Anda di halaman 1dari 6

Indeks Bahaya Gempabumi; Studi Kasus Desa Pleret, Kabupaten Bantul

Earthquake Hazards Index; Case Study Pleret Village, Bantul Regency


Sulastri*, Bambang Sunardi
Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720

INFO ARTIKEL
Naskah masuk
: 17 Oktober 2016
Naskah diperbaiki :
Naskah diterima
:
Kata kunci:
Penilaian bahaya gempabumi
Pleret
Bantul
Indeks bahaya gempabumi
Keywords:
Earthquake hazard assessment
Pleret
Bantul
Earthquake hazard index

ABSTRAK
Telah dilakukan penilaian bahaya gempabumi secara kualitatif untuk Desa Pleret,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fokus pada
penelitian ini dalah menilai bahaya gempabumi Desa Pleret secara kualitatif
dengan memperhatikan aspek-aspek historis gempabumi, periode ulang,
kerentanan, daerah terdampak, tingkat keparahan serta aspek peringatan dini.
Masing-masing aspek ditentukan kontribusi bobotnya. Tingkat bahaya gempabumi
didapat dengan mengkategorikan tiap aspek yang berkontribusi pada indikator yang
telah ditetapkan. Selanjutnya ditentukan skoring total dari aspek-aspek yang
dipertimbangkan tersebut. Hasil penelitian dalam bentuk indeks bahaya
gempabumi menunjukkan bahwa Desa Pleret, Kecamatan pleret Kabupaten Bantul
memiliki indeks sekitar 0.864. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bahaya
gempabumi di Desa Pleret relatif tinggi. Dengan mengetahui indeks bahaya
gempabumi diharapkan upaya mitigasi bahaya gempabumi dapat direncanakan dan
dilakukan dengan lebih baik.

ABSTRACT
Qualitatively earthquake hazard assessment has been done for Pleret Village,
District Pleret, Bantul, Yogyakarta. Focus in this study is to assess the earthquake
hazard of Pleret village qualitatively by observing the historical aspects of the
earthquake, return period, vulnerability, affected area, impacts severity and early
warning aspects. Each aspect determined weight of the contribution. Earthquake
hazard level is obtained by categorizing each aspect that contribute to the
indicators have been set. Further determined total scoring of the aspects that are
consideration. The results of this study in the form of earthquake hazard index
shows that Pleret village, district Pleret, Bantul has an index of about 0.864. This
indicates that the level of earthquake hazard in Pleret relatively high. By knowing
the earthquake hazard index is expected to earthquake hazard mitigation can be
planned and carried out nd carried out with the better.
2016 Jurnal Riset Geofisika

1. PENDAHULUAN
Penilaian bahaya gempabumi (earthquake hazard
assessment) merupakan salah satu upaya meneliti bahaya
gempabumi yang kemungkinan terjadi di daerah tertentu
termasuk diantaranya sejarah gempabumi, luas atau
cakupan bahaya gempabumi, tingkat keparahan bahaya
gempabumi, probabilitas gempabumi yang terjadi di masa
depan dan tingkat kerentanan dalam masyarakat secara
keseluruhan [1].
Setidaknya ada 2 metode atau pendekatan yang
dapat digunakan dalam menilai bahaya gempabumi yaitu
metode kualitatif dan probabilistik. Metode kualitatif
merupakan metode yang paling sederhana dan digunakan
saat data untuk evaluasi kuantitatif dirasa kurang atau di
mana variabel tertentu tidak dapat dinyatakan secara
numerik. Dalam metode ini derajat atau tingkat penilaian
dengan ekspresi dalam bentuk peringkat. Jenis peringkat

