Anda di halaman 1dari 6

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014

LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

Learning Issues I Anemia pada Kehamilan


A. Definisi
Seseorang menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, dan disebut
anemia berat atau anemia gravis apabila kurang dari 6 gr%. Wanita tidak hamil mempunyai nilai
normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54 %.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi. Penyebab anemia umumnya adalah:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5) Penyakit kronis: TBC, malaria, dan lain-lain
Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang
ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, saturasi transferrin yang rendah
dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, ADB akan
timbul jika keperluan besi ( 1000 mg) tidak dapat dipenuhi dari cadangan besi dan absorpsi
dari traktus gastrointestinal.
B. Epidemiologi
1) Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63.5%. Kekurangan gizi
dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defesiensi
pada ibu hamil di Indonesia.
2) Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan.
3) Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
4) Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara
maju maupun negara berkembang. Resikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan
dengan asupan besi yang tidak adekuat, dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang
cepat.
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Beberapa penyebab anemia defisiensi besi pada kehamilan adalah:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2) Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3) Kurangnya zat besi dalam makanan
4) Kebutuhan zat besi meningkat
5) Gangguan pencernaan dan absorbsi
Pada ibu hamil, beberapa faktor resiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemia
defisiensi zat besi, antara lain:
1) Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
Wanita yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk
mengalami anemia pada saat hamil. Semakin muda usia ibu hamil maka semakin rendah
kadar hemoglobinnya, juga terdapat kecenderungan semakin tua umur ibu hamil maka
presentasi anemia semakin besar.
2) Pendarahan akut
3) Pendidikan rendah
4) Pekerja berat
5) Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014


LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

6) Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi


D. Patofisiologi
Dalam kehamilan jumlah darah bertambah (hyperemia/hipervolumia), oleh sebab itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertumbuhannya dengan dengan plasma
darah. Pengenceran ini fisiologis untuk membantu meringankan kerja jantung. Perbandingan
pertambahan tersebut adalah:
- plasma darah bertambah 30%
- sel-sel darah bertambah 18%
- hemoglobin bertambah 19%
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang semakin meningkat terhadap plasenta (akibat adanya laktogen plasenta yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldosterone). Volume plasma meningkat 45-65% dimulai dari minggu 10
kehamilan, mencapai puncak pada minggu 32-36 kehamilan (sekitar 1000 ml), menurun sedikit
menjelang aterm dan akan kembali normal 3 bulan setelah partus.
Seiring dengan pertambahan volume darah yang cepat ini, pada trimester II kehamilan akan
terlihat penurunan kadar hemoglobin yang mengindikasikan adanya kekurangan besi. Pada
trimester III kehamilan, pertambahan volume darah tidak sebanyak trimester II, namun
keperluan besi tetap banyak karena peningkatan Hb ibu terus berlangsung dan semakin banyak
besi yang diangkut melalui plasenta ke fetus untuk eritropoiesis.
E. Manifestasi Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan menurun (anoreksia), konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia berat) dan keluhan mual muntah hebat (pada hamil muda),
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia
dan pembesaran kelenjar limpa.
F. Dampak Anemia pada Kehamilan
F.1. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1)
Keguguran
2)
Partus prematus
3)
Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4)
Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5)
Syok
6)
Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7)
Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8)
Payah jantung (pada anemia gravis)
F.2. Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta dan darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar
untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebesar 0.5 gr besi.
Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan tergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa dan sumsum tulang.
Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi antara lain:
1) Kematian mudigah (keguguran)
2) Kematian janin dalam kandungan
3) Kematian janin waktu lahir (still birth)
4) Kematian perinatal
5) Prematuritas
6) Cacat kongenital

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014


LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

7)

