Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai pada sistem
genitalia wanita. Tumor ovarium dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu tumor
jinak, borderline, dan tumor ganas.1
Statistik terbaru saat ini, seperti angka kejadian tahun 2015 The American
Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2016, sekitar 22.280 kasus baru
kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal dari kanker ovarium di
Amerika Serikat. The Surveillance Epidemiology and End Results (SIER)
melaporkan bahwa pada tahun 2012 di Amerika Serikat sekitar 192.446 perempuan
masih hidup telah didiagnosis dengan kanker ovarium (termasuk mereka yang telah
sembuh dari penyakit).1
Kanker ovarium menyumbang sekitar tiga persen dari kanker pada wanita.
Dari 8 kanker yang paling umum di kalangan wanita, kanker ovarium merupakan
penyebab kelima kematian terkait kanker di kalangan perempuan, dan paling
mematikan dari kanker ginekologi. Angka kematian sedikit lebih tinggi untuk
wanita Kaukasia dibandingkan perempuan Afrika-Amerika. Kanker ovarium yang
tertinggi pada wanita berusia 55-64 tahun. Usia rata-rata di mana perempuan yang
didiagnosis adalah 63 tahun.1
Di Inggris di 2011-2013, rata-rata setiap tahun lebih dari setengah (53%)
dari kasus didiagnosis pada wanita berusia 65 dan lebih. Tingkat insiden usiaspesifik meningkat tajam dari sekitar usia 35-39, mencapai puncaknya pada mereka
yang berusia 80-84, dan kemudian turun tajam.2
Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia berdasarkan data Badan
Registrasi Kanker pada tahun 2006 mencapai 5,99%, sedangkan di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Sanglah, pada tahun 2005 diperoleh angka kejadian kanker

Page 1

ovarium sebesar 35% dari seluruh kanker ginekologis di RSUP Sanglah dengan
angka harapan hidup selama lima tahunnya hanya sebesar 15%.3
Menurut FIGO (Federasi Obstetri dan Ginekologi Sedunia) angka kematia
mencapai 11,1 %; 25,1%; 58,5%; dan 82,1% masing-masing untuk stadium I, II, III
dan IV. Diperkiran sekitar 70% pasien datang dengan diagnosis kanker ovarium
pada stadium III atau IV.1
Usia rata-rata kematian akibat kanker ovarium adalah 70 tahun. Tingkat
kelangsungan hidup kanker ovarium jauh lebih rendah daripada kanker lain pada
perempuan. Wanita didiagnosis pada tahap awal-sebelum kanker telah menyebarmemiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun jauh lebih tinggi daripada mereka
yang didiagnosis pada tahap berikutnya. Sekitar 15 persen pasien kanker ovarium
yang didiagnosis dini dengan penyakit stadium awal. 1
Setelah secara umum melihat dan mengetahui epidemiologi kanker
ovarium, dimana belum ada penelitian serupa di Kupang sehingga penulis tertarik
untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai karakteristik pasien tumor ovarium di
RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana karakteristik pasien dengan tumor ovarium RSUD Prof. dr.
WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik pasien dengan tumor ovarium RSUD Prof. dr.
WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.

1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik pasien tumor ovarium berdasarkan usia di
RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.

Page 2

b. Mengetahui karakteristik pasien tumor ovarium berdasarkan suku di


RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.
c. Mengetahui karakteristik pasien tumor ovarium berdasarkan jumlah
paritas di RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.
d. Mengetahui karakteristik pasien tumor ovarium berdasarkan jenis tumor
di RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.
e. Mengetahui karakteristik pasien tumor ovarium berdasarkan stadium di
RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 2014-2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan konstribusi ilmiah mengenai karakteristik pasien dengan
tumor ovarium RSUD Prof. dr. WZ. Johannes Kupang tahun 20142016.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam penelitian lanjutan
mengenai tumor ovarium.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan sasaran usia,
suku, jumlah paritas, jenis tumor dan stadium tumor dalam perencanaan
tindakan edukasi atau penyuluhan pada pasien dengan risiko tinggi keganasan
ovarium karena hingga saat ini belum ada prosedur tetap yang baku bagi
upaya preventif maupun deteksi dini keganasan ovarium.
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana distribusi kejadian
Kanker Ovarium di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang periode Januari
2015 Agustus 2016.

Page 3

1.6 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah mengetahui distribusi kejadian Kanker Ovarium di
RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang periode Januari 2015 Agustus 2016.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan informasi tentang distribusi kejadian Kanker Ovarium di
RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang periode Januari 2015 Agustus 2016.
1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa, dan sebagai
bahan penunjang mata kuliah kesehatan reproduksi tentang Kanker Ovarium.
1.6.3 Bagi Peneliti Lanjutan
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk penelitian selanjutnya
distribusi kejadian Kanker Ovarium di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang
periode Januari 2015 Agustus 2016.

Page 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan dan Uraian Umum
Kanker ovarium dalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ
ovarium. Pada wanita umur kurang dari 20 tahun terbanyak ditemukan jenis tumor
sel germinal sedangkan pada usia yang lebih tua tumor jenis sel epitelial sering
didapatkan. Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitel yang berasal dari epitel
ovarium. Kelompok lainnya adalah non epitelial yang termsuk diantaranya sel
tumor germinal, sel tumor granulosa, dan tumor sex cord stormal. Faktor herediter
berkaitan dengan 5-10% kanker ovarium yang berkaitan dengan kanker payudara,
kanker usus dan ovarium.
2.2 Epidemiologi Tumor Ovarium
Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem
genitalia wanita. Kirakira 80% tumor jinak lebih sering dijumpai pada usia 2045tahun, tumor borderline dijumpai pada usia yang lebih tua, dan tumor ganas
umumnya antara usia 45tahun dan 65tahun.1 Peningkatan insidensi kanker
ovarium erat hubungannya dengan semakin meningkatnya usia, jumlah paritas
dan penggunaan oral kontrasepsi pada negara berkembang.1,2 Angka kejadian
tumor ovarium lebih rendah bila dibandingkan dengan tumor servik dan uterus
namun kanker ovarium memiliki mortalitas tertinggi di antara tumor ganas
ginekologik. Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut, dan
sebagian besar tumor sudah menyebar ke organ lain. Yang menyebabkan tumor ini

Page 5

demikian

berbahaya

bukan

frekwensinya

tetapi

letalitasnya

karena

pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala, itulah sebabnya tumor ini


dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam tapi mematikan (silent killer).
Setiap tahun lebih dari 23.000 kasus baru yang terdiagnosa dan sekitar 13.900 di
antaranya meninggal dunia, kanker ovarium menjadi penyebab tersering kelima
penyebab kematian perempuan pada tahun 2001.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium
sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima
penyebab kematian akibat kanker, dimana angka kematian ini tidak banyak
berubah sejak 50tahun yang lalu. Kanker ovarium pada umum dijumpai pada
wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus kanker ovarium
dijumpai pada wanita usia diatas 50 tahun.
Menurut data terbaru insidensi kanker ovarium dari Surveillance
Epidemiology and End Result 10 tahun terakhir kanker ovarium berada pada
urutan ke lima penyebab kematian pada kanker ginekologi wanita. Insiden
meningkat di negara-negara berkembang seperti di Amerika Utara dan Eropa
Barat, kanker ini 90% berasal dari karsinoma epitel stroma ovarium. Tumor sel
germinal mempunyai perbandingan yang signifikan (20%) dari seluruh jenis
kanker ovarium di beberapa negara Asia, khususnya di negara Jepang.3,4 Menurut
data canadian cancer registration, kanker ovarium jenis serosum mencakup 56%,
sedangkan jenis musinosum 18% di ikuti endometrioid 16%, clear cell 6% dam
mixed epithelilal tumor 3%. 8 Di Indonesia, kanker ovarium menduduki urutan ke
enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah kanker servik, payudara,

Page 6

kolorektal, kulit, limfoma. Pada penelitian di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo


Jakarta (1989-1995) didapatkan kanker ovarium jenis epitel 55,98% dan kanker
ovarium non epitel 44,02%. Kanker ovarium epitel jenis serosum 44,44%,
musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear cell 5,13% dan mixed epithelial
malignant 0,85%.8 Menurut Iqbal (2002-2006) dalam penelitian di Medan
menemukan 105 kasus kanker ovarium yaitu 84 kasus (80%) jenis epitel dan 21
kasus(20%) kanker ovarium non epitel. Menurut Rezkini penelitian yang
dilakukan di departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPNCM pada tahun 19972006 didapatkan tumor ovarium sebanyak 2266 kasus, dimana jenis epitel
sebanyak 1592 kasus(70,26%), di ikuti jenis Germ cell sebanyak 578
kasus(25,5%), sex cord sebanyak 96 kasus(4,24%) dan usia termuda 0-9 tahun
dan tertua 80-89 tahun.8 Hampir 70% kanker ovarium terdiagnosis pada stadium
lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas
(stadium IV) dengan angka harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15-20%,
sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan
70%.
2.3 Manifestasi Klinis
Kanker ovarium stadium awal pada umumnya tidak memberi tanda dan gejala
yang khas seperti dispepsia, merasakan perut membesar dan adanya benjolan di
perut. Bila massa besar gejala yang ada adalah akibat penekanan massa pada
organ rongga pelvis/abdomen. Kanker ovarium yang lanjut, pada umumnya
penderita datang dengan gejala umum kanker, antara lain berat badan menurun,
malaise, fatigue. Abdomen: nyeri abdomen, dispepsia, obstruksi.
Page 7

2.4 Kriteria Diagnosis


Anamnesis

: Berat badan menurun, keluhan dispepsia, cepat lelah

Klinis

: Pemeriksaan fisik umum ditemukan massa di abdomen,


pelvis, dan asites

Penunjang

: -

USG

abdominal

dan vagina/rectal

(dianjurkan

pemeriksaan dengan color doppler)


Laboratorium

CT Scan atau MRI (optional)

: Petanda tumor : Ca 125, CEA, bila usia muda AFP dan


LDH, beta Hcg kuantitatif.

Diagnosis pasti dengan Histopatologis. Penentuan stadium dilakukan


dengan surgical staging. Penyebaran ke korpus uterus tidak mempengaruhi
stadium. Pertumbuhan ke dinding panggul pendek dan induratif kalau tidak
nodular dimasukan ke stadium IIB, bukan stadium IIIB. Induratif sulit dibedakan
apakah proses kanker atukah peradangan. Penemuan postoperasi dicatat tetapi
tidak merubah satidum yang ditetapkan praoperasi. Histologi yang paling banyak
ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa 80%, dan adenokarsinoma 15%.
2.5. Stadium Kanker Ovarium
Stadium surgikal pada kanker ovarium (FIGO 1988).
Tumor terbatas pada ovarium
a. I A

Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh,

tidak ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada
cairan asites atau pada bilasan peritoneum.

Page 8

b. I B

Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh,

tidak terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
c. I C

Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan

satu dari tanda-tanda sebagai berikut: kapsul pecah, tumor pada


permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau
bilasan peritoneum.
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke pelvis.
a. II A

Perluasan dan/implant ke uterus dan/atau tuba

fallopi. Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum.
b. II B

Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel

kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum.


c. II C

Tumor pada stadium IIA/IIB dengan sel kanker

positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum.


Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis ke peritneum yang
dipastikan secara mikroskopik di luar pelvis dan/atau metastasis ke kelenjar getah
bening regional.
a. III A

Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis.

b. III B

Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis

dengan diameter terbesar 2cm atau kurang.


c. III C

Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan

diameter terbesar lebih dari 2cm dan/atau metastasis kelenjar getah


bening regional.
d. IV:

Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat

efusi pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker positif.


Termasuk metastasis pada parenkim hati.

Page 9

2.6. Terapi
1. Pembedahan Laparatomi
Potong beku dilakukan atas indikasi kecurigaan keganasan. Hasil potong
beku menjadi pertimbangan untuk tindakan selanjutnya selama operasi
berlangsung.
1. Pada usia muda, potong beku masih diperlakukan untuk pertimbangan
konservasi fertilitas.
2. Dari hasil potong beku ada beberapa kemungkinan hasil:
a. Tumor ovarium jinak (benign)
b. Tumor ovarium borderline
c. Tumor ovarium ganas (maligna)
d. Keganasan ovarium belum dapat dipastikan untuk kepastian diagnosis
menunggu hasil pemeriksaan parafin.
3. Jika hasil potong beku adalah borderline hanya dilakukan pengangkatan massa
tumor ovarium, hasil potong beku tumor ovarium ganas, maka tindak
selanjutnya:
a. Surgical staging pada stadium awal;
Complete surgical staging

