10/29/2015
ONLINE AVAILABLE :
https://independent.academia.edu/ArifRahmanHakim
Hal |2
I.
Industri Tekstil dan Produk Tekstil secara umum menunjukkan pertumbuhan yang cukup
tinggi. Selama empat belas tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2013,
pertumbuhan Produk Domestik Bruto untuk Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ratarata sebesar 2,49%. Nilai PDB Industri Tekstil dan Produk Tekstil atas harga berlaku pada
tahun 2013 tercatat sebesar 172422,5 milyar rupiah meningkat dibandingkan tahun 2000
sebesar 45421,6 milyar rupiah (Gambar 1).
Sumber : BPS, Hasil Pengolahan Penulis
200000
180000
160000
Juta Rupiah
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
Tahun
Harga Berlaku
Harga Konstan
2,49%. Namun sektor ini sempat terpukul sebagai akibat krisis keuangan di tahun 2008.
Indikasinya dimulai sejak tahun 2007 yang mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -3.68
persen lalu agak sedikit membaik sebesar -3.64 persen ditahun 2008. Trend positif terjadi
pada tahun 2009 sebagai koreksi dua periode sebelumnya yaitu sebesar 0,60 persen sempat
mencapai pertumbuhan tertinggi sepanjang periode di tahun 2011 sebesar 7,52 persen
hingga mencapai di tahun 2013 sebesar 6,06 persen (Gambar 2).
ARH/2015
Hal |3
4.00
7.52
6.18
6.06
4.27
4.06
3.40 3.23
1.31 1.23
2.00
0.60
1.77
0.00
-2.00
01
02
03
04
05
-4.00
06
07
08
09
10
11
12
13
-3.68 -3.64
Tahun
Pertumbuhan
ada empat industri yang secara rata-rata telah memberikan konstribusi terbesar, yaitu (1)
makanan, minuman, dan tembakau (32,09 persen); (2) Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatan
(26,51 persen); (3) Pupuk Kimia dan Barang dari Karet (12,3 persen); dan (4) Tekstil dan
Produk Tekstil (11,19 persen). Di awal tahun 2000 hingga 2005, industri tekstil dan produk
tekstil sempat menjadi penyumbang ketiga pada struktur perekonomian industri pengolahan
tanpa migas, tapi sejak tahun 2006 posisinya digantikan oleh industri pupuk kimia dan
barang dari karet.
0.82
Barang Lainnya
26.51
3.61
12.30
5.98
11.19
32.09
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
Gambar 3 Rerata Kontribusi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Terhadap Industri Non
Migas, Tahun 2000 sd 2013
ARH/2015
Hal |4
Konstribusi industri tekstil dan produk tekstil terhadap industri pengolahan secara
keseluruhan cenderung menurun terutama jika dibandingkan tahun 2000 sebesar 11,78
persen dengan tahun 2013 sebesar 8,01 persen. Konstribusi terendah terjadi di tahun 2008
sebagai dampak krisis keuangan global meskipun di tahun berikutnya konstribusi terhadap
industri pengolahan relatif membaik dengan trend meningkat setiap tahunnya (Gambar 4).
Sumber : BPS, Hasil Pengolahan Penulis
14.00
12.00
11.78
10.88
12.01 11.88
11.09
10.00
10.14 9.80
8.76
8.00
7.62
7.89
7.77
7.94
7.94
8.01
08
09
10
11
12
13
6.00
4.00
2.00
0.00
00
01
02
03
04
05
06
07
Persen
Sektor hulu melibatkan beberapa industri termasuk didalamnya industri serta dan benang.
Berikut industri yang terlibat di sektor hulu.
Industri serat alam yang memproduksi serat alam seperti kapas, sutera, rami, wol dan lain
sebagainya.
Industri serat buatan staple yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu menjadi serat
pendek seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya.
Industri benang filamen yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu menjadi benang
filamen seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya.
ARH/2015
Hal |5
Industri pemintalan yang memproduksi benang dari bahan baku berupa serat buatan
maupun serat alam atau campuran keduanya.
Karakteristik industri sektor hulu adalah industri yang relatif padat modal; kandungan
tambahnya paling besar. Sebagai contoh industri serat alam. Serat dapat dihasilkan dari
berbagai macam bahan baku yang berasal dari hasil pertanian seperti kapas yang
menghasilkan serat katun, rami, goni, dan kepompong yang menghasilkan serat sutra. Selain
itu bahan baku serat juga bisa diproduksi dari hasil-hasil hutan seperti pulp rayon. Bahkan
bulu domba juga bisa menghasilkan serat wool. Seiring dengan makin mahalnya bahan baku
berbasis tumbuh-tumbuhan maupun peternakan, akhir-akhir ini berkembang bahan baku
serat yang sifatnya sintetis.
Seperti serat polyester yang dihasilkan dari Terephtalic Acid (TPA) dan Ethylene Glicol
(EG) berbahan baku utama minyak bumi. Polyester bisa digunakan untuk bahan polyester
100% atau dicampur dengan katun atau bisa juga dicampur dengan rayon. Selain polyesther
chip juga terdapat nylon chip yang merupakan produk akhir dari caprolactam. Sebagai
gambaran, nylon chip ini paling banyak digunakan sebagai bahan baku benang untuk
keperluan produk stoking, payung, parasut, air bag, gorden, karpet, conveyor belt, tali, serta
jaring ikan. Acrylic digunakan pada pembuatan sweater, sock, coat dan mat yarn. Di Indonesia
sendiri untuk pabrik acrylic chip maupun polypropulene chip belum tersedia.
b). Sektor Antara
Termasuk dalam sektor antara adalah industri yang memproduksi kain, diantaranya
adalah:
Industri pertenunan (weaving) yang mengolah benang menjadi kain tenun mentah (grey
fabric).
Industri perajutan (knitting) yang mengolah benang menjadi kain rajut mentah (grey
fabric).
Industri pencelupan (dyeing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi
dengan memberikan efek warna pada kain.
Industri pencapan (printing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi
dengan memberikan efek motif warna pada kain.
Industri penyempurnaan (finishing) yang mengolah kain setengah jadi menjadi kain jadi
(finish fabric).
ARH/2015
Hal |6
Industri non-woven yang mengolah serat atau benang menjadi kain selain melalui proses
tenun atau rajut.
Karakteristik industri antara adalah industrinya semi pada modal, teknologi madya dan
modern berkembang terus dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu.
Segmen ini juga padat kapital namun menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan
sektor hulu. Di segmen printing sangat menekankan aspek kreativitas sedangkan di segmen
dyeing diperlukan managemen pengelolaan limbah yang memadai yang memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
c). Sektor Hilir
Termasuk dalam sektor hilir adalah industri yang memproduksi barang-barang jadi tekstil
konsumsi masyarakat, diantaranya adalah:
Industri pakaian jadi (garmen) yang mengolah kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain
rajut maupun kain tenun.
Industri embroideri yang memberikan efek motif atau corak pada kain jadi ataupun barang
jadi tekstil.
Industri produk tekstil lainnya yang mengolah kain jadi menjadi produk tekstil lainnya
selain pakaian jadi.
Industri manufaktur pakaian jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing
dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak
menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya. Berikut tersaji pohon
industri TPT.
III.
Hal |7
Pakaian Jadi: Pemasok Bahan. Bahan yang diperlukan untuk produksi pakaian jadi
pabrikan serat skala esar terdaftar, yang mempekerjakan hampir 30.000 orang dan
kebanyakan berlokasi di Jawa Barat dan Tengah. Pabrikan-pabrikan ini menghasilkan nilon,
poliester dan rayon. Produksi serat memerlukan penanaman modal yang besar untuk
peralatan dan, oleh karenanya yang bermain di bidang ini biasanya bukan perusahaan
berskala kecil-menengah.
Setelah terjalin, serat biasanya dicampur dengan katun dan dipintal untuk menghasilkan
benang. Sama dengan pabrikan serat, pabrik-pabrik pemintalan juga besar dari segi ukuran
serta memerlukan penanaman modal yang besar untuk permesinan. Ada 204 pabrik
pemintalan terdaftar di Indonesia dengan jumlah keseluruhan pekerja 207.764 orang. Setelah
dipintal, benang ditenun/dirajut dan, jika perlu, diwarnai agar bercorak sesuai dengan yang
diinginkan. Kebanyakan perusahaan penenunan/perajutan kecil tak memiliki peralatan dan
keahlian untuk mewarnai dan merampungkan (finish) benang. Akibatnya, produk mereka
dijual ke perusahaan penenunan/perajutan yang lebih besar yang berkemampuan melakukan
kedua hal itu. Ada 1.044 perusahaan penenunan/perajutan terdaftar di Indonesia, secara
keseluruhan mempekerjakan 343.988 orang.
Syarat pembayaran bagi para pihak dengan sudah mapan berhubungan biasanyanet-
30, yang berarti seluruh saldo tagihan harus dilunasi dalam tempo 30 hari kepada pemasok
menengah-besar menggunakan suatu jenis sistem kendali mutu resmi (misalnya, memeriksa
10% dari semua pasokan yang datang), sementara kebanyakan pabrikan kecil tidak demikian.
