Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DASAR


Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ABDURROZAQ MANAYU
2. ASTRI PUSPA INDAH
3. DAVA.SANDIKA.PUTRA
4. MUHAMMAD.AKBAR
5. NURSELINA SARI SIREGAR
6. HIKMAH
7. SEPTI NABILA

Kelas VIII A

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9


PANGKALPINANG

TATA KENEGARAAN INDONESIA


1.

Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949


a. Bentuk Negara:
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) jadi bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, seperti jang di jelaskan dalam
Pasal 1 ayat (1) UUD
b. UUD yang dijalankan:
UUD yang di gunakan adalah UUD45 yang di rancang pada sidang
BPUPKI dan di sahkan pada sidang PPKI I. UUD45terdiri atas tiga bagian
yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan.Perlu dikemukakan bahwa
Batang Tubuh terdiri atas 16 bab yangterbagi menjadi 37 pasal, serta 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayatAturan Tambahan.
c. Sistem Pemerintahan:
Sistem pemerintahan yang digunakan adalah Presidensial. Dalam masa
peralihan ini kekuasaan presiden sangat besar karena seluruh kekuasaan MPR,
DPR, dan DPA, sebelum lembaga itu terbentuk. Dijalankan oleh presiden
dengan bantuan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang di bentuk pada
sidang PPKI II dan di lantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian
Pasar Baru. Namun tugas berat juga dibebankan kepada presiden untuk
mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan UUD 1945.
d. Kepala Negara:
Persiden Ir.Soekarno dan wakil presiden Muh. Hatta yang dipilih dan
diangkat menjadi presiden dan wakil presiden.
e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintahan dipimpin oleh Persiden Ir. Soekarno sesuai dengan UUD45.
f. Kabinet yang digunakan:
Kabinet di Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 berubah ubah.
Kabinet RI yang pertama terdiri dari 12 menteri memimpin departemen dan 4
menteri negara. Namun kabinet ini dipimpin oleh Presiden Soekarno, para
mentri bertanggung jawab kepada Presiden sehingga indonesia menganut
Presidensiil.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk beberapa partai politik di


Indonesia. Ada banyaknya partai politik maka dikeluarkan maklumat Pemerintah
14 November 1945 kabinet berubah menjadi kabinet parlementer dengan Sultan
Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia. Perubahan kabinet ini dimaksud
agar bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara negara barat yang
menganut paham demokrassi dan kabinet parlementer.

2.

Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950


a. Bentuk Negara:
Negara

serikat

(negara

bagian)

RI

bergabung

dalam

negara

federasi Republik Indonesia Serikat dengan kedudukan sebagai negara bagian.


Menurut hasil KMB (Konvernsi Meja Bundar) Belanda menyerahkan
kedaulatan atas Indonesia kepada RIS secara resmi dan 28 Desember 1949 pusat
pemerintahan RIS dipindah lagi ke Jakarta. RIS terdiri dari 16 negara bagian.
b. UUD yang dijalankan:
Dengan diubahnya pemerintahan Indonesia NKRI menjadi RIS, Oleh karena
itu,disusunlah naskah UUD Republik Indonesia Serikat. Rancangan UUD
tersebut dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada Konferens iMeja
Bundar. Setelah kedua belah pihak menyetujui rancangan tersebut, maka mulai
27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama Konstitusi
Republik Indonesia Serikat. Konstitusi tersebut terdiri atas Mukadimah yang
berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan197 pasal, serta sebuah
lampiran.
c. Sistem Pemerintahan:
Parlementer dengan dipilihnya Muh. Hatta sebagai Perdana Mentri yang
akan memimpin Kabinet RIS. Hal itu sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat 1
dan 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa Presiden tidak dapat
diganggu-gugat. Artinya, Presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
atas tugas-tugas pemerintahan.
d. Kepala Negara:
Pemerintahan RIS mengunakan sistem Parlementer sehingga Presiden
berkedudukan sebagai kepala negara. Sehingga Presiden Ir. Soekarno menjadi
kepala negara RIS. Sesuai keputusa sidang pertam konferensi antar Indonesia di
Yogjakarta 19-22 Juli 1949.
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

e. Kepala Pemerintahan:
Pemerintah RIS menggunakan sistem Parlementer sehingga Kepala
Pemerintahannya adalah Perdana Mentri. Dan saat itu Muh. Hatta terpilih
menjadi Perdana Mentri dan memimpin pemerintahan serta menjadi pemimpin
di setiap perundingan dan menjadi wakil Indonesia.
f. Kabinet yang digunakan:
Kabinet RIS adalah Zaken Kabinet, yaitu kabinet yang anggota
anggotanya di pilih dengan mengutamakan keahliannya dan bukan bedasarkan
kekuatan partai partai politiik yang ada.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

SEJARAH TERBENTUK UUD 1945


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD
1945. Pada sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama
Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia
Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi
naskah Pembukaan UUD 1945.
Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah
Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus
1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Di Sumatera ada BPUPKI untuk
Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa
KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial ("Semi-Parlementer") yang
pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar
dianggap lebih demokratis.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA


Undang-Undang Dasar 1945 sebagai salah satu bagian dari hukum dasar
memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan yang dijadikan dasar bagi aturan-aturan
ketatanegaraan lainnya. Beberapa aturan pokok itu mengatur bentuk negara, bentuk
pemerintahan, pembagian kekuasaan, dan sistem pemerintahan.
Semenjak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang, di
Indonesia telah berlaku tiga macam konstitusi atau UUD dalam empat periode:
1) Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 berlaku UUD
Proklamasi yang kemudian dikenal dengan UUD 1945
2) Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 berlaku UndangUndang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS)
3) Periode 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959 berlaku Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS 1950)
4) Periode 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang berlaku UUD 1945

UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN


(18 Agustus 1945- 27 Desember 1949)
Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea , yaitu:
a. Negara Indonesia adalah suatu negara yang berdasarkan paham negara
persatuan.
b. Dasar negara adalah Pancasila, yaitu :
2.

Ketuhanan Yang Maha Esa.

3.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

4.

Persatuan Indonesia.

5.

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

rakyat

Indonesia

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.


6.

Keadilan

sosial

bagi

seluruh

Pada batang tubuh UUD 1945 ada beberapa hal yang dipertegas untuk
mengatur tentang sistem pemerintahan negara, yaitu:
a) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Pasal 1).
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

b) Sistem

kostitusional,

yaitu

pemerintah

berdasar

atas

konstitusi (hukum dasar), jadi tidak bersifat kekuasaan yang


tidak terbatas. (Pasal 1)
c) Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara menurut UndangUndang Dasar (Pasal 4).
d) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden(Pasal 17).
e) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas, kepala negara harus
tunduk pada Konsitusi (Pasal
f) DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden (Pasal 7).
Selain itu , batang tubuh UUD 1945 juga berisi IV Aturan Peralihan dan II Aturan
Tambahan. Dan yang terakhir , Sistematika UUD 1945 adalah Penjelasan.

Pada 18 Agustus 1945, untuk pertama kalinya, presiden dan wakil presiden dipilih
oleh PPKI. Dalam masa peralihan ini kekuasaan presiden sangat besar , sehingga tugas
berat juga dibebankan kepada presiden untuk mengatur dan menyelenggarakan segala
hal yang ditetapkan UUD 1945 , oleh karena itu pemusatan kekuasaan terjadi di tangan
presiden.

Seperti yang tertuang pada UUD 1945:


1) Presiden memegang kekuasaan pemerintahan
2) Presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden
3) Wakil
mangkat,

presiden

menggantikan

berhenti,

atau

presiden
tidak

jika
dapat

presiden
melakukan

kewajibannya dalam masa jabatannya.


4) Presiden menetapkan peraturan pemerintah
5) Presiden dibantu oleh menteri
6) Presiden dapat meminta pertimbangan kepada DPA
7) Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Tentara Nasional Indonesia

Ada dua macam bentuk negara, yakni kesatuan dan serikat (federasi). Menurut
Undang-Undang Dasar 1945 bentuk negara Indonesia ialah kesatuan. Ketentuan ini
dapat kita temukan dalam Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa, "Negara Indonesia
ialah negara kesatuan yang berbentuk republik".
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

Sebagai sebuah negara kesatuan, kedaulatan negara Indonesia tidak dibagi -bagi
sehingga tidak ada negara dalam negara. Kekuasaan negara dikendalikan oleh
pemerintah pusat. Meskipun demikian, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk
menyerahkan sebagian urusannya kepada pemerintah daerah. Sistem inilah yang lazim
disebut desentralisasi.
Sebagai negara kesatuan, Indonesia mengembangkan sistem desentralisasi.
Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 18 yang menyatakan bahwa, "Pembagian daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam
daerah::daerah yang bersifat istimewa".
Adapun sifat dan kedudukan daerah-daerah di wilayah negara Indonesia
dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 18. Dalam bagian ini ditegaskan bahwa oleh karena
negara Indonesia merupakan negara kesatuan, Indonesia tidak akan mempunyai daerah,
di dalam lingkungannya yang bersifat stoat (negara). Daerah Indonesia akan dibagi
dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil. Pembagian atas daerah-daerah otonom atau administratif dilakukan dengan
undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan
permusyawaratan rakyat. karena di daerah pun pemerintahan akan bersendikan
permusyawaratan.
Berkenaan dengan bentuk pemerintahan, Undang-Undang Dasar 1945
menetapkan bahwa pemerintahan negara Indonesia berbentuk republik. Hal ini dapat
diamati dari bunyi ketentuan Pasal 1 Ayat 1. Salah satu bukti bahwa negara Indonesia
memiliki pemerintahan yang berbentuk republik. dapat dilihat dari cara pengisian
jabatan kepala negaranya yang dilakukan melalui pemilihan dan pengangkatannya oIeh
MPR. Cara seperti irii berbeda dengan cara-cara yang dipraktikkan dalaIn negaranegara kerajaan (monarki) yang umumnya menggunakan pewarisan atau keturunan.
Adapun menyangkut pembagian kekuasaan Undang-Undang Dasar 1945
menetapkan beberapa. hal sebagai berikut:
(1) Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh presiden dibantu oleh seorang wakil presiden
dan para menteri. Dalam menjalankan tuigasnya. Presiden diawasi Dewan
Perwakilan Rakyat. Meskipun demikian Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

(2) Kekuasaan legislatif dijalankan oleh Presiden bersama-sama dengan Dewan


Perwakilan Rakyat. Kerja sama antara Presiden dan DPR tampak dalam hal
pembuatan undang-undang.
(3) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung.
Kedudukan badan ini merdeka dari campur tangan kekuasaan pemerintah. namun
tidak berdiri di atas pemerintah. Selain menjalankan kekuasaan kehakiman.
Mahkamah Agung berwenang untuk memberikan nasihat hukum kepada Presiden
selaku kepala negara dalam hal pemberian dan penolakan grasi.

Sistem pemerintahan yang dianut Undang-Undang Dasar 1945 ialah kabinet


presidensial. Menurut sistem ini, presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara
yang tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya.
presiden dibantu oleh para menteri negara yang diangkat diberhentikan. dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Namun, dalam penyelenggaraan ketatanegaraan. Ketentuan-ketentuan di atas
belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Masa-masa setelah Proklamasi
Kemerdekaan dapat diangaap sebagai masa peralihan dengan corak pemerintahan
tersendiri. Pada masa ini kekuasaan presiden sangat luas. Menurut Pasal IV Aturan
Peralihan, selain menjalankan kekuasaan eksekutif, presiden menjalankan kekuasaan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Di samping presiden,
hanya ada wakil presiden dan Komite Nasional Indonesia Pusat yang berkedudukan
sebagai pembantu presiden. Presiden dapat menjalankan kekuasaan dengan seluasluasnya tanpa dimbangi dan diawasi oleh lembaga negara lainnya.
Dilatarbelakangi oleh keadaan seperti yang digambarkan di atas, keluarlah
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. Maklumat ini mengandung
keputusan bahwa sebelum MPR dan DPR terbentuk, Komite Nasional Indonesia Pusat
diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Jika mengingat gentingnya keadaan, pekerjaan sehari-hari Komite Nasional Indonesia
Pusat dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih di antara mereka dan
bertanggung jawaab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tanggal 11 November 1945. Badan


Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengusulkan mengenai perlunya
pertanggungjawaban menteri kepada Badan Perwakilan Rakyat. Usul ini kemudian
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

dijelaskan dalam pengumuman Badan Pekerja Nomor 5 Tahun 1945. Di dalam


pengumuman ini dijelaskan dua pertimbangan perlunya pertanggungjawaban menteri
kepada Badan Perwakilan Rakyat, yaitu sebagai berikut:
(1) Bahwa di dalam Undang-Undang Dasar tidak terdapat pasal, baik yang
mewajibkan maupun yang melarang para menteri bertanggung jawab.
(2) Pada pihak lain pertanggungjawaban kepada Badan Perwakilan Rakyat ialah suatu
jalan untuk memberlakukan kedaulatan rakyat.

Persetujuan Presiden terhadap usul Badan Pekerja diberikan dan diumumkan


dengan Maklumat Pemerintah 14 November 1945. Sejak hari itu, para menteri menjadi
anggota kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri yang bertanggung jawab
kepada Badan Perwakilan Rakyat. Sebagai akibatnya, kabinet presidensial di bawah
pimpinan Presiden Soekarno segera meletakkan jabatan dan digantikan kabinet
parlementer yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Kenyataan di atas merupakan penyimpangan dari ketentuan Undang-Undang
Dasar 1945, khususnya Pasal 17, Ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa (1) Presiden
dibantu oleh menteri-menteri negara dan (2) menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.

KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (RIS)


Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) mulai berlaku pada tangal 27


Desember 1949 bersamaan dengan penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda. Konstitusi RIS dihasilkan dari sebuah pertemuan yang dinamakan
"pertemuan untuk permusyawaratan federal" pada tanggal 14 Desember 1949 bertempat
di Den Haag.
Konstitusi RIS terdiri atas 197 pasal. Konstitusi ini bersifa sementara karena
menurut ketentuan Pasal 186 Konstituante (sidang pembuat Konstitusi) bersama-sama
dengan Pemerintah akan selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi RIS yang akan
menggantikan Konstitusi yang sementara ini.
Bentuk negara yang dikehendaki Konstitusi RIS ialah serikat atau federal,
dengan bentuk pemerintahan republik. Ketentuan ini dapat dikaji dalam Pasal 1 Ayat 1
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

10

yang menyatakan, Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi".
Sesuai dengan bentuk serikat, wilayah RIS dibagi ke dalam tujuh negara bagian
dan sembilan satuan kenegaraan. Ketujuh negara bagian tersebut adalah:
1) Negara Republik Indonesia.
2) Negara Indonesia Timur,
3) Negara Pasundan. termasuk Distrik Federal Jakarta.
4) Negara Jawa Timur,
5) Negara Madura.
6) Negara Sumatra Timur. dan
7) Negara Sumatra Selatan.

