Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS

Disusun Oleh :
1. Lia Nurul Latifah

(20120320001)

2. Maya Citra Dewi

(20120320002)

3. Dewi Arina Hayati (20120320005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
(Pre-Conference)
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS
A. D efinisi
H yp erblirubine mia adalah suatu keadaan di mana kadar bilirubin dala m darah
ba yi melebihi batas nor m al yang disertai jaundice / ikterus (kuning) yang tam p a k pada
kulit, mu kosa, sclera mata, dan urine (Gu yton & H all, 2012). Istilah jaundice (berasal
dari bahasa Perancis jaune, yang berarti kuning) atau ikterus (berasal dari bahasa
Y u nani icteros ) menunjukkan pe warnaan kuning pada k ulit, sklera atau me mbran
m u kosa

sebagai

akibat

penu mp u kan

bilirubi n

yang

berlebihan

pada jaringa n

(Rohsis wat mo, 2013). Kadar bilirubin seru m total (BS T) > 5 mg/d L (86 mol/L)
disebut dengan hiperbilirubine mia.
B. Faktor Resiko
A A P ( American Academy of pediatrics) men yatakan terdapat beberapa faktor
uta ma atau faktor risiko m a yor pen yebab hiperbilirubine mia, diantaran ya adalah :
1. Sebelu m pulang , kadar bilirubin seru m total atau bilirubin transkutaneus terleta k
pada daerah risiko tinggi.
2. Ikterus mu ncul d ala m 24 ja m perta ma kehidupan.
3. Inco mp atibilitas golonga n darah dengan tes antiglobulin direk yang positif atau
pen ya kit he molotik lainnya ( d efisiensi G6P D ).
4. U mur keha milan 35 -36 mi n ggu.
5. Ri wa yat anak sebelu mn ya yang mendapat fototerapi.
6. Sefalhe mato m atau me m ar yang ber ma kna.
7. A SI eksklusif dengan cara dan pera watan yang tidak baik dan kehilangan berat
badan yang berlebihan.
8. R as Asia Ti mur.
Sedangkan untuk faktor Risiko minor adalah :
1. Sebelu m pulang , kadar bilirubin seru m total atau bilirubin transkutaneus terleta k
pada daerah risiko sedang.
2. U mur keha milan 37 38 minggu.
3. Sebelu m pulang neonatus ta mba k kuning.
4. Ri wa yat anak sebelu mn ya kuning.
5. B a yi ma kroso mia dari ibu D M.
6. U mur ibu 25 tahun.
Putri, dkk (2013) melakukan penelitian berkaitan dengan factor resiko
h yperbilirubine mia pada neonates yang hasilnya :
1. K etuban Pecah dini
K P D berhubungan dengan resiko terjadi infeksi. Sejak masa keha milan sam p ai
ketuban

pecah,

janin

relatif

terlindungi

dari

flora

mikroba

ibu

oleh

m e mbran/dinding korioa mniotik, plasenta, dan faktor antibakteria dala m air


ketuban. Beberapa tindakan medis yang men gga nggu integritas isi rahi m, dapat
m e mu dah kan organis me nor mal kulit atau vagina masuk sehingga men ye babka n
korioaa mnionitis dan infeksi sekunder pada janin ter masuk dapat berkem b a n g
m e njadi hiperbilirubine m ia
2. Air Ketuban Keruh
A K K juga berhubungan dengan terjadinya resiko infeksi pada bayi . Infeksi
pada janin dapat disebabkan oleh aspirasi air ketuban yang terinfeksi, dapat
m e n ga kibatkan neonatus lahir mati, persalinan kurang bulan, atau sepsis neonatal.
Sepsis pada neonatus yang beri mplikasi pada siste m gatroentrologi menim b ulka n
gejala hiperbilirubine mia. Organis me yang paling sering dite mu ka n dari air
ketuban yang terinfeksi adalah bakteri anaerobik, streptoko kus kelo m pok B,

Eschericia coli, dan mikoplas ma daerah genital.