Jika satu kiriman pada pemeriksaan awal tak memenuhi baku mutu yang disepakati,
pemeriksaan yang lebih telaten dilakukan (misalnya, 25% pasokan bahan secara acak dipilih
dan diperiksa). Mengirim ulang barang yang dipandang cacat merupakan tanggungjawab
pemasok bahan.
Pakaian Jadi: Produksi. Pabrikan pakaian jadi memakai nilon, rayon, poliester dan katun
sebagai bahan mentah dasar untuk produksi pakaian. Pabrikan pakaian jadi besar membeli
kain langsung dari pabrikan lokal atau mengimpor kain jenis khusus dari pabrik-pabrik
mancanegara atau melalui perusahaan perdagangan internasional yang bekerja atas dasar
ARH/2015
Hal |8
komisi yang kecil (misalnya, 2,5%). Pabrikan pakaian jadi yang lebih kecil umumnya membeli
kain dari pedagang grosir dalam negeri, bertempat di pasar Tanah Abang, Jakarta, di mana
2.000 pedagang grosir beroperasi dari rumah toko yang berfungsi sebagai kantor sekaligus
toko. Barang-barang diangkut di pasar Tanah Abang umumnya menggunakan kereta dorong.
Gulungan-gulungan kain diantar ke pabrik untuk dipilah, dipotong, dan dijahit. Pernak-
pernik, kancing, seleret/ritsleting, dan benang jahit juga umumnya dibeli dari pedagang lokal
di Tanah Abang. Bahan-bahan tak langsung, seperti surfaktan, dan zat-zat penganji dan
pewarna, dibeli dari pedagang perantara, yang membeli dari pemasok dalam negeri atau
mengimpor dari beragam negara, seperti China, Korea, Taiwan, dan Jepang.
Produksi pakaian jadi dimulai dengan pengembangan rancangan. Ada tiga pendekatan
umum perancangan, masing-masing bergantung pada pasar konsumen akhir. Pabrikan yang
menjual produknya ke toko pengecer skala kecil di dalam negeri membuat rancangan sendiri
berdasarkan pengetahuan tentang kecenderungan pasar saat ini, sementara produsen yang
menjual ke toko dalam negeri skala besar (misalnya, Metro) biasanya mendapatkan rincian
rancangan produk dari agen pembelian. Untuk ekspor, pabrikan juga diberikan rancangan
oleh toko eceran besar bersangkutan (misalnya, Sears, JC Penney).
menyertakan semua unsur yang diperlukan (misalnya, lengan, kerah, lapisan) untuk membuat
sepotong lengkap pakaian.
Perakitan dan penjahitan masing-masing unsur didominasi oleh kerja manual dan hanya
sedikit berubah seiring berjalannya waktu. Perbedaan besar di antara produsen pakaian jadi
biasanya adalah ukuran tenaga kerja, yang bisa amat mencolok dari usaha mikro dengan
kurang dari 50 pekerja ke operasi skala raksasa dengan 8-10 ribu pekerja. Pekerja biasanya
dikelompokkan menurut gugus-gugus, dengan tiap gugus berfokus pada penyelesaian satu
kegiatan tunggal (misalnya, memotong kain, menjahit kancing, dll.) Walaupun sama dengan
sepatu dalam hal industri ini juga padat karya, produksi pakaian jadi tidak mengikuti proses
awal-sampai-akhir sejenis yang berujung di pembuatan satu saja produk jadi. Alih-alih,
produksi lebih cenderung partaian (batch), di mana kelompok berbeda pekerja bekerja
serentak untuk memenuhi beberapa pesanan produksi. Misalnya, bukan tidak biasa
menghasilkan jenis produk yang amat beragam, seperti jins, kaus oblong, dan gaun terusan, di
saat yang sama.
terketat, sementara yang berfokus ke pasar dalam negeri biasanya lebih longgar. Fungsi
ARH/2015
Hal |9
kendali mutu ini biasanya dilakukan dengan meminta manajer mutu menelaah produk pada
langkah-langkah kunci dalam daur produksi.
Pada saat selesai, pakaian jadi dikemas ke dalam kotak dan digudangkan untuk
penyaluran mendatang. Lamanya waktu barang jadi tinggal di gudang bergantung pada baik
volume pesanan (pesanan yang lebih besar digudangkan lebih lama karena umumnya tidak
dikapalkan hingga seluruh pesanan selesai) dan apakah barang diekspor atau tidak
(menunggu volume yang cukup mengisi peti kemas).
Pakaian Jadi. Penyaluran di dalam negeri, pasar busana gaya (fashion) berada pada rentang
harga menengah-atas. Toko-toko serba-ada lokal seperti Metro, Millenia dan Matahari
memiliki operasi grosir dan logistiknya sendiri, dan pembelian dari perusahaan kecilmenengah ditujukan ke gudang-gudang mereka. Syarat pembayaran maksimumnya adalah
net-30. Akan tetapi, dalam kasus tertentu, agen pembelian lokal mungkin membayar 30% saat
menyampaikan pesanan pembelian dan sisanya dua minggu setelah pengiriman. Beberapa
kantor pembelian lokal memiliki cukup kekuatan pasar untuk meminta syarat konsinyasi dari
pabrikan, menghindarkan semua resiko transaksi bagi si agen.
Penjualan volume lebih kecil di pasar dalam negeri biasanya dilakukan atas dasar
hanya-tunai. Para pedagang grosir yang berpangkalan di Tanah Abang atau Mangga Dua
membeli barang langsung dari pabrikan. Barang-barang ini dikemas dan diangkut dari pasar
grosir dengan truk atau, untuk pembelian lebih sedikit, mobil. Bergantung pada volume yang
dibeli, pakaian jadi mungkin digudangkan oleh pedagang grosir atau langsung dibawa ke toko
eceran untuk dijual ke konsumen akhir.
Pembelian ekspor dikoordinasikan oleh agen pembelian. Pakaian jadi umum dan baku
dijual ke toko serba-ada dunia, seperti Wal-Mart dan Carrefour, sementara busana gaya dijual
ke importir/penyalur merk dunia. Pembelian oleh konsumen akhir (sell through) itu hampir
terjamin, asalkan mutu memenuhi baku minimum dan modelnya tidak mengalami alihrupa
yang tajam/radikal. Dalam kasus tertentu, barang-barang yang tak laku dapat dikembalikan
kepada pabrikan atau dilempar ke pengecer atau kios kecil, tempat barang-barang itu dijual
dengan harga yang jauh lebih rendah.
dokumen yang diterbitkan oleh bank pembeli yang pada intinya bertindak sebagai jaminan
pembayaran yang tidak terbatalkan. Proses ekspor dimulai setelah agen pembelian (yakni,
mereka yang menyetujui pembelian dan penerimaan pakaian jadi untuk perusahaan-
perusahaan multinasional seperti Benetton, Lacoste, Polo, dll.,) memeriksa contoh barang
yang akan dikapalkan. Jika dapat diterima, pabrikan pakaian jadi menghubungi perusahaan
ARH/2015
H a l | 10
Atas kesepakatan, peti kemas kosong dari perusahaan pengantar barang dibawa ke
fasilitas pabrikan dan dimuati dengan barang jadi. Setelah penuh, truk diarahkan ke
pelabuhan pengapalan (misalnya, Tanjung Priok) tempat barang dibongkar dan diletakkan di
kapal dagang. Ini biasanya titik di mana pembeli menerima tanggungjawab pengapalan, dalam
sebuah pengaturan yang umum disebut bebas setelah dimuat (FOBfree on board).
Sumber : USAID (2007)
Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan pasar terbesar bagi ekspor TPT Indonesia.
Seperti yang sudah disebutkan dalam gambar 5,18, pasar ini menyerap sekitar 37% ekspor
TPT Indonesia. Peranan pasar AS dalam 10 tahun terakhir menunjukkan perbaikan. Di tahun
2001, ekspor TPT ke AS baru mencapai 27% dari total ekspor TPT Indonesia. Produk TPT
yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke AS antara lain garmen baik dalam bentuk articles
of apparel, accessories, knit or crochet maupun articles of apparel, accessories, not knit or
crochet. Sebesar 64% ekspor articles of apparel, accessories serta 57% ekspor articles of
apparel, accessories, not knit or crochet ditujukan ke pasar AS. Produk lain yang cukup
mengandalkan ekspor ke AS antara lain carpets and other textile floor coverings yang
menyerap 29% dari ekspor produk tersebut serta Other made textile articles, sets, worn
clothing, dan sebagainya (15%).
ARH/2015
H a l | 11
Di pasar AS, Indonesia merupakan eksportir terbesar ketiga setelah China dan Vietnam
dengan kontribusi sebesar 7% untuk produk articles of apparel, accessories, knit or crochet.
Sementara China dan Vietnam menguasai pangsa pasar masing-masing sebesar 37% dan 9%.
