ATRESIA
DISUSUN OLEH:
DORTRY YUNI LINGGA
161000194
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Atresia adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ organ.
Pada makalah ini penulis akan membahas dua jenis atresia yakni duodenum dan esophagus.
Atresia duodenum adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil
dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus. Hal ini terjadi
karena terjadi gangguan dalam proses pembentukan saluran usus tersebut. Atresia Duodenum
merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric. Atresia
Duodenum dijumpai 1 diantara 300 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40 % dari kasus
kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Dasar embriologi atresia duodenum
disebabkan karena kegagalan rekanalisasi duodenal pada fase padat intestinal bagian atas dan
terdapat oklusi vascular di daerah duodenum pada masa perkembangan fetal.
Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. Atresia
esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesophagus (FTE) yaitu kelainan kongenital
dimana terjadi persambungan abnormal antaraesophagus dengan trakea. Atresia esophagus
merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata rata sekitar 1 setiap
2500 hingga 3000 kelahiran hidup.
Bayi dengan kelainan atresia eesophagus tidak mampu untuk menelan saliva dan ditandai
dengan jumlah salva yang sangat banyak dan membutuhkan suction berulang kali. Masalah
pada atresia esophagus adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan secara normal,
bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ATRESIA DUODENUM
a. Pengertian
Atresia duodenum adalah suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus. Atresia duodenum adalah gangguan yang terjadi pada waktu rekanalisasi, yaitu adanya
obstruksi pada duodenum pada minggu ke-6 kehidupan embrional yaitu atresia membran
berupa oklusi epitelial (Tandler.1900)
Atresia duodenum adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian
terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus. Hal ini
terjadi karena terjadi gangguan dalam proses pembentukan saluran usus tersebut. Atresia
Duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric.
Atresia Duodenum dijumpai 1 diantara 300 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40 % dari
kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Dasar embriologi atresia
duodenum disebabkan karena kegagalan rekanalisasi duodenal pada fase padat intestinal
bagian atas dan terdapat oklusi
vascular di daerah duodenum pada masa perkembangan fetal.
usus
Terganggunya pernafasan karena diafragma terdesak keatas
d. Pemeriksaan diagnostik
Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembing ganda jika obstruksi tidak
lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.
Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat
suatu gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam duodenum
yang mengembung naik kepuncak. Selain itu isi duodenum dapat membentuk satu
garis batas permukaan saluran udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat
udara dibagian abdomen. Sebagian besar kasus dengan foto abdomen tegak dan
telentang sudah cukup untuk menegakkan diagnosa.
f. Komplikasi
Pada peristiwa atresia duodenum ini biasanya akan diikuti adanya obstruksi
obstruksi yang lain, seperti:
Obstruksi lumen oleh membran utuh, fail fibrosa yang menghubungkan dua ujung
kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung ujung
duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim adalah
jaringan windscocle yakni suatu flap jaringan yang dapat mengembang yang terjadi
karena anomaly saluran empedu.
Atresia membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya terjadi disebelah
distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.
Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik seperti pankreas
anular atau oleh pita pita laad pada penderita malrotasi.
g. Penatalaksanaan
Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau
arogastik dengan penggantian cairan secara intravena. Ekokardiogram dan foto rontgent dada
serta tulang belakang harus dilakukan untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi
dengan atresia duodenum mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.
Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengobati dan mengevaluasi
anomaly lain yang berakibat fatal. Duodenumduodenustomi yaitu operasi perbaikan atresia
duodenum. Usus proksimal yang melebar dapat dikecilkkan secara perlahan dalam upaya
memperbaiki peristaltic. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung
dan melindungi jalan nafas. Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis
diperlukan sampai bayi mulai makan per oral.
2.2 ATRESIA ESOPHAGUS
a. Pengertian
Atresia esophagus adalah kelainan bawaan dimana ujung saluran esophagus buntu 60
persen biasanya disertai dengan hidramnion. Atresia esophagus terjadi karena gangguan
perkembangan jaringan pemisah antara trakea dan esophagus pada minggu ke -4 sampai
minggu ke-6 kehidupan embrional. Atresia esophanagus dapat menyebabkan saliva
terkumpul pada ujung bagian esophaghus yang buntu, apabila terdapat fistula akan
menyebabkan saliva mengalir keluar atau masuk kedalam trakea. Atresia esophagus sering
disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal, dan
kelainan tulang. Atresia esophagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan
esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja atau mungkin
juga tidak membentuk sambungan dengan trakea (fistula trakeaoesophagus) atau atresia
esophagus dapat jug dikatakan kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kontinu dari
faring kelambung selama perkembangan embrionik.
Fistula trakeaoesophagus adalah hubungan abnormal antara trakea dan esophagus. Dua
kondisiini biasanya terjadi bersamaan dan mungkin disertai anomali lain seperti penyakit
jantung kongenital.
oksigen
Muntah muntah
Bayi mengalami sianosis
d. Pemeriksaan diagnostik
Jika kehamilan ibu disertai dengan hidramiron yang menyebabkan kenaikan frekuensi
bayi lahir prematur sebaiknya dilakukan kateteriasiesophagus dengan kateter pada
jarak 10 cm.
Dapat mengguanakan foto toraks yang akan menunjukkan kateter berhenti pada
e. Komplikasi
Atresia esophagus sering di sertai bawaan lain yaitu:
f.1. Penatalaksanaan
* Pasang sonde lambung no. 6-8 F yang paling halus. Dan radiopak sampai di esophagus
yang buntu. Lalu isap air liur secara teratur setiap 10 15 menit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atresia duodenum adalah suatu kondisi dimana dudenum (bagian pertama dari usus)
tidak berkembang dengan baik, sehingga menutup jalannya makanan yang akan dari lambung
ke usus. Penyebab atresia masih belum diketahui. Tetapi dengan tanda dan gejala dapat
diketahui atresia duodenum. Setelah diketahui barulah dilakukan pentalaksanaan. Atresia
duodenum juga memiliki komplikasi dengan penyakit lain, yang keseluruhannya telah
dijelaskan diatas.
Atresia esophagus adalah kelainan kongenital dengan variasi fistula trakeaesophageal
maupun kelainan lainnya yang dapat dicurigai pada saat kehamilan dan dapat di diagnosa
segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama pada atresia esophagus adalah resiko aspirasi,
sehingga perlu dilakukan suction berulang. Penataaksanaan atresia esophagus adalah
pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan
dengan gangguan motilitas esophagus.
3.2 Saran
penderita
komplikasi komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami kelainan
tersebut
Kepada orangtua
Apabila memiliki bayi baru lahir dengan kelainan tersebut agar segera membawanya
ke Rumah Sakit untuk ditangani lebih lanjut. Apabila saat melahirkan bayi dengan
kelainan tersebut di Rumah Sakit agar melakukan penanganan terlebih dahulu
sebelum bayinya dibawa pulang.
DAFTAR PUSTAKA
http://puyutary94.blogspot.co.id/2015/06/makalah-atresia-duodeni-esophagus.html?m=1
http://www.mataduniakami.id/2015/12/makalah-atresia-esophagus.html
http://abnuclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-22-atresiaduodenum.html?m=1
https://www.goggle.co.id/search?_e_pi=7%2CPAGE_ID10%C1612104959
Ngatsiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Oswari. E. 1993. Bedah dan Perawatannya.Penerbit PT Gramedia. Jakarta..
Prof. Dr. Mantu Farid Nur. 1993. Catatan Kuliah Bedah Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta