Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

MAKALAH PENGENDALIAN BANJIR DAN


KEKERINGAN
Dosen Pembimbing
RIRI SUSANTI, M.Pd.T

Disusun Oleh :
CHAIRIL ANWAR DAMANIK
14070047
HUSNUL HUSIN MAHUBESSY
14070042

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah pengelolaan banjir dan kekeringan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu RIRI SUSANTI,M.PD.T yang telah
membantu membimbing dalam mengerjakan makalah ini dan kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pengerjaan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan, ini disebabkan karena sisi keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Harapan penulis agar makalah ini dapat berguna sebagai bahan referensi yang
bermanfaat bagi kita semua.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banjir dan kekeringan merupakan satu paket permasalahan umum yang terjadi di
sebagian wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di
kawasan perkotaan. Oleh karena itu kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari
segi materi maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir
dan kekeringan perlu mendapatkan perhatian yang serius dan merupakan
permasalahan kita semua. Dengan anggapan bahwa, permasalahan banjir dan
kekeringan merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak
perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan kekeringan
dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.
Program pengendalian banjir dan kekeringan membutuhkan dana besar yang
diperlukan untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan
pengamanan maupun pengendalian banjir dan kekeringan. Di samping itu,
masyarakat yang berada pada daerah rawan banjir dan kekeringan setiap saat
memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir dan kekeringan. Dengan dana
yang terbatas pengendalian banjir dan kekeringan harus dilakukan seoptimal
mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.
Akibat peningkatan penduduk, lahan yang dibutuhkan akan makin besar sehingga
juga meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu di daerah

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

yang padat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir dan kekeringan perlu


ditingkatkan. Dengan kata lain pengendalian ini bertujuan untuk memperkecil
tingkat resiko bahaya/kerugian akibat banjir dan kekeringan yang akan timbul.
Atas dasar pertimbangan pengendalian banjir dan kekeringan yang baik, maka di
samping penyelesaian konstruksi fisiknya perlu adanya monitoring, evaluasi,
rencana perbaikan dan pemeliharaan yang kontinyu.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini menitikberatkan pada sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh banjir
dan kekeringan serta cara-cara mengendalikannya sehingga dapat meminimalis
dampak yang ditimbulkan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan banjir dan kekeringan
2. Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh banjir dan kekeringan
3. Mengetahui cara pengendalian banjir dan kekeringan

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

BAB II
ISI

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan dan terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak
mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas
pengaliran sungai yang ada.
Sedangkan kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).
Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami
curah hujan di bawah rata-rata.
Peristiwa banjir dan kekeringan sendiri tidak menjadi permasalahan, apabila tidak
mengganggu terhadap aktivitas atau kepentingan manusia.
2.1 Sebab Terjadinya Banjir
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum
penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir
yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh
tindakan manusia.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :


Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana
melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik
(bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material
dasar sungai), lokasi sungai dll. Merupakan hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya banjir.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai.
Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya
sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan
dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungaisungai di Indonesia.
Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan
dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan
adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

Pengaruh air pasang


Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).
Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
Perubahan Kondisi DPS
Perubahan DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat,
perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah
banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang
ada, perubahan tataguna lahan memberikan konstribusi yang besar terhadap
naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
Kawasan Kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan
penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
Sampah
Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan
tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kotakota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah dialur sungai
dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.
Drainase Lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir
akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang
tinggi.
Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

Kapasitas Drainase yang tidak memadai


Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan
yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan
banjir di musim hujan.
Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi
muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga
menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan
kuantitas banjir.
Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendali banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah
kerusakkan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul
sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang
melebihi

banjir

rencana

dapat

menyebabkan

keruntuhan

tanggul,

menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya


tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan banjir di atas, yang perlu