Adapun yang termasuk satuan kenegaraan ialah sebagai berikut:


1) Jawa Tengah
2) Bangka,
3) Belitung.
4) Riau,
5) Kalimantan Barat (Daerah Istimewa),
6) Dayak Besar.
7) Daerah Banjar,
8) Kalimantan Tengah, dan
9) Kalimantan Timur.

Negara dan daerah bagian ini memiliki kemerdekaan untuk menentukan nasib
sendiri yang bersatu dalam ikatan federasi RIS. Selain negara bagian dan satuan
kenegaraan tadi, RIS mencakup pula daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan
daerah-daerah bagian.
Menurut ketentuan dalam Bab Ill, alat-alat perlengkapan federal RIS adalah:
1) Presiden,
2) Menteri-menteri.
3) Senat.
4) Dewan Perwakilan Rakyat,
5) Mahkamah Agung dan
6) Dewan Pengawas Keuangan
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

11

Dari ketentuan pasal-pasalnya dapat disirnpulkan bahwa Konstitusi RIS


menganut sistem pemerintahan parlernenter. Dalam sistem pemerintahan menurut
konstitusi ini, presiden dan menteri-menteri merupakan Pemerintah. Lembaga
perwakilannya menganut sistem dua karnar, yaitu Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Senat merupakan perwakilan negara atau daerah bagian yang setiap negara atau daerah
bagian diwakili dua orang. DPR yang beranggotakan 150 orang merupakan wakil
seluruh rakyat.
Pernerintah melakukan kekuasaan legislatif bersama-sarna dengan DPR dan
Senat. Hal ini dilakukan sepanjang materi undang-undang itu menyangkut satu atau
sernua negara atau daerah bagian; atau mengenai hubungan RIS dengan negara atau
daerah bagian. Adapun pembuatan undang-undang yang menyangkut seluruh
kekuasaan di luar masalah tadi dilakukan oleh presiden bersama-sama DPR.
Selain rnemiliki kekuasaan legislatif yang sangat terbatas, Senat juga memiliki
fungsi sebagai penasihat pemerintah. Bahkan, nasihat Senat wajib didengar pemerintah
apabila menyangkut:
1) urusan-urusan penting negara-negara atau daerahdaerah bagian,
2) hubungan RIS dengan negara atau daerah bagian, dan
3) penyusunan Rancangan Undang-Undang Darurat.

UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA (UUDS 1950)


Periode 17 Agutus 1950 s/d 5 Juli 1959

Hasrat untuk membentuk negara kesatuan tidak dapat dilenyapkan dengan


berdirinya beberapa negara atau daerah bagian. Hasrat ini semakin kuat setelah di
yakini bahwa pembentukan negara-negara bagian itu dilakukan Belanda untuk
memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Pergerakan rakyat yang menuntut pembubaran negara atau daerah bagian dan
penggabungan dengan Republik Indonesia di Yogyakarta muncul di mana-mana.
Penggabungan negara atau daerah bagian yang satu dengan yang lainnya dimungkinkan
berdasarkan ketentuan Pasal 43 dan 44 Konstitusi RIS. Penggabungan dapat dilakukan
dengan ketentuan dikehendak rakyat dan diatur oleh undang-undang federal.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

12

Untuk mewujudkan kehendak rakyat, Pemerintah RIS dengan persetujuan DPR


dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undan Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata
Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS pada tanggal 8 Maret 1950. Segera setelah
dikeluarkannya Undang-Undang tadi, beberapa negara bagian menggabungkan diri
dengan Republik Indonesia. RIS hanya terdiri dari tiga negara bagian, yakni Republik
Indonesia, Negara Sumatra Timur, dan Negara Indonesia Timur yang baru bergabung
pada tanggal 5 April 1950.
Pada tanggal 19 Mei 1950 melalui sebuah perundingan telah dihasilkan sebuah
"Piagam Persetujuan" antara Pemerintah RI dan Pemerintah RIS yang mendapat kuasa
dari dua negara bagian yang masih ada. Kedua pemerintahan sepakat untuk membentuk
negara kesatuan sebagai penjelmaan semangat Proklamasi Kemerdeka 17 Agustus
1945. Negara kesatuan yang akan dibentuk diatur deng Undang-Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar tersebut diperoleh dengan mengubah Konstitusi RIS sehingga
prinsip-prinsip pokok Undang-Undang Dasar 1945 ditambah dengan "bagian-bagian
yang baik" dari Konstitusi RIS, termasuk di dalamnya.
Sejak tanggal 17 Agustus 1950, berlakulah Undang-Undang Dasar Sementara
1950. Hal ini bersamaan dengan terwujudnya kembali negara kesatuan, sebagaimana
dicita-citakan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pemberlakuan UndangUndang Dasar ini ditetapkan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1950 tentang
Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar Sementara terdiri atas 6 bab dan 146 pasal. Oleh karena
bersifat sementara, berdasarkan Pasal134 ditentukan bahwa Konstituante (sidang
pembuat Undang-Undang Dasar) bersama-sama dengan pemerintah akan secepatnya
menetap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang akan menggantikan UndangUndang Dasar Sementara ini.
Adapun bentuk negara dan pemerintahan yang dikehendaki Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 ialah kesatuan pemerintahan republik. Hal ini dapat dikaji dari
ketentuan Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa: "Republik Indonesia yang merdeka
dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis berbentuk kesatuan".

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

13

Berbeda dengan Konstitusi RIS, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak


mengenal Senat. Alat-alat perlengkapan negara selengkapnya dapat dikaji pada Pasal 44
yang meliputi unsur-unsur :
1) Presiden dan Wakil Presiden,
2) Menteri-menteri,
3) Dewan Perwakilan Rakyat,
4) Mahkamah Agung, dan
5) Dewan Pengawas Keuangan.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1950. Presiden bersama-sama dengan


Dewan Perwakilan Rakyat memegang kedaulatan rakyat. Sistem pemerintahan menurut
UUDS 1950 diatur dalam Pasal 83 dan 84 sebagai berikut.
Pasal 83
(1) Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.
(2) Menteri-menteri

bertanggung

jawab

atas

keseIuruhan

kebijaksanaan

Pemerntah, baik bersama-sama untuk seIuruhnya, maupun masing-masing unluk


kegiatannya sendiri-sendiri.
Pasal 84
Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Keputusan Presiden yang
menyatakan pembubaran itu memerintahkan puIa untuk mengadakan pemilihan Dewan
Perwakiran Rakyat baru daIam 30 hari.