3. Infeksi pada Ibu
Infeksi pada bayi baru lahir yang disebabkan infeksi toksoplas ma, Rubela,

Cytomegalovirus, atau herpes si mplex (infeksi TO R C H) akan men ye babka n


hepatitis. Pada keadaan ini terjadi kerusakan sel -sel hati yang men yebab kan aliran
bilirubin/e mp edu ke usus terha mbat, sehingga bilirubin yang dibuang m elalui
tinja berkurang. Akibatnya, terjadi peni mb unan bilirubin d i hati yang sebagian
akan masuk ke dala m aliran darah, sehingga men yebabkan kadar bilirubin
terkonjugasi di dala m darah me ningkat.

C. Etiologi

D. Fisiologi dan Patofisiologi


M e n urut Rohsis wat mo (2013) Hiperbilirubine mia u mu mn ya nor mal, han ya
10 % yang berpotensi menjadi patologis (ensefalopati bilirubin). Hiperbilirubine mia
yan g me n garah ke kondisi patologis antara lain :
(1) ti mbul pada saat lahir atau pada hari pe rta ma kehidupan,
(2) kenaikan kadar bilirubin berlangs ung cepat (> 5 mg/d L per hari),
(3) bayi pre matur,
(4) kuning me netap pada us ia 2 minggu atau lebih, dan
(5) peningkatan bilirubin direk > 2 mg/d atau > 20 % dari BS T.

Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus men gkonjugasi Bili rubin ( merubah Bilirubin
yan g larut dala m le ma k m e njadi Bilirubin yang m u dah larut dala m air) di dala m hati.
Frekuensi dan ju mlah konjugasi tergantung dari besarn ya he molisis dan ke matanga n
hati, serta ju mlah te mpa t ikatan Albu min (Albumi n binding site). Pada bayi yan g
nor mal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan men ghasilkan Enzi m
Glukoronil Transferase yan g me ma dai sehingga seru m Bilirubin tidak mencapai
tingkat patologis.

Sel darah merah pada neonatus beru mur sekitar 70 -90 hari, lebih pendek dari
pada sel darah merah orang de wasa, yaitu 120 hari. Secara nor mal pem e cahan sel
darah merah akan men ghasilkan he me dan globin. He me akan dioksidasi oleh enzi m
he me oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigm e n hijau). Biliverdin bersifat larut
dala m air. Biliverdin akan men gala mi proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu
gra m he mo globin dapat m e mproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari m etabolis me
ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albu mi n
dala m sirkulasi darah yang akan men gan gkutn ya ke hati . Bilirubin indirek dia mbil
dan di metabolis me di hati menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk akan diekskresika n
ke dala m siste m bilier oleh tra nsporter spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan
disi mp an di kantong em p e du berupa e mp edu. Proses minu m akan m erangsa n g
pengeluaran e mpedu ke dala m duodenu m. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel
usus tetapi akan dipecah m e njadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarka n
m elalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indire k

akan diabsorpsi ke mbali oleh darah dan diangkut ke mb al i ke hati terikat oleh albu mi n
ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
B a yi baru lahir dapat m e n gala mi hiperbilirubine mia pada minggu perta ma
kehidupann ya berkaitan dengan: (1) meningkatn ya produksi bilirubin (hem olisis) (2),
kurangn ya albu mi n sebagai alat pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati, (4)
penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan (6)
peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Paofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .
K ejadian yang sering dite mu kan adalah apabila terdapat pena mbahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat dite mu kan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisite mia. Gangguan pe mecahan Bilirubin plas ma juga
dapat meni mb ulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila
kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain
yan g

me mp erlihatkan

peningkatan

kadar

Bilirubin

adalah

apabila

dite mu ka n

gangguan konjugasi Hep ar atau neonatus yang men gala mi ganggu an ekskresi
misaln ya su mbatan saluran e mpedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringa n
tubuh. Toksisitas teruta m a dite mu kan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dala m air tapi mudah larut dala m le ma k. sifat ini me mu n gkinkan terjadin ya efe k
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat mene mb us sa war darah otak.
K elainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada u mu mn ya dianggap bah w a
kelainan pada saraf pusat tersebut mun gkin akan ti mbul apabila kadar Bilirubin
Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidakn ya kadar Bilirubin mel e wati sa war darah
otak ternyata tidak han ya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan
m u dah melalui sa war darah otak apa bila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
R endah , Hipoksia, dan Hipoglike mia

E. Terapi

The American Academy of Pediatrics (A A P) telah me mb uat para meter praktis


untuk tata laksana hiperbilirubine mia pada bayi cukup bulan yang sehat dan pedo ma n
terapi sinar pada bayi usia gestasi > 35 minggu. Pedo ma n tersebut juga berlaku pada
ba yi cukup bulan yang sehat dengan BFJ dan B MJ. A A P tidak me nganjurka n
penghentian ASI dan telah

mereko me ndasikan pe mberian ASI terus

menerus

( mini mal 8-10 kali dalam 24 ja m). Penggantian A SI dengan pe mberian air putih, air
gula atau susu for mula tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ maupun B MJ
yan g terjadi pada bayi cukup bulan sehat.
G artner dan Auerbach m e mp u n yai pendapat lain men genai pe mberian ASI
pada bayi dengan B MJ . Pada sebagian kasus B M J, dil akukan penghentian ASI
se mentara. Penghentian A SI akan me mberi kesem p atan hati mengkonjungasi bilirubin
indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun ma ka pengh entian ASI
dilanjutkan sa mp ai 18 -24 ja m dan dilakukan pengukuran kadar bilirubin setiap 6 ja m.
A p abila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selam a 24 ja m,
m a ka jelas pen yebabn ya bukan karena ASI, ASI boleh diberikan ke m bali sa mbil
m e n cari pen yebab

hiperbilirubine mia

yang lain. Jadi penghentian A SI

untu k

se mentara adalah untuk m e n e gakkan diagnosis.


Persa maann ya dengan A A P yaitu bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI
sela ma dala m proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ m eliputi (1)
pe ma ntauan ju mlah ASI yang diberikan apakah sudah mencu kupi atau belu m, (2)
pe mb erian ASI sejak lahir dan secara teratur minim al 8 kali sehari, (3) pem b erian air
putih, air gula dan for mu la pengganti tidak diperlukan, (4) pe mantauan kenaikan berat
badan serta frekuensi BA B dan B A K, (5) jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/d L,
perlu melakukan pena m bahan volu me cairan dan sti mulasi produksi A SI dengan
m elaku kan pe merasan payudara, (6) jika kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/d L,
perlu melaku kan terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil, dan (7) pe meriksaan
ko mp onen ASI dilakukan jik a hiperbilirubine mia menetap lebih dari 6 hari, kadar
bilirubin meningkat melebihi 20 mg/d L, atau ri wa yat ter jadi BFJ pada ana k
sebelu mn ya.
Y a n g di ma ksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dala m spektru m biru hijau (panjang gelo mb a ng antara 430 -490 n m), setidakn ya 30 W/c m 2 per n m
(diukur pada kulit bayi secara langsung di ba w ah pertengahan unit fototerapi) dan
diarahkan ke per mu kaan kulit bayi seluas -luasn ya. Pengu kuran harus dilakuka n
dengan radio meter spesifik dari manufaktur unit fototerapi tersebut.
Selanjutnya pertan yaan yan g sering ti mbul adalah kapan terapi sinar harus
dihentikan. Sa mp ai saat ini belu m ada standar pasti untuk men ghentikan terapi sinar,
akan tetapi terapi sinar dapat dihentikan bila kadar BS T sudah berada di ba wah nilai
cut off point dari setiap kategori. Untuk bayi yang dira wat di ru mah sakit perta ma kali
setelah lahir (u mu mn ya dengan kadar BS T > 18 mg/d L (308 mol/ L) m a ka terapi
sinar dapat dihentikan bila BS T turun sa mpai di ba wah 13 - 14 mg/d L (239 mol/ L).
U ntuk bayi den gan pen yakit he molitik atau dengan keadaan lain yang diterapi sinar di
usia dini dan dipulangkan sebelu m bayi berusia 3 -4 hari, direko me ndasikan untuk
pe meriksaan ulang bilirubin 24 ja m setelah dipulangkan. Ba yi yang dira w at di ru ma h

sakit untuk kedua kali dengan hiperbilirubine mia dan ke mu dian dipulangkan, jaran g
terjadi keka mb uhan yang signifikan sehingga pem eriksaan ulang bilirubin dilakuka n
berdasarkan indikasi klinis.
Sebagian besar unit neonatal di Indonesia masih m e mb erikan terapi sinar pada
setiap bayi baru lahir cukup bulan dengan BS T > 12 mg/d L atau bayi pre matur
dengan BS T > 10 mg/d L tanpa melihat usia. Diharapkan agar penggunaan terapi sinar
atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran A A P. Gartner dan Auerbac h
m ereko me ndasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/d L pada bayi cukup bulan, ma ka
penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatn ya. Terapi sinar harus segera
dilakukan bersa maan dengan pe meriksaan laboratoriu m darah untuk penegaka n
diagnosis BFJ dan B MJ . Pada beberapa kasus, pe mb erian cair an intra vena dapat
diperti mban gkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis. Terapi sinar dapat dilaku kan bila
ada riwa yat pada saudara sebelu mn ya men gala m i B MJ. Batas kadar bilirubin untuk
m elaku kan terapi sinar biasan ya lebih rendah pada kasus tersebut (< 12 mg/d L).
Pe ma ntauan lanjut saat ba yi sudah di ru mah juga penting dilakukan. Pe ma ntaua n
dapat berlangsung sela m a kurang lebih 14 hari. Pe ma ntauan dilakukan teruta ma jika
kadar bilirubin mencapai > 12 mg/d L.
Indikasi :
1. Setiap saat kadar bilirubin indi rek lebih dari 10 mg %
2.

Berat badan lahir yang sangat rendah, pen yakit he molitik pada neonatus

3. Pra transfusi tukar


4. Pasca transfusi tukar
K o mplikasi :

K erusakan retina mata


Urin kuning tua, tinja lem b e k/encer dan frekuensi meningkat
K e hilangan cairan tubuh tinggi
H yp oter mi atau hypertermi
S kin rash / erupsi pada kulit
W arna kulit seperti te mb aga
K o ntak ibu dan bayi berkurang
G a n gguan lainn ya misalnya : gangguan minu m letargi

F. D A F T A R P U S T A K A

Flynn and Mary Elizabeth. (2013). Implementation of the AAP


Hyperbilirubinemia Guidelines in a Newborn Nursery to Appropriately Screen
and Treat Newborns for Hyperbilirubinemia . USA : W R L C Digital Repository,
E T D @ C U A collection: January 2013
R o hsis wat mo, Rina wati. (2013). Buku Indonesia Men yusui. Jakarta : Ikatan
D o kter Anak Indonesia.
Putri, Rizky A malia and Setia wati E M, Mexitalia and Rini , Arsita Eka (2013)
Faktor Risiko Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Undergraduate thesis, Facult y
of M edicine Diponegoro U niversity.

