Kelas VIII A
2.
serikat
(negara
bagian)
RI
bergabung
dalam
negara
e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintah RIS menggunakan sistem Parlementer sehingga Kepala
Pemerintahannya adalah Perdana Mentri. Dan saat itu Muh. Hatta terpilih
menjadi Perdana Mentri dan memimpin pemerintahan serta menjadi pemimpin
di setiap perundingan dan menjadi wakil Indonesia.
f. Kabinet yang digunakan:
Kabinet RIS adalah Zaken Kabinet, yaitu kabinet yang anggota
anggotanya di pilih dengan mengutamakan keahliannya dan bukan bedasarkan
kekuatan partai partai politiik yang ada.
3.
4.
Persatuan Indonesia.
5.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
rakyat
Indonesia
Keadilan
sosial
bagi
seluruh
Pada batang tubuh UUD 1945 ada beberapa hal yang dipertegas untuk
mengatur tentang sistem pemerintahan negara, yaitu:
a) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Pasal 1).
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang
b) Sistem
kostitusional,
yaitu
pemerintah
berdasar
atas
Pada 18 Agustus 1945, untuk pertama kalinya, presiden dan wakil presiden dipilih
oleh PPKI. Dalam masa peralihan ini kekuasaan presiden sangat besar , sehingga tugas
berat juga dibebankan kepada presiden untuk mengatur dan menyelenggarakan segala
hal yang ditetapkan UUD 1945 , oleh karena itu pemusatan kekuasaan terjadi di tangan
presiden.
presiden
menggantikan
berhenti,
atau
presiden
tidak
jika
dapat
presiden
melakukan
Ada dua macam bentuk negara, yakni kesatuan dan serikat (federasi). Menurut
Undang-Undang Dasar 1945 bentuk negara Indonesia ialah kesatuan. Ketentuan ini
dapat kita temukan dalam Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa, "Negara Indonesia
ialah negara kesatuan yang berbentuk republik".
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang
Sebagai sebuah negara kesatuan, kedaulatan negara Indonesia tidak dibagi -bagi
sehingga tidak ada negara dalam negara. Kekuasaan negara dikendalikan oleh
pemerintah pusat. Meskipun demikian, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk
menyerahkan sebagian urusannya kepada pemerintah daerah. Sistem inilah yang lazim
disebut desentralisasi.
Sebagai negara kesatuan, Indonesia mengembangkan sistem desentralisasi.
Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 18 yang menyatakan bahwa, "Pembagian daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam
daerah::daerah yang bersifat istimewa".
Adapun sifat dan kedudukan daerah-daerah di wilayah negara Indonesia
dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 18. Dalam bagian ini ditegaskan bahwa oleh karena
negara Indonesia merupakan negara kesatuan, Indonesia tidak akan mempunyai daerah,
di dalam lingkungannya yang bersifat stoat (negara). Daerah Indonesia akan dibagi
dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil. Pembagian atas daerah-daerah otonom atau administratif dilakukan dengan
undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan
permusyawaratan rakyat. karena di daerah pun pemerintahan akan bersendikan
permusyawaratan.
Berkenaan dengan bentuk pemerintahan, Undang-Undang Dasar 1945
menetapkan bahwa pemerintahan negara Indonesia berbentuk republik. Hal ini dapat
diamati dari bunyi ketentuan Pasal 1 Ayat 1. Salah satu bukti bahwa negara Indonesia
memiliki pemerintahan yang berbentuk republik. dapat dilihat dari cara pengisian
jabatan kepala negaranya yang dilakukan melalui pemilihan dan pengangkatannya oIeh
MPR. Cara seperti irii berbeda dengan cara-cara yang dipraktikkan dalaIn negaranegara kerajaan (monarki) yang umumnya menggunakan pewarisan atau keturunan.
Adapun menyangkut pembagian kekuasaan Undang-Undang Dasar 1945
menetapkan beberapa. hal sebagai berikut:
(1) Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh presiden dibantu oleh seorang wakil presiden
dan para menteri. Dalam menjalankan tuigasnya. Presiden diawasi Dewan
Perwakilan Rakyat. Meskipun demikian Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
10
yang menyatakan, Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi".
Sesuai dengan bentuk serikat, wilayah RIS dibagi ke dalam tujuh negara bagian
dan sembilan satuan kenegaraan. Ketujuh negara bagian tersebut adalah:
1) Negara Republik Indonesia.
2) Negara Indonesia Timur,
3) Negara Pasundan. termasuk Distrik Federal Jakarta.
4) Negara Jawa Timur,
5) Negara Madura.
6) Negara Sumatra Timur. dan
7) Negara Sumatra Selatan.
Negara dan daerah bagian ini memiliki kemerdekaan untuk menentukan nasib
sendiri yang bersatu dalam ikatan federasi RIS. Selain negara bagian dan satuan
kenegaraan tadi, RIS mencakup pula daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan
daerah-daerah bagian.
Menurut ketentuan dalam Bab Ill, alat-alat perlengkapan federal RIS adalah:
1) Presiden,
2) Menteri-menteri.
3) Senat.
4) Dewan Perwakilan Rakyat,
5) Mahkamah Agung dan
6) Dewan Pengawas Keuangan
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang
11
12
13
bertanggung
jawab
atas
keseIuruhan
kebijaksanaan
14
Sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang Undang-Undang Dasar 1945 terus berlaku.
Pada kurun waktu 1959-1998 tidak diperkenankan diubah sedikit pun, namun setelah
masa reformasi (tahun 1998) telah diadkan perubahan dalam beberapa isi pasal UUD
1945. Perubahan pada masa reformasi ini dikenal dengan nama Amandemen UUD
1945.
15
UUD 1945
Periode reformasi s/d sekarang
Perubahan UUD 1945 baru terjadi pada era reformasi. Era reformasi muncul
setelah terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia pada 1997-1998. Di tengah
situasi dan kondisi itu, muncul gelombang unjk rasa mahasiswa dan masyarakat, baik di
Jakarta maupun di daerah-daerah. Tuntutan mahasiswa dan masyarakat, yang semula di
bidang ekonomi akhirnya berkembang ke bidang politik, yakni tuntutan pemberhentian
Presiden Soeharto. Desakan para mahasiswa serta masyarakat yang menghendaki
adanya reformasi, akhirnya menyebabkan Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya,
yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie pada 21 Mei 1998, pada
Sidang Umum MPR 1998 disahkan Perubahan Pertama UUD 1945, kemudian
Perubahan Kedua pada Sidang Tahunan PR 2000. Perubahan Ketiga UUD 1945 terjadi
pada Sidang tahunan MPR 2001 dan Perubahan Keempat UUD 1945 Sidang tahunan
MPR tahun 2002.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan dalam empat tahap itu untuk
menyesuaikan UUD 1945 dengan tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa
agar tujuan berdirinya negara kita dapat lebih mudah dan cepat diwujudkan.
16
PENYIMPANGAN KONSTITUSI
YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
1) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949
Undang-Undang Dasar 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu, yaitu
yang pertama sejak ditetapkannya oleh Panitia, Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2
Tanggal 10 Oktober 1945 diberlakukan surut mulai tanggal 17 Agustus 1945, sampai
dengan mulai berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuan kedaulatan pada tanggal
27 Desember 1949. Yang kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 hingga sekarang, dan ini terbagi pula atas masa Qrde Lama
,Orde Baru, dan Orde Reformasi
Dalam kedua kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 itu kita telah
mencatat pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan UndangUndartg Dasar 1945 itu.
Dalam kurun waktu 1945 - 1949, jelas Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat
dilaksanakan dengan baik; karena. kita memang sedang dalam masa pancaroba, dalam
usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja kita proklamasikan,
sedangkan pihak kolonial Belanda justru ingin menjajah kembali, bekas jajahannya
yang telah merdeka. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk
memenangkan Perang Kemerdekaan.
Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditentukan dalam UndangUndang
Dasar 1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam kurun waktu ini sempat diangkat
Anggota DPA sementara, sedangkan MPR dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu
masih terus diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan pasal IV yang menyatak:an
bahwa: "Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk inenurut Undang-Undang Dasar ini, segala
kekuasaarinya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Kornite Nasional" .
