HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS
Disusun Oleh :
1. Lia Nurul Latifah
(20120320001)
(20120320002)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Pre-Conference)
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS
A. D efinisi
H yp erblirubine mia adalah suatu keadaan di mana kadar bilirubin dala m darah
ba yi melebihi batas nor m al yang disertai jaundice / ikterus (kuning) yang tam p a k pada
kulit, mu kosa, sclera mata, dan urine (Gu yton & H all, 2012). Istilah jaundice (berasal
dari bahasa Perancis jaune, yang berarti kuning) atau ikterus (berasal dari bahasa
Y u nani icteros ) menunjukkan pe warnaan kuning pada k ulit, sklera atau me mbran
m u kosa
sebagai
akibat
penu mp u kan
bilirubi n
yang
berlebihan
pada jaringa n
(Rohsis wat mo, 2013). Kadar bilirubin seru m total (BS T) > 5 mg/d L (86 mol/L)
disebut dengan hiperbilirubine mia.
B. Faktor Resiko
A A P ( American Academy of pediatrics) men yatakan terdapat beberapa faktor
uta ma atau faktor risiko m a yor pen yebab hiperbilirubine mia, diantaran ya adalah :
1. Sebelu m pulang , kadar bilirubin seru m total atau bilirubin transkutaneus terleta k
pada daerah risiko tinggi.
2. Ikterus mu ncul d ala m 24 ja m perta ma kehidupan.
3. Inco mp atibilitas golonga n darah dengan tes antiglobulin direk yang positif atau
pen ya kit he molotik lainnya ( d efisiensi G6P D ).
4. U mur keha milan 35 -36 mi n ggu.
5. Ri wa yat anak sebelu mn ya yang mendapat fototerapi.
6. Sefalhe mato m atau me m ar yang ber ma kna.
7. A SI eksklusif dengan cara dan pera watan yang tidak baik dan kehilangan berat
badan yang berlebihan.
8. R as Asia Ti mur.
Sedangkan untuk faktor Risiko minor adalah :
1. Sebelu m pulang , kadar bilirubin seru m total atau bilirubin transkutaneus terleta k
pada daerah risiko sedang.
2. U mur keha milan 37 38 minggu.
3. Sebelu m pulang neonatus ta mba k kuning.
4. Ri wa yat anak sebelu mn ya kuning.
5. B a yi ma kroso mia dari ibu D M.
6. U mur ibu 25 tahun.
Putri, dkk (2013) melakukan penelitian berkaitan dengan factor resiko
h yperbilirubine mia pada neonates yang hasilnya :
1. K etuban Pecah dini
K P D berhubungan dengan resiko terjadi infeksi. Sejak masa keha milan sam p ai
ketuban
pecah,
janin
relatif
terlindungi
dari
flora
mikroba
ibu
oleh
C. Etiologi
Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus men gkonjugasi Bili rubin ( merubah Bilirubin
yan g larut dala m le ma k m e njadi Bilirubin yang m u dah larut dala m air) di dala m hati.
Frekuensi dan ju mlah konjugasi tergantung dari besarn ya he molisis dan ke matanga n
hati, serta ju mlah te mpa t ikatan Albu min (Albumi n binding site). Pada bayi yan g
nor mal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan men ghasilkan Enzi m
Glukoronil Transferase yan g me ma dai sehingga seru m Bilirubin tidak mencapai
tingkat patologis.
Sel darah merah pada neonatus beru mur sekitar 70 -90 hari, lebih pendek dari
pada sel darah merah orang de wasa, yaitu 120 hari. Secara nor mal pem e cahan sel
darah merah akan men ghasilkan he me dan globin. He me akan dioksidasi oleh enzi m
he me oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigm e n hijau). Biliverdin bersifat larut
dala m air. Biliverdin akan men gala mi proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu
gra m he mo globin dapat m e mproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari m etabolis me
ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albu mi n
dala m sirkulasi darah yang akan men gan gkutn ya ke hati . Bilirubin indirek dia mbil
dan di metabolis me di hati menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk akan diekskresika n
ke dala m siste m bilier oleh tra nsporter spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan
disi mp an di kantong em p e du berupa e mp edu. Proses minu m akan m erangsa n g
pengeluaran e mpedu ke dala m duodenu m. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel
usus tetapi akan dipecah m e njadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarka n
m elalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indire k
akan diabsorpsi ke mbali oleh darah dan diangkut ke mb al i ke hati terikat oleh albu mi n
ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
B a yi baru lahir dapat m e n gala mi hiperbilirubine mia pada minggu perta ma
kehidupann ya berkaitan dengan: (1) meningkatn ya produksi bilirubin (hem olisis) (2),
kurangn ya albu mi n sebagai alat pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati, (4)
penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan (6)
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Paofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .
K ejadian yang sering dite mu kan adalah apabila terdapat pena mbahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat dite mu kan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisite mia. Gangguan pe mecahan Bilirubin plas ma juga
dapat meni mb ulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila
kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain
yan g
me mp erlihatkan
peningkatan
kadar
Bilirubin
adalah
apabila
dite mu ka n
gangguan konjugasi Hep ar atau neonatus yang men gala mi ganggu an ekskresi
misaln ya su mbatan saluran e mpedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringa n
tubuh. Toksisitas teruta m a dite mu kan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dala m air tapi mudah larut dala m le ma k. sifat ini me mu n gkinkan terjadin ya efe k
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat mene mb us sa war darah otak.
K elainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada u mu mn ya dianggap bah w a
kelainan pada saraf pusat tersebut mun gkin akan ti mbul apabila kadar Bilirubin
Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidakn ya kadar Bilirubin mel e wati sa war darah
otak ternyata tidak han ya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan
m u dah melalui sa war darah otak apa bila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
R endah , Hipoksia, dan Hipoglike mia
E. Terapi
menerus
( mini mal 8-10 kali dalam 24 ja m). Penggantian A SI dengan pe mberian air putih, air
gula atau susu for mula tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ maupun B MJ
yan g terjadi pada bayi cukup bulan sehat.
G artner dan Auerbach m e mp u n yai pendapat lain men genai pe mberian ASI
pada bayi dengan B MJ . Pada sebagian kasus B M J, dil akukan penghentian ASI
se mentara. Penghentian A SI akan me mberi kesem p atan hati mengkonjungasi bilirubin
indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun ma ka pengh entian ASI
dilanjutkan sa mp ai 18 -24 ja m dan dilakukan pengukuran kadar bilirubin setiap 6 ja m.
A p abila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selam a 24 ja m,
m a ka jelas pen yebabn ya bukan karena ASI, ASI boleh diberikan ke m bali sa mbil
m e n cari pen yebab
hiperbilirubine mia
untu k
sakit untuk kedua kali dengan hiperbilirubine mia dan ke mu dian dipulangkan, jaran g
terjadi keka mb uhan yang signifikan sehingga pem eriksaan ulang bilirubin dilakuka n
berdasarkan indikasi klinis.
Sebagian besar unit neonatal di Indonesia masih m e mb erikan terapi sinar pada
setiap bayi baru lahir cukup bulan dengan BS T > 12 mg/d L atau bayi pre matur
dengan BS T > 10 mg/d L tanpa melihat usia. Diharapkan agar penggunaan terapi sinar
atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran A A P. Gartner dan Auerbac h
m ereko me ndasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/d L pada bayi cukup bulan, ma ka
penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatn ya. Terapi sinar harus segera
dilakukan bersa maan dengan pe meriksaan laboratoriu m darah untuk penegaka n
diagnosis BFJ dan B MJ . Pada beberapa kasus, pe mb erian cair an intra vena dapat
diperti mban gkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis. Terapi sinar dapat dilaku kan bila
ada riwa yat pada saudara sebelu mn ya men gala m i B MJ. Batas kadar bilirubin untuk
m elaku kan terapi sinar biasan ya lebih rendah pada kasus tersebut (< 12 mg/d L).
Pe ma ntauan lanjut saat ba yi sudah di ru mah juga penting dilakukan. Pe ma ntaua n
dapat berlangsung sela m a kurang lebih 14 hari. Pe ma ntauan dilakukan teruta ma jika
kadar bilirubin mencapai > 12 mg/d L.
Indikasi :
1. Setiap saat kadar bilirubin indi rek lebih dari 10 mg %
2.
Berat badan lahir yang sangat rendah, pen yakit he molitik pada neonatus
F. D A F T A R P U S T A K A
G u yton and Hall. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : E G C
American Academy of Pediatrics http:// w w w.aap.org/
G. A S K E P
Pengkajian
Ri wa yat ibu
Pengkajian psikososial
kekuranga n
volu me
cairan
dengan
factor
resiko
BB
ekstri m,
6. R esiko terhadap kerusakan integritas kulit dengan factor resiko terapi radiasi, usia
ekstri m, nutrisi tidak adekuat, i munodefisiensi, factor me kanik kapiler rapuh
dekat per mu kaan kulit.
7. R esiko infeksi dengan factor resiko malnutrisi dan gangguan inegritas kulit
8. Difisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangn ya
pajanan
(kuran g
infor masi) ditandai dengan men gun gkapkan masalah secara verbal.
9. A nsietas berhubungan dengan
status terkini terkait kondisi ba yi ditandai dengan adan ya rasa kha watir
10. Hiperter mi berhubungan dengan suhu lingkun gan tinggi ditandai dengan latergi,
kulit ke merahan
11. K etidakefektifan Pe mbe rian ASI berhubungan dengan pre maturitas ditandai
dengan penurunan berat badan bayi dan ketidakcu kupan kese mpatan untu k
m e n ghisap pa yudara
Rencana Keperawatan
1. Ikhterik Naonatus berhubungan dengan usia < 7 hari ditandai dengan kulit
ber warna kuning sa mpai orange dan profil darah abnor mal
N O C : Gastrointestinal Function
T ujuan : fungsi gastrointestinal ke mb ali nor mal dengan kriteria hasil
R A SI O N A L
M e n urunkan tingkat kecem asan
keluarga
M e n gatahui pen yebab gangguan pada
ba yi
M e ningkatkan safety pada ba yi
R A SI O N A L
W a spada episode apnea yan gdeteksi deteksi dini dalam me nentukan tindaka n
berlangsung lebih dari 20 detik
selanjutnya
seperti oksigen
R A SI O N A L
25 C
tindakan selanjutnya
evaporasi
evaporasi
ba yi tetap tertutup
4. K etidaksei mb an gan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis dan ketidak ma mp uan ma kan ditandai dengan penurunan B B.
N O C: Breastfeeding Establishment Infant
T ujuan : Meningkatkan dan me njaga asupan kalori dan statusn ya gizi bayi
NI C: Nutrition manajemen
IN T E R V E N SI
R A SI O N A L
ke ma mp uan menelan
yan g
le mah
dapat
m e n yebabka n
m e n getahui
kebutuhan
kalori
ba yi
dibutuhkan bayi.
diperlukan tubuh
yan g
bayi
hari,bandingkan
dengan
diberikan.
asupan
berat
kalori
setiap
bada n
yan g
B B yan g pathologis
5. R esiko
kekuranga n
volu me
cairan
dengan
factor
resiko
BB
ekstri m,
R A SI O N A L
caiaran
setiap
kesei mb an gan
sip
dan
ku mulatif
setiap
periode 24 ja m.
E valuasi turgor
kulit,
me mb ran e
prater m.
B erikan
ASI/P A SI
tiap
ja m
m e me nuhi
kebutuhan
caiarn
dala m
tubuh bayi.
Pantau
pe meriksaan laboratoriu m
D e hidrasi
meningkatkan
kadar
Ht
6. R esiko terhadap kerusakan integritas kulit dengan factor resiko terapi radiasi, usia
ekstri m, nutrisi tidak adekuat, i munodefisiensi, factor me kanik kapiler rapuh
dekat per mu kaan kulit.
N O C: Infection severity: Newborn
T ujuan : tidak terjadi infeksi
NI C: Infection protection
IN T E R V E N SI
R A SI O N A L
B erikan
latihan
rentan
gerak,
yan g
der mis.
terbuat
dari
bahan
ya n g
le mb ut.
M e ma ndikan bayi denga n
teriritasi.
m e n cegah infeksi.
7. R esiko infeksi dengan factor resiko malnutrisi dan gangguan inegritas kulit.
N O C: Infection severity: Newborn
T ujuan :sela ma pera watan tidak terjadi ko mplikasi/infeksi. Hasil yang diharapkan
:tidak ada tanda tanda infeksi.
NI C: Infection control.
IN T E R V E N SI
R A SI O N A L
infeksi
Pantau
pe meriksaan laboratoriu m
8. Difisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangn ya
pajanan
infor masi) ditandai dengan men gun gkapkan masalah secara verbal
N O C : Parent infact attachment
T ujuan : Adan ya ikatan antara ibu dan anak denga n kriteria hasil :
(kuran g
R A SI O N A L
M e n gidentifikasi tingkat pengetahuan
keluarga
Orang tua harus bisa mera wat bayi
yan g baru lahir secara m andiri
M e ningkatkan perhatian dan kasih
sayan g orangtua kepada ba yi
M e ningkatkan interaksi orangtua
dengan ba yi
M e n getahui tingkat pertum b u han dan
perke mban gan ba yi
M e ningka kan pengetahuan orang tua
terkait pertu mb uhan dan
perke mban gan ba yi
status terkini terkait kondisi ba yi ditandai dengan adan ya rasa kha watir.
N O C : Anxiety self control
T ujuan : Rasa ce mas klien dapat berkurang denga n kriteria hasil :
R A SI O N A L
M e n getahui tingkat kecem asan ibu
rendah, sedang, atau tinggi
M e n urunkan tingkat kecem asan ibu
M e ningkatkan pengetahuan ibu
m e n genai kondisi yang diala mi
sehingga bisa menurunkan kece masan
M e n urunkan tingkat kecem asan
10. Hiperter mi berhubungan dengan suhu lingkun gan tinggi ditandai dengan latergi,
kulit ke merahan
N O C: Termoregulation status
T ujuan : tidak terjadi hipoter mia/h yperter mia
NI C : Termperature regulation
IN T E R V E N SI
M o nitor suhu mini mal tiap 2 ja m
R A SI O N A L
U ntuk me mo nitor suhu tbuh
25 C
tindakan selanjutnya
evaporasi
evaporasi
ba yi tetap tertutup
11. K etidakefektifan Pe mbe rian ASI berhubungan dengan pre maturitas ditandai
dengan penurunan berat badan bayi dan ketidakcu kupan kese mpatan untu k
m e n ghisap pa yudara
N O C : Breastfeeding M a intenance
T ujuan : Pe mberian A SI tercukupi dengan kriteria hasil
R A SI O N A L
M e n getahui bagai mana cara bayi saat
sedang me n yusu
M e n gidentifikasi apakah pe mb erian
A SI efektif atau tidak
M e n ghitung kebutuhan nutrisibayi