Kekurangan cadangan besi

G. Penegakan Diagnosis
Morfologi klasik dari anemia defisiensi besi (anemia mikrositik hipokrom) kurang menonjol
pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Anemia defisiensi besi moderate
selama kehamilan biasanya tidak diikuti oleh perubahan morfologi eritrosit, namun serum feritin
level lebih rendah daripada angka normal.
Evaluasi awal wanita hamil dengan anemia moderate adalah perhitungan hemoglobin,
hematokrit, indek sel darah merah, apusan darah tepi dan perhitungan serum besi atau level
feritin atau keduanya.
Diagnosis defisiensi besi pada wanita hamil dengan anemia moderate biasanya dalam bentuk
dugaan, yaitu apabila wanita hamil tersebut diberikan terapi besi yang memadai, terjadi
peningkatan jumlah retikulosit sebagai responnya.
H. Penatalaksanaan
Terlepas dari ADB, keperluan zat besi untuk wanita hamil adalah 15 mg (FNB Amerika Serikat)
atau 17 mg (LIPI Indonesia), meningkat 3-5 mg dari wanita tidak hamil. Pemberian
suplementasi oral zat besi dalam bentuk sulfat ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x
0.20 mg.
Learning Issues II Antenatal Care (ANC)
A. Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil
A.1. Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan
Menurut Depkes RI (2004), tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat.
Adapun tujuan umum ANC adalah sebagai berikut:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan sosial ibu dan bayi
3) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal
7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
A.2. Jadwal Pemeriksaan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan, dalam waktu yaitu sampai dengan kehamilan
trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu
kali kunjungan dan kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua
kali kunjungan.
A.3. Jenis Pemeriksaan
I. Anamnesis
a) Anamenis identitas istri dan suami
b) Anamnesis umum mengenai keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,
defekasi, dan lain-lain, juga tentang kehamilan, persalinan, keguguran,

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014


LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

kehamilan ektopik atau mola sebelumnya, juga tentang haid dan kapan hari
pertama haid terakhir (HPHT) yang dapat menentukan taksiran tanggal
persalinan (TTP) dengan menggunakan rumus Naegele:
TTP = HT 3 bulan 7 hari
II. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan lege artis, seperti TD, nadi, RR, suhu,
dan lain-lain.
III. Perkusi
IV. Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan
memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Palpasi bimanual
dilakukan untuk memeriksa perut dan payudara. Palpasi dapat dilakukan dengan
manuver Leopold, Knebel, Budin dan Ahlfeld.
Pemeriksaan perut bertujuan untuk menentukan (1) besar dan konsistensi rahim, (2)
bagian-bagian janin, letak dan presentasi, (3) gerakan janin dan (4) kontraksi rahim
Braxton-Hicks dan his.
V. Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetric)
untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ). Pada auskultasi yang didengar dari
janin adalah DJJ pada bulan ke 4 dan ke 5, bising tali pusat dan gerakan dan
tendangan janin, sementara dari ibu yang didengar adalah bising rahim, bising aorta
dan peristaltis usus.
VI. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan indikasi (1) social untuk menentukan keadaan
kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan oleh penolong, (2) jika pada
pemeriksaan luar kedudukan janin tidak dapat ditemukan, (3) jika terdapat sangkaan
kesempitan panggul dan CPD, (4) jika karena sesuatu tidak terdapat kemajuan
persalinan, (5) jika akan diambil tindakan obstetric operatif dan (6) menentukan nilai
skor pelvis.
Pemeriksaan dalam dilakukan dalam bentuk Vaginal Toucher (VT) dan Rectal
Toucher (RT).
VII.
Pemeriksaan Rontgenologik
VIII.
Pemeriksaan Laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksakan urin dan darahnya sekurang-kurangnya 2x selama
kehamilan, sekali pada awal dan sekali pada akhir kehamilan.
IX. Ultrasonografi
Dengan prinsip sonar (bunyi), dapat dilihat letak, gerakan dan gerakan jantung janin
pada USG.
B. Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil
1) Makanan (Diet)
a) Energi
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350 kkal selama trimester
II dan III, sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V (1993) mematok angka
285 kkal perhari.
b) Protein
Protein diperlukan untuk pertumbuhan fetus, plasenta, uterus dan pertumbuhan kelenjar
mammae serta penambahan volume darah. Kebutuhan protein ibu hamil meningkat
sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sekitar

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014


LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

c)

d)

e)

f)