Korespondensi penulis.
Alamat e-mail: sulastri@bmkg.go.id

kualitatif misalnya disebut sebagai tinggi, moderat atau


rendah.
Metode Probabilistik memerlukan data historis
bahaya. Data historis dari peristiwa yang sudah terjadi
dapat diperoleh melalui penelitian yang intensif. Namun,
tidak ada jaminan bahwa di daerah tertentu data yang
dibutuhkan tersedia. Serupa dengan metode kualitatif, di
dalam metode probabilistik tingkat penilaian bahaya juga
disajikan dalam istilah tinggi, moderat atau rendah.
Hasil dari penilaian bahaya gempabumi
memberikan informasi kemunculan dan pengaruh bahaya
gempabumi. Informasi ini idealnya harus mencakup
lokasi, tingkat keparahan, frekuensi dan probabilitas
terjadinya bahaya gempabumi. Penilaian bahaya
gempabumi adalah langkah pertama dan sangat berguna
dalam upaya mitigasi bencana gempabumi. Penilaian
bahaya dilakukan di daerah tertentu, biasanya wilayah
tersebut tidak terlalu luas atau terlalu sempit.
Hasil dari penilaian bahaya gempabumi
direpresentasikan dalam peringkat bahaya. Sementara itu
hasil utama dari penilaian bahaya gempabumi adalah

program mitigasi gempabumi dapat direncanakan dan


dilaksanakan dengan tepat.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
penilaian bahaya gempa bumi dapat dibagi menjadi
beberapa aspek antara lain aspek historis, probability,
vulnerability, geographic extent, impacts severity dan
early warning. Di antara aspek-aspek tersebut
memberikan kontribusi bobot yang berbeda beda.
Kecamatan Pleret merupakan salah satu daerah
rawan bencana gempabumi di Kabupaten Bantul. Pada
bagian timur wilayah ini dilalui sistem sesar yang
berorienasi barat daya timur laut yang ditandai adanya
gawir sesar Baturagung (Baturagung escarpment) di
bagian timur kecamatan ini [2]. Secara geologis
Kecamatan Pleret terbagi menjadi 4 macam formasi
geologi yaitu formasi semilir, formasi nglanggran,
endapan aluvium, dan endapan gunungapi merapi muda
[3].
Pada gempabumi 27 Mei 2006 banyak bangunan
tempat tinggal rusak dan banyak penduduk yang menjadi
korban jiwa yaitu sekitar 8.309 bangunan rusak berat dan
579 orang meninggal [4]. Salah satu desa di Kecamatan
Pleret yang mengalami kerusakan parah akibat
gempabumi 27 Mei 2006 adalah Desa Pleret. Pada
gempabumi 2006 tersebut sekitar 223 orang meninggal
dunia di desa ini, sedangkan bangunan roboh dan rusak
sekitar 2.972 [4].
Untuk memperkirakan tingkat bahaya gempabumi
serta mengidentifikasi kemungkinan terjadinya bahaya
gempabumi di masa datang, intensitasnya, luas dampak,
keparahan serta tingkat kerentanan terhadap bahaya
gempabumi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul, maka diperlukan penilaian bahaya gempabumi
(earthquake hazard assessment) desa tersebut.
Makalah ini membahas
penilaian bahaya
gempabumi secara kualitatif dalam bentuk indeks bahaya
gempabumi untuk Desa Pleret, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penilaian bahaya gempabumi secara kualitatif diharapkan
dapat memperkirakan tingkat bahaya gempabumi serta
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya bahaya
gempabumi di masa datang, intensitasnya, luas dampak,
keparahan serta tingkat kerentanan terhadap bahaya
gempabumi sehingga upaya mitigasi bahaya bencana
gempabumi dapat direncanakan dan dilakukan dengan
tepat.

2. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pleret, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul. Desa Pleret berbatasan dengan
Desa Wonokromo di sebelah barat, Kecamatan
Banguntapan di sebelah utara, Desa Bawuran di sebelah
timur serta Desa Segoroyoso di sebelah selatan. Gambar
1 menunjukkan lokasi penelitian.

Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini
antara lain data historis kejadian gempa di sekitar
Yogyakarta dan data gempabumi dengan jarak maksimum 20

km dari Desa Pleret periode 2006 2012 [5, 6] sebagaimana


diperlihatkan pada Tabel 1. Data penelitian tentang

kerawanan dan kerentanan Desa Pleret yang Telah


dilakukan sebelumnya, serta data korban jiwa dan
kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006 yang diperoleh
dari Kecamatan Pleret serta sumber-sumber lainnya.

Gambar 1. Lokasi penelitian Desa Pleret, Kecamatan Pleret,


Kabupaten Bantul [2].
Tabel 1. Historis gempabumi dengan jarak maksimum 20 km
dari Desa Pleret [5, 6].
Bujur

Lintang

Tahun

Bulan

Hari

M ag

Kedalaman

110.45

-7.96

2006

26

6.3

12

110.43

-7.84

2006

27

4.8

10

110.51

-7.78

2006

27

4.6

10

110.38

-8

2006

35

110.46

-7.95

2006

16

3.7

10

110.34

-7.93

2006

11

4.3

10

110.49

-7.92

2008

12

18

5.8

10

110.55

-7.85

2008

12

22

2.4

10

110.44

-7.94

2008

12

22

2.5

10

110.43

-8.03

2008

12

29

110.42

-8

2009

29

2.6

110.48

-7.92

2009

28

3.3

110.42

-7.97

2009

17

3.5

10

110.34

-8.01

2009

21

3.3

12

110.47

-8.01

2009

2.5

10

110.48

-8.01

2009

12

110.48

-7.98

2009

12

3.1

12

110.45

-8.04

2009

19

4.2

10

110.47

-7.95

2009

22

2.4

11

110.42

-7.98

2009

27

3.1

12

110.55

-7.96

2009

12

23

3.1

11

110.53

-7.85

2010

11

2.5

10

110.4

-8.04

2010

11

4.1

10

110.53

-7.83

2010

26

2.5

10

110.4

-8.01

2010

21

4.8

10

110.52

-7.94

2010

21

3.3

10

110.55

-7.94

2010

10

10

4.1

10

110.48

-8.01

2010

10

28

4.1

10

110.48

-8

2010

10

28

3.1

10

110.56

-7.86

2010

11

13

110.49

-7.98

2010

11

18

3.1

10

110.52

-8.01

2011

21

3.8

10

110.45

-7.98

2011

2.8

10

110.51

-7.96

2011

11

3.4

10

110.47

-8.02

2011

11

16

3.1

10

110.58

-7.88

2011

11

25

3.1

13

110.49

-7.96

2012

21

2.8

10

110.43

-8.03

2012

19

4.2

10

110.53

-7.92

2012

14

2.7

10

Metodologi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa
pendekatan kualitatif dalam penilaian bahaya digunakan
ketika data yang tersedia untuk penilaian kuantitatif tidak
mencukupi. Aspek-aspek yang berkontribusi terhadap
penilaian bahaya gempabumi di Desa Pleret dapat dibagi
menjadi beberapa aspek antara lain aspek historis
(history), yang berkaitan dengan kejadian gempabumi
yang terjadi pada rentang waktu tertentu. Aspek periode
ulang dan probabilitas di masa depan (return period),
kerentanan (vulnerability), daerah yang dapat terkena
dampak (geographic extent), tingkat keparahan pada
manusia, bangunan maupun infrastruktur (impacts
severity) serta aspek peringatan dini (early warning).
Setiap aspek yang berkontribusi terhadap
penilaian bahaya gempabumi kadang-kadang dinyatakan
dalam secara kualitatif misalnya aspek historis (history)
dinyatakan dalam : satu peristiwa, sedikit atau beberapa
kejadian selama jangka waktu tertentu. Aspek periode
ulang (return period) dinyatakan dalam : tidak mungkin
terjadi, mungkin terjadi atau sangat mungkin terjadi di
daerah tertentu. Aspek kerentanan (vulnerability)
dinyatakan dalam : tidak ada, kecil, signifikan,
kebanyakan orang akan terpengaruh oleh bencana
gempabumi. Aspek daerah terdampak (geographic
extent) dinyatakan dalam : tidak ada, terbatas, sebagian
besar akan terkena dampak bencana gempabumi. Aspek
tingkat keparahan pada manusia, bangunan maupun
infrastruktur (impacts severity) dinyatakan dalam : ada,
beberapa, kecil atau banyak orang, aset fisik, bangunan
atau infrastruktur akan terpengaruh oleh bencana
gempabumi. Aspek peringatan dini (early warning)
dinyatakan dalam : tidak ada, tidak lama, beberapa jam
atau hari peringatan tersedia sebelum terjadinya bencana
gempabumi. Hal-hal tersebut merupakan ekspresi
kualitatif, sehingga diperlukan nilai kuantifikasi atau
rating / skoring untuk menilai tingkat kejadian tersebut.
Masing-masing aspek memberikan kontribusi
bobot yang berbeda. Dalam penelitian ini bobot untuk
masing-masing aspek yang berkontribusi ditentukan
sebagaimana pada Tabel 2. Aspek impacts severity
diberikan bobot 10 (tertinggi) mengingat dampak
langsung gempabumi terhadap tingkat keparahan pada
manusia, bangunan maupun infrastruktur lainnya. Aspek
early warning diberikan bobot 7 (tertinggi kedua)
mengingat parameter ini sangat menentukan terhadap
jumlah korban dan kerugian. Aspek geographic extend
dan vulnerability diberikan bobot 5 (sedang) mengingat
parameter ini menentukan seberapa luas daerah yang
terdampak gempabumi serta dampak negatif kepada
masyarakat, komunitas atau warga. Sedangkan aspek
return period dan historis diberikan bobot 2 yang relatif
rendah mengingat bencana gempabumi hingga saat ini
sejatinya belum dapat diprediksi kapan terjadinya. Saat
ini baru dapat diperkirakan wilayah yang rawan terhadap
bencana gempabumi.
Tingkat bahaya (hazard) gempabumi didapat
dengan mengkategorikan aspek-aspek yang berkontribusi
pada indikator-indikator yang ditetapkan. Indikatorindikator yang dipergunakan dalam penelitian ini
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Indeks bahaya gempabumi ditentukan dengan


melakukan skoring masing-masing aspek yang
berkontribusi. Skoring tingkat bahaya gempabumi
dilakukan dengan persyaratan dasar data yang dibutuhkan
tersedia / cukup dan nilainya tidak hanya ditentukan oleh
penilai namun komunitas / masyarakat setempat harus
juga terlibat. Oleh karena itu survei / wawancara dengan
penduduk setempat juga perlu dilakukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Aspek Historis
Aspek historis merujuk pada jumlah kejadian
gempabumi yang terjadi pada rentang waktu tertentu.
Gambar 2 menunjukkan seismisitas di sekitar Yogyakarta
dari katalog BMKG dan USGS periode 2006 2012.
Gambar 2 (a) menunjukkan historis gempabumi di sekitar
Yogyakarta yang diakibatkan baik oleh mekanisme
subduksi maupun sesar opak sedangkan gambar 3 (b)
merupakan gempa akibat aktivitas sesar Opak yang
berjarak maksimum 20 km dari Desa Pleret. Dari gambar
diatas nampak bahwa wilayah Yogyakarta memiliki
seismisitas yang relatif cukup tinggi.
Dalam periode 2006 2012, terdapat 39 kejadian
gempabumi yang terjadi akibat sesar Opak yang berjarak
maksimum 20 km dari Desa Pleret dengan magnitude
berkisar 2.5 6.3 SR (Tabel 1). Data historis gempabumi
yang mempengaruhi Desa Pleret relatif cukup tinggi.
Hasil wawancara dengan penduduk di Desa Pleret juga
memberikan hasil serupa. Rata-rata warga di Pleret
mengemukakan bahwa gempabumi sering dirasakan di
desa Pleret. Untuk aspek historis diberikan skor 7 dari
skor maksimal 10.
Tabel 2. Faktor pembobotan untuk masing-masing aspek.
No

Aspek

Faktor Pembobotan

1
2
3
4
5
6

History
Return Period
Vulnerability
Geographic extend
Impact's severity
Early warning

2
2
5
5
10
7

Tabel 3. Tabel kategori indeks bahaya.


No

Indeks Bahaya

Kategori

1
2
3
4
5

1
0.7
0.5
0.2
0

Very high
High
Moderate
low
Very low

Tabel 4. Tabel indikator dan skor indikator.


No
1
2
3
4
5

Indikator
Very high
High
Moderate
Low
Very low

Skor Indikator
10
7
5
2
1

Aspek Periode Ulang

Aspek Impact Severity

Dari katalog gempabumi BMKG dan USGS


diperoleh data kejadian gempabumi akibat sesar Opak
dengan magnitude M5 dan kedalaman maksimum 50
km terjadi pada tahun 1974, 1987, 2006, 2008, 2009 dan
2010 [5, 6]. Probabilitas kejadian gempabumi di tahun
2013 dan seterusnya sebagaimana ditampilkan pada tabel
5. Nampak bahwa probabilitas kejadian gempabumi
dengan magnitude > 5 akibat sesar Opak pada tahun 2013
dan berikutnya relatif tinggi dan dapat diklasifikasikan
dalam status likely.
Hasil penelitian periode ulang gempabumi di
wilayah Jawa juga mendukung data-data diatas.
Berdasarkan studi variasi karakteristik kegempaan,
periode ulang gempabumi dengan magnitude 6 di sekitar
Desa Pleret adalah sekitar 20 tahun [7]. Periode ulang
gempabumi dengan magnitude M 6.5 sekitar 60 tahun.
Sedangkan periode ulang untuk gempabumi dengan
magnitude M 5 dibawah 10 tahun [7].
Dari data tersebut diketahui gempabumi yang
berpengaruh terhadap Desa Pleret relatif tinggi. Hasil
wawancara dengan penduduk Desa Pleret juga
memberikan gambaran yang hampir serupa. Untuk aspek
periode ulang / return period diberikan skor 7 dari skor
maksimal 10.

Impact severity merupakan tingkat keparahan yang


diakibatkan gempabumi baik pada manusia, properti
maupun infrastruktur. Berdasarkan data-data yang
dikumpulkan pihak
Kecamatan Pleret, gempa
Yogyakarta, 2006 menimbulkan tingkat keparahan yang
sangat luar biasa. Di Desa Pleret setidaknya ada 223 jiwa
yang meninggal, 2.238 buah rumah roboh, 591 rusak
berat dan 143 rusak ringan (Tabel 6 dan 7) [4]. Dapat
dikatakan semua rumah warga rusak maupun roboh.
Berdasarkan data tersebut, untuk aspek impact severity
diberikan skor maksimal 10.
-6.5
-7

Latitude [deg]

-7.5
-8
z<144.6 km
z<289.2 km
z<482.0 km

-8.5
-9
-9.5
-10
-10.5
-11
110

Aspek Kerentanan
Beberapa penelitian tentang kerawanan dan
kerentanan wilayah Bantul telah dilakukan antara lain
penelitian tentang kerawanan gempabumi daerah Pleret
[2]. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan Desa
Pleret termasuk daerah dengan tingkat kerawanan tinggi
terhadap gempabumi.
Penelitian tentang indeks kerentanan seismik di
zona graben Bantul menunjukkan bahwa Desa Pleret
merupakan salah satu daerah dengan tingkat kerentanan
yang tinggi terhadap gempabumi [8]. Penelitian tentang
kerentanan tanah di kabupaten Bantul terhadap
gempabumi juga menunjukkan bahwa Desa Pleret
termasuk salah satu daerah dengan tingkat kerentanan
yang tinggi terhadap gempabumi [9].
Dari hasil-hasil penelitian diatas didukung oleh
data-data kependudukan Desa Pleret yang menunjukkan
populasi cukup tinggi dapat disimpulkan bahwa
vulnerability terhadap gempabumi di Desa Pleret relatif
tinggi. Didukung dengan hasil wawancara penduduk
Desa Pleret, untuk parameter kerentanan / vulnerability
diberikan skor 7 dari skor maksimal 10.

Aspek Geographic Extend


Gempa Yogyakarta, 2006 menyebabkan dampak
yang sangat luas. Dampak gempa tersebut tidak hanya
dirasakan di Kabupaten Bantul tapi meluas hingga
propinsi Jawa Tengah. Hasil damage assessment dari
memperlihatkan gempa Yogyakarta, 2006 berdampak
pada daerah-daerah dengan radius lebih 40 km dari pusat
gempa [10]. Dari data tersebut nyata bahwa gempabumi
yang diakibatkan oleh sesar Opak dapat memberikan
dampak pada cakupan area yang relatif luas. Berdasarkan
data tersebut untuk aspek geographic extend diberikan
skor 7 (nilai skor maksimal 10).

110.5

111

Longitude
[deg]
(a)

(b)

Gambar 2. Data kejadian gempabumi disekitar Yogyakarta


periode 2006-2012 (a) dan data gempabumi dengan radius 2o
km dari patahan Opak (b).
Tabel 5. Tabel perhitungan probabilitas kejadian gempabumi
M>5 akibat sesar Opak.
Year

P Tabel

P(T)

P(v|u)

2012

-1.02

0.1539

0.8461

Status

2013

-0.88

0.1894

0.8106

0.04196

4.19572

Possible

2014

-0.74

0.2297

0.7703

0.08959

8.95875

Possible

2015

-0.6

0.2743

0.7257

0.1423

14.23

Likely

2016

-0.47

0.3192

0.6808

0.19537

19.5367

Likely

2017

-0.33

0.3707

0.6293

0.25623

25.6234

Likely

2018

-0.19

0.4246

0.5754

0.31994

31.9939

Likely

2019

-0.05

0.4801

0.5199

0.38553

38.5534

Likely

2020

0.08

0.4681

0.4681

0.44676

44.6756

Likely

2021

0.22

0.4129

0.4129

0.512

51.1996

Likely

2022

10

0.36

0.3594

0.3594

0.57523

57.5228

Likely

2023

11

0.49

0.3121

0.3121

0.63113

63.1131

Likely

2024

12

0.63

0.2644

0.2644

0.68751

68.7507

Likely

2025

13

0.77

0.2207

0.2207

0.73916

73.9156

Likely

2026

14

0.91

0.1814

0.1814

0.7856

78.5605

Likely

2027

15

1.04

0.1492

0.1492

0.82366

82.3662

Likely

2028

16

1.18

0.119

0.119

0.85935

85.9355

Likely

2029

17

1.32

0.0934

0.0934

0.88961

88.9611

Likely

2030

18

1.46

0.0721

0.0721

0.91479

91.4785

Likely

2031

19

1.59

0.0559

0.0559

0.93393

93.3932

Likely

2032

20

1.73

0.0418

0.0418

0.9506

95.0597

Likely

2033

21

1.87

0.0307

0.0307

0.96372

96.3716

Likely

2034

22

0.0228

0.0228

0.97305

97.3053

Likely

2035

23

2.14

0.0162

0.0162

0.98085

98.0853

Likely

2036

24

2.28

0.0113

0.0113

0.98664

98.6645

Likely

2037

25

2.42

0.0078

0.0078

0.99078

99.0781

Likely

2038

26

2.55

0.0054

0.0054

0.99362

99.3618

Likely

2039

27

2.69

0.0004

0.0004

0.99957

99.9575

Likely

2040

28

2.83

0.0023

0.0023

0.99728

99.7282

Likely

2041

29

2.97

0.0015

0.0015

0.99823

99.8227

Likely

2042

30

3.1

0.001

0.001

0.99882

99.8818

Likely

2043

31

3.24

0.0006

0.0006

0.99929

99.9291

Likely

2044

32

3.38

0.0004

0.0004

0.99953

99.9527

Likely

2045

33

3.52

0.0002

0.0002

0.99976

99.9764

Likely

Secara keseluruhan nilai indeks bahaya


gempabumi untuk Desa Pleret masuk dalam kategori
tinggi (sekitar 0.864). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat bahaya gempabumi di Desa Pleret adalah relatif
tinggi. Dengan mengetahui indeks bahaya gempabumi
Desa Pleret diharapkan upaya mitigasi dapat
direncanakan dan dilakukan dengan tepat.

Aspek Peringatan Dini


Fenomena alam gempabumi sampai hingga saat
ini belum mampu diprediksi tempat maupun waktu
kejadiannya secara tepat. Saat ini belum ada teknologi
yang mampu memprediksi dimana dan kapan akan terjadi
gempabumi. Bahaya gempabumi tidak bisa dihindarkan
namun dampaknya dapat dikurangi melalui kegiatan
mitigasi.
Gempabumi yang belum dapat diprediksi
menjadikan peringatan dini atau early warning akan
terjadinya gempabumi juga belum dapat dilakukan.
Berdasarkan kenyataan diatas untuk parameter early
warning diberikan skor maksimal 10.
Indeks bahaya gempabumi (Earthquake hazard
index) merupakan ukuran relatif dari tingkat bahaya
gempabumi secara keseluruhan. Tabel 8 menunjukkan
perhitungan indeks bahaya gempabumi untuk Desa
Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul berdasarkan
penilaian kualitatif. Dari perhitungan berdasarkan
metodologi diatas diperoleh nilai indeks bahaya
gempabumi untuk Desa Pleret sekitar 0.864. Total nilai
indeks tersebut merupakan gabungan dari aspek historis
(history), luas atau cakupan bahaya (geographic extend),
tingkat keparahan bahaya (impact's severity), periode ulang
dan probabilitas di masa depan (return period), tingkat
kerentanan dalam masyarakat (vulnerability) maupun
peringatan dini (early warning) gempabumi yang ada.

