OSTEOARTRITIS &
HIPERTENSI URGENSI
Oleh:
dr. Rizky Aisyah Soraya Wiharja
Pembimbing:
dr. Dheni Pramudia H.
faktor-faktor
yang
fenomena-fenomena
mempengaruhi
diatas
yang
kedua
didukung
penyakit
tersebut.
dengan
data-data
LAPORAN KASUS
A.
DATA ADMINISTRASI
Nama
: Ny. S
Usia
: 60 tahun
Cara masuk
B.
: sendiri
DATA DEMOGRAFIS
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Petani
Bahasa ibu
: Jawa
C.
DATA BIOLOGIK
Berat badan
: 87 kg
IMT
Habitus
: Bekerja di sawah
D.
DATA KLINIS
ANAMNESIS
a.
Keluhan utama
b.
Anamnesis terfokus :
Pasien datang dengan keluhan rasa linu pada kedua kaki bawah yang
dirasakan dari bagian lutut hingga pergelangan kaki sejak 2 minggu terakhir
ini. Keluhan tersebut dirasakan semakin memberat dan terutama dirasakan saat
pasien beraktivitas sehingga menimbulkan kesulitan berjalan dan pasien sering
merasa khawatir akan terjatuh saat bekerja disawah serta merasa takut tidak
dapat bekerja lagi. Keluhan tersebut terkadang berkurang bila pasien sedang
beristirahat. Pasien juga mengaku terdapat rasa kaku pada pergelangan kaki
kanan dan kiri serta kedua lutut pada pagi hari setelah bangun tidur. Rasa kaku
tersebut berlangsung selama 5 menit dan menghilang secara perlahan.
Bengkak dan kemerahan pada lutut (-), demam (-), mual (-), nyeri kepala (-),
pandangan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB kuning
biasa, BAK kuning lancar.
c.
DM (-).
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal
Riwayat hipertensi (+), hiperkolesterol/ hiperlipidemia (-), DM (-)
e. Riwayat sosial :
Pasien bekerja sebagai petani yang sering berdiri dan berjalan selama berjamf.
jam.
Faktor-faktor Risiko lainnya :
Pola makan: Pola makan sedikit berlebih dengan nasi dan lauk-pauk, namun
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b.
Kesan
Kesadaran
Tensi
Nadi
Suhu
Pernafasan
Berat badan
Tinggi badan
Kepala
Mata
Konjungtiva
: Anemi (-)
Kornea
: Jernih
Sklera
: Ikterus (-)
Pupil
: Isokor 2,5 mm
d.
Telinga
e. Hidung
Perdarahan
: (-)
Sekret
: (-)
f.
Mulut
Tonsil : Hiperemi
g.
Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok
: MT (-), NT (-)
Kaku kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
h.
Dada
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Bentuk
: Normochest
Thorax
Palpasi
Fremitus raba : Kiri sama dengan kanan
Nyeri tekan
: (-)
Perkusi
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
j.
: Rh
-/-
Wh -/-
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: MT (-), NT (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
l.
Ekstremitas
Motorik
Ekstremitas Superior
EKstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Pergerakan
Kekuatan
Tonus Otot
Bentuk otot
Refleks
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Kanan
kiri
kanan
kiri
Fisiologis
+
+
+
+
Patologis
Status lokalis (Regio genu dextra dan sinistra):
Inspeksi : simetris, edema (-), hiperemis (-)
Palpasi : hangat (+), nyeri tekan (+), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIPERLUKAN
Pemeriksaan laboratorium:
- Profil lipid lengkap
- Kadar asam urat
Pemeriksaan radiologi:
- Rontgen genu AP/Lat dextra & sinistra
E. DIAGNOSIS
- Osteoartritis
Alasan diagnosis ini adalah berdasarkan keluhan pasien berupa rasa linu
pada kedua kaki bawah yang dirasakan dari bagian lutut hingga pergelangan
kaki, keluhan tersebut dirasakan semakin memberat dan terutama dirasakan
saat pasien beraktivitas sehingga menimbulkan kesulitan berjala Pasien juga
mengaku terdapat rasa kaku pada pergelangan kaki kanan dan kiri serta kedua
lutut pada pagi hari setelah bangun tidur. Rasa kaku tersebut berlangsung
selama kurang lebih 5 menit dan menghilang secara perlahan. Selain itu pasien
memiliki faktor kebiasaan yang menunjang diagnosis osteoarthritis berupa
aktivitas bekerja disawah yang mengharuskan pasien berdiri dan mencangkul
selama berjam-jam, tidak rutin melakukan olahraga, serta pola makan yang
berlebihan dan kurang sehat.
Disamping itu, berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien
memiliki berat badan berlebih yang tergolong obesitas. Pada status lokalis
region genu sinistra didapatkan perabaan hangat dan nyeri tekan. Kedua hal
tersebut juga menunjang diagnosis osteoartritis
-
Hipertensi urgensi
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah pasien
muncul dan berhenti konsumsi obat ketika keluhan sudah tidak dirasakan.
Menganjurkan pasien untuk menurunkan berat badan agar keluhannya
sampai obat habis lalu datang kembali untuk kontrol tekanan darah.
Selain konsumsi obat, pasien dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah
dengan modifikasi gaya hidup, antara lain:
1. Membatasi asupan garam tidak lebih dari - sendok teh (6
gram/hari)
2. Menurunkan berat badan
3. Menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol
4. Olah raga dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25
menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.
5. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress
TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteoartritis
Definisi
Osteoartritis (OA) disebut juga penyakit sendi degenaratif, merupakan
gangguan sendi yang tersering kelainan ini sering dianggap sebagai proses penuaan
dan merupakan penyebab cacat fisik pada seseorang dengan usia di atas 65 th.
Gambaran mendasar dari oestoartritis adalah degenarasi tulang rawan sendi, namun
sebagian besar penyakit ini kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sisitemik maupun proses perubahan lokal pada sendi yang jelas
sehingga disebut OA primer, atau OA iodiopatik sedangkan oestoartritis sekunder
adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan herediter, endokrin, metabolik,
pertumbuhan dan jejas mikro maupun makro serta imobilisasi yang terlalu lama.1
Epidemiologi
a. Epidemiologi berdasarkan distribusi orang:1,3,4
1) Umur
Insidens osteoarthritis (OA) meningkat seiring dengan proses penuaan dan
terutama ditemukan pada usia di atas 50 tahun, tetapi dapat juga ditemukan
pada usia muda akibat kerusakan tulang rawan sendi. Penelitian
epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa
dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%.
2) Berat Badan
Makin tinggi berat badan seseorang makin besar kemungkina seseorang
untuk menderita osteoarthritis, hal ini dikarenakan beban yang dikenakan
pada sendi makin besar.
3) Jenis Kelamin
Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar dari
pria, dan belum diketahui mengapa.
b. Epidemiologi berdasarkan distribusi tempat
Insiden terjadinya Osteoartritis ditemukan di hampir semua benua.
c. Epidemiologi berdasarkan distribusi waktu
Insiden terjadinya Osteoartritis ditemukan di hampir semua benua.
Etiologi & Patogenesis
Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan degenaratif pada
oestoartritis. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis yaitu di ujung-ujung tulang
untuk melaksanakan 2 fungsi yaitu menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan di
dalam sendi berkat cairan sinovium dan di sendi sebagai penerima beban.
sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Hal ini merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Bisa disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan pemeriksaan
radiologik.
Gambaran
radiografi
sendi
yang
menyokong
diagnosis
Osteoarthritis adalah:1
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
2. Peningkatan densitas tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Oestofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi
Penatalaksanaan
a. Terapi non-farmakologis1,3
agar
penyakitnya
tidak
bertambah
parah
serta
b. Terapi farmakologis1,2
prostaglandin.
kemungkinan
mekanisme
Berbagai
kerja
macam
tambahan
OAINS
termasuk
memiliki
inhibisi
Chondroprotective Agent
Yang dimaksud dengan Chondroprotective Agent adalah obat-obat
yang menjaga dan merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada
pasien OA. sampai saat ini yang temasuk golongan obat ini adalah
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin C, superoxide dismutase dan sebagainya.1
c. Terapi Bedah
Terapi ini diberikan jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas
sendi
yang
menggangu
aktivitas
sehari-hari.
seperti
B. Krisis Hipertensi
Definisi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistol 180 mmHg dan atau diastole 120 mmHg), pada penderita
hipertensi yang membutuh kan penanganan segera.5
Klasifikasi
Hipertensi emergensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan organ target yang
progresif disebut hipertensi emergensi. Pada keadaan ini diperlukan tindakan
penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.5
Hipertensi urgensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target
disebut hipertensi urgensi. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.5
Manifestasi klinis
Bidang neurologi5
Sakit kepala, hilang/kabur penglihatan, kejang, gangguan kesadaran
(somnolen, spoor, koma).
Bidang mata5
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
Bidang kardiovaskular5
Nyeri dada, edema paru
Bidang ginjal5
Azotemia, proteinuria, oliguria
Faktor Risiko 5
Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi
tidak teratur.
Kehamilan
Penggunaan NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka berat,
phaeochromocytoma, penyakit olagen, penyakit vascular, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Tatalaksana Hipertensi Emergensi5
Penanggulangan hipertensi emergensi harus dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas pemantauan yang memadai
Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infuse sesegera mungkin
Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan
langkah sebagai berikut:
- 5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata-rata diturunkan 20-25%
- 2 s/d 6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100 mmHg
6-24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90 mmHg bila tidak ada
gejala iskemia organ
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid
III Edisi V.Jakarta: Internal Publishing. 2010.
2. Darmodjo, Boedhi. Geriatri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011
3. Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis dan proses
proses penyakit Volume II edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2007
4. Katzung G Betram. Famakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2011
5. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):256072.