925 gr, yang tertimbun dalam jaringan ibu, janin dan plasenta. National Academy of
Sciences mematok angka sekitar 30 gr, sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
V (1993 menagnjurkan) penambahan 12 gr/hari. Bahan pangan yang dijadikan sumber
sebaiknya 2/3 bagiannya merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti
daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang
berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian. Kekurangan protein
dapat menimbulkan anemia, gestosis, udem, dan prematuritas.
Zat Besi
Kebutuhan Fe ibu hamil meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah)
sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah
1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg
sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg
hilang ketika melahirkan.
Selama kehamilan 4 bulan pertama tidak perlu ditambah zat besi karena akan
memperberat mual dan muntah. Kehamilan 20 minggu dibutuhkan 7 mg/hari zat besi
dari makanan dan penambahan garam ferro kira-kira 30 mg/hari untuk melindungi
simpanan besi dalam badan dan keperluan pada masa laktasi. Pada ADB perlu
tambahan besi hingga 200 mg/hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
Sumber zat besi makanan antara lain hati, kuning telur, daging, kacang-kacangan dan
sayur berdaun hijau.
Asam Folat
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil mencapai
2x lipat. Kekurangan asam folat mengakibatkan peningkatan kepekaan dan lelah berat,
yang dapat menimbulkan kejang pada ekstremitas. Kejang ini biasanya timbul pada
malam hari sehingga lama kelamaan dapat mengganggu kualitas tidur penderita, yang
dikenal dengan restless leg syndrome. Jika kekurangan asam folat bertambah parah, akan
terjadi anemia yang ditandai dengan manifestasi kelelahan dan depresi.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan BBLR, ablasio plasenta dan, neural tube defect
(NTD). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V (1993), menganjurkan asam folat
dengan dosis sebesar 200 mg. Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari
setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang
belakang dibentuk pada hari pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian
suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya suplementasi ialah
280, 660, dan 470 mg per hari, masing-masing pada trimester I, II, III.
Jenis makanan yang mengandung asam folat antara lain ragi, hati, sayuran berdaun hijau,
dan kacang-kacangan. Sumber lain ialah hati, daging, jeruk, telur.
Kalsium
Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai 5% dibandingkan
wanita tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 gr, dengan
kecepatan 7, 110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I, II, III. Asupan yang
dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari bagi wanita hamil yang berusia di atas 25 tahun dan
cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda.
Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti whole milk, skimmed
milk, yoghurt, keju, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, serta beberapa bahan
makanan nabati seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain.
Vitamin B12
Vitamin B12 sangat penting dalam pembentukan RBC. Bersama asam folat, vitamin B12
mensintesis DNA dan mempermudah pertumbuhan sel. Tubuh dapat menyimpan B12 di

Adhitya Pratama 04011381419149 PDU Gamma 2014


LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 24 2017

2)
3)

4)
5)
6)

7)
8)

hati dalam jumlah yang adekuat untuk persediaan selama 5 tahun. Itulah sebabnya
defisiensi vitamin B12 berat jarang terjadi.
Sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan (terutama tuna), kerang, daging, unggas, susu,
keju. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 mikrogram sehari.
g) Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme kalsium
pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir,
hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu. Insidensi dapat ditekan dalam
pemberian 10 mikrogram (400 IU) per hari.
h) Iodium
Kekurangan iodium selama kehamilan mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme,
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi kreatinisme. Anjuran asuhan per hari untuk
wanita hamil dan menyusui sebesar 200 g (Food and Nutrition Board of the National
Academy
of
Scients
in
the
United
State),
dalam
bentuk
garam
beriodium, pemberian minyak beryodium per oral atau injeksi.
Obat-obatan
Hindarilah pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada trimester I.
Gerak Badan
Gerak badan memungkinkan perbaikan sirkulasi darah dan pencernaan, penambahan nafsu
makan dan tidur lebih nyenyak. Namun, gerak badan yang melelahkan dilarang. Gerak
badan yang dianjurkan adalah berjalan-jalan pada pagi hari atau gerakan-gerakan ditempat,
seperti berdiri-jongkok, telentang kaki diangkat, telentang perut diangkat dan latihan
pernafasan.
Pekerjaan
Diperbolehkan untuk bekerja seperti biasa asalkan istirahat cukup dan makan teratur, serta
tidak lupa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan teratur.
Pakaian
Pakaian baiknya longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut, sepatu
baiknya dengan tumit yang tidak terlalu tinggi, juga pakaian dalam yang bersih.
Koitus
Tidak dihalangi untuk melakukan koitus kecuali terdapat riwayat sering abortus (bayi
prematur) dan perdarahan pervaginam. Namun, pada minggu terakhir kehamilan, harap
berhati-hati apabila akan melakukan koitus.
Kesehatan Jiwa
Penting untuk melakukan latihan-latihan fisik dan kejiwaan, belajar mengenai cara
perawatan bayi, diskusi mengenai persalinan fisiologik dan lain-lain.
Payudara
Untuk menunjang ASI yang akan menjadi sumber makanan neonates, baiknya 2 bulan
terakhir kehamilan mulai melakukan massage dan pengeluaran kolostrum agar tidak terjadi
penyumbatan.

Daftar Pustaka
Chuningman, dkk. 1976. William Obsetry and Gynecology. 24 Edition. Mc Graw Hill Education.
Mochtar dan Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
Sharma, Meenakksi. 2010. Anemia In Pregnancy. Department of Obstetrics & Gyneocology, All
India Institute of Medical Science, Ansari Nagar, New Delhi, India. JIMSA October - December
2010 Vol. 23 No. 4. www.medind.nic.in. Diakses Pada tanggal 16 Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai