I.
TUJUAN
Menentukan tahanan beban dengan metoda Volt-ampere meter.
II.
DASAR TEORI
Arus Listrik ada dua macam, yakni arus listrik bolak-balik atau biasa disebut arus
listrik AC (Alternating Current) dan arus listrik searah atau arus DC (Direct Current). Untuk
mengukur besarnya arus listrik dibutuhkan alat yang bernama Amperemeter. Sedangkan
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik.
2.1.
VOLTMETER
Voltmeter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial
tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Konsep yang
digunakan dalam sebuah volt meter DC hampir sama dengan konsep pada ampere meter.
Pada volt meter arus searah atau DC volt meter tahanan shunt atau shunt resistor dipasang
seri dengan kumparan putar magnet permanen (permanent magnet moving coil) PMMC
yang berfungsi sebagai pengali (multiplier).
Tahanan Pengali (Multiplier Resistor)
Penambahan sebuah tahanan seri atau pengali (multiplier), mengubah gerakan
darsonval menjadi sebuah voltmeter arus searah. Tahanan pengali membatasi arus kealat
ukur agar tidak melebihi arus sakala penuh (Idp). Sebuah voltmeter arus searah mengukur
beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah dan dengan demikian
dihubungkan paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian. Biasanya
terminal-termianal alat ukur ini diberi tanda positif dan negatif karena polaritas harus
ditetapkan. Nilai tahanan pengali yang diperlukan untuk memperbesar batas ukur tegangan
ditentukan dari gambar berikut, dimana :
V = Im (Rs + Rm)
Dengan :
Im = arus defleksi dari alat ukur
Rm = tahanan dalam alat ukur
Rs = tahanan pengali
V = tegangan rangkuman maksimum dari instrumen
Biasanya untuk batas ukur sampai 500 V pengali dipasang didalam kotak voltmeter.
Untuk tegangan yang lebih tinggi, pengali tersebut dipasang pada sepasang probe kutub
diluar kotak yakni untuk mencegah kelebihan panas dibagian dalam voltmeter.
Voltmeter Rangkuman Ganda
Penambahan sejumlah pengali beserta sebuah saklar rangkuman membuat instrumen
mampu digunakan bagi sejumlah rangkuman tegangan. Sebuah voltmeter rangkuman ganda
yang menggunakan sebuah sakelar empat posisi (V1, V2, V3, dan V4 ) dan empat pengali
(R1, R2, R3, dan R4). Nilai dari pada tahanan-tahanan pengali dapat ditentukan dengan
metoda sebelumnya, atau dengan metoda sensitivitas.
Sensitivitas voltmeter Sensitivitas (S) adalah kebalikan dari defleksi skala penuh alat
ukur yaitu: S = 1 / Idp Sensitivitas (S) dapat digunakan pada metode sensitivitas untuk
menentukan tahanan pengali voltmeter arus searah. R = (S x V) Rm
Dimana : S = sensitivitas voltmeter,ohm/volt
V = rangkuman tegangan yang ditentukan oleh posisi sakelar
Rm= tahanan-dalam alat ukur (ditambah tahanan seri)
Rs = tahanan pengali
2.2. AMPEREMETER
Ampere meter arus searah atau sering disebut ampere meter DC adalaha alat ukur
yang berfungsi untuk mengetahui besarnya arus listrik (DC) yang mengalir pada suatu
beban listrik atau rangkaian elektronika. Ampere meter menggunakan gerak dArsonval
yaitu gerakan dasar PMMC (permanent magnet moving coil) atau sering juga dikenal
dengan galvanometer PMMC.
Valat ukur
=
ImRm
Tahanan shunt yang digunakan dalam sebuah alat ukur dasar bisa terbuat dari sebuah
kawat tahanan bertemperatur konstan yang ditempatkan di dalam instrumen atau sebuah
shunt luar yang memiliki tahanan yang sangat rendah.
Shunt Ayrton Batas ukur sebuah ampermeter arus searah (dc) masih dapt diperbesar
dengan menggunakan sejumlah tahanan shunt yang dipilih melalui sakelar rangkuman.
Alat ukur seperti ini disebut ampermeter rangkuman ganda. Alat ini ditunjukkan pada
berikut.
Rangkaian ini memiliki empat shunt Ra, Rb, Rc, dan Rd yang dihubungkan paralel
terhadap alat ukur agar menghasilkan empat batas ukur yang berbeda. Saklar S adalah
sebuah sakelar posisi ganda dari jenis menyambung sebelum memutuskan (make-before
break), sehingga alat pencatat tidak akan rusak, oleh karena tidak terlindungnya rangkaian
tanpa sebuah shunt sewaktu pengubahan batas ukur.
Shunt universal atau shunt ayrton dalam gambar diatas mencegah kemungkinan
pemakaian alat ukur tanpa tahanan shunt. Keuntungan yang diperoleh adalah nilai tahanan
total yang sedikit lebih besar. Shunt Ayrton ini memberikan kemungkinan yang sangat baik
untuk menerapkan teori dasar rangkaian listrik dalam sebuah rangkaian praktis
Pengukuran Tahanan
Pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya tahanan yang akan
diukur. Klasifikasi besar tahanan adalah sebagai berikut :
1. Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm
2. Tahanan sedang, yaitu tahanan yang bernilai antara 1 sampai dengan 100.000 ohm
3. Tahanan besar, yaitu tahanan yang bernilai lebih besar dari 100.000 ohm
Pengukuran Tahanan Rendah
Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm. Pengukuran ini
harus dilakukan dengan ketelitian yang cukup tinggi. Hal ini dilaksanakan karena nilai
tahanan yang diukur sangat kecil. Ada beberapa cara untuk menentukan besarnya tahanan
beban pada suatu rangkaian listrik terpasang. Dalam percobaan ini akan digunakan metoda
praktis yang banyak dijumpai. Hubungan antara resistansi, tegangan dan arus ini telah
diamati oleh George Simon Ohm dan melahirkan hukum Ohm, yaitu : Suatu benda
dikatakan mempunyai resistansi 1 Ohm jika padanya diberi tegangan 1 Volt akan
memberikan arus 1 Amper.
Dalam praktek ada dua metoda pengukuran volt-ampermeter, tergantung pada kondisi
beban yang diukur. Metoda pertama adalah seperti pada gambar di bawah ini
Vx
I
I
Ix
Rx
Tegangan V = Vx jika Ri << Rx, sehingga metoda ini bagus jika dipakai pada tahanan
beban >> tahanan ampermeter.
berikut :
E
Vx
Iv
I
I
Ix
Rx
Rv
Ix Ix. Rx
Ix. 1 Rx
Rv
Rv
Arus yang diukur ampermeter sama dengan arus yang lewat Rx (=Ix) jika Rx<<Rv
III.
LANGKAH PERCOBAAN :
1. Hubungkan unit peraga seperti pada gambar 1 ataupun gambar 2.
2. Tegangan dan arus diukur dan dicatat untuk beban 10.000 ohm dengan variasi
tegangan input dari 3 Volt sampai 12 Volt.
3. Pada masing-masing metoda lakukan percobaan sampai 3 kali
V.
N
DATA PERCOBAAN
VS
Volt
1
2
3
4
5
6
7
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10
11
10
12
Metode A
I(mA
I(mA)
I(mA)
3,4
4,4
5,4
6,4
7,4
8,4
9,4
10,
3,4
4,4
5,4
6,4
7,4
8,4
9,4
10,
5
11,5
12,
0,3
0,39
0,49
0,59
0,695
0,8
0,895
0,29
0,395
0,49
0,595
0,695
0,8
0,895
5
11,5
12,
3,4
4,4
5,4
6,4
7,4
8,4
9,4
10,
5
11,5
12,
)
0,29
0,395
0,49
0,595
0,695
0,8
0,895
0,99
0,99
0,99
1,09
1,09
1,09
1,195
1,2
1,2
Metode B
I(mA
3,4
4,4
5,3
6,3
7,4
8,4
9,3
10,
3,3
4,4
5,3
6,3
7,4
8,4
9.0
10,
3,3
4,4
5,3
6,3
7,4
8,4
9.0
10,
3
11,2
12,
3
11,2
12,
3
11,2
12,
)
0,3
0,4
0,5
0,61
0,725
0,84
0,89
Rx(k ohm)
I(mA)
I(mA
0.,295
0,4
0,5
0,61
0,725
0,84
0,89
)
0,295
0,4
0,5
0,61
0,725
0,84
0,89
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1,1
1,1
1,1
10
10
10
1,2
1,2
1,2
10
10
10
VI.
PERHITUNGAN
Metode A
Untuk tegangan 3 volt
V rata-rata
= (3,4+3,4+3,4)volt/3
= 3,4 volt
I rata-rata
=(0,3+0,29+0,29)A/3
=0,293 mA
Rx
=10000 Ohm
Ri
=20 k/V.DC=20000/V.DC
V
=Ix.Ri +Vx
=Ix(Ri+Rx)
=Ix.Rx(Ri/Rx +1)
=Vx(Ri/Rx + 1)
Vx
=V / (Ri/Rx + 1)
Untuk tegangan 3 volt
Vx
=3,4 Volt /(20000/10000 + 1)
=3,4 Volt/3
=1,13 Volt
Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
V(Volt)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Ri(Ohm)
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
Rx(ohm)
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
Vx(Volt)
1,13
1,47
1,80
2,13
2,47
2,80
3,13
3,50
3,83
4,07
Metode B
I
=Ix(1+Rx/Rv)
Ix
=I / (1+Rx/Rv)
Dimana:
Rx
=10000
Ri
=20 k/V.DC
=20000/V.DC
Untuk arus 0,293 mA
Ix
=0,293mA / (1+10000/20000)
=0,293 mA /1,5
=0,2
Dengan cara yang sama,diperoleh data sebagai berikut:
No
I(mA)
Rx(Ohm)
Rv(Ohm)
Ix(mA)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,29
0,39
0,49
0,59
0,70
0,80
0,90
0,99
1,09
1,20
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
0,20
0,26
0,33
0,40
0,46
0,53
0,60
0,66
0,73
0,80
Ix = 0,2 mA = 0,2 x 10
A
Vx = Ix . Rx
Rx =
Vx
Ix
Rx =
1,13Volt
0.2 x 103 A
Rx = 5650
V(V
Ix(m
olt)
1
10
11
12
Vx(V
A)
olt)
0,20
1,13
0,26
1,47
0,33
1,80
0,40
2,13
0,46
2,47
0,53
2,80
0,60
3,13
0,66
3,50
0,73
3,83
0,80
4,07
Rx(
Ohm)
5650
565
3,85
545
4,54
565
9,12
532
5
528
3,01
521
6,67
530
3,03
524
6,75
508
7,5
12
10
8
Rx (Ohm)
6
4
2
0
0.5
f(x)
1.5= 2
2.5
3
R = 0
Vx (Volt)
3.5
4.5
5
0
0.1
=
0.2f(x)0.3
R = 0
0.4
0.5
Vx (Volt)
PEMBAHASAN
0.6
0.7
0.8
0.9
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tahanan rendah dengan Metoda Amperemeter
Voltmeter. Tahanan adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus
listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan arus
yang mengalirinya. Pengukuran tahanan rendah dilakukan dengan cara mengukur arus yang
melewati tahanan tersebut dan mengukur drop tegangan di antara tahanan tersebut dalam suatu
rangkaian. Pada pratikum ini ada hubungan sangat penting antara tegangan, arus dan hambatan.
Hubungan tersebut disebut hukum ohm. Hubungan dalam hukum ohm ini yaitu Besarnya arus
listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial (tegangan). Untuk sementara
tegangan dan beda potensial dianggap sama walau sebenarnya kedua secara konsep berbeda.
Secara matematika di tuliskan I V atau V I, Untuk menghilangkan kesebandingan ini maka
perlu ditambahkan sebuah konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga
persamaannya menjadi V = I.R. Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R
adalah hambatan (Ohm). Selain itu perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan
suatu bilangan konstan yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di tuliskan V/I = R
atau dituliskan V = I.R.
Dalam praktikum ini ada dua metode pengukuran volt-ampere meter, sesuai
dengan kondisi beban yang diukur, seperti terlihat pada gambar 1 dan gambar 2 diatas.
Praktikum pertama menggunakan rangkaian seperti pada gambar 1 untuk menentukan Vx.
Tahanan beban yang dipakai dalam
praktikum
diperoleh, nilai V tidak sama dengan nilai Vx, hal ini disebabkan karena nilai Ri lebih besar
daripada nilai Rx dan nilai tahanan beban yang dipakai kurang dari tahanan amperemeter.
Praktikum kedua adalah menggunakan metode B. Dimana alat dirangkai seperti pada
gambar 2. Tahanan beban yang dipakai adalah 10000 Ohm dan nilai Ri adalah 20000 Ohm.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai I hampir mendekati nilai Ix. Jadi nilai arus
yang melewati amperemeter mendekati arus yang melewati Rx. Hal ini disebabkan karena nilai
Rx<<Rv.
Pengukuran dengan metode ini mempunyai tingkat ketilitian yang rendah. Hal itu
disebabkan oleh :
1. Apabila Voltmeter dipasang paralel sebelum Amperemeter , maka sesungguhnya tegangan
yang terukur oleh Voltmeter sesungguhnya adalah tegangan dari tahanan dalam amperemeter
dan beban, yang terhubung seri.
2. Apabila Amperemeter dipasang seri sebelum Voltmeter, maka sesungguhnya arus yang
terukur oleh Amperemeter adalah penjumlahan arus yang masuk ke tahanan dalam Voltmeter
dan beban, yang terhubung paralel.
Kesalahan pada sistem pengukuran atau disebut juga error dapat dibagi menjadi dua,
yaitu error yang muncul selama proses pengukuran dan error yang muncul kemudian akibat
sinyal pengukuran dipengaruhi gangguan atau noise selama pengiriman sinyal dari titik
pengukuran ke beberapa tempat lain. Namun kesalahan lain yang sering dibuat dalam
sistem pengukuran ketika sinyal listrik dari sensor pengukuran dan transducer dirusak oleh
noise yang terinduksi. Noise ini muncul baik di dalam rangkaian pengukuran itu sendiri
mapun selama transmisi sinyal pengukuran. Error yang muncul selama proses pengukuran
yaitu error sistematik dan error acak. Erros sitematik mendiskripsikan error pada
pembacaan output akibat faktor bawaan pada pembuatan instrumen yang keluar dari
toleransi komponen instrumen, error ini terbagi menjadi dua, seperti gangguan sistem
selama pengukuran akibat aksi pengukuran prinsipnya bahwa hampir seluruh situasi
pengukuran, proses pengukuran mengganggu dan mengubah nilai besaran yang diukur
serta error akibat input lingkungan. Input lingkungan didefiniskan sebgai masukan untuk
sistem pengukuran yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan di sekitar
pengukuran dalam hal ini pengukuran diciptkan ulang semirip mungkin selama pengujian
kalibrasi karena penyimpangan dari kondisi kalibrasi yang ditentukan, akan menyebabkan
perubahan data yang terbaca pada instrumen yang dapat menyebabkan error pengukuran.
Error acak yaitu penyimpangan pengukuran di kedua sisi nilai benar yang disebabkan oleh
efek acak dan tak dapat di prediksi, sedemikian hingga error positif dan error negatif terjadi
dalam jumlah yang hampir sama untuk sederetan pengukuran satu besaran yang sama.
Error ini sering kali muncul ketika penguuran dilakukan oleh pengamatan manusia pada
alat ukur analog, terutama saat melibatkan interpolasi antar titik skala pembacaan noise
listrik dapat juga merupakan sumber error acak.
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilakukan langkah sebagai
berikut :
1. Pengukuran beberapa kali dan mengolah nilai dengan teknik statistik
2. Kalibrasi alat ukur. Kalibrasi instrumen merupakan hal yang sangat penting pada sistem
pengukuran. Semua instrumen penyimpangan pada karakteristiknya, dan tingkat dimana
penyimpangan ini terjadi bergantung pada banyak faktor, seperti kondisi lingkungan dan
frekuensi penggunaan.
VIII.
KESIMPULAN
1. Nilai V tidak sama dengan nilai Vx karena nilai Ri lebih besar daripada nilai Rx dan
tahanan beban yang dipakai kurang dari tahanan amperemeter.
2. Nilai I mendekati nilai Ix hal ini disebabkan karena harga Rx<<Rv.
3. Besarnya tegangan dan arus dalam suatu rangkaian dipengaruh oleh besar dan posisi
tahanan
4. Semakin besar tahanan yang diberikan dalam suatu rangkaian maka arus yang mengalir
juga akan semakin kecil.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Sujatno, Praktikum alat ukur dan teknik pengukuran TKN 2014. STTN - BATAN.
Yogyakarta
http://laboratoriumpbl.blogspot.co.id/2015/03/pengukuran-tahanan.html. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2015 pada pukul 20.04 WIB
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/303/mod_resource/content/1/KESALAHAN_PENGUKU
RAN.pdf. Diakses pada tanggal 23 November 2015 pada pukul 20.06 WIB
Praktikan,
Suyatno