17
Ada dua penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu
1945 - 1949 itu, yakni:
a) Berubahnya fungsi Kornite Nasional Pusat dari pembantu Presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari pada
haluan negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober,
1945.
b) Perubahan sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer. Berdasarkan
usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11
Nopember 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden dan diumumkan dengan
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, sistem Kabinet Presidensil
berdasarkan UUD 1945 diganti dengan sistem Kabinet Parlementer.
Sementara itu, pada tan'ggal 3 Nopember 1945 atas usul BP-KNIP, Pemerintah
mengeluarkan suatu Maklumat, yang ditandatangani oleh Wakil Presiden, tentang
pembentukan partai-partai politik. Tujuan Pemerintah ialah agar dengan adanya partaipartai itu dapat dipimpin segala aliran paham yang ada di masyarakat ke jalan yang
teratur.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan 'pemerintahan (eksekutif) dipegang
oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan Kabinet dengan para Menteri sebagai anggota
Kabinet. Secara bersarna-sama. atau sendiri-sendiri Perdana Menteri dan/atau para
Menteri bertanggungjawab kepada KNIP, yang berfungsi sebagai DPR, tidak
bertanggungjawab kepada Presiden seperti yang dikehendaki Undang-Undang Dasar
1945. Dengan penyimpangan sistem inijelas l"engaruh negatifnya terhadap stabilitas
politik dan sta~ilitas pemerintahan.
Perlu diketahui, bahwa dalam masa revolusi fisik tahun 1945 - 1949 itu sistem
pemerintahan kita sering berubah dari sistem presidensial menjadi sistem parlementer
dan sebaliknya. Namun perlu diingat, bahwa setiap kali negara dalam keadaan genting
kita senantiasa kembali kepada sistem presidensial.
Berkat kebulatan tekad seluruh rakyat waktu itu untuk terus berjuang
menegakkan kemerdekaan, maka dengan naungan Undang-Undang Dasar 1945 -meskipun telah terjadi penyimpangan -- akhimya bangsa Indonesia dapat memenangkan
Perang Kemerdekaan.
18
19
Sejarah menunjukkan bahwa pada bulan April 1950 tinggal negara bagian
Indonesia Timur dan Sumatera Timur sajalah yang belum bergabung dengan negara. RI
Yogyakarta. Akhimya tercapailah kata sepakat antara negara RI Yogyakarta dan negara
RIS, yang sekaligus mewakili negara Bagian Indonesia Timur dan Sumatera Timur
untuk dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama mendirikan satu negara
.kesatuan.
Persetujuan tersebut secara resmi dimuat dalam suatu Piagam Persetujuan tang
gal 19 Mei 1950. Proses selanjutnya adalah membuat rancangan perubahan konstitusi
RIS menjadi UUDS. Republik Indonesia oleh pihak RIS dan Negara Republik
Indonesia (Yogyakarta). Pada tanggal 15 Agustus 1950 di depan rapat. gabungan senat
dan DPR-RIS, Presiden menyatakan bahwa rancangan perubahan tersebut telah
disetujui oleh pihak RIS dan negara RI Yogyakarta dan karena itu naskah UUD
(Sementara) itu telah ditandatangani olehnya bersama Perdana Menteri dan Menteri
Kehakiman RIS serta kemudian diumumkan oleh Menteri Kehakiman dan berlaku
mulai tailggal 17 Agustus 1950.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi Negara
Kesatuan RI, tetapi dengan landasan Undang-Undang Dasar yang lain dari UndangUndang Dasar 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menetapkan UndangUndang Dasar Sementara yang diberi nama Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia (1950). Ini merupakan Konstitusi kita yang ketiga.
Penyimpangan konstitusi pada masa ini adalah:
(1) perubahan sistem kabinet presidential menjadi sistem kabinet parlementer. Menurut
Undang-Undang Dasar baru ini sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer bukan sistem kabinet presidensial. Menurut sistem
pemerintahan parlementer itu Presiden dan Wakil Presiden adalah sekedar Presiden
konstitusional dan "tidak dapat diganggu gugat". Yang bertanggung jawab adalah
para Menteri kepada
Parlemen (DPR). .
20
21
22
Dalam
keadaan
yang
menurut
pandangan
Kepala
Negara
(presiden)
23
Dekrit itu dibacakan-secara lisan oleh Presiden di Istana Merdeka pada tanggal 5
Juli 1959, hari Minggu pukul 17 .00 waktu Jawa. Dekrit itu kemudian diumumkan
dengan Keputusan Presiden No.150 tahun 1959 yang dimuat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia No.75 tahun 1959. Pada Lembaran Negara itu dilampirkan satu
naskah Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun esensinya sama, namun lampiran pada Lembaran Negara No.75 tahun
1959 itu tidak seluruhnya sama bunyinya dengan naskah Undang- Undang Dasar 1945
yang ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang dimual dalam aerita
Republik Indonesia Tahun II No.7 tanggal 15 Pebruari 1946. Karena salah satu diktum
Dekrit jelas menyatakan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia" maka yang dimaksud adalah
naskah Undang-Undang Dasar yang ditetapkan oleh PPKI dan dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7. Adapun naskah sebagai lampiran Keeputusan
Presiden No.150 tahun 1959 yang dimuat dalam lembaran Negara No. 75 tahun 1959
itu pada hakikatnya berfungsi sebagai kelengkapan dalam mengumumkan secara
tertulis Dekrit Presiden itu.
Sejak 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Sejak itu telah cukup banyak
pengalaman yang kita peroleh dalam melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945.
Apabila diadakan perbandingan mengenai pelaksanaan Undang- Undang Dasar 1945
untuk kurun waktu antara 1959 - 1965 (Orde Lama) dan kurun waktu 1966 (Orde Baru)
dan hingga kini (Orde reformasi), maka jelas terlihat serta dirasakan kemajuan yang
telah dicapai dalam pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Dalam Orde Lama, lembaga-Iembaga negara seperti MPR, DPR, DPA, dan
BPK belum dibentuk berdasarkan undang-undang seperti yang ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar 1945; lembaga-Lembaga negara tersebut masih dalam bentuk
sementara. Belum lagi jika kita mengupas tentang berfungsinya lembaga-lembaga
negara tersebut telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 .
Beberapa
penyimpangan
konstitusi
sejak
tahun
1959
(orde
lama)
24
(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuan DPR) dalam bentuk
penetapan Presiden, tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) MPRS, dengan Ketetapan No.I/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan
pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang beIjudul "Penemuan Kembali
Revolusi Kita" yang lebih dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol) sebagai GBHN bersifat tetap, yang jelas bertentangan dengan ketentuan
UUD 1945.
(3) MPRS telah mengambil putusan untuk mengangkat Ir. Soekamo sebagai Presiden
seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945,
yang menetapkan masa jabatan Presiden,lima tahun.
(4) Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-undang APBN untuk mendapatkan persetujuan
DPR sebelum berlakunya .tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam tahun 1960,
karena.DPR tidak dapat menyetujui Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara
yang diajukanoleh Pemerintah, maka Presiden waktu itu membubarkan DPR basil
Pemilihan Umum 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong, disingkat DPR-GR.
(5) Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara sedangkan
Presiden sendiri menjadi ketua DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945.
25
26
Baru, muncul tuntutan perubahan UUD 1945 pada era reformasi. Untuk memahami
bagaimana Perubahan UUD 1945 itu terjadi, kalian akan diajak untuk memahami mulai
dari dasar pemikiran, tujuan, dasar yuridis, kesepakatan dasar, awal perubahan, tingkattingkat pembicaraan, jenisjenis perubahan, dan hasil perubahan.
Perlunya perubahan UUD 1945 semata-mata karena kelemahan yang
dimiliki oleh UUD 1945. Kelemahan-kelemahan tersebut di antaranya sebagai berikut.
27
28
2.
halnya dengan perubahan UUD 1945 yang mempunyai beberapa tujuan, di antaranya
adalah sebagai berikut.
