SARS sendiri adalah kepanjangan dari Severe Acute Respiratory Syndrome, yakni suatu
infeksi saluran pernafasan yang mengancam jiwa pemicunya sendiri adalah coronavirus yang
berhubungan dengan SARS. Penyakit ini pertama kali ditemukan di China pada tahun 2002
silam yang kemudian penyebarannya merambat begitu cepat hingga ke Hongkong dan mulai
menyebar keberbagai belahan dunia yang menjangkit masyarakat dilebih dari 20 negara.
Tercatat hingga tahun 2003 penyebaran penyakit ini telah menjangkit 8069 jiwa dan 775 jiwa
diantaranya meninggal dunia. Para ahli meyakini SARS ini pertama kali berkembang pada
tubuh hewan. Hal ini didasarkan pada temuan mereka akan virus yang sama yang ditemukan
didalam tubuh musang. Di China sendiri musang ini dikonsumsi sebagai bahan makanan
ketika keadaan terdesak. Sementara di Indonesia sendiri sampai dengan 16 Juni 2003 telah
ditemukan sebanyak 7 kasus suspect dan 2 kasus probable SARS dari jumlah 112 pasien yang
berobat karena khawatir dirinya menderita SARS.
Penyebaran Penyakit SARS
SARS ini amat menular dan menyebar dari orang ke orang dengan cepat, karena
penyebarannya bisa melalui droplet saluran pernapasan atau melalui kontak langsung dengan
pasien yang terinfeksi. Penularan melalui udara, seperti misalkan penyebaran udara, ventilasi,
berada dalam satu kendaraan atau gedung yang sama. Hingga saat ini waktu penularan dari
individu ke individu lainnya belum diketahui dengan jelas. Untuk sementara waktu
penularannya adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernapasan
hingga sakitnya ini dikatakan sembuh.
Lantas Apakah Penyebab Dari SARS Ini?
Para ilmuwan kian meyakini bahwa virus dari ras corona ini adalah penyebab SARS.
Ilmuwan dari Hongkong mengaku bahwa mereka telah berhasil menunjukan dengan tepat
virus corona tersebut setelah mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA dari pasien yang
terjangkit SARS. Selain itu studi yang dibuktikan oleh ilmuwan lain adalah penyakit SARS
ini disebabkan oleh virus corona dan paramoxviridae.
Sejatinya kedua macam virus ini telah sejak lama ada, hanya saja gejalanya tidak seganas dan
separah seperti saat ini. Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus yang menyebabkan
penyakit demam flu, diare dan radang paru-paru, sementara virus paramoxyviridae adalah
virus penyebab parainfluenza. Kesimpulan sementara yang didapat oleh para ilmuwan
mengungkapkan virus penyebab SARS saat ini adalah hadirnya virus baru sebagai hasil dari
mutasi coronavirus.
Adapun faktor pemicu ganasnya hasil mutasi virus ini adalah karena lingkungan hidup yang
mulai rusak akibat ulah manusia dan kenaikan populasi manusia yang terus meningkat. Sama
halnya dengan manusia yang akan berupaya melakukan segala cara untuk dapat bertahan
hidup, begitu pula yang terjadi dengan virus ini yang mencoba beradaptasi untuk dapat
bertahan hidup sekalipun harus dengan menyerang manusia.
Serupa dengan virus lainnya, coronavirus ini menyebar lewat udara dan masuk
melalui saluran pernapasan kemudian bersarang diparu-paru. Jika kehadirannya
tidak disadari maka dalam kurun waktu sekitar dua hingga sepuluh hari akan
membuat paru-paru menjadi meradang, dan bernafas menjadi kian sulit. Selain
melalui udara penularan yang cepat adalah penularan secara langsung, adanya
kontak dengan pasien yang terinfeksi SARS seperti mengobrol ataupun bersin
akan lebih mudah menyebar karena cairan ludah saat pasien berbicara atau
bersin akan langsung masuk ketubuh dan menyebar ditubuh anda. Untuk itu,
ada baiknya jaga kontak atau jarak dari pasien yang menderita SARS agar anda
tidak ikut terjangkit.
Gejala-Gejala Penyakit SARS
Gejala penyakit SARS yang mungkin terjadi biasanya berupa demam dengan
suhu badan lebih dari 38 derajat selsius disertai dengan napas yang terasa
pendek, batuk kering, sesak napas, otot yang terasa nyeri, hilangnya selera
makan, kepala yang terasa sakit, diare dan perasaan yang terus menerus
gelisah. Jika penyakit ini sudah terjadi, orang bisa disebut suspect SARS. Namun
apabila gangguan ini terjadi setelah menderita gangguan pernapasan maka
orang tersebut bisa disebut dengan probable SARS atau bisa diduga menderita
SARS.
Lantas apakah ketika suhu tubuh diatas 38 derajat selsius dan sempat
melakukan kontak langsung dengan pasien SARS, kemudian secara otomatis
divonis terkena SARS? Tidak selalu. Ini baru digolongkan suspect SARS. Untuk
menyimpulkan seseorang positif tekena penyakit SARS diperlukan medical
checkup oleh dokter, setelah itu barulah bisa diputuskan apakah orang tersebut
menderita SARS atau tidak.
Ada beberapa gejala SARS yang bisa dibaca secara medis seperti radang paruparu, trombosit darah yang terus menurun setelah melakukan kontak dengan
penderita SARS dan limfosit yang ikut menurun, selain itu jika sudah berat
oksigen dalam darah akan ikut menurun dan enzim hati akan meningkat. Meski
beberapa gejala ini dicurigai sebagai gejala SARS, namun semua gejala ini
sewaktu-waktu bisa berubah, dan penelitian terhadap gejala-gejala ini masih
terus dilakukan hingga saat ini. Untuk itu anda tidak bisa menebak-nebak
kemudian memvonis diri atau orang lain yang mengalami gejala ini dikatakan
positif menderita SARS.
Pencegahan Penyakit SARS
Cara yang terbaik untuk mencegah suatu penyakit adalah menghindari
kemungkinan dan sumber penyakit itu sendiri. Begitupun dengan tindakan
pencegahan untuk penyakit SARS. Hindari tempat atau area terjadinya kasus
SARS seperti daerah pembawa wabah penyakit SARS atau tempat ditemukannya
korban yang terinfeksi SARS. Selain itu, hindari kontak intensif dengan orangorang yang menderita dan terinfeksi SARS dengan alasan apapun karena kontak
langsung adalah salah satu penyebaran paling umum yang ditemukan dari para
penderitan penyakit ini.