G u yton and Hall. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : E G C
American Academy of Pediatrics http:// w w w.aap.org/
G. A S K E P

Pengkajian
Ri wa yat ibu

K etidaksesuaian golonga n darah (ibu golongan darah : O) dan rhesus negative


K o nsu msi obat-obatan dan ja mu sela ma ha mil
Pe mberian A SI
K elahiran pre matur
M asalah dala m persalinan : KP D, infeksi intrapartu m
Pe meriksaan fisik bayi

Ikterik pada sclera mata, kulit dan mu kosa


D e hidrasi
K ejang
M e n ghisap le ma h
Hipotonus
Pola pernafasan bayi dan bentuk dada bayi
APGAR
O utput dan input ma kanan dan cairan, B B ba yi
Suhu ba yi

Pengkajian psikososial

K o ntak ibu dan bayi akibat terapi blue light


Perasaan berakah orang tua
D a mp a k sakit pera watan phototerapi
Pengkajian tingkat pengetahhuan

Pera watan yanga akan dilakukan


Tingkat pendidikan
Diagnosa Keperawatan
1. Ikhterik Naonatus berhubungan dengan usia < 7 hari ditandai dengan kulit
ber warna kuning sa mpai orange dan profil darah abnor mal
2. K etidakefektifan pola nafas berhubun gan dengan maturitas neurologis ditandai
dengan pernafasan ireguler dan terdapat retraksi dinding dada
3. R esiko Hipoter mi denga n factor resiko usia ekstri m, lingkun gan bersuhu rendah,
m alnutrisi, B B ekstri m.
4. K etidaksei mb an gan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan den ga n
factor biologis dan ketidak ma mp uan ma kan ditandai dengan penurunan B B.
5. R esiko

kekuranga n

volu me

cairan

dengan

ketidakefektifan pe mberian ASI, usia ekstri m

factor

resiko

BB

ekstri m,

6. R esiko terhadap kerusakan integritas kulit dengan factor resiko terapi radiasi, usia
ekstri m, nutrisi tidak adekuat, i munodefisiensi, factor me kanik kapiler rapuh
dekat per mu kaan kulit.
7. R esiko infeksi dengan factor resiko malnutrisi dan gangguan inegritas kulit
8. Difisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangn ya

pajanan

(kuran g

infor masi) ditandai dengan men gun gkapkan masalah secara verbal.
9. A nsietas berhubungan dengan

perubahan status peran, fungsi peran, anca ma n

status terkini terkait kondisi ba yi ditandai dengan adan ya rasa kha watir
10. Hiperter mi berhubungan dengan suhu lingkun gan tinggi ditandai dengan latergi,
kulit ke merahan
11. K etidakefektifan Pe mbe rian ASI berhubungan dengan pre maturitas ditandai
dengan penurunan berat badan bayi dan ketidakcu kupan kese mpatan untu k
m e n ghisap pa yudara

Rencana Keperawatan
1. Ikhterik Naonatus berhubungan dengan usia < 7 hari ditandai dengan kulit
ber warna kuning sa mpai orange dan profil darah abnor mal
N O C : Gastrointestinal Function
T ujuan : fungsi gastrointestinal ke mb ali nor mal dengan kriteria hasil

Penurunan angka leukosit


W arna kulit ke mbali norm al
NI C : Infant Care
IN T E R V E N SI
B eri infor masi kepada keluarga tentang
perke mban gan kondisi bayi
M o nitor hasil laboratorium ba yi
M o difikasi lingkun gan yang a ma n
untuk ba yi

R A SI O N A L
M e n urunkan tingkat kecem asan
keluarga
M e n gatahui pen yebab gangguan pada
ba yi
M e ningkatkan safety pada ba yi

2. K etidakefektifan pola nafas berhubungan dengan m aturitas neurologis ditandai


dengan pernafasan ireguler dan terdapat retraksi dinding dada.
N O C: Respiratory status: ventilation
T ujuan : Menjaga dan m e ma ksi malkan fungsi paru
NI C: Respiratory monitoring
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

K u mp ulkan data yang berkaitan

Ri wa yat ibu atas penggu naan obat atau

dengan kega watan nafas

kondisi tidak nor mal selam a


keha milan dan proses persalinan

W a spada episode apnea yan gdeteksi deteksi dini dalam me nentukan tindaka n
berlangsung lebih dari 20 detik

selanjutnya

M e mb eri bantuan pernafasan

m e mb antu mencu kupi supplai oksigen

seperti oksigen

Pantau kajian gas darah untuk

deteksi dini untuk me ncegah hipoksia

m e n getahui asidosis pernafasan


m etabolik
3. R esiko Hipoter mi denga n factor resiko usia ekstrim, lingkun gan bersuhu rendah,
m alnutrisi, B B ekstri m.
N O C: Termoregulation status
T ujuan : tidak terjadi hipoter mia/h yperter mia
NI C : Termperature regulation
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

M o nitor suhu mini mal tiap 2 ja m

U ntuk me mo nitor suhu tbuh

Jaga te mperatur ruang pera watan

ruangan yang terlalu panas

25 C

m e n yebabkan perpindahan panas


secara infeksi

U kur suhu rektal terlebih dulu,

deteksi dini dala m me ne ntukan

ke mu dian suhu aksila setiap 2

tindakan selanjutnya

ja m/setiap kali diperlukan


La ku kan prosedur pengh angatan

m e n cegah pengeluaran suhu le wat

setelah bayi lahir

evaporasi

G a nti pakaian atau linen te mpat

M e n urunkan kehilangan panas melalui

tidur bila basah,pertahankan kepala

evaporasi

ba yi tetap tertutup
4. K etidaksei mb an gan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis dan ketidak ma mp uan ma kan ditandai dengan penurunan B B.
N O C: Breastfeeding Establishment Infant
T ujuan : Meningkatkan dan me njaga asupan kalori dan statusn ya gizi bayi
NI C: Nutrition manajemen
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

A w asi reflek men ghisap bayi dan

ke ma mp uan men ghisap dan menelan

ke ma mp uan menelan

yan g

le mah

dapat

m e n yebabka n

kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi


A w asi dan hitung kebutuhan kalori

m e n getahui

kebutuhan

kalori

ba yi

dibutuhkan bayi.

K e butuhan A SI 60/kg B B/24 ja m

A SI men gandun g zat gizi yang

dengan kenaikan 30 cc/hari,di

diperlukan tubuh

yan g

pertahankan pada hari ke -7 sa mp ai


1 bulan
Ti mban g

bayi

hari,bandingkan
dengan
diberikan.

asupan

berat
kalori

setiap

M e n getahui perke mban gan dan

bada n

ke mu n gkinan terjadinya penurunan

yan g

B B yan g pathologis

5. R esiko

kekuranga n

volu me

cairan

dengan

factor

resiko

BB

ekstri m,

ketidakefektifan pe mberian ASI, usia ekstri m .


N O C: Fluid balance
T ujuan : bayi tidak men gala mi kekurangan cairan
NI C: Fluid manajemen
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

Ti mban g berat badan tiap hari.

B erat badan adalah indicator palin g


sensitive dari kesei mban gan cairan.

B andingkan masukan dan haluaran

B erat badan adalah indicator palin g

caiaran

sensitive dari kesei mban gan cairan.

setiap

kesei mb an gan

sip

dan

ku mulatif

setiap

periode 24 ja m.
E valuasi turgor

kulit,

me mb ran e

C adangan cairan dibatasi pada bayi

m u kosa, keadaan fontanel anterior.

prater m.

B erikan

Pe mberian ASI/P A SI tiap 2 ja m dapat

ASI/P A SI

tiap

ja m

seban yak 35 cc le wat sonde.

m e me nuhi

kebutuhan

caiarn

dala m

tubuh bayi.
Pantau

pe meriksaan laboratoriu m

D e hidrasi

meningkatkan

kadar

Ht

diatas nilai nor mal (45 53 %).

sesuai indikasi : Ht.

6. R esiko terhadap kerusakan integritas kulit dengan factor resiko terapi radiasi, usia
ekstri m, nutrisi tidak adekuat, i munodefisiensi, factor me kanik kapiler rapuh
dekat per mu kaan kulit.
N O C: Infection severity: Newborn
T ujuan : tidak terjadi infeksi
NI C: Infection protection
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

Inspeksi kulit, perhatikan area

M e n gidentifikasi area potensial

ke merahan atau tekanan.

kerusakan der mal yang adapat


m e n ga kibatkan sepsis

B erikan pera watan mulut dengan

M e mb antu mencegah kekeringan dan

m e n gguna kan gliserin.

pecah pada bibir berkenaan denga n


tidak adan ya masukan oral.

B erikan

latihan

rentan

gerak,

M e mb antu mencegah kem u n gkinan

perubahan posisi rutin dan bantal

nekrosis berhubungan dengan ede ma

yan g

der mis.

terbuat

dari

bahan

ya n g

le mb ut.
M e ma ndikan bayi denga n

M a n di sering men ggunakan sabun

m e n gguna kan air hangat dan sabun

atau pele mbab dapat men ingkatkan Ph


kulit, menurunkan plora nor mal dan
pertahanan / melindungi pathogen
infasif.

B erikan zalp Antibiotik pada

M e ningkatkan pe mulihan pecah

hidung, mulut dan bibir bila pecah /

pecah iritasi dan dapat m e mb antu

teriritasi.

m e n cegah infeksi.

7. R esiko infeksi dengan factor resiko malnutrisi dan gangguan inegritas kulit.
N O C: Infection severity: Newborn
T ujuan :sela ma pera watan tidak terjadi ko mplikasi/infeksi. Hasil yang diharapkan
:tidak ada tanda tanda infeksi.
NI C: Infection control.
IN T E R V E N SI

R A SI O N A L

Tingkatkan cara mencuci tangan

M e n cuci tangan adalah praktik yang


paling penting untuk me ncegah
konta minasi silang serta m e n gontrol
infeksi dala m ruangan pera watan

K aji ba yi terhadap tanda -tanda

B er ma nfaat dala m me ndiagnosis

infeksi seperti ketidakstabilan suhu

infeksi

(Hipoter mia dan


Hiperter mia), Letargi atau
perubahan perilaku distress
pernapasan
lakukan pera watan tali pusat sesuai

Penggunaan bethadine dan berbagai

dengan protocol Ru ma h Sakit

anti mikroba yang me mb antu


m e n cegah klonisasi

G u na kan tehnik aseptic sela ma

M e n urunkan kese mpatan untuk

penghisapan, pe masangan N G T dll.

m asu kn ya bakteri yang dapat


m e n ga kibatkan infeksi pernafasan.

G u na kan antiseptic sebelu m

M e n cegah terjadinya infeksi

m e mb antu dala m prosedur invasi

nosoko mial dari prosedur invasi.

Pantau

Sepsis men yeba kan ju mlah tro mb osit

pe meriksaan laboratoriu m

sesuai indikasi : ju mlah tro mb osit

m e n urun tetapi pada ba yi pra ter m


rentan tro mb osit nor mal m u n gkin
han ya 60.000. m m

8. Difisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangn ya

pajanan

infor masi) ditandai dengan men gun gkapkan masalah secara verbal
N O C : Parent infact attachment
T ujuan : Adan ya ikatan antara ibu dan anak denga n kriteria hasil :

A d an ya perasaan verbal secara positif terhadap bayi


M e meluk ba yi untuk me m b erikan ma kanan (A SI)
M e n gguna kan kontak ma ta

(kuran g

NI C : Parent education infant


IN T E R V E N SI
M e mo nitor pe mb elajaran yang
dibutuhkan oleh keluarga
M e n gajarkan ketera mpilan
orangtua untuk mera wat ba yi yang
baru lahir
D orong orangtua untuk berbicara
dan me mb aca untuk ba yi
D orong orangtua untuk ber main
dengan ba yi
M e n diskusikan ke ma mp uan ba yi
untuk berinteraksi
M e mb erikan infor masi tentang
karekteristik prilaku ba yi baru lahir

