Anda di halaman 1dari 3

Tujuan : menentukan kondisi operasi optimum dan besarnya konversi maksimum

yang mampu dihasilkan oleh katalisator zeolit alam Bayah dengan beberapa
variabel yang mempengaruhinya

Yoseph tahun 2005 yaitu reaksi pembukaan cincin EFAME dengan katalis homogeny PTSA (ptoluenaulfonic acid), mengalami kendala tingginya bilangan asam produk akibat katalis yang
digunakan merupakan katalis homogen sehingga terdapat kesulitan dalam memisahkan katalis
pada produk akhir reaksi. Setelah itu pada tahun yang sama Widhi melakukan penelitian reaksi
pembukaan cincin dengan katalis heterogen, yaitu katalis alumina tipe JRC ALO 6, JRC ALO 7
dan H-zeolit. Katalis H-zeolit memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan katalis JRC ALO
6 dan JRC ALO 7, keunggulannya adalah keasaman yang lebih tinggi walaupun memiliki
diameter pori yang dimiliki lebih kecil. Pada tahun 2006, Yunita melakukan reaksi pembukaan
cincin EFAME menggunakan katalis Hzeolit yang akan disubstitusi oleh senyawa monoalkohol
(etanol, butanol, oktanol dan heksadanol ) dan gliserol. Akan tetapi, yield yang dihasilkan masih
cukup rendah, hal ini dapat dilihat dari tidak semua gugus gliserol teradisi ke dalam oksirana
seperti yang di inginkan.
Dari beberapa katalis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa katalis yangdibutuhkan agar di
dapatkan yield produk yang tinggi adalah katalis heterogen, mempunyai keasaman yang cukup
tinggi, dan memiliki luas permukaan yang cukup besar. Katalis yang memenuhi syarat tersebut
adalah resin penukar kation amberlyst-15
perolehan produk ester yang salah satunya melalui reaksi esterifikasi banyak menggunakan
katalis homogen asam, seperti H2SO4, HF, H3PO4 dan PTSA, yang bersifat korosif, beracun
dan sulit untuk dipisahkan dari produk. Penggunaan katalis yang aman dan ramah lingkungan
seperti asam heteropoli polytungstate (HPW) menjadi suatu alternatif, namun memiliki
kelemahan pada luas permukaan yang rendah dan kelarutan yang tinggi dalam sistem polar,
karenanya perlu dijadikan katalis padat dengan cara menyisipkannya pada penyangga yang
memiliki luas permukaan lebih besar, seperti zeolit.

Minyak jelantah (minyak goreng bekas) mempunyai kandungan asam lemak bebas yang tinggi
hingga 5-30% b/b (Gerpen 2005), 3-40% b/b (Srivastava & Prasad 2000). Kadar asam lemak
bebas ini akan menimbulkan reaksi penyabunan apabila bereaksi dengan kalium atau natrium
hidroksida (Yan et al. 2009; Salimon et al. 2012), sehingga menghambat pembentukan biodiesel.
Salah satu metode untuk mengatasinya yaitu melakukan esterifikasi (pra-transesterifikasi)
terhadap minyak jelantah untuk mengurangi kadar asam lemak bebas sebelum dilakukan
transesterifikasi. Tujuan esterifikasi mengubah asam lemak bebas menjadi alkil ester (biodiesel).
Prosedur Penelitian. Preparasi Zeolit Alam Aktif (ZAH). Sebanyak 200 g zeolit alam
Wonosari digerus sampaihalus sehingga lolos penyaring 100 mesh kemudian dimasukkan dalam
100 mL HCl 6 M diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit melalui proses refluks.

Hasilnya dicuci hingga netral dengan cara mengalirkan akuades pada penyaring Buchner sampai
tidak mengandung ion Cl-. Cara untuk mengetahui bahwa larutan telah bebas ion adalah dengan
menguji filtratnya menggunakan larutan AgNO3, sampai tidak terbentuk warna putih keruh.
Kemudian dikeringkan pada suhu 105-110oC selama 3 jam, dikalsinasi pada suhu 500oC selama
2 jam, dioksidasi pada suhu 500oC selama 2 jam, dan selanjutnya diayak dengan pengayak 100
mesh. Zeolit yang diperoleh selanjutnya dinamakan ZAH (Kartika 2008).
Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu
alkohol melalui reaksi esterifikasi. Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi asil
nukleofil dengan katalisator asam. Gugus karbonil dari asam kaboksilat tidak cukup kuat sebagai
elektrofil untuk diserang olah alkohol. Katalisator asam akan memprotonasi gugus karbonil dan
mengaktivasinya ke arah penyerangan nukleofil. Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat dari
ester, kemudian terjadi transfer proton.
Reaksi transesterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi esterifikasi dengan mengganti alkohol
R'-OH dengan jenis alkohol lain R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral
seperti H2SO4atau HCl. Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga alkohol
R"-OH harus dalam keadaan berlebihan untuk memaksimalkan prouk R-COOR".
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam
Tahap pertama adalah katalis asam. Pada tahap pertama, gugus karbonil pada asam diprotonasi.
Sebagaimana halnya dengan aldehida dan keton, protonasi menikan muatan positif pada atom
karbonil dan menjadikannya sasaran baik bagi serangan nukleofil. Tahap kedua sangat
menentukan, tahap ini melibatkan adisi nukleofil yaitu alkohol pada asam yang telah diprotonas.
Pada tahap ini ikatan C-O yang baru (ikatan ester) terbentuk. Tahap 3 dn 4 adalah tahap
kesetimbangan dimana oksigen-oksigen melepaskan atau mendapatkan proton. Kesetimbangan
ini sifatnya bolak- balik, sangat cepat, dan terus berlangsung dalam suasana asam. Pada tahap 4
salah satu gugus hidroksil harus diprotonasi, karena kedua gugus hidroksilnya identik. Tahap 5
melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Tahap ini adalah kebalikan tahap 2. agar
peristiwa ini dapat terjadi, ggus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai gugus
bebas/lepas lebih baik. Akhirnya pada tahap 6, ester yang berproton melepaskan protonnya.
Tahap ini adalah kebalikan tahap 1.
Peran zeolit sebagai katalis berdasarkan pada tiga sifatnya yaitu :
1. Penyaring molekul, sifat sebagai penyaring molekul yang di miliki oleh zeolit dapat di
manfaatkan untuk menyeleksi reaktan, hasil antara dan produk akhir yang terlibat dalam proses
katalitik oleh katalis zeolit alam.
2. Pusat asam, adanya pusat asam pada zeolit dapat memberikan medium yang kondusif (lebih
reaktif) untuk proses katalitik.
3. Rasio Si/Al, semakin tinggi rasio Si/Al akan menyebabkan keasaman tinggi. Setiap jenis zeolit
alam mempunyai batas rasio Si/Al yang berbeda-beda (Setiadi dan Pertiwi, 2007)

Anda mungkin juga menyukai