(1) menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan
nasional dan memperkukuh Negara Kesatatuan Republik Indonesia;
(2) menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi;
(3) menyempurnakan aturan dasar mengenai supremasi hukum, jaminan hak-hak
konstitusional rakyat dan perlindungan hak asasi manusia sesuai dengan paham
demokrasi dan rumusan negara hukum yang tercantum dalam UUD 1945;
(4) menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern. antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling
mengawasi dan saling mengimba yang lebih kuat dan transparan, dan pembentukan
lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman;
(5) menyempurnakan aturan dasar mengenai tugas, tanggungjawab, dan kewajiban
negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan selul tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia;
(6) melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggara negara bagi
eksistensi (keberadaan) negara dan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara
dan pemilihan umum;
(7) menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan bangsa.
3.
Pasal37 UUD 1945. Masih ingatkah kalian ketentuan apa yang diatur oleh pasal
tersebut? Pasal 37 UUD 1945 mengatur prosedur :perubahan UUD 1945. Namun
bagaimana dengan Ketetapan MPR Nomor IV /MPR/1983 tentang Referendum?
Ketetapan MPR tersebut isinya mengatur tata cara perubahan UUD 1945 yang harus
29
meminta terlebih :dahulu pendapat rakyat melalui referendum. Jika mayoritas rakyat
menghendaki perubahan tersebut, barulah MPR melakukan perubahan tersebut.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum tidak sesuai
dengan cara perubahan seperti diatur pada Pasal 37 UUD 1945. Maka sebelum
melakukan perubahan UUD 1945, MPR dalam Sidang lstimewa MPR tahun 1998
mencabut Ketetapan MPR tentang referendum tersebut.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa dasar yuridis formal perubahan
UUD 1945 adalah Pasal 37 UUD 1945. Naskah yang menjadi objek perubahan adalah
UUD 1945 yang ditetapkan melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya
dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959.
4.
kesepakatan dasar dalam perubahan tersebut. Jika tidak ada kesepakatan dasar yang
disepakati sebelumnya, perubahan tidak memiliki ketentuan yang jelas. Perubahan
UUD 1945 muncul dari adanya tuntutan reformasi yang salah satu diantaranya
menginginkan adanya perubahan UUD.
Kesepakatan dasar itu disusun oleh Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja I yakni
sebagai berikut:
(1) sepakat untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945;
(2) sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(3) sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil (dalam pengertian sekaligus
menyempurnakan agar betul-betul mememiliki ciri-ciri umum sistem presidensiil);
(4) sepakat untuk tidak menggunakan lagi Penjelasan UUD 1945 sehingga hal-hal
normatif yang ada di dalam penjelasan dipindahkan ke dalam pasal-pasal; dan
(5) sepakat untuk menempuh cara adendum dalam melaku amendemen terhadap UUD
1945
30
5.
berikut:
1.
Perubahan Pertama UUD 1945 hasil Sidang Umum MPR (ditetapkan pada tanggal
19 Oktober 1999).
Meliputi Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), 14, Pasal15, Pasal 17
ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 2~ 1945. 8erdasarkan ketentuan pasal-pasal
yang diubah, Perubahan Pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden
dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga
legislatif.
2.
Perubahan Kedua UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 2000). Meliputi Pasal18, Pasal18A, Pasal 188, Pasal 19, Pasal
20 a) Pasal 20A, Pasal22A, Pasa1228, 8ab IXA, Pasal 28A, Pasal 28B, pasal 28C,
Pasal28C, Pasal28D, Pasal28E, Pasal28F, Pasal28G, asal 28H, Pasal 281, Pasal
28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C UUD 1945.
Perubahan kedua ini meliputi masalah wilayah negara dan pembagian
pemerintahan daerah, menyempurnakan perubahan pertama dalam hal memperkuat
kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang HAM.
3.
Perubahan Ketiga UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2001 (ditetapkan
pad a tanggal 9 November 2001).
