Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, pada
tahun 2015 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak
229 dari 27.344 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 8,38 per 1.000 KH. Jumlah kematian bayi di Kota Semarang
terjadi penurunan sejak tahun 2011 sampai 2015 yaitu berturut-turut 314
kasus kematian bayi pada tahun 2011, 293 kasus kematian bayi pada tahun
2012, 251 kasus kematian bayi pada tahun 2013, 253 kasus kematian bayi
pada tahun 2014 dan 229 kasus kematian bayi pada tahun 2015. Jika
dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan bahwa pada tahun
2015 target AKB di bawah 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang
telah mencapai target.
Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir atau neonatal (umur 0 28 hari).Masalah
neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), infeksi, komplikasi perinatal. Perawatan tali pusat
yang salah tidak menggunakan bahan yang steril untuk menutup tali pusat
sehingga ini rentan terjadi infeksi, karena tali pusat dapat menjadi tempat
perkembangbiakan kuman penyakit (Sodikin, 2009;4-5).
Pertolongan pada saat persalinan dan pemotongan talipusat banyak
yang tidak steril serta perawatan talipusat paska bayi lahir harus
diperhatikan

kebersihannya,

karena

dapat

menyebabkan

masuknya

mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi neonatorum dan akan


menyebabkan sepsis. Perawatan yang bersih dan steril pada saat
pengekleman, pemotongan dan pengikatan tali pusat, serta perawatan
talipusat selanjutnya merupakan prinsip utama untuk mencegah terjadinya
sepsis karena infeksi pada talipusat.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
kolostrum dapat mempercepet proses pelepasan talipusat dan memperkecil
resiko infeksi. Fakta menujukkan bahwa di lahan penggunaan kolostrum

sebagai bahan untuk perawatan tali pusat sampai saat ini masih jarang ada
yang mengetahui dan masih jarang digunakan.
Dari hasil survei

yang dilakukan peneliti di Puskesmas Srondol

Semarang pada bulan April 6 nifas, bulan Mei 7 nifas dan bulan Juni 8 nifas.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengidentifikasi
efektivitas pengolesan ASI terhadap lama pelepasan talipusat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas Pengolesan ASI Terhadap lama Pelepasan Tali Pusat?
C. Batasan Masalah
Fokus masalah efektivitas pengolesan ASI terhadap percepatan pelepasan
tali pusat

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tali Pusat
1. Struktur Tali Pusat
Menurut Ria Riksani (2012: 2) tali pusat (funiculus umbilicalis) merupakan
sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
Melalui tali pusat ini makanan, oksigen, serta nutrisi lain yang dibutuhkan

oleh bayi disalurkan dari peredaran darah sang ibu. Tali pusat hanya berperan
saat proses kehamilan, setelah janin lahir maka tali pusat sudah tidak
dibutuhkan lagi. Itu sebabnya tindakan yang paling sering memotong tali
pusat dan mengikat higga akhir beberapa hari tali pusat akan mengering dan
mengelupas dengan sendirinya. Tali pusat merentang dari umbilicus(pusar)
janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih
50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2cm.
Penempelan tali pusat pada permukaan plasenta itu beragam. Ada
yang menempel pada bagian tengan plasenta( insersio sentralis) paling sering
ditemukan, ada yang menempel di tepi plasenta( insersio lateralis), dan
menempel di pinggir ( insersio marginalis). Tali pusat berbentuk menyerupai
tali. Biasanya melingkar- lingkar dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
Tali pusat terlihat mengkilap dan berwarna kebiru-biruan, yang menunjukkan
bahwa terdapat pembuluh darah di dalamnya.
Struktur tali pusat terdiri dari:
a. Cairan ketuban
Cairan ketuban ( amnion) menutupi tali pusat. Di bawah balutan cairan
amnion ini terlihat terlihat pembuluh- pembuluh darah yang terdapat di
dalam tali pusat.
b. Pembuluh darah
Tali pusat mengandung beberapa pembuluh darah yang bereran
menghubungkan antara janin dengan plasenta. Pembuluh darah
tersebut yaitu 2 pembuluh darah arteri 1 pembuluh darah vena. Ketiga
pembuluh darah ini mebentuk pilinan di dalam tali pusat.
1) Pembuluh darah vena umbilicalis berperan membawa oksigen dan
nutrisi ke sistem pembuluh darah janin dari peredaran darah ibu.
Darah yang di angkut pembuluh vena merupakan darah yang sudah
dibersihkan dari plasenta ke janin
2) Pembuluh darah arteri berperan dalam mengembalikan produk sisa
dari janin ke plasenta. Dikatakan produk sisa, karena oksigen dan
segala nutrisi yang terkandung sudah diambil oleh janin, yang
kemudian terdapat produk sisa yang akan dikembalikan ke
peredaran darah ibu untuk diekskreskan.