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal di atas, nyatalah bahwa UUDS 1950


menganut sislem parlementer. Berdasarkan sistem ini, DPR dapat membubarkan
kabinet. Sebagai imbangannya, presiden memiliki kedudukan yang kuat dan dapat
membubarkan DPR. Mekanisme seperti ini merupakan hal biasa bagi negara-negara
yang menganut sistem pemerintahan parlementer.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

14

UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Periode 5 Juli 1959 s/d 1998

Mengapa dikeluarkan Dekrit Presiden? Pemilu tahun 1955, antara lain,


menghasilkan terbentuknya Konstituante yang bertugas membuat undang-undang dasar
baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dalam pelaksanaan tugasnya, para anggota
Konstituante telah berhasil menyepakati berbagai rancangan materi UndangUndang
Dasar tersebut. Akan tetapi, ketika membahas dasar negara, para anggota Konstituante
tidak berhasil mencapai kesepakatan walaupun telah diupayakan bermusyawarah dalam
waktu lama, bahkan dilakukan pemungutan suara. Hasil pemungutan suara
menunjukkan tidak ada pihak yang mencapai 2/3 jumlah suara walaupun pemungutan
telah suara diulang.
Di tengah situasi demikian, muncul desakan dari Presiden Soekarno dan
militer agar Indonesia kembali ke UUD 1945. Akhirnya Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit tanggal 5 Juli 1959, selanjutnya disebut Dekrit Presiden 5 Juli
1959, yang isinya:
1) menetapkan pembubaran Konstituante;
2) menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan tidak berlakunya UUDS;
3) membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri atas anggotaanggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongangolongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Dalam konsiderans dekrit disebutkan bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD


1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut.

Sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang Undang-Undang Dasar 1945 terus berlaku.
Pada kurun waktu 1959-1998 tidak diperkenankan diubah sedikit pun, namun setelah
masa reformasi (tahun 1998) telah diadkan perubahan dalam beberapa isi pasal UUD
1945. Perubahan pada masa reformasi ini dikenal dengan nama Amandemen UUD
1945.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

15

UUD 1945
Periode reformasi s/d sekarang

Perubahan UUD 1945 baru terjadi pada era reformasi. Era reformasi muncul
setelah terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia pada 1997-1998. Di tengah
situasi dan kondisi itu, muncul gelombang unjk rasa mahasiswa dan masyarakat, baik di
Jakarta maupun di daerah-daerah. Tuntutan mahasiswa dan masyarakat, yang semula di
bidang ekonomi akhirnya berkembang ke bidang politik, yakni tuntutan pemberhentian
Presiden Soeharto. Desakan para mahasiswa serta masyarakat yang menghendaki
adanya reformasi, akhirnya menyebabkan Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya,
yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie pada 21 Mei 1998, pada
Sidang Umum MPR 1998 disahkan Perubahan Pertama UUD 1945, kemudian
Perubahan Kedua pada Sidang Tahunan PR 2000. Perubahan Ketiga UUD 1945 terjadi
pada Sidang tahunan MPR 2001 dan Perubahan Keempat UUD 1945 Sidang tahunan
MPR tahun 2002.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan dalam empat tahap itu untuk
menyesuaikan UUD 1945 dengan tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa
agar tujuan berdirinya negara kita dapat lebih mudah dan cepat diwujudkan.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

16

PENYIMPANGAN KONSTITUSI
YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
1) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949

Undang-Undang Dasar 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu, yaitu
yang pertama sejak ditetapkannya oleh Panitia, Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2
Tanggal 10 Oktober 1945 diberlakukan surut mulai tanggal 17 Agustus 1945, sampai
dengan mulai berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuan kedaulatan pada tanggal
27 Desember 1949. Yang kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 hingga sekarang, dan ini terbagi pula atas masa Qrde Lama
,Orde Baru, dan Orde Reformasi
Dalam kedua kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 itu kita telah
mencatat pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan UndangUndartg Dasar 1945 itu.
Dalam kurun waktu 1945 - 1949, jelas Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat
dilaksanakan dengan baik; karena. kita memang sedang dalam masa pancaroba, dalam
usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja kita proklamasikan,
sedangkan pihak kolonial Belanda justru ingin menjajah kembali, bekas jajahannya
yang telah merdeka. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk
memenangkan Perang Kemerdekaan.
Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditentukan dalam UndangUndang
Dasar 1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam kurun waktu ini sempat diangkat
Anggota DPA sementara, sedangkan MPR dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu
masih terus diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan pasal IV yang menyatak:an
bahwa: "Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk inenurut Undang-Undang Dasar ini, segala
kekuasaarinya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Kornite Nasional" .

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

17

Ada dua penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu
1945 - 1949 itu, yakni:
a) Berubahnya fungsi Kornite Nasional Pusat dari pembantu Presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari pada
haluan negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober,
1945.
b) Perubahan sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer. Berdasarkan
usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11
Nopember 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden dan diumumkan dengan
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, sistem Kabinet Presidensil
berdasarkan UUD 1945 diganti dengan sistem Kabinet Parlementer.

Sementara itu, pada tan'ggal 3 Nopember 1945 atas usul BP-KNIP, Pemerintah
mengeluarkan suatu Maklumat, yang ditandatangani oleh Wakil Presiden, tentang
pembentukan partai-partai politik. Tujuan Pemerintah ialah agar dengan adanya partaipartai itu dapat dipimpin segala aliran paham yang ada di masyarakat ke jalan yang
teratur.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan 'pemerintahan (eksekutif) dipegang
oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan Kabinet dengan para Menteri sebagai anggota
Kabinet. Secara bersarna-sama. atau sendiri-sendiri Perdana Menteri dan/atau para
Menteri bertanggungjawab kepada KNIP, yang berfungsi sebagai DPR, tidak
bertanggungjawab kepada Presiden seperti yang dikehendaki Undang-Undang Dasar
1945. Dengan penyimpangan sistem inijelas l"engaruh negatifnya terhadap stabilitas
politik dan sta~ilitas pemerintahan.
Perlu diketahui, bahwa dalam masa revolusi fisik tahun 1945 - 1949 itu sistem
pemerintahan kita sering berubah dari sistem presidensial menjadi sistem parlementer
dan sebaliknya. Namun perlu diingat, bahwa setiap kali negara dalam keadaan genting
kita senantiasa kembali kepada sistem presidensial.
Berkat kebulatan tekad seluruh rakyat waktu itu untuk terus berjuang
menegakkan kemerdekaan, maka dengan naungan Undang-Undang Dasar 1945 -meskipun telah terjadi penyimpangan -- akhimya bangsa Indonesia dapat memenangkan
Perang Kemerdekaan.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

18

Akhimya Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia, namun kita, fihak


"Republik Proklarnasi" terpaksa menerima berdirinya Negara Indonesia yang lain dari
yang kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan didirikan berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 yang kita tetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terpaksa menjadi negara Federasi Republik Indonesia
Serikat .(RIS), berdasarkan pada Konstitusi RIS dengan Ir. Soekarno sebagai
Presidennya. Undang-Undang Dasar 1945 berlaku hanya di Negara Bagian RI yang
meliputi sebagian pulau Jawa dan Sumatera dengan ibukota Yogyakarta.

2) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus


1950

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan Konstitusi yang kedua


dari Negara kita dan berlaku sejak 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950,
jadi lebih kuranghanya delapan bulan. Rancangan Konstitusi itu disepakati bersarna di
negara Belanda antara wakil-wakil pemerintah Republik Indonesia dengan wakil-wakil
pemerintah "negara" BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), negara-negara buatan
Belanda di luar RI. Ini terjadi di kota pantai Scheveningen tanggal 29 Oktober 1949,
pada saat berlangsungnya Konperensi Meja Bundar.
Pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta disetujui rancangan tersebut oleh
wakil-wakil pemerintah dan KNIP Republik Indonesia dan wakil masing-masing
pemerintah dan Dewan-dewan Perwakilan Rakyat negara-negara BFO.
Akhirnya dalam sidang lanjutan pada konperensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag Negeri Belanda, Rancangan Konstitusi RIS tersebut disetujui oleh semua pihak.
Penyimpangan konstitusi pada masa ini antara lain dengan berubahannya bentuk
negara kesatuan menjadi negara federasi (negara serikat), yakni negara yang memiliki
negara-negara bagian. Untunglah negara federasi RIS hanya berlangsung sangat
singkat. Sejak berdirinya Republik Indonesia Serikat terasa desakan-desakan untuk
menjadikan RIS kembali menjadi Negara Kesatuan. Desakan itu terutama datang dari,
daerah-daerah yarig merasa tidak puas dengan terbentuknya negara federal hasil KMB
serta ingin bergabung dengan Rebulkik Indonesia (Yogyakarta). Pembubaran dan
penggabungan negara-negara bagian itu memang dimungkinkan oleh Konstitusi RIS
Pasal 43 dan 44.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

19

Sejarah menunjukkan bahwa pada bulan April 1950 tinggal negara bagian
Indonesia Timur dan Sumatera Timur sajalah yang belum bergabung dengan negara. RI
Yogyakarta. Akhimya tercapailah kata sepakat antara negara RI Yogyakarta dan negara
RIS, yang sekaligus mewakili negara Bagian Indonesia Timur dan Sumatera Timur
untuk dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama mendirikan satu negara
.kesatuan.
Persetujuan tersebut secara resmi dimuat dalam suatu Piagam Persetujuan tang
gal 19 Mei 1950. Proses selanjutnya adalah membuat rancangan perubahan konstitusi
RIS menjadi UUDS. Republik Indonesia oleh pihak RIS dan Negara Republik
Indonesia (Yogyakarta). Pada tanggal 15 Agustus 1950 di depan rapat. gabungan senat
dan DPR-RIS, Presiden menyatakan bahwa rancangan perubahan tersebut telah
disetujui oleh pihak RIS dan negara RI Yogyakarta dan karena itu naskah UUD
(Sementara) itu telah ditandatangani olehnya bersama Perdana Menteri dan Menteri
Kehakiman RIS serta kemudian diumumkan oleh Menteri Kehakiman dan berlaku
mulai tailggal 17 Agustus 1950.

3) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 17 Agutus 1950 s/d 5 Juli 1959

Pada tanggal 17 Agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi Negara
Kesatuan RI, tetapi dengan landasan Undang-Undang Dasar yang lain dari UndangUndang Dasar 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menetapkan UndangUndang Dasar Sementara yang diberi nama Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia (1950). Ini merupakan Konstitusi kita yang ketiga.
Penyimpangan konstitusi pada masa ini adalah:
(1) perubahan sistem kabinet presidential menjadi sistem kabinet parlementer. Menurut
Undang-Undang Dasar baru ini sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer bukan sistem kabinet presidensial. Menurut sistem
pemerintahan parlementer itu Presiden dan Wakil Presiden adalah sekedar Presiden
konstitusional dan "tidak dapat diganggu gugat". Yang bertanggung jawab adalah
para Menteri kepada

Parlemen (DPR). .

(2) Undang-Undang Dasar Sementara 1950, yang mengganut sistem parlementer,


berpijak pada landasan pernikiran demokrasi liberal yang mengutamakan pada
kebebasan individu, sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 menganut sistem
presidensial berpijak pada landasan Demokrasi Pancasila, yang berintikan'
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

20

kerakyatan' yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan, Presiden bertanggung jawab kepada pemberi mandat yakni MRR, tidak
kepada DPR.

Pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dan akibatnya jelas


telah kita saksikan bersama, berupa kekacauan, baik di bidang politik, keamanan,
maupun ekonorni.

Sistem Kabinet Parlemehter yang dianut UUDS 1950 menyebabkan tidak


tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan yang disebabkan sering bergantinya
kabinet yang didasarkan kepada dukungan suara di Parlemen. Pada tahun 1950 s/d 1959
telah terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali yang dengan sendirinya
menggambarkan; bahwa program dari suatu kabinet tidak dapat dilaksanakan secara
baik dan berkesinambungan. Oleh karena itulah pada waktu itu telah timbul pendapatpendapat dalam masyarakat agar kita kembali saja kepada sistem kabinet presidensial,
seperti yang termuat di dalam UUD Proklamasi.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pernilihan umum,
rnasing-masing untuk memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Konstituante. Tugas Konstituante adalah untuk membuat suatu Rancangan UndangUndang Dasar sebagai pengganti UUDS .1950, yang menurut Pasal 134 akan
ditetapkan selekas-lekasnya bersama-sama dengan pemerintah.
Untuk mengambil putusan mengenai Undang-Undang Dasar maka Pasal 137
UUDS 1950 menyatakati bahwa :
(1) Untuk mengambil putusan tentang Rancangan Undang-Undang Dasar baru jlka
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituannte harus hadir;
(2) Rancangan tersebut diterirna jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 . dari
jumlah anggota yang hadir;
(3) Rancangan yang telah diterima oleh Konstituapte dikirimkan kepada Presiden
untuk disahkan oleh Pemerintah;
(4) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengari segera serta mengumumkan
Undang-Undang Dasar itu dengan keseluruhan.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

21

Lebih dari dua tahun bersidang Konstituante belum berhasil merumuskan


Rancangan Undang-Undang Dasar baru. Perbedaan pendapat yang telah menjadi
perdebatan-perdebatan di dalam gedung Konstituante mengenai dasar negara telah
menjalar ke luar gedung Konstituante dan yang diperkirakan pula akan menimbulkan
ketegangan-ketegangan politik dan fisik di kalangan masyarakat. Dalam suasana seperti
itu Presiden dalam pidatonya di depan sidang Konstituante tanggal 22 April 1959
menyarankan "marilah kita kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945".
Saran untuk kembali kepada UUD 1945 itu pada hakikatnya dapat diterima
oleh para anggota Konstituante, namun dengan pandangan yang berbeda.
Yang pertama, menerima saran kembali kepada UUD 1945 suara utuh, dan
yang kedua menghendaki kembalinya kepada UUD 1945 dengan suatu amandemen,
yakni dimasukkannya lagi tujuh kata "dengan kewajiban rrienjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya", pada sila pertama Pancasila dibelakang "kata Ketuhanan
seperti yang tercantum dalam Piagam Jakarta ke dalam Pembukaan UUD 1945.
Karena tidak memperoleh kemufakatan antara pandangan- pandangan yang
berbeda itu, maka Konstituante mengadakan pemungutan suara terhadap usul
pemerintah untuk kembali ke UUD 1945. Pertama-tama diadakan Pemungutan suara
terhadap usul amandemen, dan dilaksanakan tanggal 29 Mei 1959. Usul amandemen itu
tidak memperoleh suara dua pertiga dari anggota yang hadir. Anggota yang hadir waktu
itu sebanyak 470 orang, sedangkan yang menyetujui usul amandemen 201 orang dan
yang tidak menyetujuinya 265 orang.
Selanjutnya dilaksanakan pemungutan suara terhadap usul Pemerintah untuk
kembali ke UUD 194S. Pemungutan suara dilakukan sebanyak tiga kali.
Tanggal 30 Mei 1959 diadakan pemungutan suara yang pertama dengan hasil
269 suara setuju dan 199 suara menolak. Karena persyaratan formal, yaitu 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir sesuai dengan ketentuan pasal 137 UUDS 1950 tidak
terpenuhi, maka tanggal 1 Juni 1959 diselenggarakan pemungutan suara yang kedua.
Hasilnya adalah 264 suara setuju menerima usul untuk kembali ke UUD 1945 dan 204
suara menolak, yapg juga tidak memenuhi kourum. Pemungutan suara ketiga
dilangsungkan tanggal 2 Juni 1945 dan secara rahasia dengan hasil 263 suara setuju dan
203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak dapat dipenuhi.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

22

Sesuai dengan tata tertib Konstituante yang ditentukan, bahwa pemungutan


suara untuk amandemen dilakukan satu kali, dan kepada materi baru dilakukan
sebanyak tiga kali. Dengan demikian menunjukkan bahwa usul Pemerintahuntuk
kembali kepada UUD 1945 tidak mendapat persetujuan dari lembaga Konstituante
meskipun telah disetujui oleh lebih dari setengah anggotanya .
Sehari setelah pemungutan suara yang ketiga kalinya itu, Konstituante
menjalani reses. Selama reses itu, lebih dari separoh anggota Konstituante meriyatakan,
bahwa setelah reses nanti mereka tidak akan menghadiri Sidang lagi. Ini berarti bahwa
Konstituante gagal dalam tugasnya untuk menetapkan UUD yang tetap sebagai
pengganti UUDS 1950. Keadaan itu dianggap oleh Presiden sebagai keadaaan yang
dapat membahayakan keselamatan dan keutuhan bangsa dan negara.

4) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 5 Juli 1959 s/d 1998

Dalam

keadaan

yang

menurut

pandangan

Kepala

Negara

(presiden)

menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan keselamatan


negara, nusa, dan bangsa. Maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959. Tindakan Presiden mengeluarkan Dekrit tersebut dibenarkan berdasarkan hukum
darurat negara (staatsnoodrecht).
Berdasarkan alasan yang kuat seperti dikemukan di atas, dan dengan dukungan
dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, dikeluarkanlah Dekrit oleh Presiden pada
tanggal 5 Juii 1959 tentang kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.

Diktum Dekrit Presiden itu adalah :


(1) Menetapkan pembubaran Konstituante;
(2) Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulaihari tanggal
penetapan Dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi UndangUndang Dasar Sementara
1950;
(3) Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, serta Dewan Pertimbangan Agurtg
Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

23

Dekrit itu dibacakan-secara lisan oleh Presiden di Istana Merdeka pada tanggal 5
Juli 1959, hari Minggu pukul 17 .00 waktu Jawa. Dekrit itu kemudian diumumkan
dengan Keputusan Presiden No.150 tahun 1959 yang dimuat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia No.75 tahun 1959. Pada Lembaran Negara itu dilampirkan satu
naskah Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun esensinya sama, namun lampiran pada Lembaran Negara No.75 tahun
1959 itu tidak seluruhnya sama bunyinya dengan naskah Undang- Undang Dasar 1945
yang ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang dimual dalam aerita
Republik Indonesia Tahun II No.7 tanggal 15 Pebruari 1946. Karena salah satu diktum
Dekrit jelas menyatakan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia" maka yang dimaksud adalah
naskah Undang-Undang Dasar yang ditetapkan oleh PPKI dan dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7. Adapun naskah sebagai lampiran Keeputusan
Presiden No.150 tahun 1959 yang dimuat dalam lembaran Negara No. 75 tahun 1959
itu pada hakikatnya berfungsi sebagai kelengkapan dalam mengumumkan secara
tertulis Dekrit Presiden itu.
Sejak 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Sejak itu telah cukup banyak
pengalaman yang kita peroleh dalam melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945.
Apabila diadakan perbandingan mengenai pelaksanaan Undang- Undang Dasar 1945
untuk kurun waktu antara 1959 - 1965 (Orde Lama) dan kurun waktu 1966 (Orde Baru)
dan hingga kini (Orde reformasi), maka jelas terlihat serta dirasakan kemajuan yang
telah dicapai dalam pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Dalam Orde Lama, lembaga-Iembaga negara seperti MPR, DPR, DPA, dan
BPK belum dibentuk berdasarkan undang-undang seperti yang ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar 1945; lembaga-Lembaga negara tersebut masih dalam bentuk
sementara. Belum lagi jika kita mengupas tentang berfungsinya lembaga-lembaga
negara tersebut telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 .
Beberapa

penyimpangan

konstitusi

sejak

tahun

1959

(orde

lama)

sampai dengan lahirnya Orde Baru antara lain:


(1) Pada masa Orde Lama itu Presiden, selaku pemegang kekuasaan eksekutif, dan
pemegang kekuasaan legislatif -- bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
-- telah menggunakan kekuasaannya dengan tjdak semestinya. Presiden telah
mengeluarkan produk legislatif yang pada hakikatnya adalah Undang-undang
Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

24

(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuan DPR) dalam bentuk
penetapan Presiden, tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) MPRS, dengan Ketetapan No.I/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan
pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang beIjudul "Penemuan Kembali
Revolusi Kita" yang lebih dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol) sebagai GBHN bersifat tetap, yang jelas bertentangan dengan ketentuan
UUD 1945.
(3) MPRS telah mengambil putusan untuk mengangkat Ir. Soekamo sebagai Presiden
seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945,
yang menetapkan masa jabatan Presiden,lima tahun.
(4) Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-undang APBN untuk mendapatkan persetujuan
DPR sebelum berlakunya .tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam tahun 1960,
karena.DPR tidak dapat menyetujui Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara
yang diajukanoleh Pemerintah, maka Presiden waktu itu membubarkan DPR basil
Pemilihan Umum 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong, disingkat DPR-GR.
(5) Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara sedangkan
Presiden sendiri menjadi ketua DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945.

Inilah beberapa contoh kasus penyimpangan konstitusional yang serius terhadap


pelaksanaan Undang-Dasar 1945 . Penyimpangan ini jelas bukan saja telah
mengakibatkan tidak berjalannya sistem yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
1945, melainkan juga telah mengakibatkan memburuknya keadaan politik dan keamaan
serta terjadinya kemerosotan di bidang ekonomi yang mencapai puncaknya dengan
pemberontakan G-30-S. PKI. Pemberontakan G-30-S PKI yang dapat digagalkan berkat
kewaspadaan dan kesigapan ABRI dengan dukungan kekuatan rakyat telah mendorong
lahimya Orde Baru yang bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara mumi dan konsekuen.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

25

5) Penyimpangan Konstitusi Pada Periode 5 Juli 1959 s/d 1998


Orde Baru yang lahir dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 secara mumi dan konsekuen; ternyata tidak mampu melakukannya.
Bahkan pada masa Orde Baru ini telah pula terjadi penyimpangan konstitusional,
diantaranya:
(1) Pembatasan hak-hak politik rakyat Sejak tahun 1973 jumlah parpol di Indonesia
dibatasi hanya 3 buah saja (PPP, Golkar, dan PDI). Pertemuan-pertemuan politik
harus mendapat ijin penguasa. Pers dinyatakan bebas, tetapi pemerintah dapat
membreidel penerbitan pers (Tempo, Editor, Sinar Harapan dan lain-lain). Para
pengkritik pemerintah dikucilkan secara politik, atau bahkan diculik. Pegawai
Negeri dan ABRI diharuskan mendukung partai penguasa, Golkar. Hal-hal tersebut
di atas bertentangan dengan UUD 1945 terutama dalam kaitannya dengan pasalpasal yang berkenaan dengan Hak-hak Asasi Manusia
(2) Pemusatan kekuasaan di tangan presiden
Walaupun secara formal lembaga negara (MPR, DPR, MA, dan lain-lain)
mempunyai fungsi yang semestinya, namun dalam praktek melalui mekanisme
politik tertentu Presiden dapat mengendalikan berbagai lembaga negara di luar
dirinya.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

26

AMANDEMEN (PERUBAHAN) UUD 1945


DAN HASIL-HASILNYA
1.

Dasar Pemikiran Perlunanya Amandemen UUD 1945


Setelah mengalami pasang surut, baik pada era Orde Lama maupun Orde

Baru, muncul tuntutan perubahan UUD 1945 pada era reformasi. Untuk memahami
bagaimana Perubahan UUD 1945 itu terjadi, kalian akan diajak untuk memahami mulai
dari dasar pemikiran, tujuan, dasar yuridis, kesepakatan dasar, awal perubahan, tingkattingkat pembicaraan, jenisjenis perubahan, dan hasil perubahan.
Perlunya perubahan UUD 1945 semata-mata karena kelemahan yang
dimiliki oleh UUD 1945. Kelemahan-kelemahan tersebut di antaranya sebagai berikut.

1) Struktur Kekuasaan dalam UUD 1945


Struktur kekuasaan dalam UUD 1945 menempatkan dan memberikan kekuasaan
yang sangat besar terhadap Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif.
Karena itu, sering muncul anggapan bahwa kekuasaan dalam UUD 1945 sebelum
perubahan terlalu bertumpu pada Presiden. Presiden tidak hanya sebagai pemegang
dan menjalankan kekuasaan pemerintahan, tetapi juga menjalankan kekuasaan
untuk membentuk undang-undang, di samping hak konstitusional khusus (Iazim
disebut hak prerogatif) seperti memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

2) Berkaitan dengan Sistem Saling Mengawasi dan Mengimbangi (Checks and


Balances)
Struktur UUD 1945 tidak cukup memuat sistem saling mengawasi dan
mengimbangi (checks and balances) antar cabang kekuasaan (Iembaga negara)
untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau suatu tindakan melampaui
wewenang. Akibatnya, kekuasaan Presiden yang besar makin menguat karena tidak
cukupnya mekanisme kendali dan pengimbang dari cabang kekuasaan yang lain.
Misalnya tidak terdapat ketentuan yang mengatur pembatasan wewenang Presiden
menolak mengesahkan suatu Rancangan Undang-Undang yang sudah disetujui
DPR.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

27

3) Ketentuan-Ketentuan yang Tidak Jelas


Terdapat berbagai ketentuan yang tidak jelas, yang membuka peluang
penafsiran yang bertentangan dengan prinsip negara berdasarkan konstitusi.
Misalnya, ketentuan (konstitusionalisme). tentang pemilihan kembali Presiden
(" ... dan sesudahnya dapat dipilih kembali"). Ketentuan ini menumbuhkan
praktik, Presiden yang sama dipilih terus menerus, tanpa mengindahkan sistem
pembatasan kekuasaan sebagai suatu prinsip dasar negara berdasarkan konstitusi
Ketentuan yang menyatakan "Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR". Dengan ungkapan "dilakukan sepenuhnya", ada yang
menafsirkan hanya MPR yang melakukan kedaulatan rakyat sehingga DPR yang
merupakan wakil rakyat dipandang tidak melakukan kedaulatan rakyat.
Ketentuan mengenai kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan. Karena tidak jelas, menimbulkan pendapat bahwa
selama undang-undangnya belum dibentuk, hak-hak tersebut belum efektif. Cara
pemaknaan semacam itu tidak sesuai dengan pengertian hak asasi sebagai hak
alami.

4) Kedudukan Penjelasan UUD 1945

Tidak ada kelaziman UUD memiliki Penjelasan yang resmi. Apalagi


kemudian, baik secara hukum atau kenyataan, Penjelasan diperlakukan dan
mempunyai kekuatan hukum seperti UUD (Batang Tubuh). Penjelasan UUD
1945 bukan hasil kerja badan yang menyusun dan menetapkan UUD 1945
(BPUPK dan PPKI), melainkan hasil kerja pribadi Supomo, yang kemudian
dimasukkan bersama-sama Batang Tubuh ke dalam Berita Republik Tahun
1946, kemudian dimasukkan ke dalam Lembaran Negara RI Tahun 1959
(Dekrit).

Dalam berbagai hal, Penjelasan mengandung muatan yang tidak konsisten


dengan Batang Tubuh atau pasal-pasal, memuat pula keterangan-keterangan
yang semestinya menjadi materi muatan Batang Tubuh.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

28

2.

Tujuan Amandemen UUD 1945


Melakukan perubahan atas sesuatu tentu saja memiliki tujuan. Demikian pula

halnya dengan perubahan UUD 1945 yang mempunyai beberapa tujuan, di antaranya
adalah sebagai berikut.
(1) menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan
nasional dan memperkukuh Negara Kesatatuan Republik Indonesia;
(2) menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi;
(3) menyempurnakan aturan dasar mengenai supremasi hukum, jaminan hak-hak
konstitusional rakyat dan perlindungan hak asasi manusia sesuai dengan paham
demokrasi dan rumusan negara hukum yang tercantum dalam UUD 1945;
(4) menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern. antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling
mengawasi dan saling mengimba yang lebih kuat dan transparan, dan pembentukan
lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman;
(5) menyempurnakan aturan dasar mengenai tugas, tanggungjawab, dan kewajiban
negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan selul tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia;
(6) melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggara negara bagi
eksistensi (keberadaan) negara dan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara
dan pemilihan umum;
(7) menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan bangsa.

3.

Dasar Yuridis Amandemen UUD 1945


MPR melakukan perubahan UUD 1945 dengan berpedoman pada .ketentuan

Pasal37 UUD 1945. Masih ingatkah kalian ketentuan apa yang diatur oleh pasal
tersebut? Pasal 37 UUD 1945 mengatur prosedur :perubahan UUD 1945. Namun
bagaimana dengan Ketetapan MPR Nomor IV /MPR/1983 tentang Referendum?
Ketetapan MPR tersebut isinya mengatur tata cara perubahan UUD 1945 yang harus

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

29

meminta terlebih :dahulu pendapat rakyat melalui referendum. Jika mayoritas rakyat
menghendaki perubahan tersebut, barulah MPR melakukan perubahan tersebut.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum tidak sesuai
dengan cara perubahan seperti diatur pada Pasal 37 UUD 1945. Maka sebelum
melakukan perubahan UUD 1945, MPR dalam Sidang lstimewa MPR tahun 1998
mencabut Ketetapan MPR tentang referendum tersebut.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa dasar yuridis formal perubahan
UUD 1945 adalah Pasal 37 UUD 1945. Naskah yang menjadi objek perubahan adalah
UUD 1945 yang ditetapkan melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya
dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959.

4.

Kesepakatan Dasar dalam Amandemen/Perubahan UUD 1945


Penting kita ketahui dari proses perubahan UUD 1945 itu adalah adalahj

kesepakatan dasar dalam perubahan tersebut. Jika tidak ada kesepakatan dasar yang
disepakati sebelumnya, perubahan tidak memiliki ketentuan yang jelas. Perubahan
UUD 1945 muncul dari adanya tuntutan reformasi yang salah satu diantaranya
menginginkan adanya perubahan UUD.
Kesepakatan dasar itu disusun oleh Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja I yakni
sebagai berikut:
(1) sepakat untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945;
(2) sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(3) sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil (dalam pengertian sekaligus
menyempurnakan agar betul-betul mememiliki ciri-ciri umum sistem presidensiil);
(4) sepakat untuk tidak menggunakan lagi Penjelasan UUD 1945 sehingga hal-hal
normatif yang ada di dalam penjelasan dipindahkan ke dalam pasal-pasal; dan
(5) sepakat untuk menempuh cara adendum dalam melaku amendemen terhadap UUD
1945

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

30

5.

Hasil Amandemen/Perubahan UUD 1945


Secara umum hasil perubahan yang dilakukan dengan bertahap adalah sebagai

berikut:
1.

Perubahan Pertama UUD 1945 hasil Sidang Umum MPR (ditetapkan pada tanggal
19 Oktober 1999).
Meliputi Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), 14, Pasal15, Pasal 17
ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 2~ 1945. 8erdasarkan ketentuan pasal-pasal
yang diubah, Perubahan Pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden
dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga
legislatif.

2.

Perubahan Kedua UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 2000). Meliputi Pasal18, Pasal18A, Pasal 188, Pasal 19, Pasal
20 a) Pasal 20A, Pasal22A, Pasa1228, 8ab IXA, Pasal 28A, Pasal 28B, pasal 28C,
Pasal28C, Pasal28D, Pasal28E, Pasal28F, Pasal28G, asal 28H, Pasal 281, Pasal
28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C UUD 1945.
Perubahan kedua ini meliputi masalah wilayah negara dan pembagian
pemerintahan daerah, menyempurnakan perubahan pertama dalam hal memperkuat
kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang HAM.

3.

Perubahan Ketiga UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2001 (ditetapkan
pad a tanggal 9 November 2001).
Mengubah dan/atau menambah ketentuan-ketentuan Pasal1 ayat (2) dan (3), Pasal3
ayat (1), (3), dan (4), Pasal6 ayat (1) dan (2), Pasal6A ayat (1), (2), (3), dan (5),
Pasal 7 A, Pasal 7B ay at (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7), Pasal 7C, Pasal 8 ay at
(1) dan (2), Pasal 11 ayat (2) dan (3), Pasal 17 ay at (4), Bab VIIA, Pasal 22C ayat
(1), (2), (3), dan (4), Pasal22D ayat (1), (2), (3), dan (4), Bab VIIB, Pasal22E ayat
(1), (2), (3), (4), (5), dan (6), Pasal 23 ay at (1), (2), dan (3), Pasal 23A, Pasal 23C,
Bab VillA, Pasal23E ayat (1), (2), dan (3), Pasal23F ayat (1), dan (2), Pasal 23G
ayat (1) dan (2), Pasal 24 ayat (1) dan (2), Pasal 24A ayat (1), (2), (3), (4), dan (5),
Pasal24 B ay at (1), (2), (3), dan (4), Pasal 24C ay at (1), (2), (3), (4), (5), dan (6)
UUD 1945. Materi Perubahan Ketiga UUD 1945 meliputi ketentuan tentang asasasas landasan bernegara, kelembagaan negara, dan hubungan antarlembaga negara,
dan ketentuan tentang Pemilihan Umum.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

31

4.

Perubahan Keempat UUD 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2002 (ditetapkan
pada tanggal 10 Agustus 2002).
Perubahan dan/atau penambahan dalam Perubahan Keempat ini meliputi Pasal 2
ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3); Pasal11 ayat (1); Pasal16, Pasal23B;
Pasal23D; Pasal24 ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal
32 ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab IV, Pasal 33 ayat (4) dan (5); Pasal 34 ayat (1),
(2), (3), dan (4); Pasal 37 ay at (1), (2), (3), (4), dan (5); Aturan Peralihan Pasal I,
11, dan Ill; Aturan Tambahan Pasall dan 11 UUD 1945. Materi perubahan pada
Perubahan Keempat adalah ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan
antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), ketentuan
tentang pendidikan dan kebudayaan, ketentuan tentang perekonomian dan
kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

32

TABEL RANGKUMAN PERUBAHAN UUD 1945


No

Perubahan

Perubahan
Pertarra

Perubahan
Kedua

Perubahan
Ketiga

PasaI
PasaI5 ayat (1)
PasaI7
PasaI9
PasaI13 ayat (2)
PasaI14

PasaI15
PasaI 17 ayat (2)
PasaI 17 ayat (3)
PasaI20
PasaI22

PasaI18
PasaI18A
PasaI18B
PasaI19
PasaI20 ayat (5)
PasaI20A
PasaI22A
PasaI22B
PasaJ 28A
PasaI28B
PasaJ 28C
PasaI1 ayat (2)
dan(3)
PasaI3
PasaI6 ayat (1)
dan(2)
PasaI6A
PasaJ 7A
PasaI7B
PasaJ 7C
PasaI 8 ayat (1)
dan(2)
PasaI11 ayat (2)
dan(3)
PasaI17 ayat (4)

Pasal28D
PasaI28E
PasaI28F
PasaI28G
PasaI28H
Pasal281
PasaI28J
PasaI30
PasaI36
PasaI36B
PasaI36C
PasaI22C
PasaI22D
PasaI22E
PasaI23
PasaI23
PasaI23C
PasaI23E
PasaI23F
PasaI23G
Pasal24ayat (1),
dan(2)
PasaI24A
PasaI24B
PasaI24C

lsi
membatasi

Presiden

memperkuat

kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sebagai lembaga
legislatif.
wilayah
Negara
dan
pembagian pemerintahan
daerah
menyempurnakan

perubahan pertama dalam


hal
merrperkuat
kedudukan DPR

ketentuan-ketentuan yang

terperinci tentang HAM

ketentuan tentang Asasasas landasan bernegara


kelembagaan negara dan
huburgan antar lembaga
negara
ketentuan-ketentuan
tentang pemilihan umum

Perubahan
Keempat

PasaI2 ayat (1) PasaI32


PasaJ 6A ayat (4) PasaI33 ayat (4)
PasaI 8 ayat (3) dan(5)
PasaI11 ayat (1) PasaI34
PasaI16
PasaI 37
PasaJ 23B
Aturan peralihan
PasaI23D
Pasal I., II, dan III
PasaI 24 ayat (3) Aturan Tambahan
PasaI31
Pasal I danll

kekuasaan

ketentuan tentang
kelembagaan negara
dan hubungan antar
lembaga negara
perghapusan Dewan
Pertimbargan Agung
(DPA)
ketentuan tentang
perdidikan
dan
kebudayaan
ketentuan tentang
perekoronian
dan
kesejahteraan sosial
Aturan Peralihan dan
Aturan Tambahan.

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

33

Sumber:
1. Sucipta, Made. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas X SMA/SMK.
Singaraja: CV. Bintang Prestasi.
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (id.wikipedia.org)
3. Tata Kenegaraan Indonesia Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 dan
Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (khairul-anas.blogspot.com)

Tugas PKN Abdurrozaq Manayu SMP 9 Pangkalpinang

34

Anda mungkin juga menyukai