Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAKSI

Penelitian empiris menunjukkan bahwasanya terdapat berbagai motivasi yang melatar belakangi
manajemen untuk mengubah metode akuntansi mereka. Berbagai tindakan oportunistik dilakukan
oleh manajer perusahaan demi keuntungan mereka sendiri. Teori Akuntansi Positif memberikan
sumbangsih terhadap permasalahan ini dengan dua perspektifnya, yaitu perspektif efisiensi dan
oportunistik. Dengan mendasarkan pada asumsi Teori Keagenan mengenai hubungan keagenan antara
agen dan principal, yaitu bahwa setiap pihak

yang terlibat dalam kontrak berupaya untuk

memaksimalkan kesejahteraan mereka, Teori Akuntansi Positif menjelaskan mengenai fenomena ini.

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam dunia bisnis, seringkali kita melihat fenomena mengenai bagaimana manajemen
perusahaan mengubah metode akuntansi perusahaan untuk disesuaikan dengan kepentingan yang
bersangkutan. Terkadang hal ini dilakukan oleh manajemen dengan melakukan tindakan kecurangan
(fraud), Tentunya terdapat alasan yang memotivasi mengapa manajemen perusahaan demikian. Dalam
hal ini, Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) menyajikan beberapa hipotesis
berkenaan dengan perilaku manajemen yang mengubah metode akuntansi dengan alasan tertentu.
Teori Akuntansi Positif merupakan salah satu teori utama yang digunakan oleh peneliti
akuntansi di seluruh dunia, yang dikembangkan oleh teoretikus seperti Watt dan Zimmerman. Teori
ini bersifat ilmiah dan dikembangkan berdasarkan penelitian yang berbasiskan observasi. Akan tetapi,
banyak peneliti lain yang memberikan sejumlah kritik terkait dengan sifat, asumsi, dan metodologi
yang digunakan dalam Teori Akuntansi Positif.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi Teori Positif


Menurut Henderson, Peirson, dan Brown, teori positif dimulai dari beberapa asumsi dan

melalui deduksi logis, memungkinkan beberapa prediksi tentang bagaimana sesuatu nantinya. Jika
prediksi cukup akurat ketika diuji terhadap observasi realitas, maka itu dapat menyediakan penjelasan
mengapa sesuatu terjadi (Deegan,2000). Teori positif dikembangkan berdasarkan observasi dan dapat
terus-menerus diuji dan dipertajam melalui observasi yang lebih mendalam. Hasil dari penelitian
direplikasi pada setting yang berbeda sehingga meningkatkan generalisabilitas dari teori tersebut.
Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa Teori Akuntansi Positif (atau Positive Accounting
Theory, selanjutnya

disingkat PAT) berhubungan dengan menjelaskan praktik akuntansi

(Deegan,2000). PAT didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan dan
mana yang tidak akan menggunakan metode tertentu, tetapi PAT tidak mengatakan metode mana yang
harus dipakai. Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa mereka mengadopsi label positif dari ilmu
ekonomi yang digunakan untuk membedakan penelitian bertujuan untuk menjelaskan dan
memprediksi dengan penelitian yang tujuannya adalah ketentuan (prescription).
PAT berpusat pada hubungan antara beraneka individu yang terlibat dalam penyediaan sumber
daya untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi digunakan untuk memfungsikan hubungan ini. PAT
didasarkan pada asumsi berbasis ekonomi sentral bahwa semua tindakan individu dikendalikan oleh
kepentingan pribadi dan bahwa individu akan bertindak dalam cara yang oportunistis sejauh tindakan
tersebut akan meningkatkan kesejahteraan mereka.Dengan berdasar pada asumsi ini, PAT
memprediksi bahwa organisasi akan mencari mekanisme yang menyejajarkan kepentingan manajer
perusahaan (agen) dengan kepentingan pemilik perusahaan (principal). Beberapa metode penyejajaran
kepentingan akan didasarkan pada output sistem akuntansi (seperti pembagian laba perusahaan bagi
manajer).
Dengan menunjukkan masalah keagenan yang timbul dalam organisasi, mungkin terdapat
berbagai biaya bonding dan monitoring yang terjadi. PAT mengasumsikan bahwa tidak semua
tindakan oportunistik agen dapat dikendalikan dengan perjanjian kontraktual atau sebaliknya, akan
selalu ada biaya residual berhubungan dengan penunjukan agen.
B.