3) Kecepatan peredaran darah dalam tali usat sekitar 400 ml per


menit. Kecepatan peredaran darah ini yang membuat tali pusat
menjadi pilinan
c. Jeli wharton
Merupaka zat yang terasa lengket terbuat dari substansi gelatinosa.
Jeli wharton ini yang mengelilingi pembuluh darah, sekaligus
melindungi pembuluh darah dari tekanan.
2. Fungsi Tali Pusat
Selama dalam rahim paru-paru janin belum berfungsi dengan optimal.
Sehingga fungsi pernapasan yaitu pertukaran gas, sepenuhnya dilakukan oleh
plasenta. Seluruh aktivitas yang ada di plasenta yang dibutuhkan oleh janin,
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, disalurkan melalui
tali pusat ke janin. Tali pusan juga berperan sebagai saluran untuk
mengeluarkan bahan sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan
gas karbondioksida. Lalu akan dikembalikan ke peredaran darah ibu yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh ibu (Riksani, 2012: 7).

3. Perawatan tali pusat


Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2009: 59) perawatan tali pusat merupakan
tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir
agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi
Alat dan bahan yang digunakan yaitu kain kassa steril dan air bersih dan
sabun
Berikut ini prosedur perawatan tali pusat:
a. Cuci tangan
b. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun bilas dan keringkan dengan
menggunakan kassa steril
c. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan
tutupi dengan kain bersih secara longgar
d. Lipat popok dibawah sisa tali pusat
e. Jika tali pusat terkena kotoran feses, cuci dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan
f. Cuci tangan
4. Waktu dan proses putusnya tali pusat

Proses putusnya tali pusat dimulai dari tali pusat yang kehilangan air dari jeli
Wharton yang menyebabkan mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah
lahir. Dalam dua puluh empat jam jaringan ini kehilangan warna putih
kebiruannya yang khas. Penampilan yang basah dan segera menjadi kering
dan hitam (gangrene) yang dibantu oleh mikroorganisme. Perlahan-lahan
garis pemisah timbul tepat diatas kulit abdomen, dan dalam beberapa hari itu
terlepas, meninggalkan luka granulasi kecil yang setelah sembuh membentuk
umbilicus (pusar).
Tali pusat normalnya mengkerut dan mengering dalam beberapa hari
pertama dan kemudian lepas satu sampai dua minggu pertama. Adanya darah
dari dasar tali pusat ketika lepas secara bertahap adalah normal. Tanda infeksi
seperti bau menyengat, kemerahan pada kulit dasar tali pusat, kemerahan
yang menyebar ke abdomen, dan purulen harus dilaporkan (Walsh, 2007 :
377).
B. ASI (Air Susu Ibu)
1. Pengertian ASI
Menurut Anik Maryunani (2012: 40) Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi
lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
disekresikan oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan
bayi.Asi sangat sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Tiga stadium Asi :
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar,berwarna
kekuning-kuningan.Banyak mengandung protein, antibody ( kekebalan
tubuh), immunoglobulin.
Kolostrum mempunyai fungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi ,
Apabila ibu terinfeksi maka sel darah putih dalam tubuh ibu membuat
perlindungan terhadap ibu dan sebagian sel darah putih menuju
payudara akan membentuk antibody dan antibody akan keluar
memlaui ASI sehingga melindungi ASI.
b. Air susu transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10 yang
mengandung karbohidrat dan lemak.
c. Air susu matur

Ais susu matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya yang
berwarna putih kekuning-kuningan , karena mengandung casineat,
riboflaum dan karotin.
2. Kandungan ASI
Menurut Anik Maryunani (2012: 45) ASI mengandung zat gizi yang secara
khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuhnya.kandungan ASI yang utama terdiri
dari:
a. Laktosa ( karbohidrat)
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan
sebagai sumber energi, meingkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh,
merangsang tumbuhnya laktobasilus bifidus
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengaturan suhu
tubuh bayi, yang mempunyai fungsi sebagai penghasil kalori/energi
utama, menurunkan resiko penyakit jantung di usia muda.
c. Protein
Zat gizi yang mempunyai fungsi untuk mengatur dan membangun
tubuh bayi.Komponen dasar protein adalah asam amino ,yang
mempunyai fungsi sebagai pembentuk struktur otak.
d. Garam dan mineral
Asi mengandung mineral yang lengkap walaupun kadar relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.
e. Vitamin
Asi mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, Karena bayi baru
lahir ususnya belum mam[u membentuk vitamin K.Vitamin-vitamin
tersebut antara lain:
1) Vitamin A: Vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan
pengelihatan bayi
2) Vitamin D
3) Vitamin E: terdapat dalam kolostrum
4) Vitamin K : berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang
cukup dan mudah diserap.

3. Kandungan ASI sebagai zat pelindung


ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. ASI
mengandung beberapa zat pelindung antara lain:
a. Faktor bifidus
Zat yang berperan untuk meransang pertumbuhan bakteri lactobacilus
bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau
penyakit merugiakn ,seperti keluarga coli.
b. Lactobacilus bifidus
Lactobacilus
bifidus
berfungsi
menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai


penyakit atau gangguan kesehatan.Bakteri ini juga berguna untuk
mengahambat pertumbahan bakteri yang merugikan.
c. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang yang berkaitan dengan zat besi.laktoferin
berfungsi

menghambat

perkembangan jamur kandida dan bateri

stafilokus yang merugikan kesehatan bayi.


d. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan antiinfalmatory,bekerjasama

dengan

peroksida

dan

menyerang e-coli dan sebagaian spesies salmonela.


e. Immunoglobulin (Antibody)
Immunoglobulin dalam kolostrum atau ASI

askorbat

untuk

kadarnya

cukup

tinggi.Sektori Ig.A tidak diserap tetapi dapat dilumpuhkan bakteri


patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
f. Sel darah putih hidup
Sel darah putih pada ASI 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil.Terdiri dari tiga macam yaitu:
a. Brochus-Asociated Lympocyte Tissu (BALT) antibody pernafasan
b. Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibody saluran
pernafasan
c. Mammry asociated lympocyte tissue ( MALT) anti body jaringan
payudara ibu.

C. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
a. Faktor-faktor
Predisposing
(predisposing
faktor)
Faktor-faktor
predisposing

adalah

faktor-faktor

yang

mempermudah

atau

mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini


mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling faktor) Faktor-faktor pemungkin
adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku
atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka
faktor-faktor

ini

disebut

juga

faktor

pendukung.

Misalnya

Puskesmas,Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat


pembuangan sampah, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor) Faktor-faktor penguat adalah
faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undangundang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari
pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6
langkah proses perubahan perilaku kesehatan yaitu :
1) Penilaian Sosial Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan
kebutuhan dan kualitas hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana
memperluas pemahaman mereka pada masyarakat dimana mereka
bekerja dengan beragam data, tindakan terpadu. Penilaian sosial
penting untuk berbagai alasan yaitu pengaruh antara kesehatan dan

kualitas hidup yang saling berpengaruh timbal balik dengan


pengaruh masing-masing.
2) Penilaian Epidemiologi

Penilaian

epidemiologi

membantu

menetapkan permasalahan kesehatan yang terpenting dalam suatu


masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengankualitas hidup dari
masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai permasalahan
kesehatan yang meluas di masyarakat.
3) Penilaian Perilaku dan Lingkungan Penilaian perilaku dan
lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi konstribusi
kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya
hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan kepada
kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar
kepada seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan,
yang

dapat

dimodifikasi

untuk

mendukung

perilaku

atau

memengaruhi hasil kesehatan.


4) Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang
harus ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan.
Faktor

ini

diklasifikasikan

sebagai

pengaruh,

penguat

dan

pemungkin dan secara bersama-sama memengaruhi kemungkinan


perubahan perilaku dan lingkungan.
5) Penilaian Administrasi dan Kebijakan Merancang intervensi yang
strategis dan rencana akhir untuk implementasi. yaitu, administrasi
dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan
kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam
konteks program diorganisasi yang dapat menfasilitasi atau
menghalangi program implementasi.
6) Implementasi dan Evaluasi Dalam langkah ini program kesehatan
siap untuk dilaksanakan untuk mengevaluasi proses, dampak dan
hasil dari program, final dari tiga langkah dalam model perencanaan
precede-proceed, secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat
tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing,

reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor


lingkungan.
2. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku
itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut
tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah
kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah
psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para
ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu
diukur dari :
a. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil


keputusan

dan

menentukan

tindakan

terhadap

masalah

yang

dihadapi.Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang :


1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya
intelegensia, minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall)
terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat


menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

10

5) Sintesa Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan


atau

6)

menghubungkan

bagian-bagian

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan baru.
Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi /
objek.

b.

Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek


2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek)


mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
c. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek
sepengaruh dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
praktik tingkat pertama.

11

2) Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu


sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga
dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo
(2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2) Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial) Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya
yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah

12

pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses


terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :

1.
2.
3.
4.

1. Pengetahua
n
Pengalama
2. Persepsi
n
Perilaku
3. Sikap
Keyakinan
4. Keinginan
FasilitasSumber : Skinner (1938), dalam Notoatmodjo (2007)
5. Kehendak
SosialGambar 2.1 Determinan
Perilaku Manusia (Notoatmodjo, 2007)
6. Motivasi
7. Niat

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang pengolesan ASI
terhadap percepatan pelepasan talipusat
2. Mengidentifikasi rata-rata waktu lepas tali pusat dengan pengolesan
ASI
3. Mengidentifikasi rata-rata waktu lepas tali pusat dengan kassa kering
4. Mengetahui keefiktifan pengolesan ASI dibanding dengan kassa kering
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkannya dalam
perawatan tali pusat sehari-hari
2. Bagi mahasiswi bidan, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
informasi dalam upaya meningkatkan mutu ketrampilan dan dapat
menerapkannya dalam pelayanan kebidanan.
3. Bagi bidan, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai strategi
efektif dalam pelayanan kebidanan

13

BAB VI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat yang akan kami pilih untuk melakukan penelitian berdasarkan
musyawarah tim peneliti dan pembina adalah:
1. Pengkajian informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang
pengolesan ASI pada tali pusat untuk mempercepat lepasnya tali pusat
2. Pengambilan sampel ASI dilakukan di rumah responden
3. Pengujian keefektifan pengolesan ASI pada tali pusat dilakukan di rumah
responden
4. Mencari informasi diinternet terkait permasalahan di Kampus Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang Jl. Tirto Agung Pedalangan
Banyumanik Semarang
5. Mencari sumber referensi terkait dengan ASI, kandungan ASI, tali pusat,
perawatan tali pusat, lama perawatan tali pusat di Perpustakaan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Jl. Sriwijaya No. 29A Semarang
B. Kerangka Konsep
Pada pengamatan

ini

terdapat

kerangka

konsep

dalam

proses

pengamatannya,yakni sebagai berikut:


1. Studi Literatur
Topik pengamatan yang dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang
selalu timbul berkaitan dengan pelepasan tali pusat. Sampai saat ini
masih banyak tali pusat yang lama kering sehingga ibu-ibu yang
mempunya bayi takut untuk menyentuh bayinya, bahkan jarang juga bayi
tidak

dimandikan.

Studi

literatur

yang

dilakukan

berdasarkan

pengalaman peneliti sebelumnya bahwa ada asumsi ASI yang dioleskan

14

pada tali pusat dapat mempercepat kering dan pelepasan tali pusat.

2. Perancangan dan Penulisan


Ide Penelitian:
1. Tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan tali pusat
2. Pengurangan tingkat infeksi tali pusat
3. Pemanfaatan ASI

Eksplorasi Permasalahan:
1. Kurangnya tingkat pengetahuan ibu bahwa ASI dapat
digunakan untuk mempercepat keringnya tali pusat
2. Banyaknya infeksi tali pusat yang sering terjadi karena
kurangnya kebersihan dalam perawatan tali pusat
3. Kurangnya pemanfaatan ASI dalam kehidupan sehari-hari

Tinjauan Pustaka:
1. Tinjauan umum mengenai pengetahuan dan perubahan
perilaku
2. Tinjauan umum mengenai tali pusat
3. Tinjauan umum mengenai ASI
4. Tinjauan umum mengenai cara perawatan tali pusat

EFEKTIFAN PENGOLESAN ASI TERHADAP LAMA


PELEPASAN TAI PUSAT

15

KESIMPULAN DAN SARAN

3. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel ,yaitu :


a. Variabel bebas: jenis pembungkus tali pusat yaitu kassa kering dan kassa
kering yang diolesi ASI
b. Variabel terikat: seberapa lama ASI dapat mempercepat pelepasan tali
pusat
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek dan fenomena
(Hidayat, 2011).
No
1.

2.

Variabel
penelitian
Pengolesa
n ASI

Lama
Pelepasan
Tali Pusat

Definisi

Cara ukur

Hasil ukur

Skala

Kegiatan yang
dilakukan
peneliti dalam
pemberian ASI
pada seluruh
bagian tali pusat
mulai saat usia
bayi 6 jam
setelah kelahiran
hingga tali pusat
lepas dari perut
bayi. Kegiatan
pengolesan ASI
dilakukan
sebanyak dua
kali sehari setiap
habis mandi
Waktu yang
dibutuhkan
sejak
penanganan
aseptik dini
hingga tali pusat
lepas dengan
sendirinya

Mengoleskan
ASI
menggunakan
cutton bud
sebanyak 2
kali olesan
pada setiap
kali tindakan

1 = tali
pusat belum
kering
2 = tali
pusat sudah
kering

Nominal

Observasi atau
pengamatan
langsung

<5 hari =
Interval
cepat
5-7 hari =
normal
>7 hari =
lama(Paisal,
2009)

16

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik studi pustaka melalui buku,
internet, koran, majalah dan lain- lain untuk mengetahui informasi dan memahami
konsep tentang pengetahuan, ASI dan tali pusat. Penulis juga melakukan
eksperimen pengolesan ASI secara langsung pada tali pusat dan mengobservasi
lamanya pelepasan tali pusat.Dalam penelitian ini data yang diperoleh juga dengan
kuesioner terstruktur yang ditujukan langsung kepada responden.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dan bayi baru lahir pada
bulan Agustus 2016 di Wilayah Kecamatan Banyumanik Semarang
2. Besar Sampel dan Prosedur Pemilihan Sampel
Sampel diambil dari ibu nifas dan bayi baru lahir yang ada di Wilayah
Kecamatan Banyumanik Semarang sebanyak 30 sampel.
15 sampel bayi baru lahir diberi perlakuan dengan mengoleskan ASI pada tali
pusat dengan dibungkus kassa dan 15 sampel tali pusat bayi hanya dibungkus
dengan kassa kering saja.
E. Instrumen Penelitian dan Cara Pengukuraan
1. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner terstruktur tentang
sikap, pengetahuan, kepercayaan dan budaya yang dianut ibu berkaitan dengan
pengolesan ASI untuk mempercepat pelepasan tali pusat dan observasi
langsung.
2. Pengukuran validitas eksperimen
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Uji T Independent T Test.
Pengukuran ini ditujukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan lama
percepatan pelepasan tali pusat antara perlakuan A dan perlakuan B pada tali
pusat bayi baru lahir yang ada di daerah Kecamatan Banyumanik Kabupaten
Semarang. Penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak 30 responden
yang dibagi menjadi 2 kategori perlakuan dengan yang pertama yaitu seluruh
tali pusat di olesi ASI selanjutnya di bungkus kassa kering dan yang kedua tali
pusat yang hanya dibungkus dengan kassa kering saja.

F. Pengolahan Data
Dalam analisis pengolahan data, penulis memperoleh data dengan melakukan
pendekatan qualitatif secara langsung kepada ibu-ibu untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang pengolesan ASI pada tali pusat.

17

Data data yang telah terkumpul diolah dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Melakukan pengeditan atau pengecekan ulang data diantaranya kelengkapan
identitas pengisi, kelengkapan kuesioner dan kelengkapan pengisian soal.
Editing dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga apabila terdapat
ketidaksesuaian dapat dilengkapi dengan segera.
2. Coding
Melakukan
pemberian
kode
untuk
memudahkan

pengolahan,

mengklasifikasikan hasil pengamatan secara langsung kedalam kategori. Untuk


perawatan tali pusat dengan kassa kering diberi kopde 1 dan perawatan tali
pusat dengan diolesi ASI dan dibungkus kassa kering diberi kode 2.
3. Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel-tabel sesuai dengan
kriteria.
4. Entry data
Memasukkan data yang telah ditabulasi ke dalam computer
G. Analisis Data
Analisis data adalah mengelompokkan, membuat secara urut dan menyingkat data
sehingga mudah untuk dibaca . Data yang telah terkumpul dianalisa secara
deskriptif dengan menggunakan alat bantu komputer.
1. Analisis univariat
Dilakukan untuk menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui
karakteristik subjek dari penelitian. Dalam penelitian ini, analisa univariat
digunakan untuk mengetahui proporsi dari masing-masing variabel penelitian,
yaitu variabel bebas terdiri atas perawatan tali pusat dengan kassa kering dan
perawatan tali pusat dengan diolesi ASI dan dibungkus kassa kering dan
variabel terikatnya adalah lama pelepasan tali pusat.
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variable terikat. Dalam
penelitian, analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan/perbedaan
variabel bebas yang terdiri atas perawatan tali pusat dengan kassa kering dan
perawatan tali pusat dengan diolesi ASI dan dibungkus kassa kering serta
variabel terikat lama pelepasan tali pusat. Dalam analisa bivariat dilakukan
dengan uji statistik T Indepedent T.Test.

18

19

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelepasan Tali

Pelepasan Tali
No

Nama Pasien

Pusat Dengan

Nama Pasien

Kassa Kering
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

By Ny Sri Rahayu
By Ny Santy

5 Hari
8 Hari

By Ny Rismyati
By Ny
Suprihatin
By Triwahyuni

Pusat Dengan

A. Hasi
l

Kassa Kering
Dan Asi
7 Hari
5 Hari

By Ny Yunita
9 Hari
6 Hari
By Ny Sayyidah
7 Hari
By Ny Nofi
5 Hari
By Ny Lili Se
5 Hari
By Ny Syahriyati
4 Hari
By Ny Titin
5 Hari
By Ny Aprelia
6 Hari
By Ny Purwati
5 Hari
By Ny Karsini
6 Hari
By NY Sarwindah
5 Hari
By Ny Indriawati
7 Hari
By Ny Lia
7 Hari
By Sayyidah
5 Hari
Penelitian
Perawatan tali pusat dengan kassa kering dan perawatan tali pusat dengan
diolesi ASI dan dibungkus kassa kering dan variabel terikatnya adalah lama
pelepasan tali pusat. Setelah prosedur eksperimen dilakukan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Data Pemantauan Pelepasan talipusat
B. Pembahasan

Kesimpulan
:
Terlihat pada kolom signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikasi <0,05, maka Ho
ditolak. Berarti populasi tidak berdistribusi normal.

20

Kesimpulan
:
Pada grup statistics terlihat pada kolom mean dengan perlakukan pengolesan ASI
didapatkan hasil 5,93, sedangkan pada kelompok perlakuan dengan kassa kering
dan ASI didapatkan hasil 1,20 dari data keseluruhan.

Kesimpulan
:
Pada nilai Sign (2-tailed) Ho ditolak karena nilai 0,000 < 0,005, berarti dalam
penelitian ini rata-rata pelepasan tali pusat yang hanya diolesi ASI sama dengan
pelepasan talipusat dengan kassa kering.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
Pengolesan ASI pada tali pusat mempengaruhi lama pelepasan tali pusat. Tetapi
tidak terdapat perbedaan lama yang signifikan antara pengolesan ASI dengan kassa
kering. Karena dalam penelitian ini rata-rata lama pelepasan tali pusat dengan
kedua perlakuan memiliki waktu yang hampir sama.
B. Saran
1. Perlu adanya pengenalan lebih lanjut tentang metode pengolesan ASI ini kepada
masyarakat.

21

2. Perlu adanya usaha dari petugas kesehatan bahwa pengolesan ASI ini aman
untuk diterapkan
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap metode pengolesan ASI pada
talipusat ini supaya dapat dikembangkan dalam dunia kesehatan.

22

DAFTAR PUSTAKA
Riksani, Ria. 2012. Keajaiban Tali Pusat dan Plasenta Bayi. Jakarta: Dunia
Sehat
Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: Trans Info Media
Chumbley, Jane. 2004. Seri Panduan Praktis Keluarga Menyusui. Jakarta:
Erlangga
Sabarguna, Boy S. 2008. Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Mahasiswa D3
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
User. 19 February 2015. Rapat Kerja Kesehatan Daerah Prov. Jateng Th. 2015.
(Online).
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/index.php/39rokcontent/frontpage/103-rapat-kerja-kesehatan-daerah-provinsi-jawatengah-tahun-2016, diakses tanggal 22 Februari 2016).

23

Lampiran 1

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini, yaitu:


a. Mempersiapkan alat dan bahan
Alat dan bahan dalam penelitian ini antara lain:
Gambar

Nama Alat dan Bahan

Sarung tangan medis

Kassa Steril

Bak Instrumen

Fungsi
Sarung tangan medis
sebagai pelindung
tangan

Untuk membungkus
talipusat

Alat untuk tempat


handscoon steril dan
sendok steril
Lampiran
2

PERSONALIA TENAGA PENELITI BESERTA KUALIFIKASINYA


Nama Mahasiswa
Nim
Jenis Kelamin
Jurusan

: Dian Ayu Lestari


: P1337424114026
: Perempuan
: Kebidanan

24

Program Studi
No. Hp/ Email

: D III Kebidanan Semarang


: 082217359653/ dian.sunu@gmail.com

Anggota 1
Nama Mahasiswa
Nim
Jenis Kelamin
Jurusan
Program Studi
No. Hp/ Email

: Anganda Wigi Ramandhani


: P1337424114025
: Perempuan
: Kebidanan
: D III Kebidanan Semarang
: 081227117438/ anganda_w@yahoo.com

Anggota 2
Nama Mahasiswa
Nim
Jenis Kelamin
Jurusan
Program Studi
No. Hp/ Email

: Eza Yayang
: P1337424114012
: Perempuan
: Kebidanan
: D III Kebidanan Semarang
: 085736790382/ ezayayang4@gmail.com

Anggota 3
Nama Mahasiswa
Nim
Jenis Kelamin
Jurusan
Program Studi
No. Hp/ Email

: Dewi Kartika Mayasari


: P1337424114030
: Perempuan
: Kebidanan
: D III Kebidanan Semarang
: 085725254904/ mayangsari546@gmail.com

Anggota 4
Nama Mahasiswa
Nim
Jenis Kelamin
Jurusan
Program Studi
No. Hp/ Email

: Intan Novita Sari


: P1337424114027
: Perempuan
: Kebidanan
: D III Kebidanan Semarang
: 085642803020/ intannovitasari17@gmail.com

25

Anda mungkin juga menyukai