diaspadai adalah sebab-sebab yang ditimbulkan oleh manusia. Diantara faktofaktor penyebab itu perubahan DPS atau tata guna lahan menempati urutan
pertama. Seperti juga di tempat lain, atas nama tutntutan perkembangan kota,
hutan di daerah hulu juga semakin tipis dialihfungsikan menjadi lahan perumahan
dan industri. Daerah resapan air (catchment area) semakin lama semakin sempit.
Tanah tidak lagi terikat oleh akar-akar pohon sehingga mudah terjadi longsor,
yang menembah resiko bencana ganda. Selain itu pula sungai yang dahulu
dipenuhi tumbuhan sebagai benteng pengaman daerah sekitar menjadi gundul,
lalu runtuh menyebabkan air sungai lebih cepat mengalir kedaerah yang lebih
rendah atau sama dengan muka air sungai. Banjirpun semakin sering, mendadak
dan parah akibatnya.
Air hujan yang biasanya sempat terikat di akar-akar pohon, langsung menuju
sungai. Pengalihan fungsi hutan mungkin tidak terhindarkan mengingat tingginya
desakan penduduk di daerah perkotaan. Pada titik inilah kebijakan tata ruang
sebagai dasar pengembangan wilayah, sesegera mungkin dirumuskan dengan
mengindahkan karakteristik dan daya dukung lingkungan, tidak semata-mata atas
pertimbangan ekonomi. Selanjutnya setiap kali terjadi pengalihan fungsi lahan,
mestinya saat itu pula lagkah-langkah konservasi segera diberlakukan.. Namun
yang terjadi tidak jarang malah sebaliknya, ribuan hutan telah berubah wujud
menjadi puluhan kompleks perumahan kelas menengah dan mewah, tanpa
sedikitpun dipikirkan upaya untuk memulihkan fungsi tangkapan air yang telah
hilang.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

Tanah di kota sebagian serta bangunan yang tidak terhitung lagi dikenali dengan
sedikit bahkan tidak adanya lagi permukaan tanah yang berfungsi sebagai
penyerap air. Air hujan

langsung mengalir di atas permukaan tanah

yang

kebanyakan sudah disemen, seperti halaman-halaman, tepi jalan dan sebagainya.


Dengan kondisi saluran drainase atau gorong-gorong yang baik dan lancar hal ini
tentu tidak menjadi masalah, karena air akan dialirkan menuju saluran yang lebih
besar, yaitu sungai. Akan tetapi, apabila saluran yang ada tidak berfungsi dengan
semestinya, air hujan akan menuju daerah yang lebih rendah, terakumulasi
sehingga menjadikan daerah tersebut rawan banjir.
2.2 Dampak Banjir
Seberapapun besar atau kecilnya banjir akan mengakibatkan kerugian-kerugian
yaitu kehilangan yang meliputi harta benda bahkan nyawa.
Karena debit banjir yang besar bangunan-bangunan akan rusak dan hancur akibat:
daya terjang banjir, terseret arus yang kuat, daya kikis genangan air, longsornya
tanah di sekitar pondasi, dan tertabrak oleh benturan dengan benda berat yang
terseret arus.
Di daerah perkotaan yang merupakan pusat mobilitas ekonomi penduduk, apabila
terjadi banjir dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari yang berupa
kemacetan lalu lintas dan gangguan listrik , tindak kriminal dan lain-lain.
Bangunan-bangunan yang hancur meliputi bangunan rumah tinggal, bangunan
sekolah, perkantoran, rumah ibadah dan bangunan lain yang merupakan fasilitas
masyarakat. Hancur atau terbenamnya bangunan-bangunan tersebut tentu saja
akan berpengaruh pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, misalnya :

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

10

Rumah yang terkena banjir tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal untuk sementara, sehingga penghuninya harus mengungsi ketempat
yang lebih aman. Keadaan rumah yang tidak ada penghuninya dapat mengundang
tindak kriminal seperti pencurian.
Hal itu juga dapat terjadi pada fasilitas fasilitas pertokoan, rumah ibadah,
sekolah dan gedung-gedung lembaga masyarakat. Kegiatan ekonomi sehari-hari
masyarakat seperti bekerja dikantor, dipasar, dan pendidikan juga terganggu
dengan timbulnya kemacetan di ruas-ruas jalanterutama ruas jalan utama. Pada
keadaan ini apabila air genangan banjir tidak dapat segera dialirkan ke saluransaluran yang semestinya dapat menimbulkan kecelakaan.Kecelakaan-kecelakaan
yang terjadi selain disebabkan karena macet, juga karena tertutupnya permukaan
jalan yang tidak merata.
Selain bangunan-bangunan yang roboh banjir dengan debit yang besar dapat
menumbangkan pohon, yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa, merusak
rumah dan jika pohon itu mengenai fasilitas listrik seperti kabel listrik dan telefon
akan mendatangkan bahaya.
Daerah perkotaan yang berada disekitar daerah bantaran sungai merupakan
wilayah yang harus diwaspadai terlebih dahulu apabila terjadi kenaikan muka air
sungai yang berasal dari hujanlebat dengan durasi yang lama, terutama bila
pondasi pemukiman-pemukinan tersebut langsung berhubungan dengan sungai,
arus yang deras dapat mengikis pondasi. Pondasi yang tidak dapat menahan laju
arus sungai maka terjadi longsor yang akan terbawa kedalam dan hanyut oleh
aliran . Benda-benda yang tidak hanyut akan tenggelamdan menumpuk sebagai
Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

11

endapan besar didasar sungai. Hal ini mengakibatkan pandangan dan mengecilnya
kapasitas tampungan sungai. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus dan tidak
ada penanggulangannya berupa pengerukan atau pengadaan saluran banjir (flood
way) saat kelebihan air dan terjadi banjir, banjir yang terjadi semakin besar
mendadak dan parah dampaknya. Dari segala dampak banjir yang bersifat
struktural diatas, banjir juga berdampak pada aspek-aspek non struktural seperti
kesehatan, pariwisata dan sosial.

