Anda di halaman 1dari 2

Tinjauan Pustaka

Terapi musik
Musik adalah suara yang memiliki harmoni yang menyenangkan, dinamika, ritme, tempo dan
volume, sedangkan terapi musik adalah intervensi terstruktur dengan menggunakan musik yang
tujuan untuk mencapai tujuan terapi tertentu (Allen, 2013). Menurut Supnet et al. (2016), musik
terapi yaitu terapi non invasif yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, stress, cemas dan
depresi dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan
fisik dan mental.
Manfaat terapi musik
Musik terapi banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan dan
memulihkan kondisi fisiologis pasien. Mekanisme kerja musik yang mempunyai efek distraksi
untuk mengurangi rasa sakit, stress, kecemasan dan juga menurunkan tekanan darah (Supnet et
al, 2016). Manfaat dari terapi musik telah dibuktikan dalam beberapa penelitian yang telah
dilakukan. Standley (2012) menemukan musik terapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan
asupan makanan pada bayi prematur di ruang NICU yang mana mempunyai manfaat positif
mengurangi lama rawat dan meningkatkan pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Loewy,
et al (2013) menemukan bahwa penggunaan musik terapi dengan ritme, timbre dan vokal suara
yang lembut pada bayi di ruang NICU mempengaruhi fungsi jantung dan pernapasan menjadi
lebih baik. Pada bayi prematur juga ditemukan terapi musik dapat meningkatkan perilaku
menyusu dan menghisap bayi. Penelitian lain dilakukan oleh Arnon (2011) pada ruang NICU di
Israel dan menemukan bahwa terapi musik dapat mengurangi stress dan menyediakan stimulasi
perkembangan bayi selama periode kritis perkembangan bayi.
Jenis musik untuk terapi musik
Pemilihan jenis musik berkontribusi terhadap efek terapeutik yang dihasilkan. Sebagai contoh,
musik yang dapat mendorong relaksasi memiliki irama yang konsisten dan stabil (kurang dari 80
ketukan per menit); melodi yang halus, mengalir dan dapat diprediksi, struktur harmonik yang
konsonan dan menyenangkan serta dapat dinikmati (Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M.F

2014). Di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU), level suara dari musik terapi sebaiknya
kurang dari 45 dB. Peningkatan level suara berkontribusi mengganggu pola tidur normal bayi
yang penting untuk perkembangan sistem saraf pusat (CNS), apnea, bradikardia, fluktuasi
tekanan darah mendadak dan saturasi oksigen, kerusakan koklea, serta keterlambatan
perkembangan (Almadhoob & Ohlsson, 2015).
Penelitian oleh Dr. Alfred Tomatis menunjukkan bahwa suara ibu dan musik klasik dapat
merangsang otak sehingga menimbulkan gerakan motorik tertentu pada janin dan bayi baru lahir.
Suara ibu dan musik klasik juga dapat mengatur cepat atau lambatnya denyut jantung janin atau
bayi serta merangsang penambahan berat badannya (Wangsa, 2013). Musik klasik gubahan
Wolfgang Amadeus Mozart dianjurkan sebagai musik untuk terapi. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa musik karyanya memberikan efek paling positif bagi perkembangan janin,
bayi dan anak-anak. Melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu
merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak (Hastomi & Sumaryati,
2012).

Referensi tambahan:
Allen, K. (2013). Music therapy in the NICU. National Association of Neonatal Nurses. doi:
10.1097/ANC.0b013e3182a0278b
Standley J. (2012). Music therapy research in the NICU: an updated meta-analysis. Neonatal
Netw. 31, 311-316
Wangsa, T. (2013). Mukjizat musik: Terapi jitu untuk kecerdasan anak melalui musik.
Yogyakarta: Lintang Aksara
Hastomi, I, Sumaryati, E. (2012). Terapi musik: Tips-tips bagaimana memaksimalkan musik
sebagai terapi untuk mendongkrak kecerdasan dan semangat belajar anak. Yogyakarta:
Jovalitera

Anda mungkin juga menyukai