Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk


standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang
tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial. Etiologi
maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang meliputi gangguan perkembangan
embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi otot, akromegali dan
hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan
oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial
(Basavaraj,2011; Mitchell, 2007, Staley, 2011).
Jenis-jenis maloklusi yang dapat dijumpai antara lain protrusi, intrusi dan ekstrusi,
crossbite, deep bite, open bite, crowded, dan diastema.2 Dari jenis-jenis maloklusi
tersebut, gigi berjejal (crowded) merupakan komponen prevalensi maloklusi tertinggi
pada pasien-pasien kedokteran gigi (proffit 2007.)
Perawatan ortodonti yang ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan
agar tercapai efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan
estetik. Perawatan ortodonti tidak hanya akan memperbaiki penampilan wajah
seseorang tetapi juga akan memperbaiki atau meningkatkan kesehatan gigi
secara keseluruhan (Magalhaes, 2010, Nanda, 2010, Proffit, 2007).
Perawatan ortodonti pada kasus maloklusi bertujuan untuk mencapai
oklusi yang normal, yaitu gigi geligi rahang atas berkontak dengan gigi geligi
rahang bawah pada relasi sentrik. Andrew (1972) mendefinisikan enam kunci
oklusi normal yaitu hubungan molar kelas 1, angulasi normal, inklinasi normal, tidak ada rotasi,
titik kontak gigi baik dan dataran oklusal rata (Cao, 2011;
Mitchell, 2007; Tome, 2009).
Perawatan ortodonti untuk memperbaiki maloklusi dilakukan dengan
menggunakan alat, yaitu alat ortodonti cekat dan alat ortodonti lepasan. Saat ini
penggunaan alat ortodonti cekat lebih banyak dipilih dan digunakan karena hasil
perawatannya lebih baik dan lebih cepat serta faktor kenyamanan pasien yang
lebih baik (John, 2007; McLaughlin, 2002; Paulsson, 2008).
Hubungan gigi geligi saat oklusi normal akan berdampak pada jarak gigit
dan tumpang gigit yang normal pula serta akan terjadi kesesuaian bentuk
lengkung geligi dan inklinasi gigi antara rahang atas dan rahang bawah. Salah
satu faktor penyebab maloklusi adalah diskrepansi ukuran gigi, dalam hal ini
ukuran mesiodistal gigi, dimana ukuran mesiodistal gigi yang lebih besar atau
lebih kecil dari normal akan menyebabkan perubahan bentuk lengkung geligi
dan inklinasi gigi (Hassan, 2007, Mahony, 2011, Nourallah, 2005; Rasool,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai beberapa kasus
maloklusi. Pembahasannya meliputi diagnosa maloklusi, jarak gigit, tumpang gigit, etiologi,

rancangan dan rencana perawatan pada maloklusi serta piranti yang digunakan.
Tujuan penulisan.
Setelah melakukan scl orthodonsia 1, mahasiswa diharapkan mampu
A. menentukan diagnosis maloklusi
B. Menentukan jarak gigit dan tumpang gigit
C. Menentukan etiologi kasus maloklusi
D. Menentukan rancangan dan rencana perawatan maloklusi
Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu menguasai dan memahami
prosedur dalam melakukan perawatan maloklusi dibidang ortodonsia.
Basavaraj S.P. 2011. Orthodontic principles and practice. Jaypee Brother Medical
Publishers Ltd: 4, 79, 98, 114, 125, 182.
Mitchell L. 2007. An introduction to orthodontics. 3rd edition. Oxford University
Press: 2-10.
Proffit W.R. 2007. Contemporary orthodontics. 4th edition. Mosby Elsevier: 167-9.
Staley R.N. 2011. Essentials of orthodontics. Blackwell Publishing Ltd: 6-10.
Magalhaes IB, Pereira LJ, Marques LS, Gameiro GH. 2010. The influence of
maloccusion on masticatory performance. Angle Orthodontist;82(3):495-9.
Nanda R. 2010. Current therapy in orthodontics. 1st edition. Mosby Elsevier: 27-9.
Cao L, Zhang K, Bai D, Jing Y, Tian Y, Guo Y. 2011. Effect of maxillary
labiolingual and anteroposterior position on smiling pofile esthetics. Angle
Orthodontist; 81(1): 121-8.
Tome W, Yashiro K, Takada K. 2009. Orthdontic treatment of malocclusion
improves impaired skillfulness of masticatory jaw movements. . Angle
Orthodontist;79(6):1078-83.

John J, Lin J. 2007. Creative orthodontics. Elite Color Print: 123.


McLaughlin, Bennett, Trevisi. 2002. Systemized orthodontic treatment mechanics.
Mosby: 3-10.
Paulsson L, Soderfeldt B, Bondenmark L. 2008. Malocclusion traits and orthodontic
treatment needs in prematurely born children. . Angle Orthodontist;78(5):786-9.

Hassan R, Rahimah A. 2007. Occlusion, malocclusion and method of measurement


an overview. J Orofacial Sci;2: 3-9.
Mahony G, Millet D, Barry M, McIntyre G, Cronin H. 2011. Tooth size discrepancies
in irish patients among different malocclusion groups. Angle Orthodontist;81(1):
130-3.
Nourallah A, Splieth C, Schwahn C, Khurdaji M. 2005. Standardizing interarch toothsize harmony in a syrian population. Angle Orthodontist;75(6):996-8.
Rasool G, Kundi I. 2009. Comparison of dental arch dimension among various
malocclusion cases. J Med Sci;17(2):71-7.

Anda mungkin juga menyukai