Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia masih menghadapi permasalahan higiene dan sanitasi.

Berdasarkan data WHO dan UNICEF hingga tahun 2015, terdapat sekitar
2,4 miliar orang yang melakukan perilaku buang air besar sembarangan
(WHO, 2015).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 25% masyarakat menggunakan
jamban tidak sehat dan 17,7 % masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABs). Studi tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia
hanya terdapat 12,9% rumah tangga (RT) yang tidak memiliki fasilitas
buang air besar. Lima provinsi tertinggi yang tidak memiliki fasilitas BAB/
masih berperilaku BAB sembarangan adalah Sulawesi Barat (34,4%),
NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), dan Gorontalo
(24,1%). Selain itu, proporsi RT yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi improved (kriteria JMP WHOUNICEF) di Indonesia sebesar 58,9
persen. Kriteria ini meliputi jamban milik sendiri, jamban leher angsa dan
menggunakan septic tank sebagai tempat penampungan tinja. Provinsi
Jawa Timur sendiri berada di bawah rerata dalam hal akses fasilitas
sanitasi improved (Riskesdas, 2013).
Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006 menunjukkan 47% masyarakat Indonesia masih
berperilaku buang air besar sembarangan. Adapun lokasi yang biasa
digunakan antara lain : sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat
terbukalainnya (Kemenkes, 2008). Berdasarkan Joint Monitoring Program
tahun 2015, 51 juta orang di Indonesia melakukan buang air besar
sembarangan, membuat Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di
dunia dalam hal BABs (WHO, 2015).
Dari sudut pandang ekonomi, riset yang dilakukan oleh Water and
Sanitation Program (WSP) menunjukan bahwa Indonesia kehilangan
sekitar 6,3 Milyar USD (Rp. 56,7 trilyun) setiap tahun sebagai akibat
kondisi

sanitasi dan

higiene jelek. Laporan

kemajuan

Millenium

Development Goals (MDGs) yang disusun Bappenas tahun 2010


menunjukan bahwa perbaikan akses masyarakat pedesaan kepada
jamban sehat (MDGs target 7.c) tergolong ke dalam kelompok target yang
perlu memperoleh perhatian, karena kecepatan perbaikan tidak mencapai
yang diharapkan. Dari target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015 untuk
pedesaan,pada tahun 2009 masyarakat yang mempunyai akses ke
jamban sehat hanya 34%. Terdapat kesenjangan 21% yang harus dicapai
selama tiga tahun.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan
sanitasi dengan menetapkan sasaran Indonesia STOP BABs dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target
MDGs tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi
dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk
yang belum mendapatkan abses.
Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
mengembangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah no. 3 tahun
2013. Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen
peningkatan kebutuhan (demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasi
dan penciptaan lingkungan yang mendukung (enabling Environment),
namun pelaksanannya perlu dipertimbangkan oponen pendukung lainnya
seperti strategi pembiayaan, metode pemantauan dan pengelolaan
pengetahuan/informasi sebagai media pembelajaran.

Puskesmas Kaliwates memiliki tiga wilayah kerja, yakni kelurahan


Tegal Besar, kelurahan Kaliwates serta kelurahan Kebon Agung.Dari data
Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PK Pus) Kaliwatesdi bidang

Pencegahan, Pemberantasan Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan


program STBM tahun 2016, diantara tiga kelurahan yang menjadi wilayah
kerja Puskesmas Kaliwates, belum ada kelurahan yang dinyatakan
ODF(Open Defecation Free), padahal target capaian ODF adalah sebesar
80%. Di kelurahan Kaliwates dari 3167 KK masih terdapat 262 KK (8,27%)
yang BABs, di kelurahan Kebon Agung terdapat 223 KK (12,85%) yang
masih BABs dari 1736 KK, sementara di kelurahan Tegal besar sebanyak
284 KK (3,43%) dari 8285 KK masih berperilaku ODF.
Data tersebut dapat dijadikan rujukan bahwa Kelurahan Kebon
Agung perlu diberikan perhatian yang lebih intensif mengenai penerapan
ODF di PUSKESMAS Kaliwates, Jember.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah faktorfaktor penyebab belum tercapainya

target ODF

(Open Defecation Free) di Posyandu.... Kelurahan Kebun Agung,


Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember?
b. Bagaimana pemecahan masalah dari belum tercapainya target
ODF di Posyandu .... Kelurahan Kebun Agung, Kecamatan
Kaliwates, Kabupaten Jember?
c. Bagaimana cara untuk meningkatkan

motivasi-peran

serta

masyarakat dalam rangka tercapainya target ODF di Posyandu.....,


Kelurahan

Kebun Agung,

Kecamatan

Kaliwates,

Kabupaten

Jember?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan motivasi-peran serta masyarakat dalam rangka
tercapainya

target

ODF

di

wilayah

kerja

Puskesmas

Kaliwates.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui faktor faktor penyebab belum tercapainya target
ODF di Posyandu..... Kelurahan Kebun Agung, Kecamatan
Kaliwates, Kabupaten Jember.
2) Mengetahui pemecahan masalah belum tercapainya target
3

ODF

di

Posyandu

.......

Kelurahan

Kebun

Agung,

Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.

1.4. Manfaat Kegiatan


1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Memberikan informasi tentang penyebab belum tercapainya


ODF di Posyandu, Kelurahan Kebun Agung, Kecamatan

Kaliwates, Kabupaten Jember


Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
program rutin Puskesmas Kaliwates untuk wilayah Posyandu
lain sehingga dapat terwujud desa Open Defecation Free di
wilayah Puskesmas Kaliwates

Dapat memberikan masukan kepada Dinas terkait dengan


program-program yang dilaksanakan.

1.4.2 Manfaat bagi Dokter Internsip dan sejawat lainnya

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor


yang mempengaruhi perilaku buang air besar sembarangan
dan tahapan cara penanggulangan masalah tersebut melalui
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB)

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan dampak buruk


dari buang air besar sembarangan (BABS).

Berkurangnya angka kejadian penyakit menular kususnya


diare yang disebabkan oleh karena

buang air besar

sembarangan (BABS).

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam


menjaga kesehatan lingkungan.

Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai jamban sehat


disertai peningkatan kesadaran untuk berperilaku buang air
besar di jamban diharapkan masyarakat mampu berperilaku
dan berperan aktif dalam peningkatan sarana sanitasi dasar

Anda mungkin juga menyukai