Page 10

Sitologi bilasan peritoneal, histerektomi, salpingo-ooforektomi bilateral,


limfadenektomi pelvis dan paraaorta, omentektomi, appendektomi, biopsibiopsi peritoneum (parakolika, subdiagfragma, prevesikal, kavum douglasi,
dan pada perlekatan dari lesi yang dicurigai).
Conservative surgical staging (fungsi reproduksi), konservatif yaitu tindakan
salpingo-ooforektomi unilateral, omentektomi, limfadenektomi ipsilateral,
sitologi, biopsi, appendektomi.
b. Debulking pada stadium lanjut.
2. Terapi Adjuvan Kemoterapi
Pengobatan

kemoterapi

pada

kanker

ovarium

diberikan

intravena/intraperitoneal setiap 3 minggu. Kemoterapi pada kanker ovarium


dengan menggunakan platinum (cysplatin dosis 50-100mg/m2 / carboplatin
AUC 5-6).
1. Tumor ovarium epithelial dapat dikombinasi dengan :
a.

CAP : Cyclophosphamide Adriamycin Platinum

b.

CP : Cyclophosphamid dan Platosin

c.

CC : Cyclophosphamide dan Carboplatin

d.

AP : Adryamycin dan Platinum

e.

EP : Epirubicyn dan Platinum

f.

Paclitaxel dan Carboplatin

g.

Docetaxel dan Carboplatin/Cisplatin/Oxaliplatin


h. Gemcitabin

dan

Oxaloplatin/Carboplatin

ditambahkan

dg-

Bevacizumab

Page 11

2. Tumor ovarium non-epitel


BEP (Bleomycin Etoposide Platinum), PVB, BIP, Taxane +
Carboplatin, VAC.

3. Kanker Ovarium Residif


Kemoterapi pada kasus kanker ovarium residif, dibagi menjadi pasien
sensitif platiunum (jika terjadinya residif lebih dari 6 bulan) dan pasien resisten
platinum (jika terjadinya residif kurang dari 6 bulan). Pasien sensitif platinum dapat
diberikan kemoterapi pada lini pertama, atau dapat diberikan kemoterapi lini kedua
antara lain:
a. Gemcitabine 1000-1250 mg/m2 (D1, D8 setiap 3 minggu sekali)
b. Liposomal doxorubicin 50-80 mg/m2 (setiap 4 minggu sekali)
c. Topotekan/Irinotekan
d. Etoposide
e. Penghambat angiogenesis (bevazicumab)
Sementara pasien yang resisten platinum dapat dipilihkan terapi:
a. Oxaliplatin dikombinasikan dengan regimen lini ke-2
b. Penghambat angiogenesis (bevazicumab)
Rentang respon pada kanker ovarium residif 10-15%.
Syarat pemberian kemoterapi:
1. Kanker ovarium secara histopatologis dan telah dilakukan staging menurut
FIGO stadium IC-IVB

Page 12

2. Status penampilan (Performance status)

berdasarkan kriteria Eastern

Cooperative Oncology Group (ECOG) dengan skor 2.

Grad
Tingkat Aktivitas
e
Aktivitas penuh, dapat melakukan akitivitas tanpa
0
1

pertolongan.
Aktivitas terbatas, dapat melakukan pekerjaan ringan.
Dapat mengurus diri sendiri, tetapi tidak menyelesaikan

2
pekerjaan, 50% di tempat tidur.
Dapat mengurus diri sendiri secara terbatas, lebih 50%
berada di tempat tidur
Tidak berdaya secara penuh, tidak dapat mengurus diri
4
sendiri, total ditempat tidur.
3. Laboratorium darah tepi (Hb 10g%, leukosit 3000/mm 3, trombosit
100.000/mm3), fungsi hati (SGOT-SGPT sampai 2x nilai normal) dan ginjal
(Ureum < 50 mg/dL, Kreatinin 0,60-1,20 mg/dL, CCT > 68mL/menit).
(tergantung regimen dan dapat dilakukan penyesuaian dosis pada gangguan
ginjal dan hepar).
4. Pasien kanker ovarium diketahui tidak mengidap penyakit berat lainnya
(penyakit kardiovaskuler yang tidak terkontrol, diabetes melitus yang tidak
terkontrol,

gangguan

psikologis

berat,

peptic

ulcer

aktif)

atau

imunodefisiensi/HIV.
3. Kemoterapi Neoadjuvan

Page 13

Kemoterapi

neoadjuvan

adalah

pemberian

kemoterapi

sebelum

pembedahan primer. Indikasi kemoterapi neoadjuvan antara lain:


1. Tumor ovarium suspek ganas stadium lanjut, unresectable dengan sitologi
(asites/pleura positif) atau resectabilitas yang dinilai dengan laparotomy
atau laparoscopy diagnostic.
2. Operasi primer diperkirakan sukar mencapai pembedahan debulking yang
optimal. Atau kondisi pasien diprediksi beresiko tinggi untuk tindak
pembedahan, misalnya malnutrisi berat, memiliki comorbiditas tindakan
seperti, kelainan fungsi paru maka dapat dipertimbangkan untuk
pemberian kemoterapi neoadjuvan.
3. Kondisi non medis
Terapi akan diberikan sebanyak 3 siklus.
Respon klinik terhadap NAC :
1. Respon komplit
2. Respon parsial
3. Stable disease
4. Progresif
4. Perawatan
1. Perawatan perioperatif dan pasca operatif.
2. Perawatan hanya ditunjukan untuk perbaikan keadaan umum, baik
prakemoterapi atau dalam kemoterapi.
3. Perawatan dilakukan untuk pemberian kemoterapi.
5. Penyulit

Page 14

Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum


pasien, faktor pilihan pengobatan, faktor stadium penyakit, faktor adanya
penyulit infeksi, faktor efek samping yang ditimbulkan.
6. Informed Consent
Penjelasan tentang diagnosa dan stadium penyakit, rencana terapi, hasil
pengobatan dan kemungkinan komplikasi pengobatan.
7. Lama Perawatan
Lama perawatan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan
umum pasien, faktor pilihan pengobatan, faktor stadium penyakit, faktor
penyulit.
8. Masa Pemulihan
Pemulihan tergantung beberapa faktor antara lain faktor keadaan umum
pasien, faktor pilihan pengobatan, faktor stadium penyakit, faktor penyulit.
9. Indikator monitoring dan evaluasi
a. Monitoring efek samping saluran cerna, kadar hemoglobin, kadar
neutrofil dan trombosit.
b. Penilaian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengobatan
(overall treatment)
c. Penilaian respon secara klinis (pemeriksaan rektovagina touche dan
USG)
d. Pemeriksaan tumor marker : Ca 125 untuk epitel serosum dan Ca 724
untuk musinosum, non-epitel : Beta HCG, CEA, AFP, LDH.

Page 15

10. Luaran
Hidup tanpa tumor, hidup dengan tumor, meninggal.

Page 16

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Page 17

3.2. Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Alat
Operasiona ukur
l
1.
Umur
Umur
sampel saat
dirawat di
rumah sakit
2.

Paritas

Jumlah
anak yang
pernah
didapatkan
pasien

Kategori

Skala data

- <16 tahun

Interval

- 16-45 tahun
- >45 tahun
- Nulipara : Nominal
belum memiliki
anak
- Multipara :
sudah memiliki
anak

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain
penelitian potong lintang (cross sectional). Pada penelitian ini peniliti hanya
melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan tanpa menentukan
hipotesis. Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
3.4. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di RSUD W.Z. Johannes Kota Kupang yang
dimulai pada tanggal 7 Juli 2016 sampai 30 Agustus 2016.
3.5. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
yang memiliki karakteristik tertentu. (4)(30) Pada penelitian ini populasinya adalah

Page 18

seluruh pasien dengan tumor ovarium yang menjalani pengobatan di RSUD W.Z.
Johannes sejak Januari 2015 Agustus 2016.
3.5.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan tumor ovarium
yang menjalani pengobatan di RSUD W.Z. Johannes sejak Januari 2015 Agustus
2016. Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah total
sampling.
3.6. Kriteria Inklusi dan Drop Out
3.6.1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dengan tumor ovarium yang menjalani perawatan di RSUD W.Z.
Johannes sejak Januri 2015 sampai Agustus 2016
3.6.2. Kriteria Drop Out
a. Pasien yang rekam medisnya tidak ditemukan sampai penelitian ini berakhir.
3.9. Alur Penelitian dan Cara Kerja
3.9.1. Alur penelitian

Page 19

Skema 3.3. Alur Penelitian


3.9.2. Cara kerja
1. Mengambil data nama dan nomor rekam medis pasien dengan tumor ovarium
yang dirawat diruang Flamboyan, Edelweis, Sasando, dan Paviliun RSUD
W.Z. Johannes sejak Januari 2015 sampai Agustus 2016.
2. Meminta izin kepada kepala instalasi rekam medis untuk pencarian status
pasien.
3. Melakukan pengkajian rekam medis.
4. Melakukan analisis data secara univariat.
3.10. Analisis Data
Garis besar analisis data terdiri dari 4 proses, sebagai berikut(4)(30):
3.10.1. Editing
Proses editing ini pertama akan dihitung jumlah semua kuesioner yang
terkumpul, yang seharusnya sama dengan besarnya sampel. Setelah itu, tiap lembar
Page 20

kuesioner yang sudah diisi lalu diteliti apakah seluruh item sudah diisi lengkap,
jelas, dan relevan antara jawaban dan pertanyaan.
3.10.2. Coding
Pemberian kode (sandi) pada variabel dan data yang telah terkumpul
melalui lembar kuesioner. Merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan.

Data untuk

setiap variabel

diberi

kode angka

dengan

memperhatikan skala pengukuran pada variabel yang bersangkutan. Tujuannya


untuk mempermudah peneliti pada saat analisis data juga saat entry data.
3.10.3. Processing
Memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer. Data yang
diinput kemudian akan diproses sehingga dapat menghasilkan data selisih nilai ratarata dari tiap kelompok.
3.10.4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
masukkan ke dalam computer, sebelum diolah secara statistik.
Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat dengan uji T berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Syarat uji
parametrik adalah skala pengukuran adalah data numerik, data numerik harus
memiliki sebaran data yang normal, dan varians data. Jika tidak memenuhi syarat,
maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon (uji non parametrik) menggunakan
program SPSS 16.0 for Windows.(30)

Page 21

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang adalah milik
pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan dasar hukum pada surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 94/MENKES/SK/1995 Tentang Rumah Sakit
Umum Prof. Dr. W. Z. 23Johannes Kupang sebagai Tipe B non pendidikan dan
Surat Keputusan Gubernur No.76/ 1996 tentang Peraturan Daerah tingkat I Nusa
Tenggara Timur serta Landasan Operasional adalah Peraturan Daerah Tingkat 1
No.14 Tahun 1995.
SMF Kebidanan dan Kandungan memiliki tenaga-tenaga dokter spesial
Obstetrik dan Ginekologi dan tenaga dokter umum. Dari tenaga dokter spesial
Obstetrik dan Ginekologi terdapat juga tenaga konsultan yaitu

tenaga dokter

konsultan onkologi-ginekologi, dan tenaga dokter konsultan obstetric sosial.


Poliklinik Obsteri dan ginekologi merupakan bagian dari RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes yang juga adalah salah satu fasilitas pelayanan yang tersedia untuk
instalasi rawat jalan bagi ibu hamil dan pasien dengan keluhan yang berkaitan
dengan ginekologi seperti infertil. Kapasitas ruang poliklinik terdiri dari 3 ruang
yang dibatasi sekat sebagai ruang tindakan ginekologi dengan 1 meja ginekologi,
ruang tindakan rawat luka dan antenatal care dengan 2 meja tindakan, ruang
konsultasi dokter pasien, serta meja registrasi, meja administrasi, wastafel, dan
meja sterilisator. Ruang bersalin ini beroperasi selama 6 jam selama 6 hari kerja,
dengan pembagian jam kerja perminggu dan jan kerja dari Pkl 08.00-14.00 WITA.

Page 22

Dari kak vonny ::


Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa di Indonesia
kanker ovarium menempati urutan kesembilan kanker terbanyak, dengan
angka kejadian 57 per 100.000 kasus per tahun pada tahun 2004 (WHO,
2009). Lebih dari 23.000 kasus baru didiagnosis per tahun, dengan angka
kejadian kanker ovarium termasuk dalam lima kanker tersering pada wanita
Amerika. Kanker ovarium juga termasuk lima penyebab utama kematian pada
wanita, dengan hampir 14.000 kematian diperkirakan pada tahun 2006
(Kumar, 2010).
American Cancer Society (ACS) memperkirakan akan terdapat 22.880
kasus baru kanker ovarium pada tahun 2012 dan 15.500 diperkirakan
meninggal. Kasus kanker ovarium terdapat sekitar 3% dari semua kanker pada
wanita. Kanker ovarium termasuk ke dalam sembilan kanker tersering pada
wanita, tetapi kanker ovarium menyebabkan 5% dari kematian akibat kanker,
lebih dari kanker lain pada sistem reproduksi wanita (American Cancer
Society, 2012; Green, 2012).
Kanker ovarium adalah penyakit keenam sebagai salah satu penyakit
berbahaya yang memiliki insiden dan kematian yang tinggi didunia pada
wanita. (parkim DM dkk 2007) Lebih dari 200.000 kematian yang tercatat
setiap tahun, yang dominan diantara perempuan dengan ekonomi lemah di
masing-masing negara berkembang dan maju (Sierra-Torres CH dkk 2008).
Negara yang memiliki angka tertinggi adalah sub sahara Afrika, termasuk
Afrika Selatan (40/100.000). Di Afrika, kebanyakan penderita dengan kanker
Ovarium umumnya terdeteksi pada stadium penyakit yang tinggi (59,3%
stadium III). Dimana penurunan insidens dan kematian kanker Ovarium
terdokumentasi di negara maju seperti Amerika, Kanada, dan Skandinavia,
trend ini tidak nyata terlihat pada negara berkembang dikarenakan kurangnya
atau kurang efisiennya program screening (Moodley M dkk 2008). Namun
data terbaru menunjukkan bahwa kanker ovarium merupakan penyebab