Untuk produk articles of apparel, accessories, not knit or crochet Indonesia hanya menguasai
6% pangsa pasar di AS sisanya dikuasai oleh China (43%), Bangladesh (8%), Vietnam (7%)
dan Meksiko (7%).
Eropa Berbeda dengan peranan pasar AS yang meningkat, kontribusi Eropa sebagai negara
tujuan ekspor TPT menunjukkan penurunan dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2001, pasar
Eropa masih menyerap 21% ekspor TPT Indonesia, selanjutnya turun menjadi 19% di tahun
2005-2009 dan di tahun 2010 tinggal 18%. Produk TPT Indonesia yang paling banyak
terserap di Eropa adalah kategori garmen baik articles of apparel, accessories, knit or crochet
(22%), maupun articles of apparel, accessories, not knit or crochet (23%). Eropa menjadi
andalan pasar untuk produk other made textile articles, sets, worn clothing etc yang menyerap
22% ekspor produk tersebut.
Jepang. Penetrasi pasar TPT Indonesia di Jepang relatif stabil seperti terlihat pada tabel 5.15.
Dalam 10 tahun terakhir, kontribusi pasar Jepang terhadap total ekspor TPT sebesar 6%.
Produk ekspor TPT yang sangat tergantung pada pasar Jepang antara lain Carpets and other
textile floor coverings (25%), Other made textile articles, sets, worn clothing etc (22%),
Impregnated, coated or laminated textile fabric (19%) dan cotton (15%).
ASEAN. Pasar ASEAN yang diharapkan mampu menjadi penyangga pasar tradisional TPT (AS
dan Eropa), ternyata hanya memberikan kontribusi sebesar 6% terhadap total pendapatan
ekspor. Meskipun telah berlaku pasar bersama AFTA (ASEAN Free Trade Area), namun pangsa
ekspor TPT ke ASEAN justru melemah dalam 10 tahun terakhir. Di tahun 2002 pasar ini
mampu menyerap 8% ekspor TPT Indonesia, namun di tahun 2010 turun menjadi 6%.
Produk-produk TPT yang mengandalkan pasar ASEAN antara lain Knitted or crocheted fabric
(38%), Wadding, felt, nonwovens, yarns, twine, cordage, etc (29%), dan Special woven or tufted
fabric, lace, tapestry etc (23%) dan Manmade filaments (17%).
Pasar Malaysia memberikan kontribusi terbesar di pasar ASEAN. Di pasar ASEAN ini
pasar yang mengalami pertumbuhan cukup agresif adalah pasar Vietnam. Jika di Malaysia,
produk yang paling banyak diekspor adalah Manmade filaments (26) dan Articles of apparel,
accessories, not knit or crochet (25%), maka di pasar Vietnam yang paling banyak diekspor
oleh Indonesia adalah Manmade filaments(45%), dan Manmade staple fibres (25%) dan cotton
(15%). Perkembangan industri garmen yang pesat di Vietnam membutuhkan pasokan bahan
baku yang salah satunya berasal dari Indonesia.
ARH/2015
H a l | 12
pasar ASEAN ini pasar yang mengalami pertumbuhan cukup agresif adalah pasar Vietnam.
Jika di Malaysia, produk yang paling banyak diekspor adalah Manmade filaments (26) dan
Articles of apparel, accessories, not knit or crochet (25%), maka dipasar Vietnam yang paling
banyak diekspor oleh Indonesia adalah Manmade filaments (45%), dan Manmade staple fibres
(25%) dan cotton (15%). Perkembangan industri garmen yang pesat di Vietnam
membutuhkan pasokan bahan baku yang salah satunya berasal dari Indonesia.
pertumbuhan daya beli masyarakatnya. Kondisi dipasar non-tradisional lainnya seperti Afrika
dan Amerika Latin tidak akan terlalu banyak berubah bahkan cenderung mengalami
perlambatan menyusul naiknya harga minyak mentah yang mempengaruhi perekonomian
negara berkembang dan menurunkan daya beli masyarakatnya.
Sumber :
2011.
Kajian
Pengembangan
Tekstil
dan
Produk
Tekstil.
[Online]
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/ppi/KAJIAN%20PENGEMBA
NGAN%20INDUSTRI%20TEKSTIL%20DAN%20PRODUK%20TEKSTIL%202011.pdf (17
Januari 2015)
USAID dan Senada, 2007. Tinjauan Rantai Nilai Industri Komponen Otomotif, Furnitur, dan
Garmen. [Online] https:// pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADO886.pdf (16 Januari 2015)
ARH/2015