9. A nsietas berhubungan dengan

R A SI O N A L
M e n gidentifikasi tingkat pengetahuan
keluarga
Orang tua harus bisa mera wat bayi
yan g baru lahir secara m andiri
M e ningkatkan perhatian dan kasih
sayan g orangtua kepada ba yi
M e ningkatkan interaksi orangtua
dengan ba yi
M e n getahui tingkat pertum b u han dan
perke mban gan ba yi
M e ningka kan pengetahuan orang tua
terkait pertu mb uhan dan
perke mban gan ba yi

perubahan status peran, fungsi peran, anca ma n

status terkini terkait kondisi ba yi ditandai dengan adan ya rasa kha watir.
N O C : Anxiety self control
T ujuan : Rasa ce mas klien dapat berkurang denga n kriteria hasil :

M e mo nitor intensitas dari ce mas


M erencanakan strategi koping untuk situasi stres
M e n ggun kan koping yang efektif
NI C : Anxiety Reduction
IN T E R V E N SI
M e n gidentifikasi tingkat dari
kece masan
M e n gguna kan pendekatan yang
m e n enangkan
M e mb erikan infor masi faktual
m e n genai diagnosa, tindakan
prognosis
M e n ginstruksikan pasien untuk
m e n gguna kan teknik relaksasi dan
m e n doron g pasien untuk
m e n gun gkap kan perasaan,
ketakutan, dan persepsi

R A SI O N A L
M e n getahui tingkat kecem asan ibu
rendah, sedang, atau tinggi
M e n urunkan tingkat kecem asan ibu
M e ningkatkan pengetahuan ibu
m e n genai kondisi yang diala mi
sehingga bisa menurunkan kece masan
M e n urunkan tingkat kecem asan

10. Hiperter mi berhubungan dengan suhu lingkun gan tinggi ditandai dengan latergi,
kulit ke merahan
N O C: Termoregulation status
T ujuan : tidak terjadi hipoter mia/h yperter mia

NI C : Termperature regulation
IN T E R V E N SI
M o nitor suhu mini mal tiap 2 ja m

R A SI O N A L
U ntuk me mo nitor suhu tbuh

Jaga te mperatur ruang pera watan

ruangan yang terlalu panas

25 C

m e n yebabkan perpindahan panas


secara infeksi

U kur suhu rektal terlebih dulu,

deteksi dini dala m me ne ntukan

ke mu dian suhu aksila setiap 2

tindakan selanjutnya

ja m/setiap kali diperlukan


La ku kan prosedur pengh angatan

m e n cegah pengeluaran suhu le wat

setelah bayi lahir

evaporasi

G a nti pakaian atau linen te mpat

M e n urunkan kehilangan panas melalui

tidur bila basah,pertahankan kepala

evaporasi

ba yi tetap tertutup
11. K etidakefektifan Pe mbe rian ASI berhubungan dengan pre maturitas ditandai
dengan penurunan berat badan bayi dan ketidakcu kupan kese mpatan untu k
m e n ghisap pa yudara
N O C : Breastfeeding M a intenance
T ujuan : Pe mberian A SI tercukupi dengan kriteria hasil

Pertu mb uhan ba yi dala m rentang nor mal


B B ba yi naik
Pengetahuan tentang ma nfaat men yusui meningkat
NI C : Breastfeeding Assistance
IN T E R V E N SI
M o nitor ke ma mp u an ba yi dala m
m e n yusu
A njurkan ibu untuk me m onitor
ke ma mp uan men ghisap bayi
M e mo nitor berat badan bayi

R A SI O N A L
M e n getahui bagai mana cara bayi saat
sedang me n yusu
M e n gidentifikasi apakah pe mb erian
A SI efektif atau tidak
M e n ghitung kebutuhan nutrisibayi

Anda mungkin juga menyukai