Asal Mula dan Perkembangan Teori Akuntansi Positif


Penelitian positif dalam akuntansi mulai menonjol sekitar pertengahan tahun 1960-an dan

menjadi paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Sebelum waktu ini, tipe
penelitian yang dominan adalah penelitian akuntansi normatif.

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif.
Watts dan Zimmerman (Dalam Januarti,2004) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan mendasar
terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu:
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan
pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada
kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal.
Watts dan Zimmerman memikirkan bagaimana atribut khusus suatu organisasi mungkin
mempengaruhi apakah manajer suatu organisasi mendukung, atau menolak, persyaratan akuntansi
khusus. Watts dan Zimmerman (1990) mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang kemudian sering
digunakan dalam literatur teori akuntansi positif untuk menjelaskan dan memprediksi apakah suatu
perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu. Ketiga hipotesis adalah sebagai
berikut :
1. Hipotesis rencana bonus. Dalam kondisi ceteris paribus, hipotesis ini memprediksi bahwa jika
seorang manajer diberi reward atas ukuran kinerja seperti laba akuntansi, manajer tersebut akan
cenderung meningkatkan laba dengan maksud agar bonus yang diperolehnya pun akan meningkat.
2. Hipotesis Hutang. Hipotesis ini memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang/ekuitas pada
suatu perusahaan, semakin cenderung manajer menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas, semakin ketat batasan dalam
perjanjian hutang. Semakin ketat batasan dalam perjanjian, semakin besar kemungkinan
pelanggaran perjanjian dan semakin besar kemungkinan biaya yang dikeluarkan karena kegagalan
teknis. Manajer kemudian mengeluarkan kebijakan dengan memilih metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan untuk mengurangi batasan hutang dan biaya yang timbul karena
kegagalan teknis.
3. Hipotesis Biaya Politis. Hipotesis ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan pihak luar
yang meskipun tidak terikat kontrak langsung dapat membebani perusahaan dengan berbagai
transfer kekayaan.
C. Perspektif Oportunistik dan Efisiensi
Ada tiga perspektif yang saling tumpang tindih dalam konteks pilihan akuntansi (accounting
choices) dan yang sejauh ini mendapat perhatian para peneliti akuntansi. Ketiga perspektif dimaksud
adalah perilaku oportunis (the opportunistic behavior), kontrak efisien (the efficient contracting), dan
perspektif informasi (the information perspective). Khusus untuk kontrak efisien dan perilaku
oportunis, keduanya berkembang berdasarkan pada fungsi dari kontrak yang mengacu pada angkaangka akuntansi. Artinya, kontrak-kontrak yang disepakati antar pihak yang terkait, dalam hal ini

adalah manajer (agent) dan pemegang saham (owners atau shareholders), sangat ditentukan oleh
keberadaan angka-angka akuntansi.
Dalam Perspektif efisiensi, peneliti menjelaskan bagaimana berbagai mekanisme kontrak
dapat digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan perusahaan, yaitu biaya yang terkait dengan
persetujuan penyerahan kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Perspektif efisiensi ini
sering disebut sebagai perpektif ex ante (ex ante artinya sebelum fakta) yang mempertimbangkan
mekanisme apa yang dilakukan di awal, dengan tujuan meminimalkan masalah keagenan di masa
depan dan biaya kontrak.
Dalam perspektif (ex ante) efisiensi ini, praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
seringkali merupakan metode yang secara tepat mencerminkan kinerja keuangan suatu entitas.
Dengan adanya ukuran kinerja yang secara tepat merefleksikan kinerja perusahaan, investor dan
pihak lain tidak perlu mengumpulkan informasi tambahan dari sumber lain. Konsekuensinya, hal ini
akan menghemat biaya.
D.

Kontrak Pemilik/Manajer
PAT mengadopsi asumsi sentral bahwa semua aksi individual dikendalikan oleh kepentingan

pribadi, dan bahwa kepentingan utama dari individual adalah memaksimalkan kesejahteraan mereka
sendiri. Tindakan manajerial terpisah dari apa yang disyaratkan untuk memaksimalkan pengembalian
pemegang saham. Asumsi ini sering disebut asumsi rational economic person (orang ekonomis
secara rasional).
Dalam perusahaan, muncul masalah keagenan. Masalah ini muncul disebabkan karena
adanya asimetri informasi antara agen dan principal, di mana agen lebih banyak mempunyai
informasi dibandingkan principal sehingga dapat menyebabkan adanya perilaku menyimpang. Biaya
dari perilaku menyimpang timbul sebagai hasil dari hubungan keagenan disebut biaya keagenan.
Dengan mengasumsikan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan tindakan manajer, maka
perusahaan perlu menempatkan skema remunerasi yang menilai manajer cara setidaknya sebagian
dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat, reward yang dibayarkan
pada manajer juga akan meningkat. Skema bonus yang terkait dengan kinerja perusahaan akan
menyelearaskan kepentingan manajer dan pemilik, misalnya sebagai berikut :
1.
Skema bonus secara umum, manajer diupah sejalan dengan laba perusahaan, penjualan, atau
return on assets. Remunerasi mereka didasarkan pada output dari sistem akuntansi. Manajer juga
dapat diupah sejalan dengan harga pasar dari saham perusahaan, bisa melalui kepemilikan
kepentingan ekuitas (saham) dalam perusahaan atau dengan bonus kas yang secara eksplisit terkait
dengan pergerakan nilai sekuritas perusahaan.
2.
Rencana bonus berdasarkan akuntansi, yaitu karena jumlah yang dibayar kepada manajer yang
terkait secara langsung dengan angka akuntansi, maka perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan organisasi akan berdampak pada bonus yang dibayar. Perubahan dalam metode akuntansi
akan membawa pada perubahan arus kas, dan mengakibatkan perubahan nilai organisasi. Hal ini
bertentangan dengan pandangan pendukung awal EMH yang berpendapat perubahan metode

akuntansi tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan kecuali efek langsungnya terhadap beban
misalnya pajak.
3.
Skema bonus berdasarkan pasar. Dalam industri yang memiliki laba akuntansi yang sangat
fluktuatif, teoretikus PAT menyatakan bahwa lebih sesuai memberi hadiah kepada manajer
berdasarkan nilai pasar sekuritas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasarkan bonus kas
pada peningkatan harga saham atau dengan menyediakan saham atau opsi bagi saham bagi manajer
dalam perusahaan. Jika nilai saham perusahaan naik, baik manajer dan pemilik akan diuntungkan.
E.

Kontrak Utang
Ketika satu pihak meminjamkan dana kepada organisasi lain, penerima dana mungkin

melakukan aktivitas yang mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan dana akan dibayar
kembali. Pemberi pinjaman akan mengantisipasi perilaku menyimpang ini. Kemungkinan lain,
organisasi akan mengambil level utang tambahan dan berlebihan, yang dapat menyebabkan pemberi
pinjaman baru akan bersaing dengan pemberi utang sebelumnya untuk mendapatkan pembayaran.
Dengan demikian, pemberi utang akan mengasumsikan bahwa manajemen akan mengambil
tindakan yang tidak selalu berada pada kepentingan kreditor, dan sebagai hasilnya, mereka akan
meminta perusahaan untuk membayar biaya bunga yang lebih tinggi sebagai kompensasi bagi
kreditor terhadap paparan risiko yang tinggi.
Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak mengambil
level utang yang tinggi, dan tidak berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi, maka diasumsikan
bahwa perusahaan akan mampu menarik modal utang pada biaya yang lebih rendah dari yang
mungkin.
Kontrak utang kadangkala membatasi teknik akuntansi yang dapat digunakan oleh
perusahaan. Dalam akuntansi, manajemen biasanya memiliki sejumlah cara alternatif yang tersedia
untuk menghitung item tertentu. Manajemen memiliki berbagai cara untuk meminimalisir efek dari
pembatasan berdasarkan akuntansi yang telah ada. Oleh karena itu, kreditor menetapkan dari awal
semua metode akuntansi yang harus digunakan manajemen. Namun untuk tujuan praktik, hal ini
tidak memungkinkan untuk menulis secara lengkap dalam kontrak. Sebagai konsekuensinya
manajemen memiliki kemampuan secara bebas untuk menentukan yang memungkinkan mereka
untuk melonggarkan efek dari batasan yang dinegosiasikan dengan kreditor.

F.