Tabel 6. Jumlah kerusakan akibat gempabumi Yogyakarta 27


Mei 2006 [4].
Desa
Wonokromo
Pleret
Segoroyoso
Bawuran
Wonolelo

Rumah
Roboh
3,118
2,238
1,574
970
409

Rusak
Berat
456
591
283
285
570

Rusak
Ringan
110
143
298
451
354

Tabel 7. Tabel Jumlah korban meninggal dunia akibat


gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 [4].
Desa
Wonokromo
Pleret
Segoroyoso
Bawuran
Wonolelo

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

57
95
30
28
5

104
128
66
66

161
223
96
94
5

Tabel 8. Tabel earthquake hazard index Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul .
Aspect
History
Return period
Vulnerability
Geographic extend
Impact's severity
Early warning

WF
2
2
5
5
10
7
31

Indicator
Score
7
7
7
7
10
10
48

Score
14
14
35
35
100
70
268

Score
Max
20
20
50
50
100
70
310

Norm. WF
0.06451613
0.06451613
0.16129032
0.16129032
0.32258065
0.22580645
1

Norm.
Score
0.7
0.7
0.7
0.7
1
1

Par.
Contrib
0.045
0.045
0.113
0.113
0.323
0.226
0.864

4. KESIMPULAN
Nilai indeks bahaya gempabumi (earthquake
hazard index) untuk Desa Pleret, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul adalah 0.864, masuk dalam kategori
tinggi. Dengan mengetahui indeks bahaya gempabumi
Desa Pleret diharapkan upaya mitigasi dapat
direncanakan dan dilakukan dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1.

W.S. Lyon, Disaster Reporting Handbook., One


UN Disaster Risk Management Joint Programme
(UNDP), Pakistan (2011).

2.

Saputra, A., Ekstraksi informasi geologi untuk


penilaian bahaya gempabumi (earthquake hazard
assessment) menggunakan citra aster di
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, Prosiding
Seminar nasional PJ-SIG (2012).

3.

Rahardjo, W., Sukandarrumiddi dan Rosidi,


H.M.D., Peta Geologi Lembar Yogyakarta 1408 2
& 1407 5, Edisi 2, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung (1995).

4.

BPS. Pleret Dalam Angka. Badan Pusat Statistik


(BPS), Yogyakarta (2010).

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat
Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk segala fasilitas
pendukung penelitian serta Prof. Ir. Widodo, MSCE,
Ph.D, atas materi dan referensi yang diberikan dalam
penulisan makalah ini.

5.

BMKG earthquake repository, BMKG Data


Repository,
http://repogempa.bmkg.go.id/query.
php.

6.

USGS Earthquake Archives,


usgs.gov/earthquakes/search.

7.

S. Rohadi, H. Grandis, M. A. Ratag, Studi variasi


spatial seismisitas zona subduksi Jawa, Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol. 8 No.1 (2007) 42 47.

8.

Daryono, Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan


Mikrotremor pada setiap Satuan Bentuk lahan di
Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2011).

9.

D. Kamawati, S. Husein, S. Pramumijoyo,


Ratdomopurbo,
Watanabe,
and
Andersen,
Earthquake microzonation and hazard maps on
Bantul area, Yogyakarta, Indonesia. The
Yogyakarta
earthquake
2006.
Geological
Engineering Department, Faculty of Engineering,
Gadjah Mada University, Yogyakarta (2007).

10.

UNOSAT., Preliminary Damage Assessment: Java


Earthquake (2006).

http://earthquake.

Anda mungkin juga menyukai