswa PKL ditempatkan di Pos

Pelayanan PBB wilayah I berlokasi di Jl. Kangguru Raya No. 3. Pelayanan PBB
wilayah I ini melingkupi 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Gayamsari,
Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Pedurungan, dan Kecamatan Genuk.

1.4.2

Waktu Pelaksanaan PKL


Lamanya waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yaitu selama 2 bulan

yang dimulai sejak tanggal 1 November 2016 sampai 30 Desember 2016, dengan
rincian jam kerja sebagai berikut :
a. Hari Senin sampai Kamis mulai pukul 08.00 sampai 02.30 WIB
b. Hari Jumat mulai pukul 08.00 sampai 11.00 WIB
c. Hari Sabtu dan Minggu libur.
1.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan Laporan
PKL ini, yaitu:
1.1.1.

Wawancara

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengajukan


pertanyaan terhadap narasumber di Sekretariat yang dapat memberikan informasi
terkait dengan gambaran umum instansi mulai dari profil instansi, rencana
program dan kegiatan beserta anggaran yang ditetapkan selama suatu periode, dan
juga peran dan fungsi DPKAD Kota Semarang. Selain itu, penulis juga
mewawancarai narasumber di Bidang Akuntansi yang mengerti benar tentang
pengelolahan keuangan daerah di DPKAD Kota Semarang, sehingga penulis
dapat memperoleh informasi terkait sistem dan prosedur pengelolahan keuangan
daerah di DPKAD Kota Semarang dan peraturan yang mengatur tentang hal

tersebut dan kendala apa saja yang menghambat pelaksanaannya berikut dengan
solusi yang telah diupayakan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada.
1.1.2.

Studi Pustaka

Pengumpulan dengan metode studi pustaka ini di lakukan dengan cara


mencari referensi buku yang terdapat di DPKAD Kota Semarang terkait dengan
gambaran umum instansi dan sistem dan prosedur pengelolahan keuangan daerah
di instansi yang bersangkutan. Selain itu, penulis juga mencari data yang valid
tentang Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang melalui
website resmi Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang
yaitu http://dpkad.semarangkota.go.id/ dan mencari peraturan peraturan yang
mengatur terkait dengan sistem dan prosedur pengelolahan keuangan daerah Kota
Semarang

di

website

resmi

pemerintah

Kota

Semarang

yaitu

www.semarangkota.go.id/ dan mesin pencarian online Google.

BAB II
OPTIMALISASI EFEKTIVTAS PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI
PPKD BERBASIS AKRUAL

2.1.
Tinjauan Umum Objek PKL
2.1.1. Latar Belakang Terbentuknya DPKAD Kota Semarang
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 diperbaruhi dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 25 Tahun
1999 diperbaruhi dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka
dibentuklah Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Darah atau lebih dikenal
dengan DPKAD Kota Semarang yang merupakan organisasi baru hasil
penggabungan antara Dinas Pendapatan Daerah Kota Semarang (Dipenda) dengan
Bagian Keuangan Setda Kota Semarang.
Aturan yang mendasari pembentukan organisasi tersebut adalah Perda
Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kota Semarang yang ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaan yang
berupa Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor: 061.1/188/2001 tanggal 25
April 2001 jo. Peraturan Walikota Semarang Nomor 42 Tahun 2008 tanggal 24
Desember 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Pengelolahan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang. Namun dengan perkembangan waktu
dan berubahnya peraturan-peraturan baru tentang pengelolahan keuangnan daerah
menuntut DPKAD Kota Semarang untuk tetap eksis dalam menjalankan misinya
menjadi motor dalam pengelolahan keuangan daerah yang profesional dalam
rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah dan terlaksanakanya tertib
administrasi pengelolahan aset daerah sehingga dapat meningkatkan dan

10

mengembangkan sistem pengelolahan keuangan daerah yang lebih adil dan


rasional. Selain itu, masyarakat sekarang ini juga semakin cerdas dan kritis.
Mereka menuntut adanya pengelolahan keuangan publik secara transparan
sehingga tercipta akuntabilitas publik dengan mendasarkan pada value for money.
Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini DPKAD Kota Semarang memerlukan
koordinasi dan pengaturan yang terorganisir untuk lebih mengharmoniskan dan
menyelaraskan pengelolahan keuangan daerah secara optimal, efektif, efisien,
sistematis, dan akuntabel dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dalam hal ini
DPKAD Kota Semarang mempunyai peranan ganda, yaitu sebagai SKPD dan
PPKD. Sebagai SKPD, DPKAD mempunyai peran untuk mengelola belanja gaji
PNS, belanja rutin SKPD, belanja kegiatan SKPD beserta pengelolahan aset Kota
Semarang dan mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Semarang.
Sedangkan, peran DPKAD sebagai PPKD yaitu mengelola pendapatan,
perimbangan, dan pendapatan lain-lain serta belanja tidak langsung dan
pembiayaan daerah. DPKAD juga bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara
Umum Daerah.

2.1.1.2.

Visi dan Misi DPKAD Kota Semarang

Visi dan misi DPKAD dirancang berdasarkan penjabaran dari visi dan misi
pemerintah Kota Semarang dengan tetap memperhatikah kondisi, gambaran
umum dinas, dan kebijakan pengelolahan keuangan. Penetapan visi dan misi

11

bertujuan untuk mengklarifikasi arah dan tujuan dinas serta menumbuhkan


inspirasi dan tantangan pengelolahan dan manajemen keuangan.

2.1.1. Visi DPKAD Kota Semarang


Menjadi motor dalam pengelolaan keuangan daerah yang profesional
dalam rangka meningkatkan kemempuan keuangan daerah dan terlaksananya
tertib administrasi pengelolaan aset daerah.
Adapun makna dari visi tersebut, yaitu Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Semarang berupaya menjadi penggerak dan pelopor dalam
upaya meningkatkan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber pendapatan serta meningkatkan profesionalisme pengelolaan
keuangan daerah yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pertanggungjawaban yang berprinsip pada anggaran berbasis kinerja yaitu:
transparansi, akuntabilitas dan value for money sehingga diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan keuangan daerah dan meningkatkan tertib administrasi
pengelolaan aset daerah.Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Transparansi

adalah

keterbukaan

dalam

proses

perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan evaluasi anggaran.


b. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik dimana
proses penganggaran benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat dan lembaga perwakilannya. Akuntabilitas
dilaksanakan dengan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Value for money proses penganggaran menetapkan prinsip ekonomis,
efisien dan efektif. Ekonomis berkenaan dengan pemilihan dan

12

penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu. Efisien


berarti bahwa penggunaan dana masyarakat dapat menghasilkan out
put yang maksimal (berdaya guna). Sedangkan efektif adalah
penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target atau tujuan
pelayanan publik.

2.1.2. Misi DPKAD Kota Semarang


Untuk mewujudkan visi DPKAD tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam 6
(enam) misi yang menjadi pedoman bagi DPKAD dalam pelaksanaan tugas,
sebagai berikut:
a. Optimalisasi

Pendapatan

Asli

Daerah

melalui

intensifikasi,

ekstensifikasi dan penyusunan perangkat hukum tentang pendapaatan


sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Optmalisasi pendapatan daerah dari danan perimbangan melalui
keterlibatan secara aktif dari fiskus, masyarakat/wajib pajak dan
koordinasi yang intensif dengan pemerintah agar dapat memperoleh
bagian yang proporsional.
c. Efektivitas dan efisiensi dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran
melalui penerapan anggaran yang berbasis kinerja dan analisa standar
belanja.
d. Transparansi dan akuntabiitas pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah melalui penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
Fungsi Pelaporan Penatausahaan Penerimaan dan Belanja Daerah.

13

e. Peningkatan tertib adminitrasi pengelolaan aset daerah dalam rangka


menyusun

laporan

keuangan

yang

transparan

dan

dapat

dipertanggungjawabkan.
f. Peningkatan pelayananan prima kepada masyarakat, terhadap wajib
pajak maupun terhadap pengguna angagran sesuai dengan Standar
Pelayanan Publik (SP2) dinas.
2.1.1.3.

Struktur Organisasi DPKAD Kota Semarang

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dalam susunan perwujudan


pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisiposisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, struktur organisasi
diperlukan oleh suatu lembaga atau instansi agar dapat menjalankan organisasi
melalui pembagian kerja dan pembagian tugas antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang yanng
kemudian dijabarkan dengan Peraturan Walikota Semarang No. 42 Tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolahan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Semarang bahwa DPKAD Kota Semarang mempunyai struktur
organisasi, sebagai berikut:
1. Kepala Dinas, membawahi:
2. Sekretaris Dinas, membawahi:
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Pajak Daerah, membawahi:

14

Seksi Pendaftaran dan Pendataan


Seksi Pendapatan
Seksi Penagihan
4. Bidang Akuntansi, membawahi:
Seksi Analisa
Seksi Pelaporan Keuangan
Seksi Penatausahaan Keuangan
5. Bidang Anggaran, membawahi:
Seksi Perencanaan Anggaran
Seksi Penyusunan Anggaran
Seksi Administrasi Anggaran
6. Bidang Perbendaharaan, membawahi:
Seksi Belanja Non Gaji
Seksi Belanja Gaji
Seksi Verifikasi dan Evaluasi
7. Bidang Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan, membawahi:
Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Pinjaman dan Lain-lain Pendapatan
8. Bidang Aset Daerah, membawahi:
Seksi Administrasi Aset
Seksi Pengamanan Aset
Seksi Penilaian Aset
9. UPTD, membawahi:
UPTD Kas Daerah
10. Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Pasal 79: Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas Daerah sesuai dengan keahlian
dan kebutuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80: (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
Pasal 79 terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, (2) Setiap
Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas, (3) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarlan
kebutuhan dan beban kerja, dan (4) Jenis dan jenjang Jabatan
Fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangangan.

15

Sumber: Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008


Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Pengelolahan Keuangan

Daerah Kota Semarang

16

2.1.1.4.
2.1.1.1.

Sumber Daya DPKAD Kota Semarang


Pegawai

Tabel 1. Jumlah Aparatur DPKAD Kota Semarang Per 1 Mei 2016


Berdasarkan Status Kepegawaian
No
1
1.
2.

Status Kepegawaian
2
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Tidak Tetap Bulanan
(TPHL)
Jumlah

Jumlah
3
211
2

Keterangan
4

213

Pegawai

Pegawai

Tabel 2. Jumlah Aparatur DPKAD Kta Semarang Per 1 Mei 2016


Bedasarkan Pendidikan Formal Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS)
No
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pegawai Negeri Sipil (PNS)


2
Doktor
Magister
Sarjana
Diploma
SMU/SMK
SLTP
SD
Jumlah

Jumlah
3
27
119
2
58
5
2
213

Keterangan
4
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai

Tabel 3. Jumlah Aparatur DPKAD Kota Semarang Per 1 Mei 2016


Bedasarkan Pendidikan Formal Untuk Pegawai Tidak Tetap Bulanan
(TPHL)
Pegawai Tidak Tetap Bulanan
No
1
1.
2.
3.