Dari sisi pariwisata banjir yang sering terjadi dapat menguragi intensitas
kedatangan wisatawan mancanegara ke daerah-daerah wisata indonesia, dan juga
masalah keamanan yang selama ini diwaspadai. Selain itu,dari sisi kesehatan air
genangan banjir dapat menyebabkan munculnya bibit-bibit penyakit seperti
malaria dan demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk, pes yang berasal dari
kotoran tikus, diare dan gangguan kulit meliputi gatal-gatal, kutu air, kadas dan
kurap dari air genangan banjir yang kotor. Selain itu, ketika air genangan banjir
mengering akan meninggalkan sampah-sampah yang berserakan. Hal ini selain
menyebabkan lingkungan menjadi kotor sehingga tidak sedap dipandang mata,
juga menimbulkan bibit penyakit yang disebarkan oleh lalat dan berbagai
mikroorganisme lainnya. Dari sisi sosial keadaan indonesia yang rawan banjir
dapat menurunkan citra bangsa karena tidak mampu menangani masalah yang
sudah menjadi annual problem bahkan meluas ke daerah-daerah yang
sebelumnya merupakan daerah yang aman dari banjir.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

12

2.3 Pengendalian Banjir


Pengendalian banjir merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya air yang
lebih spesifik untuk mengontrol hujan dan banjir.pada hakekatnya pengendalian
banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi rekayasanya melibatkan banyak
disiplin ilmu teknik antara lain: Hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai,
morphologi & sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem
drainase kota, bangunan air dll. Di samping itu suksesnya program pengendalian
banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi,
lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.
Pengendalian Banjir

Metode Struktur

Perbaikan dan Pengaturan


Sistem Sungai
Sistem jaringan sungai
Normalisasi Sungai
Perlindungan Tanggul
Tanggul Banjir
Sudetan (By pass)
Flooway

Bangunan Pengendali Banjir


Bendungan (dam)
Kolam Retensi
Pembuatan check dam
(Penangkal sedimen)
Bangunan pengurang
kemiringan sungai
Groundsill
Retarding Basin
Pembuatan Polder

Metode Non Struktur

Pengelolaan DAS
Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengendalian erosi
Pengembangan daerah banjir
Penanganan Kondisi Darurat
Peramalan Banjir
Peringatan Bahaya Banjir
Asuransi
Law Enforcement

Gambar 1. pengendalian banjir metode struktur dan non struktur

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

13

Metode Struktur (Dengan Bangunan)


Pada dasarnya kegiatan penanggulangan banjir adalah suatu kegiatan yang
meliputi aktifitas sebagai berikut :

Mengenali besarnya debit banjir

Mengisolasi daerah genangan banjir

Mengurangi tinggi elevasi air banjir

Kegiatan penanggulangan banjir dengan bangunan pada umumnya mencakup


kegiatan berikut:

Perbaikan sungai atau pembuatan tanggul banjir untuk mengurangi besarnya


resiko banjir di sungai.

Pembuatan saluran (floodway) untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air


sungai.

Pengaturan sistem pengaliran untuk mengurangi debit puncak banjir, dengan


bangunan seperti bendungan, kolam retensi dll.

Untuk menunjang keberhasilan pengendalian banjir diperlukan kegiatan


pengelolaan dan perbaikan sungai, untuk meningkatkan kapasitas sungai
pekerjaan ini meliputi :

Menambah dimensi tampang alur sungai

Memperkecil nilai kekasaran alur sungai

Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau


bermeander.

Pengendalian transpor sedimen.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

14

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan


pengendalian banjir adalah sebagai berikut :

Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya


dengan biaya pemeliharaan.

Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis

Pengaruh bangunan terhadap lingkungan

Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah


hilirnya

Bangunan Pengendali Banjir

Bendungan

Kolam penampungan

Tanggul Penahan Banjir

Saluran By pass

Sistem pengerukan/normalisasi alur sungai

Sistem drainase khusus

1.

Bendungan

Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai.


Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir
bendungan. Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan
adalah sebagai berikut :

Lokasi mudah dicapai

Topografi daerah memadai

Kondisi geologi tanah

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

15

Ketersediaan bahan bangunan

Tujuan serbaguna

Pengaruh bendungan terhadap lingkungan

Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang dilindungi

2.

Kolom retensi (penampungan)

Seperti halnya bendungan, kolom penampungan berfungsi untuk menyimpan


sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Wilayah yang
digunakan untuk kolom penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau
rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik, kolom
penampungan dapat digunakan untuk pertanian.
3.

Tanggul Penahan Banjir

Tanggul banjir adalah penghalang yang di desain untuk menahan air banjir di
palung sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul banjir sesuai untuk
daerah-daerah dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :

Dampak tanggul terhadap regim sungai

Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai


misalnya jembatan.

Ketersediaan bahan bangunan setempat

Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah

Hidrograf banjir yang lewat

Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran

Pengaruh tanggul terhadap lingkungan

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

16

Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai

Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil

4.

Saluran By pass

Saluran by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau
seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang
dilindungi.

Biaya pelaksanaan yang relatif mahal

Kondisi topografi dari rute alur baru

Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol


kecepatan air dan erosi

Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass

Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai

Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari
lokasi percabangan

Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari lokasi
percabangan by pass

5.

Sistem pengerukan/normalisasi alur sungai

Dasar sungai yang sudah dangkal akibat pengendapan harus dikeruk untuk
memperdalam. Sementara itu apabila memungkinkan, batas sungai kanan dan kiri
juga diperlebar. Metode ini dapat meningkatkan kemempuan penampungan
kelebihan air dan memperlancar aliran.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

17

6.

Sistem drainase khusus

Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah
rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah manusia.
Sistem ini biasanya digunakan untuk situasi berikut :

Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai

Digunakan untuk melindungi pantai dari pengaruh gelombang.

Daerah genangan/bantuan banjir dengan bangunan flood wall penahan banjir

Metode Non-Struktur
Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali
akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas
penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut :

Pengelolaan DPS untuk mengurangi limpasan air hujan DPS

Kontrol pengembangan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan


penggunaan lahan.

Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir

Sistem peringatan dan ramalan banjir

Rencana asuransi nasional atau perorangan

Rencana gerakan siap siaga dalam keadaan darurat banjir

Pengoperasian cara kerja pengendalian banjir

Partisipasi masyarakat

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

atau tahan air

18

Untuk mendukung kedua metode di atas perlu dilakukan juga penghijauan.


Dengan melakukan penanaman pohon-pohon di kawasan tangkapan hujan, dapat
meningkatkan daya resap tanah terhadap air hujan. Semakin banyak pohon yang
ditanam maka semakin banyak pula jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah
sehingga tidak langsung mengalir menjadi surface runoff.
Cara penanganan pengendalian banjir secara umum
Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling

optimal.

Kegiatan

pengendalian

banjir

menurut

lokasi/daerah

pengendaliannya dapat dikelompokkan menjadi dua (2) :


1.

Bagian atas : yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan
penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

2.

Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul,
sudetan pada alur yang kritis; pembuatan alur pengendali banjir atau flood
way; pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

19

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan


menjadi dua yaitu :
1.

2.

Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur)

pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur)

Semua kegiatan tersebut di atas adalah dilakukan dengan tujuan untuk


mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di
bagian hilir dan menurunkan serta memperlambat debit banjir di hulu, sehingga
tidak mengganggu daerah-daerah peruntukan di sepanjang sungai.
2.4 Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah
hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu
wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan
ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan
merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat
berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif
dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

20

BAB III
KESIMPULAN

Permasalahan banjir di wilayah perkotaan banyak disebabkan oleh kapasitas


saluran yang tidak mampu menempung air permukaan, terutama pada saat musim
hujan. Berdasarkan hasil makalah, dapat dikethui bahwa dari 13 faktor penyebab
banjir, delapan diantaranya merupakan kesalahan manusia.
Perumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan sumber daya yang
kurang efektif menyebabkan banjir menjadi semakin sering, mendadak dan parah
dampaknya.
Langkah-langkah yang dilkukan untuk mengendalikan banjir ada dua metode
yaitu secara struktural dan non struktural.

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

21

DAFTAR PUSTAKA

A,Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada


University Press. Yogyakarta.
S,Suyono. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta
L,Ray.K dan F,Joseph.B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta
Syahriartato. 2009. Penanganan Banjir dan Kekeringan. Artikel Penangan
Banjir dan Kekeringan , (Online), (http://syahriartato.wordpress.com, diakses 09
Oktober 2014).

Pengelolaan Banjir dan Kekeringan Kelompok 9

22

Anda mungkin juga menyukai