Biaya Politis
Perusahaan (terutama yang besar) kadang-kadang berada dalam pengawasan berbagai

kelompok, seperti pemerintah, kelompok karyawan, kelompok konsumen, kelompok lingkungan,


dan sebagainya. Contohnya, ukuran suatu perusahaan seringkali digunakan sebagai indikasi
kekuatan pasar dan dengan sendirinya dapat menarik perhatian lembaga regulator.
Untuk mengurangi kemungkinan adanya perhatian politis yang merugikan dan biaya yang
meliputinya, perusahaan yang sensitif secara politis (biasanya perusahaan besar) akan mengadopsi

metode akuntansi yang membawa pada pengurangan dari laba yang dilaporkan. Pandangan bahwa
rendahnya laba yang dilaporkan akan membawa pada rendahnya pengawasan politis (dan pada
akhirnya membawa pada rendahnya transfer kekayaan keluar perusahaan) mengasumsikan bahwa
pihak yang terlibat pada proses politis tidak dapat atau tidak siap untuk membongkar implikasi
pilihan berbagai akuntansi manajer. Maksudnya, manajer dapat membodohi mereka yang terlibat
dalam proses politis dengan hanya mengadopsi metode akuntansi tertentu.
G.

Beberapa Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif

1. PAT tidak menyediakan preskripsi dan oleh karenanya tidak dimaksudkan untuk meningkatkan
praktik akuntansi. Peningkatan praktik akuntansi tidaklah cukup bila hanya dengan menjelaskan
dan memprediksi praktik akuntansi.
2. PAT tidak bebas nilai sebagaimana yang dinyatakannya. Akademisi akuntansi menunjukkan bahwa
memilih suatu teori untuk diadopsi dalam penelitian (seperti PAT) didasarkan pada pertimbangan
nilai, apa yang akan diteliti juga didasarkan pada pertimbangan nilai, mempercayai bahwa semua
tindakan individu dikendalikan oleh kepentingan pribadi juga didasarkan pada pertimbangan nilai,
dan seterusnya.
3. Asumsi fundamental bahwa semua tindakan dikendalikan oleh suatu keinginan untuk
memaksimalkan kekayaan seseorang dianggap terlalu negatif dan merupakan perspektif yang
terlalu menyederhanakan manusia. Menurut Gray, Owen dan Adam (dalam Deegan,2000), PAT
mempromosikan pandangan kebangkrutan moral dunia.
4. Sejak permulaan PAT pada 1970, isu yang dibahas tidak menunjukkan perkembangan yang besar.
5. PAT cacat secara ilmiah karena hipotesis yang dihasilkan menurut PAT (seperti hipotesis utang,
hipotesis bonus, dan hipotesis biaya politis) seringkali tidak didukung (tetapi dipalsukan), sehingga
secara ilmiah PAT harus ditolak.
6. Peneliti akuntansi positif mengabaikan banyak hubungan spesifik organisasi dan informasi yang
dikumpulkan hanyalah informasi yang relevan menurut peneliti, yaitu karena peneliti akuntansi
positif percaya bahwa mereka dapat menghasilkan hukum dan prinsip yang diharapkan dapat
beroperasi pada situasi yang berbeda, dan ada satu kebenaran yang mendasari yang dapat
ditentukan oleh pihak independen, pengamat netral yang tidak terpengaruh oleh persepsi,
keistimewaan dan bias individu.
BAB III
KESIMPULAN
1. Teori positif adalah teori yang mencoba menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu.
2. Teori Akuntansi Positif didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan
dan mana yang tidak akan menggunakan metode tertentu, tetapi Teori Akuntansi Positif tidak
mengatakan metode mana yang harus dipakai.

3. Tiga hipotesis utama yang sering digunakan dalam Teori Akuntansi Positif untuk menjelaskan dan
memprediksi apakah suatu perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu,
yaitu Hipotesis Rencana Bonus, Hipotesis Hutang, dan Hipotesis Biaya Politis.
4. Dalam Teori Akuntansi Positif, terdapat dua perspektif yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana agen hubungan keagenan, yaitu perspektif efisiensi (ex-ante) dan perspektif
oportunistik (ex-post).
5. Banyak kritikan yang ditujukan kepada Teori Akuntansi Positif. Meskipun demikian, Teori
Akuntansi Positif terus digunakan oleh banyak peneliti akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
Deegan, Craig. (2000). Financial Accounting Theory. North Ryde : The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Watts, Ross L., dan Zimmerman, Jerold L. (1978). Towards a Positive Theory of The Determination
of Accounting Standards. The Accounting Review Vol. LIII No. 1.
Watts, Ross L., dan Zimmerman, Jerold L. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective.

The

Accounting

Review

Vol.

65

No.

1.

Didownload

http://www.uam.es/personal_pdi/economicas/lcanibano/2007/Tema%208%20T
%20Positiva/Watts_Zimmerman_1990.pdf

dari

Anda mungkin juga menyukai