(TPHL)
2
Doktor
Magister
Sarjana

Jumlah

Keterangan

3
-

4
Pegawai
Pegawai
Pegawai

17

4.
5.
6.
7.

Diploma
SMU/SMK
SLTP
SD
Jumlah

2
2

Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai

Tabel 4. Jumlah Aparatur DPKAD Kota Semarang Per 1 Mei 2016


Berdasarkan Pendidikan Perjenjangan
No
1
1.
2.
3.

Pendidikan Perjenjangan
2
Diklat Pim II
Diklat Pim III
Diklat Pim IV
Jumlah

Jumlah
3
1
7
22
30

Keterangan
4
Pegawai
Pegawai
Pegawai
Pegawai

Tabel 5. Jumlah Aparatur DPKAD Kota Semarang Per 1 Mei 2016


Berdasarkan Golongan
No

Unit Kerja/ Bidang

1
1.
2.
3.
4.
5.
6.

2
Kepala Dinas
Sekretariat
Bidang Pajak Daerah
UPTD Kas Daerah
Bidang Akuntansi
Bidang Perimbangan dan

IV
3
1
2
2
0
1
3

7.
8.
9.

Lain-lain Pendapatan
Bidang Aset Daerah
Bidang Perbendaharaan
Bidang Anggaran

3
4
1

Golongan
III
II
4
5
0
0
24
5
56
15
12
0
17
1
8
1

I
6
0
0
1
0
0
0

11
19
13

0
0
0

2
6
3

THPL

Jumlah

7
0
0
2
0
0
0

8
31
76
12
19
12

0
0
0

16
29
17

18

Tabel 6. Daftar Usul Formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Per 1 Mei 2016
Berdasarkan Kepangkatan

No
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Pangkat
2
Pembina Utama Muda
Pembina Tingkat I
Pembina
Penata Tingkat I
Penata
Penata Muda Tk I
Penata Muda
Pengatur Tingkat I
Pengatur
Pengatur Muda Tk I
Pengatur Muda
Juru Tingkat I
Juru
Juru Muda Tk I
Juru Muda
Jumlah

Golongan
Jumlah

Formasi

Pegawai
4
1
2
14
33
35
43
50
4
9
16
3
2
1
213

Th 2017
5
1
2
37
20
32
48
1
22
39
28
2
2
213

Ruang
3
IV/ c
IV/ b
IV/ a
III/ d
III/ c
III/ b
III/ a
II/ d
II/ c
II/ b
II/ a
I/ d
I/ c
I/ b
I/ a

Keteranga
n
6

2.1.1.1.4.2. Perlengkapan
DPKAD Kota Semarang mempunyai sara dan prasarana antara lain
banunan fisik berupa gedung yang mempunyai 3 (tiga) lantai yang berlokasi di
Jalan Pemuda Nomor 148 Komplek Balaikota Semarang, Semarang. Selain itu
untuk menunjang operasional pelaksanaan tugas kedinasan, DPKAD juga
mempunyai banyak barang inventaris yang senantiasa dilakukan perawatan dan
pemeliharaan secara rutin agar selalu terjaga kondisi fisiknya.

2.1.1.1.4.3

Kinerja Pelayanan DPKAD Kota Semarang

19

Selaku dinas teknis yang berwenang di bidang pengelolahan keuangan dan


aset daerah, DPKAD Kota Semarang telah banyak berperan bagi kemajuan
pengelolahan keuangan dan aset daerah di lingkungan Pemerintah Kota
Semarang. DPKAD Kota Semarang tentunya didukung oleh sumber daya yang
berkompeten dalam melaksanakan perannya, yang berupa:
a. Tersedianya sumber daya aparatur sebanyak 277 orang.
b. Tersedianya sarana dan prasarana dinas yang mencukupi.
Tabel 7. Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Semarang
Per 1 Mei 2016

No
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Kecamatan
2
Pedurungan
Tembalang
Banyumanik
Semarang Selatan
Ngaliyan
Semarang Timur
Semarang Utara
Gajahmungkur
Candisari
Gayamsari
Tugu
Semarang Barat
Gunungpati
Semarang Tengah
Mijen
Genuk
Total

Jumlah
Kelurahan

Jumlah
Wajib Pajak

Jumlah Total
(Rp)

3
12
12
11
10
10
10
9
8
7
7
7
16
16
15
14
13
177

4
115.874
120.154
88.646
31.458
49.516
38.690
56.354
31.964
31.576
30.844
10.084
38.080
84.386
39.948
30.622
65.944
864.140

5
33.811.084768
26.632.053.640
54.653.543.634
26.353.543.371
18.261.277.273
18.806.586.998
20.190.116.446
25.014.850.318
24.303.556.692
11.310.700.270
8.330.904.076
20.426.411.620
9.492.467.060
64.282.594.449
6.401.266.190
18.038.421.396
386.309.369.201

Tabel 8. Jumlah Realisasi Wajib Pajak BPHTB Per 1 Mei 2016


No
1

Jenis Pelayanan
2

Jumlah
3

Keterangan
4

20

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nihil
Waris
Jual Beli
Pemisahan atau Hak Baru
Hibah
Lelang

2854
1447
0
7404
568
1383

Wajib Pajak
Wajib Pajak
Wajib Pajak
Wajib Pajak
Wajib Pajak
Wajib Pajak

Tabel 9. Jumlah Wajib Pajak Kota Semarang Berdasarkan Jenis Pajak


Per 1 Mei 2016
No
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.

Jenis Pajak Daerah


2
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan galian Gol. C
Pajak Parkir
Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
PBB
BPHTB
Jumlah

2.1.1.5.

Jumlah Wajib Pajak


3
137
616
213
12.942
373.015
1
134
496
517.447
12.794
917.795

Lokasi Instansi

Lokasi instansi disebut juga tempat dimana suatu instansi melakukan


kegiatan operasional dan tugas pokoknya. Lokasi Dinas Pengelolahan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Semarang, yaitu terletak di Jalan Pemuda Nomor 148
Komplek Balaikota Semarang. Dalam hal ini DPKAD Kota Seamarang
bertanggung jawab atas optimalisasi pengelolahan keuangan daerah Kota
Semarang agar tercipta suatu pengelolahan keuangan daerah yang sistematis,
transparan, dan akuntabel dalam mendukung pelaksanaan pembangunan daerah.

21

DPKAD Kota Semarang sendiri mempunyai 4 (empat) pos pelayanan PBB yang
dimaksudkan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat agar lebih
tertib melaksanakan kewajibannya membayar Pajak Bumi Bangunan (PBB). Pospos pelayanan PBB tersebut, antara lain:

Pos Pelayanan PBB wilayah I berlokasi di Jl. Kangguru Raya No. 3.


Pos I memberikan pelayanan PBB untuk 4 (empat) kecamatan, yaitu
Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan

Pedurungan, dan Kecamatan Genuk.


Pos Pelayanan PBB wilayah II berlokasi di Jl. Ade Irma Suryani No.
24. Pos II memberikan pelayanan PBB untuk 4 (empat) kecamatan,
yaitu Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Utara,

Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Gajah Mungkur.


Pos Pelayanan PBB wilayah III berlokasi di Jl. Ronggolawe Selatan
No. 4. Pos III memberikan pelayanan PBB untuk 4 (empat)
kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Ngaliyan,

Kecamatan Tugu, dan Kecamatan Mijen.


Pos Pelayanan PBB wilayah IV berlokasi di Jl. Prof. Sudharto No. 116.
Pos IV memberikan pelayanan PBB untuk 4 (empat) kecamatan, yaitu
Kecamatan

Banyumanik,

Kecamatan

Tembalang,

Kecamatan

Gunungpati, dan Kecamatan Candisari.

.1.6
Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan DPKAD Kota Semarang
2.1.1.1.Tujuan dan Sasaran
Dalam menjalankan kegiatan, suatu organisasi harus mempunyai tujuan
yang hendak dicapai agar semua pelaksanaan kegiatan mempunyai target

22

pencapaian yang jelas dan jika pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan, maka perlu adanya evaluasi sehingga ketidaksesuaian tersebut
diharapkan tidak terulang kembali. Adapun tujuan dan sasaran dari DPKAD Kota
Semarang itu sendiri, yaitu:
a. Pendapatan daerah yang semakin meningkat, sehingga mampu
memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembiayaan daerah.
Dalam hal ini sasaran yang hendak dicapai oleh dinas yaitu kenaikan
pendapatan asli daerah yang secara signifikan yang mampu
memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah.
b. Penerimaan daerah diluar pendapatan asli daerah yang semakin
meningkat sehingga mampu menunjang pendanaan daerah. Adapun
sasaran yang hendak dicapai dari tujuan tersebut adalah kenaikan
penerimaan daerah yang berasal dari Pemerintah/Pemerintah Propinsi
yang berupa DAU/DAK dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sesuai
dengan beban dan potensi daerah.
c. Mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran melalui
penerapan anggaran berbasis kinerja dan standar analisa belanja yang
mendasarkan pada prinsip keadilan dan kewajaran sehingga akan
terwujud pengelolaan keuangan daerah yang relistis. Berdasarkan
tujuan tersebut, sasaran yang hendak dicapai DPKAD adalah
terlaksananya Standar Analisa Belanja (SAB) dalam pengelolaan
keuangan daerah untuk penyusunan APBD yang efektif dan efisien.
d. Mengembangkan pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
yang sesuai dengan prinsip, norma dan azas Standar Akuntansi
Pemerintahan. Dalam hal ini, sasaran yang hendak dicapai DPKAD,

23

yaitu terwujudnya laporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah


yang transparan dan akuntabel.
e. Terwujudnya sistem pengelolaan Aset Daerah yang profesional.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dari penetapan tujuan tersebut,
yaitu terwujudnya sistem pengelolaan aset yang profesional.
f. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan Standar Pelayanan
Publik Dinas dan sasaran yang hendak dicapai oleh DPKAD adalah
terlaksananya standar pelayanan publik dinas yang sesuai dengan
harapan pengguna anggaran dan masyarakat (Wajib Pajak).

2.1.1.2.Strategi dan Kebijakan


Adapun strategi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang dalam mencapai visi, misi, dan tujuan
dan sasaran yang akan ditempuh dalam jangka waktu lima tahun ( Tahun 20112015), yaitu:
a. Peningkatan pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah dengan
menerapkan sistem online dan peningkatan penggalangan sumbersumber penerimaan diluar PAD. Adapun untuk menjalankan strategi
tersebut, maka DPKAD akan menetapkan suatu kebijakan berupa
peningkatan pendapatan daerah. Arah kebijakan tersebut adalah untuk
mengatur dan mengelola sumber-sumber penerimaan daerah dengan
penyesuaian secara terarah dan sistematis melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah dan Penggalangan sumbersumber penerimaan daerah diluar Pendapatan Asli Daerah.

24

b. Kebijakan Peningkatan Tertib Administrasi Keuangan Daerah adalah


pengembangan

pengelolaan

mengembangkan

software

keuangan

sistem

daerah

pengelolaan

APBD

dengan
yang

terintegrasi. Berdasarkan strategi tersebut, DPKAD menetapkan suatu


kebijakan yang berupa peningkatan budaya tertib administrasi
keuangan daerah. Arah kebijkan tersebut adalah untuk menerapkan
prinsip-prinsip, norma dan asas standar akuntansi dan standar analisa
belanja dalam menyusun dan pelaksanaan APBD yang menjadi dasar
bagi pengendalian dan pengawasan keuangan daerah.
c. Kebijakan pengelolaan aset daerah adalah pengembangan pengelolaan
aset yang profesional dengan mapping program dan sertifikasi aset
Pemkot Semarang. Dalam hal ini, kebijakan yang tepat dirasa tepat
untuk diterapkan, yaitu optimalisasi pengelolahan aset daerah. Arah
Kebijakan Pengelolaan Aset Daerah adalah untuk penelusuran
keabsahan kepemilikan aset daerah dan pemanfaatan pengelolaan aset
daerah.

Adapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan DPKAD Kota


Semarang dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran, dan strategi dan
kebijakan, yaitu sebagai berikut:

Program pelayanan administrasi perkantoran,


Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur,
Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur,
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja
dan keuangan,

25

Program peningkatan dan pengembangan pengelolahan keuangan

daerah,
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolahan keuangan kabupaten

atau kota,
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi, dan
Program pengelolahan aset daerah.

2.1.1.7.

Tugas Pokok dan Fungsi DPKAD Kota Semarang

Dengan adanya regulasi hukum dari pusat ke daerah terkait dengan


pengelolahan keuangan daerah, maka DPKAD harus menyusun tugas pokok dan
fungsi DPKAD sesuai dengan Peraturan Walikota Pengelolahan Keuangan.
Adapun tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi DPKAD Kota Semarang,
yaitu sebagai berikut:

2.1.1.1.

Tugas Pokok

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008


tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dan Keputusan Walikota
Semarang Nomor 42 tanggal 24 Desember 2008 tentang Penjabaran, Tugas, dan
Fungsi, Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota
Semarang mempunyai tugas pokok yaitu Melaksanakan Urusan Pemerintahan di
Bidang Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah Berdasarkan Asas Otonomi dan
Tugas Pembantuan.

2.1.1.2.

Fungsi

26

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008


Pasal 77 dan Keputusan Walikota Semarang Nomor 42 tanggal 24 Desember 2008
tentang Penjabaran, Tugas, dan Fungsi, Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Kota Semarang. Adapun beberapa fungsi yang harus dijalankan
oleh DPKAD Kota Semarang dalam rangka melaksanakan tugas pokok seperti
yang dijelaskan sebelumnya, adalah sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pajak daerah, bidang akuntansi,
bidang anggaran, bidang perbendaharaan, bidang perimbangan, dan lainlain pendapatan serta bidang aset daerah.
b. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran DPKAD Kota
Semarang.
c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas DPKAD Kota Semarang.
d. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta
monitoring, evaluasi, dan pelaporan terhadap UPTD.
e. Pengelolahan urusan kesekretariatan DPKAD Kota Semarang.
f. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta
monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas DPKAD Kota
Semarang.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan bidang
tugasnya.
Berdasarkan tugas pokok yang dimiliki DPKAD Kota Semarang tersebut,
maka dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) aspek yang melingkupi pelaksanaan tugas
dan fungsi DPKAD, yaitu:
1) Aspek Pendapatan, tugasnya meliputi:
a) Perumusan perencanaan, penelitian, pelaksanaan, penagihan, dan
koordinasi pendapatan daerah.

27

b) Penetapan dan pemungutan pajak daerah sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.
c) Pelaksanaan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah.
d) Pelaksanaan penyuluhan mengenai pajak daerah dan pendapatan
daerah lainnya
e) Pemberian bantuan penyampaian surat pemberitahuan pajak terutang
(SPPT) PBB dan Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (STP PBB).
2) Aspek Administrasi Keuangan Daerah, tugasnya meliputi:
a) Pelaksanaan perumusan, perencanaan, pelayanan administrasi
pengendalian dan koordinasi belanja daerah.
b) Pengkajian kebutuhan daerah.
c) Pelaksanaan pengawasan teknis pendapatan dan belanja daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SP2) di bidang pendapatan dan
belanja daerah.
e) Penyelenggaraan sistem informasi keuangan dan aset daerah.
f) Pembinaan dan bimbingan di bidang pendapatan, belanja, dan aset
daerah.
3) Aspek Pengelolahan Aset Daerah, tugasnya meliputi:
a) Penyusunan perumusan, perencanaan bidang aset daerah.
b) Koordinasi perencanaan analisa kebutuhan pengadaan aset, pendataan,
penginventarisasian, dan pencatatan aset.
c) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan
aset daerah.
d) Penyusunan basis data aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Kota
Semarang.
e) Penyusunan laporan realisasi dan kinerja di bidang aset daerah.

2.1.1.8.

Tantangan dan Peluang DPKAD dalam Pengembangan

Pengelolahan Keuangan Daerah


2.1.1.1.
Tantangan Pengembangan Pengelolahan Keuangan Daerah

28

Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh DPKAD Kota Semarang


dalam menjalankan tugas pokoknya di bidang pengelolahan keuangan daerah
adalah, sebagai berikut:
a. Adanya tuntutan masyarakat yang mengarah kepada pemberdayaan
daerah dalam upaya menjadikan daerah mampu dan mandiri dalam
pembiayaan daerah.
b. Adanya kemauan pemerintah

untuk

membagi

sumber-sumber

penerimaan negara melalui kajian terus menerus tentang perimbangan


keuangan antara pemerintah pusat dan daerah secara proporsional.
c. Adanya sumber-sumber pendapatan daerah yang belum tergali
potensinya oleh pemerintah daerah.
d. Adanya tuntutan amsyarakat untuk menyelenggarakan pengelolahan
keuangan daerah secara transparan dan akuntabel bagi lembaga
pemerintah.
e. Adanya kerjasama dengan pihak ketiga untuk menggali potensi
pendapatan daerah.
f. Adanya tuntutan dari pemerintah dan masyarakat untuk mendapatkan
data secara cepat, tepat, dan akurat.
g. Terbatasnya anggaran sehingga dalam pelaksanaan pengelolahan
keuangan daerah harus dilakukan dengan manajemen keuangan yang
tepat.
h. Belum adanya transparansi dalam pembagian hasil pajak pusat dan
propinsi yang sesuai dengan beban dan potensi masing-masing daerah.
i. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
membayar pajak.
j. Pengiriman dana untuk penyusunan APBD dan masing-masing unit
kerja kurang tepat waktu.

29

k. Perubahan peraturan dari pemerintah pusat yang terlalu cepat di bidang


akuntansi pemerintahan.
l. Masih lemahnya penegakan hukum bagi wajib pajak yang belum
memenuhi kewajibannya.

2.1.1.2.

Peluang Pengembangan Pengelolahan Keuangan Daerah

Selain beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh DPKAD Kota


Semarang dalam menjalankan tugas pokoknya, DPKAD juga mempunyai
beberapa peluang dalam pengembangan pengelolahan keuangan daerah, yaitu
sebagai berikut:
a. Aspek Pendapatan
1) Peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan
dana perimbangan dari waktu ke waktu sesuai dengan potensi yang
ada.
2) Adanya kejelasan dan transparansi dari pemerintah pusat dalam hal
pembagian hasil pajak pusat dan pajak provinsi secara porporsional.
3) Adanya peraturan daerah yang mengatur tentang tarif dan
pembaharuan peraturan daerah yang berhubungan dengan pendapatan
yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini.
4) Komitmen dan kinerja aparat dalam mengoptimalkan pemungutan
pajak daerah.
5) Keterlibatan komponen masyarakat dalam pembiayaan daerah antara
lain dalam bentuk kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
6) Terwujudnya pelayanan prima bagi masyarakat (wajib pajak) sesuai
dengan Standar Pelayanan Publik (SP2) dinas.
b. Aspek Administrasi Keuangan Daerah
1) Terwujudnya laporan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan.

30

2) Tersusunnya anggaran belanja yang berbasis kinerja berdasar pada


standar anlisis belanja, standar harga dan tolok ukur kinerja.
3) Terwujudnya sistem dan prosedur pengelolahan keuangan daerah yang
aplikatif untuk mewujudkan pengelolahan keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel yang mendasarkan pada prinsip-prinsip value
for money.
4) Tersusunnya Standar Analisa Belanja yang representatif dan aplikatif
sebagai dasar dalam penyusunan APBD.
5) Tersedianya tenaga administrasi yang mampu dan cakap dalam
menerima inovasi dalam bidang akuntansi.
6) Tersedianya hardware yang mampu menerima inovasi baru dalam
mengoperasionalkan sistem akuntansi SIMPADA dan pelayanan
pembayaran PBB.
7) Terwujudnya pelayanan prima bagi pengguna anggaran sesuai dengan
Standar Penyelenggaraan Pelayanan Publik (SP3) dinas.

c. Aspek Pengelolahan Aset Daerah


Pengelolahan aset pemerintah Kota Semarang dilakukan melalui
beberapa kegiatan, yaitu:
1) Sosialisasi Pengelolahan Barang Daerah yang bertujuan agar pihak
pengurus barang milik daerah memahami secara penuh aturan-aturan
yang harus dipatuhi.
2) Tersedianya aplikasi

SIMBADA

untuk

meningkatkan

tertib

administrasi pengelolahan barang daerah.


3) Penyusunan basis data aset daerah dan bangunan milik pemerintah
Kota Semarang.

31

.2. Pekerjaan/Kegiatan di Tempat PKL


2.1.1. Pekerjaan Secara Umum
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama masa praktik kerja
lapangan pada intinya adalah membantu meringankan pekerjaan staf dan
karyawan Dinas Pengelolahan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota
Semarang khususnya staf dan karyawan di Pos Pelayanan

Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) wilayah I di Kecamatan Gayamsari, sehingga pekerjaan mereka


dapat terselesaikan dengan lebih cepat. Pos Pelayanan PBB wilayah I itu sendiri
terdapat dua bagian yaitu Bagian Pelayanan PBB dan Bagian TI.
Bagian pelayanan menangani pembayaran PBB khususnya untuk wajib
pajak pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan
Pedurungan, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Gayamsari. Selain itu, Bagian
Pelayanan PBB juga menangani semua pengajuan permohonan PBB, seperti
permohonan salinan SPPT untuk 1 (satu) tahun, pendaftaran objek baru,
pemecahan, mutasi, pembetulan objek dan subjek pajak PBB, pengurangan denda
administrasi pembayaran PBB, pembatalan dan penghapusan PBB. Bagian
Pelayanan PBB harus mengecek kembali dokumen-dokumen penting yang
disertakan oleh wajib pajak ketika mengajukan permohonan PBB seperti sertifikat
tanah, akta jual beli tanah, dan lain-lain. Dalam hal ini, mahasiswa praktikan
membantu pegawai untuk memastikan apakah dokumen penting tersebut benarbenar menunjukan hak milik dari wajib pajak yang bersangkutan. Apabila

32

dokumen yang disertakan belum berubah atas nama wajib pajak, maka mahasiswa
perlu memastikan apakah terdapat dokumen pendukung yang menunjukan bahwa
dokumen yang disertakan benar-benar menunjukan hak milik dan PBB dari wajib
pajak terkait. Selain itu, mahasiswa juga harus mengecek apakah formulirformulir atas permohonan PBB yang akan diajukan oleh wajib pajak telah
dilengkapi dengan benar sesuai dengan identitas wajib pajak dan yang terpenting
yaitu sesuai dengan dokumen-dokumen penting yang telah disebutkan
sebelumnya. Mahasiswa juga membantu wajib pajak yang mengalami kesulitan
untuk mengisi formulir yang sesuai dengan permohonan PBB yang akan diajukan,
sehingga informasi yang tercantum sesuai dengan dokumen yang disertakan.
Selain beberapa tanggung jawab yang telah dijabarkan sebelumnya, Bagian
Pelayanan juga harus melakukan cek lapangan untuk memastikan kesesuaian
informasi yang tercantum dalam formulir permohonan PBB yang diajukan oleh
wajib pajak kecuali untuk permohonan salinan SPPT, sehingga data yang
diperoleh tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Bagian TI menangani semua permohonan yang telah diterima
oleh Bagian Pelayanan dan mencetak SPPT untuk semua wajib pajak se-Kota
Semarang setiap tahunnya untuk selanjutnya di salurkan keempat kecamatan yang
menjadi objek pelayanan PBB Pos wilayah I kemudian disalurkan ke masingmasing kelurahan di empat kecamatan tersebut sampai akhirnya ke tangan
masing-masing wajib pajak. Bagian TI di Pos Pelayanan Wilayah I Gayamsari ini
merupakan pusat TI untuk pelayanan PBB di Kota Semarang, sehingga
pencetakan SPPT bagi wajib pajak se-Kota Semarang setiap tahunnya menjadi

33

tanggung jawab Bagian TI Pos PBB wilayah I. Proses pencetakan tersebut terjadi
selama 1 (satu) minggu penuh sehingga selama proses tersebut berjalan, Bagian
TI tidak memproses semua permohonan PBB yang telah diajukan oleh wajib
pajak. Dengan kompleksitas pekerjaan yang tinggi tersebut, staf dan karyawan
DPKAD di Pos wilayah I merasa sangat terbantu dengan adanya mahasiswa
magang dari Unnes dalam membantu menyelesaikan semua pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab karyawan di Pos PBB wilayah I dengan batasan tertentu.
Oleh karena itu, sebelum melaksanakan tugas yang diberikan, mahasiswa
praktikan mendapat pengarahan dan pemahaman terlebih dahulu oleh staf yang
bersangkutan, agar dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan hasil yang
memuaskan. Akan tetapi, apabila hasil pekerjaan mahasiswa masih dianggap
kurang atau ada beberapa kesalahan, maka staf pemberi instruksi akan
memberikan koreksi dan memandu mahasiswa hingga hasil dari pekerjaan yang
diberikan dianggap cukup memuaskan. Dengan cara demikian, diharapkan
mahasiswa dapat memahami secara mendalam atas pekerjaan yang sudah pernah
diselesaikan dan selanjutnya mahasiswa dapat menyelesaikan pekerjaan yang
sama dengan baik. Metode pembelajaran tersebut menuntut mahasiwa untuk
berpikir cepat dalam melakukan suatu hal sehingga dapat melatih dan
mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
baru. Adapun pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa, antara lain sebagai
berikut:
1) Menginput data verifikasi piutang PBB untuk wajib pajak se-Kota
Semarang. Verifikasi piutang ini merupakan upaya dari DPKAD Kota

34

Semarang untuk mengkonfirmasikan besarnya piutang PBB yang


masih dimiliki oleh wajib pajak se-Kota Semarang sebelum tahun
2012. Hal ini dilakukan sebagai imbas dari kebijakan yang terbaru
yang mengharuskan pengelolahan PBB daerah Kota Semarang sejak
tahun 2012 dipegang oleh DPKAD Kota Semarang yang sebelumnya
menjadi tanggung jawab dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Oleh
karena itu, DPKAD harus mengkonfirmasikan besarnya piutang PBB
yang belum terbayar sebelum tahun 2012 untuk kelengkapan data basis
instansi terkait dengan PBB se-Kota Semarang.
2) Membantu menyiapkan Surat Pemberitahuan Piutang Pajak Reklame
kepada beberapa instansi yang ada di Kota Semarang dan di luar Kota
Semarang untuk periode November. Surat ini memberitahukan kepada
pemakai jasa reklame terkait tanggal jatuh tempo pembayaran pajak
reklame.
3) Melayani wajib pajak baik yang akan mengajukan permohonan PBB
seperti salinan SPPT, pendaftaran objek baru, mutasi, pemecahan, dan
pembetulan subjek dan objek pajak PBB maupun yang hanya sekedar
mencari informasi mengenai persyaratan apa saja yang dibutuhkan
untuk mengajukan berbagai macam permohonan PBB.
4) Membuat dan mencetak tanda terima pengajuan permohonan PBB
sebagai tanda terima yang atas permohonan PBB yang terlah dilakukan
oleh wajib pajak. Tanda terima tersebut bukti resmi yang digunakan
oleh wajib pajak untuk mengambil produk SPPT yang telah selesai
diproses.

35

5) Mencetak Surat Keterangan Lunas (SKL) atas permintaan wajib pajak


atau notaris. SKL tersebut berisi rincian pembayaran PBB selama 6
tahun terakhir berikut dengan besarnya denda administrasi jika
terdapat tunggakan pembayaran PBB. Selain itu, SKL juga berisi nama
terang wajib pajak, alamat objek pajak, lus tanah dan bangunan, dan
besarnya NJOP (Nilai Jual Objek Pajak).
6) Mencatat pengajuan permohonan PBB setiap harinya dalam buku
agenda masing-masig jenis permohonan dan kecamatan. Kegiatan
hampir sama dengan menjurnal dimana mahasiswa harus mencatat
setiap transaksi permohonan dalam buku agenda agar nantinya dapat
dilakukan penelusuran apabila terjadi masalah terkait dengan
pengajuan permohonan yang bersangkutan.
7) Cek kesesuaian informasi secara komputerisasi dan manual atas
permohonan PBB yang telah selesai diproses dalam data basis instansi
yang terdapat pada SKL maupun produk SPPT dengan informasi yang
terdapat dalam dokumen-dokumen persyaratan pengajuan permohonan
PBB dan formulir permohonan yang telah dilengkapi oleh wajib pajak
sesuai

dengan

kondisi

yang

sebenarnya.

Apabila

terdapat

ketidakseesuaian informasi antara keduanya maka perlu dilakukan


pembetulan oleh Bagian IT pada data yang kurang tepat sehingga
nantinya tidak terjadi complain dari wajib pajak.

.2.2. Pekerjaan Secara Khusus

36

2.2.2.1. Sistem dan Prosedur Akuntansi PPKD


Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD
adalah perangkat daerah pada Pemerintah Kota Semarang selaku pengguna
anggaran/pengguna barang dan Bendahara Umum Daerah. PPKD merupakan
entitas yang mewakili pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kota
Semarang selaku entitas pelaporan dan oleh karenanya wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Kegiatan akuntansi pada PPKD meliputi pencatatan atas pendapatan-LO,
pendapatan-LRA, beban, belanja, transfer, pembiayaan, aset, dan kewajiban.
Proses tersebut dilaksanakan oleh fungsi akuntansi PPKD berdasarkan dokumendokumen sumber yang sah. Fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan
transaksi pendapatan-LO, pendapatan-LRA, beban, belanja, transfer, pembiayaan,
aset, dan kewajiban pada Buku Jurnal Umum. Secara berkala, fungsi akuntansi
PPKD melakukan posting pada Buku Besar dan secara periodik menyusun Neraca
Saldo sebagai dasar pembuatan laporan keuangan PPKD, yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran-PPKD, Laporan Operasional-PPKD, Laporan
Perubahan Ekuitas-PPKD, Laporan Perubahan Saldo Anggaran, Laporan Arus
Kas, Neraca-PPKD dan Catatan Atas Laporan Keuangan-PPKD. Sedangkan peran
DPKAD

Kota

Semarang

sebagai

PPKD

yaitu

mengelola

pendapatan,

perimbangan, dan pendapatan lain-lain serta belanja tidak langsung dan


pembiayaan daerah. DPKAD juga bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara
Umum Daerah. Pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi khususnya sistem
akuntansi PPKD di DPKAD Kota Semarang sendiri sudah sesuai dengan

37

Peraturan Walikota Nomor 52 Tahun 2016 tentang Sistem Informasi Akuntansi


Kota Semarang dan hanya membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam hal
tertentu.

.2.2.2.

Pihak-pihak yang Terkait dalam Sistem Akuntansi PPKD

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem dan prosedur akuntansi DPKAD


Kota Semarang selaku PPKD, antar lain Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD), Bendahara Penerimaan DPKAD, Bendahara Pengeluaran DPKAD, dan
Fungsi Akuntansi PPKD oleh DPKAD. Dalam sistem akuntansi dan prosedur
PPKD ini, DPKAD mempunyai beberapa tugas, yaitu:

Menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam


proses

penggabungan/konsolidasi

yang

dilakukan

oleh

fungsi

akuntansi PPKD.

a.

Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.

Bendahara Penerimaan PPKD


Dalam sistem akuntansi dan prosedur PPKD ini, Bendahara
Penerimaan DPKAD memiliki tugas untuk menyiapkan dan menyampaikan
dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait dengan proses pelaksanaan
sistem dan prosedur akuntansi PPKD ke fungsi akuntansi PPKD oleh
DPKAD.

b.

Bendahara Pengeluaran PPKD

38

Dalam sistem akuntansi dan prosedur PPKD ini, Bendahara


Pengeluaran DPKAD memiliki tugas untuh menyiapkan dan menyampaikan
dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait dengan proses pelaksanaan
sistem dan prosedur akuntansi PPKD ke fungsi akuntansi PPKD oleh
DPKAD.

c.

Fungsi Akuntansi PPKD


Dalam sistem akuntansi dan prosedur PPKD ini, fungsi akuntansi
DPKAD sebagai PPKD, memiliki tugas sebagai berikut:

Mencatat transaksi-transaksi pendapatan-LO, pendapatan-LRA, beban,


belanja, aset dan kewajiban berdasarkan bukti-bukti transaksi yang
sah.

Memposting jurnal-jurnal transaksi pendapatan-LO, pendapatan-LRA,


beban, belanja, transfer, pembiayaan, aset dan kewajiban ke dalam
buku besarnya masing-masing.

Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi


Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL),
Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).

.2.2.3.

Akuntansi Pendapatan LO PPKD

39

Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (basis akrual) disebutkan bahwa pendapatan-LO adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumberdaya ekonomi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas
Umum Daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi, kelompok, jenis,
objek dan rincian objek pendapatan. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Akuntansi pendapatan-LO pada level PPKD meliputi pendapatan asli
daerah, pendapatan transfer, lain-lain pendapatan yang sah dan pendapatan non
operasional. Akuntansi pendapatan-LO pada level PPKD untuk pendapatan asli
daerah yang dalam wewenang PPKD adalah pendapatan selain pendapatan pajak
daerah dan pendapatan retribusi daerah. Adapun tahap dalam sistem akuntansi LO
PPKD, yaitu
a. Tahap Pertama, mengidentifikasi dokumen transaksi yang sah.
Dokumen sumber

yang menjadi bukti transaksi atau kejadian pengakuan

pendapatan-LO pada PPKD terdiri dari:


1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
a) Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk Pendapatan Pajak (official
assesmet)-dan/atau SKP Rekap (misal untuk PBB massal).
b) Surat Ketetapan Kurang Bayar Pajak untuk Pendapatan Pajak (self
assesment).

40

c) Data hasil RUPS yaitu tanggal RUPS dan nilai deviden yg akan
diberikan, akan dimintakan ke bagian perekonomian
d) Sertifikat deposito atau rekening giro dan sejenisnya untuk penerimaan
jasa giro, pendapatan bunga deposito, pendapatan dari pengembalian,
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
e) Pengesahan SPJ/SP2D-Nihil/SP2B untuk pendapatan BLUD atau
Kapitasi JKN.
f) Faktur untuk komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah.
g) Berita acara atau sejenis TGR untuk tuntutan ganti kerugian daerah.
h) Surat ketetapan denda atau sejenis untuk pendapatan denda atas
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak,
pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.
i) Kontrak untuk pendapatan dari angsuran penjualan.
j) Peraturan Daerah atau Peraturan Walikota dan sejenisnya untuk
pendapatan hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah.
2) Pendapatan Transfer atau Dana Perimbangan, tediri dari:
a) Bukti Transfer atau Nota Kredit untuk pendapatan transfer atau dana
perimbangan.
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah:
a) Bukti Transfer atau Nota Kredit untuk pendapatan hibah uang.
b) Nota Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dan/atau Berita Acara Serah
Terima (BAST) untuk pendapatan hibah barang dan jasa.

41

c) Bukti Transfer atau Nota Kredit untuk pendapatan transfer bagi hasil
provinsi.
4) Pendapatan Non operasional-LO
1.1. Dokumen yang

bersesuaian dengan

jenis transaksi/kejadian

pendapatan non operasional.

Adapun tahap pencatatan pendapatan pajak-LO melalui penetapan, yaitu


sebagai berikut:
1. Berdasarkan bukti transaksi pendapatan berupa Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP-Daerah) yang diperoleh dari Bendahara Penerimaan PPKD, Fungsi
Akuntansi PPKD (PPK-PPKD) mencatat bukti transaksi tersebut ke dalam Buku
Jurnal Umum dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal

Kode Rekening

Xxxx

x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
Piutang Pendapatan Pajak .
LO-Pendapatan Pajak .

Debet

Kredit

Xxx
Xxx

2. Berdasarkan bukti transaksi berupa Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP) atau
sejenisnya, Fungsi Akuntansi DPKAD sebagai PPKD (PPK-PPKD) melakukan
telaah atas penerimaan pendapatan pajak yang telah dilakukan oleh Bendahara
Penerimaan PPKD. Selanjutnya, Fungsi Akuntansi DPKAD sebagai PPKD (PPKPPKD) mencatat bukti transaksi penerimaan pendapatan tersebut dengan
menjurnal Kas di Kas Daerah di debet dan Piutang Pendapatan Pajak (sesuai
rincian objek) di kredit.
Tanggal

Kode
Rekening

Uraian

Debet

Kredit

42

Xxxx

x.x.x.xx.xx Kas di Kas Daerah

Xxx

x.x.x.xx.xx
Piutang Pendapatan Pajak.....
3. Pengembalian Kelebihan Pendapatan Pajak

Xxx

Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi kesalahan/koreksi pencatatan


atas pendapatan pajak pada tahun berjalan, misalnya kelebihan pencatatan
pendapatan
pajak. Jika ada pengembalian kelebihan pendapatan pajak yang sifatnya berulang
(recurring) yang terjadi pada periode berjalan, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat
pengembalian tersebut berdasarkan dokumen SP2D yaitu transfer kas dari Kas
Daerah/BUD ke Pihak Ketiga. Fungsi Akuntansi PPKD mencatat bukti transaksi
pengembalian kelebihan pajak tersebut pada Buku Jurnal Umum dengan
menjurnal Pendapatan Pajak-LO (sesuai rincian obyek terkait) di debet dan
Kas di Kas Daerah di kredit.
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx

Uraian

Debet

Pendapatan Pajak-LO .

x.x.x.xx.xx

Kredit

Xxx

Kas di Kas Daerah

Xxx

Jurnal tersebut juga berlaku bagi pengembalian pendapatan pajak yang


sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori PAD non Pajak yang dikelola
PPKD melalui penetapan adalah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan,

Tuntutan

Ganti

Kerugian

Daerah,

Pendapatan

denda

atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan pendapatan


denda retribusi. Berdasarkan surat ketetapan atas pendapatan tersebut, fungsi

43

akuntansi PPKD mencatat transaksi/kejadian tersebut ke dalam Buku Jurnal


Umum sebagai berikut:

Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx

Uraian

Debet

Piutang Pendapatan .

x.x.x.xx.xx

Kredit

Xxx

Pendapatan-LO .

Xxx

b. Tahap Kedua, mencatat transaksi yang terjadi dalam Buku Jurnal Umum.
Berdasarkan bukti transaksi berupa Surat Tanda Setoran/Nota Kredit/sejenis,
fungsi akuntansi PPKD mencatat transaksi penerimaan pendapatan tersebut
dengan menjurnal Kas di Daerah di debet dan Piutang Pendapatan ....
(rincian objek) di kredit.
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian

Debet

Kas di Kas Daerah

Kredit

Xxx

Piutang Pendapatan-LO ....

Xxx

Adapun pencatatan Pendapatan LO yang tidak melalui penetapan yaitu


Pendapatan-LO yang yang diperoleh dari:
1. Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh

tanpa penetapan yakni hasil

penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro,


pendapatan bunga deposito, komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah,
pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan
dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran

44

penjualan, dan hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah, Pajak yang dihitung
sendiri oleh wajib pajak (self assessment)
2. Pendapatan Transfer diakui pada saat diterimanya kas di Rekening Kas
Umum Daerah.
3. Pendapatan hibah/bantuan keuangan baik dari pemerintah, pemerintah daerah
lainnya, organisasi swasta dalam negeri maupun kelompok masyarakat atau
perorangan diakui pada saat pendapatan diterima di Rekening Kas Umum
Daerah.
Fungsi akuntansi DPKAD mencatat transaksi tersebut ke dalam Buku
Jurnal Umum sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
Pendapatan-LO .
Kas di Kas Daerah

Debet

Kredit

Xxx
Xxx

Dalam kondisi tertentu, dapat terjadi koreksi pencatatan pendapatan pada


tahun berjalan. Misalnya, jika ada pengembalian kelebihan pendapatan yang
sifatnya berulang (recurring) yang terjadi pada periode berjalan, fungsi akuntansi
PPKD berdasarkan dokumen transfer kas (SP2D) dari Kas Daerah/BUD ke Pihak
Ketiga, mencatat transaksi pengembalian kelebihan tersebut pada Buku Jurnal
Umum dengan menjurnal Pendapatan LO (sesuai rincian obyek yang terkait) di
Debet dan Kas di Kas Daerah di kredit.
Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
Pendapatan-LO .
Kas di Kas Daerah

Debet

Kredit

Xxx
Xxx

45

Jurnal tersebut juga berlaku bagi pengembalian pendapatan yang sifatnya


tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan.

Pendapatan Hibah Barang dan Jasa


Pendapatan hibah berupa barang dan jasa yang bersumber dari hibah atau

donasi dari Pihak Ketiga dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD berdasarkan pada
dokumen Nota Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Walikota/sejenisnya. Pencatatan atas barang/jasa (pada umum berupa
hibah berupa aset tetap) yang berkenaan dicatat berdasarkan Berita Acara Serah
Terima (BAST). Nilai perolehan barang dan jasa (aset tetap) dicatat sebesar nilai
yang tercantum dalam BAST. BAST berkenaan diperoleh dari SKPD/Unit Kerja
yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan barang/aset. Jika nilai perolehan
barang dan jasa (aset tetap) hibah tidak ada maka dinilai berdasarkan harga
wajarnya.
Pencatatan yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD atas dokumen
NPHD tersebut dicatat dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x
x.x.x.xx.x
x

Uraian

Debet

Kredit

Piutang Pendapatan Hibah - Aset Xxx


Tetap ....
Pendapatan
Tetap ....

Hibah-LO

- Aset

Xxx

46

Pada saat terjadi serah terima barang/jasa (aset tetap), fungsi akuntansi
PPKD mencatat transaksi tersebut dalam Buku Jurnal Umum berdasarkan
dokumen BAST dengan jurnal sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x

Uraian
Aset Tetap ....

Debet

Kredit

Xxx

x
x.x.x.xx.x

Piutang Pendapatan Hibah - Aset

Tetap ....

Xxx

Pada saat yang bersamaan PPKD selaku pembantu pengelola barang atau
pejabat penatausahaan barang mewakili Walikota menyerahkan barang dan jasa
(aset tetap) berkenaan kepada SKPD. Pencatatan yang dilakukan oleh fungsi
akuntansi PPKD atas penyerahan aset tetap tersebut dicatat dalam Buku Jurnal
Umum dengan jurnal sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x
x.x.x.xx.x

Uraian
RK SKPD
Aset Tetap ....

Debet

Kredit

Xxx
Xxx

x
Dokumen sumber pencatatan atas penyerahan aset dari Walikota yang
diwakili PPKD adalah SK Walikota atau sejenisnya tentang Status Penggunaan
Aset Tetap. Pada saat yang bersamaan PPK-SKPD pada SKPD menjurnal sebagai
berikut:

47

Tanggal
Xxxx

Kode

Uraian

Rekening
x.x.x.xx.x

Aset Tetap ....

x
x.x.x.xx.x

Debet

Kredit

Xxx

RK PPKD

Xxx

Pendapatan Non Operasional


Pendapatan Non Operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari

aktivitas non operasional Pemerintah Kota Semarang. Pendapatan non operasional


mencakup antara lain surplus penjualan aset non lancar, surplus penyelesaian
kewajiban jangka panjang, surplus dari kegiatan non operasional lainnya.
Contoh:
Pendapatan-LO Non Operasional berupa surplus penjualan aset non lancar
berupa penjualan aset tetap (untung)
Pemerintah Kota Semarang melakukan penjualan aset tetap kendaraan secara
tunai dengan asumsi sebagai berikut:
Harga perolehan

Rp.100.000.000,00

Akumulasi Penyusutan

Rp. 20.000.000,00

Nilai buku

Rp. 80.000.000,00

Harga jual

Rp. 90.000.000,00

Berdasarkan transaksi penjualan aset tetap-kendaraan tersebut, fungsi


akuntansi PPKD mencatat didalam Buku Jurnal Umum dilakukan sebagai berikut:
Tangga

Kode

Uraian

Debet

Kredit

48

l
Xxxx

Rekening
x.x.x.xx.x

Kas di Kas Daerah

x
x.x.x.xx.x

Surplus

x
x.x.x.xx.x

Nonlancar
RK SKPD ....

Penjualan

90 jt
Aset

10 jt
80 jt

x
Pada saat yang bersamaan PPK-SKPD pada SKPD menjurnal, sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode

Uraian

Debet

Rekening
x.x.x.xx.x

RK PPKD

80 jt

x
x.x.x.xx.x

Akumulasi penyusutan

20 jt

x
x.x.x.xx.x

Aset Tetap Kendaraan ....

Kredit

100 jt

x
c. Tahap Ketiga, setiap periode, jurnal-jurnal tersebut oleh fungsi akuntansi
PPKD diposting ke masing-masing Buku Besar PPKD sesuai dengan kode
rekening pendapatan-LO (rincian objek) agar dapat diketahui rincian
penerimaan dan pengeluaran dari masing-masing rekening.

d. Tahap Keempat, pada akhir periode tertentu, fungsi akuntansi PPKD


memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap Buku Besar ke dalam Neraca
Saldo.

.2.2.4.

Akuntansi Pendapatan LRA PPKD

49

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan (Basis Akrual) menyebutkan bahwadalam hal anggaran disusun dan
dilaksanakan berdasarkan basis kas, maka Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan-LRA pada level PPKD
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah/Kas Daerah.
Perbedaan mendasar antara Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA terletak
pada basis pencatatan yang digunakan. Pendapatan-LO dicatat berdasarkan basis
akrual dan akan dilaporkan di dalam Laporan Operasional (LO), sedangkan
pendapatan-LRA dicatat berdasarkan basis kas dan akan dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), sehingga, pendapatan-LRA dicatat dan diakui
pada saat kas diterima oleh Kas Daerah. Adapun tahapan sistem akuntansi LRA
PPKD, yaitu:
a. Tahap Pertama, mencatat transaksi yang Terjadi dalam Buku Jurnal Umum
Berdasarkan bukti transaksi Surat Tanda Setoran (STS)/Bukti Setor Bank atau
Nota Kredit dan sejenisnya, fungsi akuntansi PPKD dalam rangka
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran,

mencatat pendapatan-LRA

dengan jurnal sebagai berikut:


Tangga
l
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x
x.x.x.xx.x

Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan-LRA....

Debet

Kredit

Xxx
xxx

x
b. Tahap Kedua, memposting transaksi dari Buku Jurnal Umum ke Buku Besar.

50

Setiap periode, fungsi akuntansi PPKD melakukan posting dari Buku Jurnal
Umum ke masing-masing Buku Besar pendapatan PPKD sesuai dengan kode
rekening pendapatan-LRA (rincian obyek).

c. Tahap Ketiga, memindahkan saldo Buku Besar ke Neraca Saldo


Pada akhir periode tertentu, fungsi akuntansi PPKD memindahkan saldo-saldo
yang ada di tiap buku besar ke dalam Neraca Saldo.

.2.2.5. Akuntansi Belanja PPKD


Menurut PP Nomor 71 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
PemerintahKota Semarang, sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja
Daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
pengklasifikasian belanja daerah dibagi menurut fungsi, urusan pemerintahan,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja.
Akuntansi

belanja

disusun

untuk

memenuhi

kebutuhan

pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga dapat

51

dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara yang


memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut. Pencatatan akuntansi
Belanja pada DPKAD dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD. Sistem dan
prosedur Akuntansi Belanja PPKD ini mengikuti Akuntansi Beban PPKD. Sistem
dan prosedur akuntansi belanja pada PPKD meliputi Belanja Bunga, Belanja
Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga.
Pencatatan atas masing-masing belanja tersebut dengan menggunakan pendekatan
asumsi mekanisme LS.
a. Tahap Pertama, mengidentifikasi dokumen transaksi dan mencatat transaksi
Ke Buku Jurnal Umum menurut asumsi LS. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Belanja menurut basis kas
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
atau Kas Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban (SPJ) atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
1) Belanja Bunga
Belanja Bunga merupakan alokasi pengeluaran Pemerintah Kota
Semarang untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan

pokok

utang

(principal

outstanding)

termasuk

belanja

pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah yang


diterima PemerintahKota Semarang seperti biaya komitmen (commitment fee)
dan biaya denda.Belanjabunga antara lain berupabelanja bungapinjaman dan
belanja bunga obligasi.

52

Asumsi LS
Saat fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas pembayaran

belanjabunga, maka pada saat yang bersamaan untuk menghasilkan Laporan


Realisasi Anggaran, fungsi akuntansi PPKD melakukan penjurnalan untuk
pengakuan belanjabunga. Dokumen sumber pencatatan Belanja Bunga pada
mekanisme LS adalah dokumen SP2D-LS. Fungsi akuntansi PPKD
melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai
berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
LRA - Belanja Bunga ....
Perubahan SAL

Debe

Kredi

t
Xxx

t
xxx

2) Belanja Subsidi
Belanja subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan Pemerintah Kota Semarangkepada perusahaan daerah, lembaga atau
pihak ketiga lainnya yang memproduksi dan mengimpor barang serta
menyediakan jasa untuk dijual dan diserahkan dalam rangka memenuhi hajat
hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Belanja
subsidi antara lain belanja subsidi kepada perusahaan daerah dan belanja
subsidi kepada lembaga/pihak ketiga.

Asumsi LS
Saat fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas pembayaran

belanjasubsidi, maka pada saat yang bersamaan untuk menghasilkan Laporan


Realisasi Anggaran, fungsi akuntansi PPKD melakukan penjurnalan untuk

53

pengakuan belanjasubsidi. Dokumen sumber pencatatan Belanja Subsidi pada


mekanisme LS adalah dokumen SP2D-LS. Fungsi akuntansi PPKD
melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai
berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
LRA - Belanja Subsidi ....
Perubahan SAL

Debe

Kredi

t
Xxx

t
xxx

3) Belanja Hibah
Belanja hibah merupakan pengeluaran PemerintahKota Semarang
dalam bentuk transfer uangkepada pemerintah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
Belanja hibah dalam hal ini yaitu belanja hibah kepada pemerintah
pusat, belanja hibah kepada pemerintah daerah lainnya, belanja hibah kepada
perusahaan daerah (BUMD), belanja hibah kepada badan/lembaga/organisasi
swasta, belanja hibah kepada kelompok masyarakat/perorangan dan lainnya.

Asumsi LS
Saat fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas pembayaran

belanjahibah, maka pada saat yang bersamaan untuk menghasilkan Laporan


Realisasi Anggaran, fungsi akuntansi PPKD melakukan penjurnalan untuk
pengakuan belanjahibah. Dokumen sumber pencatatan Belanja Hibah pada
mekanisme LS adalah dokumen SP2D-LS. Fungsi akuntansi PPKD

54

melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai


berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode

Uraian

Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

LRA - Belanja Hibah ....


Perubahan SAL

Debe

Kredi

t
Xxx

t
xxx

4) Belanja Bantuan Sosial


Belanja bantuan sosial merupakan transfer uang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Beban
bantuan sosial antara lainbebanbantuan sosial kepada organisasi sosial
kemasyarakatan, bebanbantuan sosial kepada kelompok masyarakat, dan
beban bantuan sosial kepada anggota masyarakat.

Asumsi LS
Saat fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas pembayaran

belanjabantuan sosial, maka pada saat yang bersamaan untuk menghasilkan


Laporan Realisasi Anggaran, fungsi akuntansi PPKD melakukan penjurnalan
untuk pengakuan belanjabantuan sosial. Dokumen sumber pencatatan Belanja
Bantuan Sosial pada mekanisme LS adalah dokumen SP2D-LS. Fungsi
akuntansi PPKD melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal Umum dengan
jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x
x.x.x.xx.x

Uraian
LRA - Belanja Bantuan Sosial ....
Perubahan SAL

Debe

Kredi

t
Xxx

xxx

55

5) Belanja Tidak Terduga


Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran atau belanja Pemerintah
Kota Semarang yang sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam pos-pos pengeluaran jenis belanja di atas. Pengeluaran ini bersifat tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang yang dikategorikan untuk keperluan
mendesak dan keadaan darurat seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, wabah penyakit dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Kota
Semarang.

Asumsi LS
Dalam rangka menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, fungsi

akuntansi PPKD melakukan penjurnalan untuk pengakuan belanja tidak


terduga. Dokumen sumber pencatatan Belanja Tidak Terduga pada mekanisme
LS adalah dokumen SP2D-LS. Fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan
dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
LRA - Belanja Tidak Terduga
Perubahan SAL

Debe

Kredi

t
Xxx

t
xxx

56

b. Tahap Kedua, Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut oleh PPK-SKPD


diposting ke masing-masing Buku Besar SKPD sesuai dengan kode
rekening belanja (rincian objek).
c. Tahap Ketiga, Pada akhir periode tertentu, PPK-SKPD memindahkan
saldo-saldo yang ada di tiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo.

.2.2.6.

Akuntansi Pembiayaan PPKD

Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kota


Semarang, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Kota Semarang yang
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran. Pembiayaan dibagi ke dalam 2 (dua) klasifikasi, yaitu penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan merupakan semua penerimaan Rekening
Kas Umum Daerah/Kas Daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit.
Penerimaan pembiayaan terdiri dari beberapa unsur berikut ini.

Penggunaan SILPA

Pencairan Dana Cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pinjaman Dalam Negeri

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir

57

b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas
Umum Daerah atau Kas Daerah yang dimaksudkan untuk memanfaatkan
surplus anggaran. Pengeluaran pembiayaan terdiri dari beberapa unsur
berikut ini.