Page 23

kematian kanker dikalangan perempuan di Amerika Serikat dan Eropa Barat


dan memiliki angka kematian tertinggi dari semua kanker ginekologis (Aletti
et al, 2007).
Berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker (BRK) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang diperoleh dari 13
laboratorium pusat patologik anatomik di seluruh indonesia menunjukkan
bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10
tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada pria dan wanita (4401
kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor primer yang
terjadi pada wanita di jakarta (871 kasus)(BRK 2005). Selama rentan waktu
lima tahun (2001-2005) terdapat 432 kasus kanker ginekologik di Rumah
Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker ovarium menempati
urutan ketiga sebanyak 23,45%.(Zuraidah E 2005). Sedangkan kejadian
kanker ovarium di rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta selama tahun 2002 sampai 2006 juga menunjukkan
proporsi tertinggi diantara jenis kanker ginekologik, dan kematian yang
diakibatkan oleh kanker ovarium juga menunjukkan angka yang cukup tinggi,
yaitu 34,1% dari 327 kasus kematian akibat kanker ginekologik yang terjadi
tahun 2002 sampai 2006 (Surbakti E 2006).
Secara umum, kanker ovarium merupakan penyakit pada wanita
postmenopause, biasanya mengenai wanita usia 40-65 tahun dan jarang pada
usia dibawah 40 tahun. Risiko seumur hidup seorang wanita terkena kanker
ovarium adalah 1.4%, dan risiko seumur hidup untuk meninggal akibat kanker
ini hampir 1% (Baker, 2007).
Hubungan Paritas dengan Kejadian Tumor Ovarium
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki
oleh
seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium
sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi epitel ovarium.
Walaupun ada beberapa hipotesis yang menghubungkan antara paritas dengan

Page 24

kanker ovarium namun etiologi pasritas dengan kanker ovarium belum begitu
jelas. Beberapa hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru
menjadi faktor protektif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah adalah
hipotesis incessant ovulation yang menyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan
kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi
berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau
dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat,maka proses perbaikan
tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi
menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas 2 kali akan menurunkan risiko terkena kanker ovarium.
Hasil dari penelitian yang dilakukan di RSUP Sudirohusodo Makassar
pada tahun 2011 dengan jumlah sampel 204 pasien tentang faktor resiko
kanker ovarium menunjukan bahwa paritas bukan merupakan faktor resiko
terjadinya kanker ovarium.
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Zainal Abidin Banda Aceh
yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ruang kebidanan dan ruang rawat
kemoterapi menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan stadium kanker ovarium.
Berdasarkan data Cancer Research UK salah satu faktor resiko penyebab
kanker ovarium adalah ovulasi karena ovulasi mengubah struktur ovarium
yang mungkin dapat menyebabkan berkembangnya kanker, sehingga memiliki
anak yang banyak dan menyusui menurunkan angka kejadian kanker ovarium.
Andrew E. Green dkk (2016), mengatakan bahwa paritas merupakan salah
satu faktor resiko penting terjadinya keganasan ovarium, kejadian epithelial
ovarian cancer meningkat pada wanita yang tidak pernah melahirkan dengan
menarche yang cepat dan lambat menopause. Wanita yang telah hamil dan
melahirkan menurunkan faktor resiko kanker ovarium sebanyak 50%.

Page 25

Anda mungkin juga menyukai