Mengubah dan/atau menambah ketentuan-ketentuan Pasal1 ayat (2) dan (3), Pasal3
ayat (1), (3), dan (4), Pasal6 ayat (1) dan (2), Pasal6A ayat (1), (2), (3), dan (5),
Pasal 7 A, Pasal 7B ay at (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7), Pasal 7C, Pasal 8 ay at
(1) dan (2), Pasal 11 ayat (2) dan (3), Pasal 17 ay at (4), Bab VIIA, Pasal 22C ayat
(1), (2), (3), dan (4), Pasal22D ayat (1), (2), (3), dan (4), Bab VIIB, Pasal22E ayat
(1), (2), (3), (4), (5), dan (6), Pasal 23 ay at (1), (2), dan (3), Pasal 23A, Pasal 23C,
Bab VillA, Pasal23E ayat (1), (2), dan (3), Pasal23F ayat (1), dan (2), Pasal 23G
ayat (1) dan (2), Pasal 24 ayat (1) dan (2), Pasal 24A ayat (1), (2), (3), (4), dan (5),
Pasal24 B ay at (1), (2), (3), dan (4), Pasal 24C ay at (1), (2), (3), (4), (5), dan (6)
UUD 1945. Materi Perubahan Ketiga UUD 1945 meliputi ketentuan tentang asasasas landasan bernegara, kelembagaan negara, dan hubungan antarlembaga negara,
dan ketentuan tentang Pemilihan Umum.
31
4.
Perubahan Keempat UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2002 (ditetapkan
pada tanggal 10 Agustus 2002).
Perubahan dan/atau penambahan dalam Perubahan Keempat ini meliputi Pasal 2
ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3); Pasal11 ayat (1); Pasal16, Pasal23B;
Pasal23D; Pasal24 ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal
32 ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab IV, Pasal 33 ayat (4) dan (5); Pasal 34 ayat (1),
(2), (3), dan (4); Pasal 37 ay at (1), (2), (3), (4), dan (5); Aturan Peralihan Pasal I,
11, dan Ill; Aturan Tambahan Pasall dan 11 UUD 1945. Materi perubahan pada
Perubahan Keempat adalah ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan
antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), ketentuan
tentang pendidikan dan kebudayaan, ketentuan tentang perekonomian dan
kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.
32
Perubahan
Perubahan
Pertarra
Perubahan
Kedua
Perubahan
Ketiga
PasaI
PasaI5 ayat (1)
PasaI7
PasaI9
PasaI13 ayat (2)
PasaI14
PasaI15
PasaI 17 ayat (2)
PasaI 17 ayat (3)
PasaI20
PasaI22
PasaI18
PasaI18A
PasaI18B
PasaI19
PasaI20 ayat (5)
PasaI20A
PasaI22A
PasaI22B
PasaJ 28A
PasaI28B
PasaJ 28C
PasaI1 ayat (2)
dan(3)
PasaI3
PasaI6 ayat (1)
dan(2)
PasaI6A
PasaJ 7A
PasaI7B
PasaJ 7C
PasaI 8 ayat (1)
dan(2)
PasaI11 ayat (2)
dan(3)
PasaI17 ayat (4)
Pasal28D
PasaI28E
PasaI28F
PasaI28G
PasaI28H
Pasal281
PasaI28J
PasaI30
PasaI36
PasaI36B
PasaI36C
PasaI22C
PasaI22D
PasaI22E
PasaI23
PasaI23
PasaI23C
PasaI23E
PasaI23F
PasaI23G
Pasal24ayat (1),
dan(2)
PasaI24A
PasaI24B
PasaI24C
lsi
membatasi
Presiden
memperkuat
kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sebagai lembaga
legislatif.
wilayah
Negara
dan
pembagian pemerintahan
daerah
menyempurnakan
ketentuan-ketentuan yang
Perubahan
Keempat
kekuasaan
ketentuan tentang
kelembagaan negara
dan hubungan antar
lembaga negara
perghapusan Dewan
Pertimbargan Agung
(DPA)
ketentuan tentang
perdidikan
dan
kebudayaan
ketentuan tentang
perekoronian
dan
kesejahteraan sosial
Aturan Peralihan dan
Aturan Tambahan.
33
Sumber:
1. Sucipta, Made. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas X SMA/SMK.
Singaraja: CV. Bintang Prestasi.
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (id.wikipedia.org)
3. Tata Kenegaraan Indonesia Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 dan
Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (khairul-anas.blogspot.com)
34