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

Pemberian Pinjaman Daerah

a. Tahap Pertama, mengidentifikasi dokumen transaksi dan mencatat transaksi


Ke Buku Jurnal Umum.
1) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan digunakan untuk mencatat semua pembiayaan
yang dimaksudkan untuk menutup defisit. Penerimaan pembiayaan diakui
pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah atau Kas Daerah. Ketika
terjadi transaksi penerimaan pembiayaan, bukti dari transaksi tersebut akan
didistribusikan kepada fungsi akuntansi PPKD sebagai dasar pencatatan
akuntansi. Bukti transaksi dapat berupa Nota Kredit dari Bank, Bukti
Memorial, atau Tanda Bukti Penerimaan dari Bendahara PPKD.
a) Pencairan Dana Cadangan

58

Ketika menerima bukti transaksi pembiayaan, fungsi akuntansi PPKD


akan mencatat jurnal atas pengakuan penerimaan pembiayaan tersebut dengan
jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x

Uraian
Perubahan SAL

x
x.x.x.xx.x

LRA - Penerimaan Pembiayaan

Pencairan Dana Cadangan

Debet Kredit
Xxx
xxx

Terkait dengan penyusunan neraca, maka penerimaan kas atas


pencairan dana cadangan tersebut dicatat dengan melakukan penjurnalan
sebagai berikut:
Tanggal

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x

Xxxx

x
x.x.x.xx.x

Uraian

Debet

Kredi
t

Kas di Kas Daerah

Xxx

Dana Cadangan

xxx

x
b) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Ketika menerima bukti transaksi pembiayaan, fungsi akuntansi PPKD
akan mencatat jurnal atas pengakuan penerimaan pembiayaan tersebut dengan
jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx

Uraian
Perubahan SAL

Debet
Xxx

Kredit

59

x.x.x.xx.xx

LRA

Penerimaan

xxx

Pembiayaan Divestasi Hasil


Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Terkait dengan penyusunan neraca, maka penerimaan kas atas divestasi
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan tersebut dicatat dengan
melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x

Uraian

Debet

Kas di Kas Daerah

Kredi
t

Xxx

x
x.x.x.xx.x

Investasi Jangka Panjang

Investasi Permanen

Xxx

c) Pinjaman Dalam Negeri


Ketika menerima bukti transaksi penerimaan kembali pemberian
pinjaman, fungsi akuntansi PPKD akan mencatat jurnal atas pengakuan
penerimaan pembiayaan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode

Debe

Uraian

Rekening
x.x.x.xx.x

Perubahan SAL

x
x.x.x.xx.x

LRA

Pembiayaan

t
Xxx
Penerimaan

Penerimaan

Kembali Pemberian Pinjaman

Kredi
t

xxx

60

Terkait dengan penyusunan neraca, maka penerimaan kas atas


penerimaan kembali pemberian pinjaman tersebut dicatat dengan melakukan
penjurnalan:
Kode

Tanggal

Rekening
x.x.x.xx.x

Xxxx

Uraian

Debet

Kas di Kas Daerah

x
x.x.x.xx.x

Aset

Jangka Panjang

lainnya

Kredit

Xxx

Tagihan

xxx

d) Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir


Ketika menerima bukti transaksi penerimaan investasi dana bergulir,
fungsi akuntansi PPKD akan mencatat jurnal atas pengakuan penerimaan
pembiayaan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x

Uraian
Perubahan SAL

x
x.x.x.xx.x

LRA - Penerimaan Pembiayaan

Dana Bergulir

Debe
t
Xxx

Kredit

xxx

Terkait dengan penyusunan neraca, maka penerimaan kas atas


penerimaan investasi dana bergulir tersebut dicatat dengan melakukan
penjurnalan:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x

Uraian
Kas di Kas Daerah

Debe

Kredi

t
Xxx

61

x.x.x.xx.x

Investasi

Jangka

Panjang

Investasi Non Permanen

xxx

2) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran

pembiayaan

digunakan

untuk

mencatat

alokasi

pengeluaran pembiayaan untuk memanfaatkan surplus anggaran. Bendahara


PPKD akan membuat SPP-LS PPKD yang kemudian didistribusikan kepada
fungsi akuntansi PPKD untuk diverifikasi dan diterbitkan SPM-LS. SPMLStersebut kemudian diotorisasi oleh PPKD dan diserahkan kepada Kuasa
BUD.

Selanjutnya,

KuasaBUD

akan

menerbitkan

SP2D-LS

dan

menyampaikannya kepada Bendahara PPKD sebagai dasar pencairan dana.


SP2D-LS tersebut kemudian disalurkan kepada fungsi akuntansi PPKD untuk
dicatat. Berdasarkan SP2D-LS tersebut, fungsi akuntansi PPKD akan mencatat
jurnal Pengeluaran Pembiayaan (sesuai rincian obyek) di debet dan
Perubahan SAL di kredit.
a) Pembentukan Dana Cadangan
Dalam hal Pembentukan Dana Cadangan, fungsi akuntansi PPKD
melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode

Uraian

Rekening
x.x.x.xx.x

LRA - Pengeluaran Pembiayaan

x
x.x.x.xx.x

Pembentukan Dana Cadangan


Perubahan SAL

Debet

Kredit

Xxx
xxx

62

Terkait dengan penyusunan neraca, maka transaksi pengeluaran


pembiayaan untuk pembentukan dana cadangan, dicatat dengan penjurnalan
sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.x
x
x.x.x.xx.x

Uraian
Dana Cadangan

Debet

Kredit

Xxx

Kas di Kas Daerah

xxx

x
b) Penyertaan Modal atau Investasi Pemerintah Daerah
Dalam hal penyertaan modal/investasi Pemerintah Kota Semarang,
fungsi akuntansi PPKD melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Tangga
l
Xxxx

Kode

Uraian

Debet

Rekening
x.x.x.xx.x

LRA - Pengeluaran Pembiayaan Xxx

Penyertaan

x.x.x.xx.x

Pemerintah Daerah
Perubahan SAL

Kredit

ModalInvestasi
xxx

x
Terkait dengan penyusunan neraca, maka transaksi pengeluaran
pembiayaan untuk penyertaan modal/investasi Pemerintah Kota Semarang,
dicatat dengan penjurnalan sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Uraian
Investasi Jangka Panjang.....
Kas di Kas Daerah

c) Pembayaran Pokok Utang Dalam Negeri

Debet

Kredit

Xxx
Xxx

63

Dalam hal pembayaran pokok utang dalam negeri, fungsi akuntansi


PPKD melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode

Uraian

Debet

Rekening
x.x.x.xx.xx

LRA - Pengeluaran Pembiayaan Xxx

x.x.x.xx.xx

Pembayaran Pokok Utang


Perubahan SAL

Kredit

Xxx

Terkait dengan penyusunan neraca, maka transaksi pengeluaran


pembiayaan untuk pembayaran pokok utang dalam negeri, dicatat dengan
penjurnalan sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode Rekening

Uraian

x.x.x.xx.xx
x.x.x.xx.xx

Debet

Utang Dalam Negeri


Kas di Kas Daerah

Kredit

Xxx
xxx

d) Pemberian Pinjaman Daerah


Dalam hal pemberian pinjaman daerah, fungsi

akuntansi PPKD

melakukan penjurnalan sebagai berikut:


Tanggal
Xxxx

Kode Rekening

Uraian

Debet

x.x.x.xx.xx

LRA - Pengeluaran Pembiayaan Xxx

x.x.x.xx.xx

Pemberian Pinjaman Daerah


Perubahan SAL

Kredit

xxx

Terkait dengan penyusunan neraca, maka transaksi pengeluaran


pembiayaan untuk pembayaran pokok utang dalam negeri, dicatat dengan
penjurnalan sebagai berikut:
Tanggal
Xxxx

Kode
Rekening
x.x.x.xx.xx

Uraian
Aset

Lainnya-Tagihan

Debet
Jangka Xxx

Kredit

64

x.x.x.xx.xx

Panjang
Kas di Kas Daerah

xxx

b. Tahap Kedua, Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut oleh PPK-SKPD diposting


ke masing-masing Buku Besar SKPD sesuai dengan kode rekening pembiayaan
(rincian objek).
c. Tahap Ketiga, Pada akhir periode tertentu, PPK-SKPD memindahkan saldosaldo yang ada di tiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo.

.3. Analisis Pembahasan


Implementasi sistem akuntansi berbasis akrual itu sendiri bertujuan untuk
perbaikan kualitas penyajian informasi keuangan oleh DPKAD, sehingga
informasi yang disajikan menjadi relevan dan akuntabel. Selain hal tersebut,
adanya tuntutan dari masyarakat untuk mengadakan transparansi dan akuntabilitas
atas informasi keuangan pemerintah daerah. Hal tersebut menjadi sangat penting
karena

informasi

keuangan

yang

disajikan

merupakan

instrumen

pertanggungjawaban atas pengelolahan dana publik yang seharusnya menunjukan


secara komprehensif kinerja dari pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerah. Oleh karena itu, diperlukan adanya implementasi sistem akuntansi yang
tepat di atas, sehingga dapat meminimalisir berbagai penyimpangan yang
dikhawatirkan akan terjadi dalam proses pengelolahan dana publik yang tidak
sedikit. Akan tepai, dalam proses internalisasi suatu sistem baru tentunya terdapat
beberapa kendala yang muncul. Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh

65

DPKAD Kota Semarang dalam proses internalisasi sistem akuntansi berbasis


akrual tersebut, yaitu:
a. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten di bidang akuntansi
yang dimiliki DPKAD Kota Semarang masih terbatas.
Padahal, dalam mengimplementasikan suatu sistem baru seperti
ini, sangat menitikberatkan pada kesiapan SDM yang dapat diandalkan.
Sistem akuntansi yang dibangun tidak akan berarti, jika SDM sebagai agen
utamanya tidak mampu menjalankan sistem tersebut dengan baik. Adapun
faktor utama yang menyebabkan adanya permasalahan tersebut yaitu
karena tidak semua staf keuangan di DPKAD khususnya Bidang
Akuntansi memiliki latar belakang keilmuan akuntansi. Hal tersebut
tentunya akan menggangu proses internalisasi sistem tersebut yang justru
sangat membutuhkan SDM yang berkapasitas tinggi dan berkompeten
dalam bidang akuntansi karena dinilai lebih rumit dari sistem akuntansi
berbasis kas yang sebelumnya diterapkan. Oleh karena itu, proses
implementasi sistem tersebut berjalan sedikit lambat karena harus
dilaksanakan secara bertahap. Pada akhirnya, kendala terkait SDM ini
nantinya akan menimbulkan keraguan apakah informasi keuangan yang
disajikan dengan sistem yang baru sudah secara komprehensif
menggambarkan kinerja DPKAD dalam mengelola keuangan daerah.
Padahal, informasi keuangan tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan
pengambilan keputusan. Dengan informasi ekonomi yang akuntabel, maka
dapat dilakukan evaluasi capaian kinerja selama suatu periode. Bagian

66

akuntansi harus menilai apakah sistem yang diterapkan telah dilaksanakan


secara efektif dan efisien atau sebaliknya.
Dengan begitu pentingnya peran dari aspek SDM, maka perlu
adanya upaya dari DPKAD sendiri untuk menyelesaikan permasalahan
terkait SDM, yaitu:
1) Pemerintah

Kota

Semarang

dan

LSP

JPK

Pratama

bekerjasama dengan sumber dana dari Pemerintah Swiss


melalui Swiss State Secretariat for Economis Affairs (SECO).
Adapun tujuan kerjasama pembangunan SECO dengan
Indonesia adalah meningkatkan tata kelola ekonomi dan
mendukung langkah-langkah yang terkait dengan reformaso
manajemen keuangan publik dalam kurun waktu kurang lebih
2 (dua) tahun yaitu tahun 2012 dan 2013. Salah satu kegiatan
dari bentuk kerjasama ini yaitu menyelenggarakan program
Pelatihan dan On the Job Training yang diikuti oleh 60
pemerintah daerah baik pemerintah provinsi, kabupaten
maupun kota di Indonesia. Pelatihan dan On the Job Training
ini mengenai pengenalan dan praktik penyusunan laporan
keuangan Pemerintah Kota Semarang yang sudah berbasis
akrual serta didukung para ahli profesi, instansi terkait dan
Pemerintah Kota Semarang sendiri. Hal ini tentunya
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam terkait dengan sistem akuntansi berbasis akrual
tersebut, sehingga staf keuangan DPKAD Kota Semarang

67

mempunyai kesiapan dan keandalan yang cukup untuk


menjalankan sistem tersebut.
2) Mempersiapkan peningkatan kualitas SDM secara intensif.
Bimbingan teknis ini diikuti seluruh semua unit kerja dengan
tujuan pemerataan pemahaman terkait sistem akuntansi
berbasis akrual yang akan diterapkan dan dilakukan secara
intensif. Mengingat pentingnya peran strategis dari pelaku
implementasi, maka perlu diadakannya sosialisasi, bintek dan
pelatihan yang mendukung pemahaman secara menyeluruh
terkait dengan standar akuntansi berbasis akrual tersebut baik
sebelum maupun selama sistem tersebut diterapkan. Upaya
tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman mendasar
terkait dengan sistem SAP berbasis akrual ini yang cenderung
lebih rumit dari basis kas terutama yang menyangkut
berbagai perubahan peraturan yang ada.
b. Pengembangan sistem informasi membutuhakn waktu dan biaya yang
cukup besar
Sistem akuntansi Pemerintah Kota Semarang pada awalnya belum
terintegrasi antara entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Namun dalam
perjalanan implementasi akuntansi akrual ini, sistem yang ada diperbaiki
dengan jasa pengembang sistem. Keputusan untuk menerapkan sistem ini
memberikan konsekuensi terhadap DPKAD untuk menyediakan sistem
akuntansi yang terintregasi dengan teknologi informasi yang memadai.
Proses upgrading terhadap teknologi informasi untuk menyesuaikan

68

sistem yang ada dengan sistem akuntansi berbasis akrual sangat perlu
dilakukan sehingga pelaksanaan implementansi sistem tersebut dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini tentunya membutuhkan waktu
dan biaya penyesuaian yang cukup besar. Akan tetapi, jika penyesuaian ini
dilakukan secara optimal dan serius tentunya dapat mensukseskan proses
internalisasi sistem baru dan banyaknya pengorbanan waktu dan biaya
tersebut akan terbayar dengan berbagai manfaat yang diperoleh dari
sistem akuntansi berbasis akrual yang telah diterapkan dengan baik, seperti
peningkatan pelayanan publik dalam memberikan informasi keuangan
yang transparan dan akuntabel, informasi keuangan yang disajikan juga
dapat digunakan sebagai alat ukur penilaian kinerja pemerintah daerah
dalam mengelola dana publik, dan meminimalisir risiko penyimpangan.

BAB III
PENUTUP

3.1.

Simpulan

69

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan


sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Peraturan yang melandasi implementasi sistem akuntansi berbasis akrual
pada DPKAD Kota Semarang, yaitu Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan
ini dijadikan dasar dalam menyusun informasi keuangan pemerintah
daerah. Pasal 7 ayat 3 PP No. 71 Tahun 2010 menerangkan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP berbasis akrual pada
daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri. Oleh karena
itu, peraturan pemerintah ini kemudian disempurnakan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 yang mengatur secara teknis
pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan
basis akrual. Selain kedua peraturan tersebut juga terdapat peraturan lain
yang dijadikan pedoman oleh DPKAD Kota semarang dalam proses
internalisasi sistem akuntansi berbasis akrual tersebut. Peraturan tersebut
yaitu Peraturan Walikota Nomor 52 Tahun 2016 tentang Sistem
Informasi Akuntansi Kota Semarang. Secara konsep, tidak terdapat
perbedaan pada peraturan tersebut karena tetap mengacu pada PP No. 71
Tahun 2010 hanya saja terdapat beberapa penyesuaian agar lebih revelan
dengan kondisi di daerah Kota Semarang.
b. Sejak diterbitkannya PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis
Akrual di atas, DPKAD Kota Semarang sebagai pelaksana dan
penanggung jawab akan pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan

di

Pemerintah

Kota

Semarang

secara

konsistem

70

mengimplementasikan sistem tersebut. Dengan adanya komitmen dari


pimpinan tersebut, maka Bagian Akuntansi DPKAD Kota Semarang
telah menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut secara
optimal dan sesuai dengan peraturan yang ada khususnya Peraturan
Walikota Nomor 52 Tahun 2016 tentang Sistem Informasi Akuntansi
Kota Semarang agar informasi keuangan yang disajikan diharapkan
dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan oleh para
pengguna. Akan tetapi, walaupun pelaku implementasi telah berusaha
secara maksimal, tetap terdapat beberapa kendala yang menghambat
pencapaian tujuan.
d. Adapun kendala yang menghambat proses internalisasi sistem akuntansi
berbasis akrual tersebut, yaitu kapasitas SDM yang berkompeten di
bidang akuntansi pemerintahan masih sangat terbatas. Tentunya
permasalahan ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan karena
kesiapan SDM di sini merupakan salah satu kunci keberhasilan
implementasi akuntansi akrual karena tanpa adanya SDM yang
berkompeten sebagai pelaku utama, proses implementasi tersebut tidak
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu, DPKAD juga
menghadapi kendal lain yaitu pengembangan sistem informasi
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Padahal, konsekuensi
dari

komitmen

pimpinan

untuk

secara

konsisten

melakukan

implementasi akuntansi akrual, maka harus terdapat sistem akuntansi


yang terintregasi dengan teknologi informasi untuk menyesuaikan
kebutuhan akan sistem baru yang lebih kompleks.

71

e. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada,


yaitu DPKAD Kota Semarang harus mempersiapkan SDM yang dimiliki
secara optimal baik sebelum maupn selama proses internalisasi. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai pelatihan dan
bintek untuk semua staf karyawan yang mendukung pemahaman secara
menyeluruh terkait dengan SAP berbasis akrual secara lebih intensif.
Selain itu, DPKAD juga harus melakukan upgrading upgrading terhadap
teknologi informasi untuk menyesuaikan sistem yang ada dengan sistem
yang baru agar pelaksanaan internalisasi sistem tersebut dapat berjalan
secara efektif dan efisien.

3.2. Saran
a.
Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa diharapkan dapat mengikuti perkembangan peraturan
terkait dengan berbagai perubahan kebijakan akuntansi seperti
peraturan yang mengatur SAP berbasis akrual yang senantiasa
berkembang, sehingga pengetahuan mahawasiswa terkait akuntansi
dapat selalu ter-update.
2) Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan
kreativitas yang dimiliki secara konsisten agar terbentuk pribadi
yang unggul dan berdaya saing untuk mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja.

b. Bagi DPKAD Kota Semarang

72

DPKAD Kota Semarang sebagai pelaksana dan penanggung jawab


akan pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pemerintah
Kota Semarang diharapkan secara konsistem mengimplementasikan sistem
akuntansi berbasis akrual sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan menyajikan informasi keuangan yang relevan dan
akuntabel yang secara komprehensif menggambarkan kinerja DPKAD
dalam mengelola dana publik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
konsisten meningkatkan kompetensi dari SDM yang dimilki secara optimal.
Hal tersebut bertujuan agar proses internalisasi sistem tersebut dapat
berjalan secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

DPKAD Kota Semarang. 2016. Struktur Organisasi DPKAD Kota Semarang.


Online: http://dpkad.semarangkota.go.id/. Diunduh pada tanggal 5
Desember 2016.
DPKAD Kota Semarang. 2016. Layanan Pemabayaran PBB. Online:
http://dpkad.semarangkota.go.id/. Diunduh pada tanggal 5 desember 2016.

73

DPKAD Kota Semarang. 2010. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat


Daerah (Renstra SKPD) Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Kota Semarang Tahun 2011-2015. Semarang: DPKAD Kota Semarang.
DPKAD Kota Semarang. 2016. Selayang Pandang Dinas Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah Kota Semarang 2016. Semarang: DPKAD Kota
Semarang.
Pemerintah Kota Semarang. 2008. Keputusan Walikota Semarang Nomor 42
Tahun 2008 tentang Penjabaran, Tugas, Fungsi Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang. Sekretariat Daerah.
Semarang.
Pemerintah Kota Semarang. 2008. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Sekretariat
Daerah. Semarang.
Pemerintah Kota Semarang. 2016. Peraturan Walikota Semarang Nomor 31
Tahun 2016 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Semarang.
Sekretariat Daerah. Semarang.
Pemerintah Kota Semarang. 2016. Peraturan Walikota Nomor 52 Tahun 2016
tentang Sistem Informasi Akuntansi Kota Semarang. Sekretariat Daerah.
Semarang.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sekretariat
Daerah. Jakarta.
Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
dalam
Fungsi
Pelaporan

74

Penatausahaan Penerimaan dan Belanja Daerah. Sekretariat Negara.


Jakarta.

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi PKL dari Badan Kesbangpol

76

Lampiran 2. Surat Balasan Permohonan PKL dari DPKAD

77

Lampiran 3. Surat Pembekalan PKL

78

Lampiran 4. Bagan Alir Sistem Akuntansi Pendapatan LO-PPKD

79

Lampiran 5. Bagan Alir Sistem Akuntansi Pendapatan LRA-PPKD

80

Lampiran 6. Bagan Alir Sistem Akuntansi Belanja PPKD

81

Lampiran 7. Bagan Alir Sistem Akuntansi Pembiayaan PPKD

82

Lampiran 8. Surat Pemberitahuan Objek Pajak

83

Lampiran 9. Surat Kuasa Permohonan PBB

84

Lampiran 10. Surat Pernyataan Bangunan Bermaterai

85

Lampiran 11. Formulir Pendaftaran Objek pajak Baru

86

Lampiran 12. Formulir Permohonan Salinan SPPT

87

Lampiran 13. Formulir Permohonan Mutasi Objek/ Subjek Pajak PBB

88

Lampiran 14. Formulir Permohonan Pembetulan Objek/ Subjek Pajak PBB

89

Lampiran 15. Formulir Permohonan Pemecahan SPPT PBB

Lampiran 16. Jurnal Kegiatan Mahasiswa PKL

Anda mungkin juga menyukai