Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan

kelahiran,

pembinaan

ketahanan

keluarga,

peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil bahagian dan sejahtera (Arum, 2009). Program


KB Nasional meluncurkan gagasan baru yaitu KB mandiri artinya masyarakat
memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB
lingkaran emas (Manuaba, 2004).
Di Indonesia pada tahun 2000 angka fertilitas adalah 17,4/ 1000
penduduk, tetapi pada tahun 2010 angka kelahiran meningkat menjadi 17,9/
1000 penduduk. TFR (Total Fertilisasi Rate) di Indonesia pada tahun 2012
terjadi peningkatan fertilitas dari 2.41 menjadi 2.6. Wilayah Sumatera Selatan
pada tahun 2006-2008 adalah 2,55 dan pada tahun 2012 adalah 2,8.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi
untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun

2015. Keluarga yang

berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah

anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan


bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Program pelayanan keluarga berencana (KB) mempunyai arti penting
dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, disamping program
pendidikan dan kesehatan. Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di
Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 (BKKBN, 2008).
Saifuddin (2006), menyatakan bahwa pada umumnya akseptor lebih
memilih metode kontrasepsi suntik karena alasan praktis yaitu sederhana dan
tidak perlu takut lupa. Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi bila
penyuntikannya dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah
dditentukan. Ketepatan waktu untuk suntik kembali merupakan kepatuhan
akseptor karena bila tidak tepat dapat mengurangi efektifitas kontrasepsi
tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi suntik disebabkan karena
keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang.
Program Keluarga Berencana (KB) salah satunya KB suntik pada
dasarnya kurang berhasil yang dipengaruhi oleh pendidikan dan tingkat
pengetahuan ibu (Notoatmodjo, 2010). Salah satu yang mempengaruhi
kurangnya kepatuhan pemakaian KB suntik salah satunya tingkat pengetahuan
ibu, sikap dan faktor pendukung lainnya, dimana sikap yang positif tentang KB

diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan


kurang maka kepatuhan menjalani program KB suntik juga akan berkurang
(Notoatmodjo, 2010).
BPM Tio Perdede merupakan salah satu pelayanan kesehatan swasta yang
biasa digunakan untuk pemeriksaan ibu hamil, bersalin, nifas, MTBM
(Menagemen Terpadu Bayi Muda), serta Keluarga Berencana. Berdasarkan
dokumentasi BPM Tio Perdede jumlah Akseptor KB tahun 2012 sejumlah 592
akseptor, pada tahun 2013 sejumlah 632 akseptor, dan Tahun 2014 sejumlah
560 akseptor.
Berdasarkan survei pendahuluan Jumlah Akseptor Kontrasepsi Suntik di
BPM Tio Pardede

Musi Rawas pada bulan Januari 2015 sebanyak 117

akseptor, sedangkan Akseptor yang melakukan kunjungan ulang untuk


kontrasepsi suntik 90 akseptor. Dari 117 Akseptor Kontrasepsi suntik terdapat
10 akseptor (10%) yang melakukan kunjungan ulang tidak sesuai pada jadwal
yang telah ditentukan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang arti
penting penyuntikan sesuai jadwal.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin mengetahui
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Suntik
dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang Penyuntikan di BPM Tio Pardede
Musi Rawas Tahun 2014.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah
dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Apakah ada
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Suntik dengan
Kepatuhan Kunjungan Ulang Penyuntikan di BPM Tio Pardede Musi Rawas
Tahun 2014?.

1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

Hubungan

Tingkat

Pendidikan

dan

Pengetahuan Akseptor KB Suntik dengan Kepatuhan Kunjungan


Ulang Penyuntikan di BPM Tio Pardede Musi Rawas Tahun 2014.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan kunjungan ulang
penyuntikan Akseptor KB Suntik di BPM Tio Pardede Musi Rawas
Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan Akseptor
KB Suntik di BPM Tio Pardede Musi Rawas Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
Akseptor KB Suntik di BPM Tio Pardede Musi Rawas Tahun 2014

4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan Akseptor KB


Suntik dengan kepatuhan kunjungan ulang penyuntikan di BPM Tio
Pardede Musi Rawas Tahun 2014.
5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Akseptor KB Suntik
dengan kepatuhan kunjungan ulang penyuntikan di BPM Tio
Pardede Musi Rawas Tahun 2014.

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1

Bagi Ilmu Pengetahuan


Hasil

penelitian

yang

dilaksanakan

dapat

menambah

pengetahuan dalam bidang Kontrasepsi Suntik, khususnya Tingkat


Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Suntik dengan Kepatuhan
Kunjungan Ulang Penyuntikan.
1.4.2

Bagi Pengguna
1. Bagi Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan dan referensi dalam memberikan informasi

dan

pengetahuan tentang Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor


KB Suntik dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang Penyuntikan.

Khususnya bagi mahasiswi Akademi Kebidanan

Nusantara

Indonesia Lubuklinggau.
2.

Bagi profesi kesehatan


Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi profesi kesehatan umtuk memberikan konseling pada
akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik agar

melakukan

penyuntikan ulang sesuai jadwal yang telah ditentukan.


3.

Bagi masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan

kesadaran

masyarakat

khususnya

Akseptor

Kontasepsi Suntik untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai


dengan jadwal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar KB Suntik


2.1.1

Pengertian KB Suntik
Kontrasepsi suntik adalah suatu upaya untuk mencegah kehamilan
dengan cara menyuntikan cairan hormon secara intramuskuler dalam di
daerah gluteus maksimus atau deltoid (Mansjoer, 2007). Menurut
Saifuddin (2006), kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode
hormonal, yang penggunaanya merupakan suatu tindakan invasif
(menembus kulit), maka penyuntikan harus hati-hati dengan teknik
aseptik untuk mencegah infeksi. Jenis kontrasepsi suntik, terdiri 2 bagian
yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin.

2.1.2

Macam-Macam KB Suntik
Menurut Saifudin (2006), kontrasepsi suntik terdiri dari 2 jenis
yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin.
1.

Suntikan Kombinasi
A. Pengertian
Jenis

suntikan

kombinasi

adalah

25

mg

depo

medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang

diberikan injeksi I. M. Sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg


neretindronenantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan
injeksi I. M sebulan sekali.
B. Cara kerja
Cara kerja suntikan kombinasi yaitu menekan ovulasi,
membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu, perubahan pada endometrium dengan implantasi
terganggu, dan menghambat traportasi gamet oleh tuba.
C. Indikasi
Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi, yaitu:
1)

Usia Reproduksi

2)

Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak

3)

Ingin menadapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

4)

Menyusui ASI paska persalinan 6 bulan paska persalinan


dan tidak menyusui dan haid teratur.

D. Kontra Indikasi
Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi, yaitu :
1)

Hamil atau diduga hamil.

2)

Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan.

3)

Mengalami pendarahan pervaginam tanpa tahu apa


penyebabnya.

4)

Penyakit hati akut.

5)

Usia diatas usia 35 tahun yang merokok

6)

Keganasan payudara

7)

Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah


tinggi.

E. Keuntungan
Keuntungan

suntikan

kombinasi

diantaranya

tidak

berpengaruh terhadap hubungan suami istri, tidak diperlukan


pemeriksaan dalam, dan jangka panjang.
F.

Efek Samping
Efek samping suntikan kombinasi menurut Saifuddin (2007)
adalah:
1)

Terjadi perubahan

pola haid; mual, sakit kepala, nyeri

payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah


suntikan kedua atau ketiga.
2)

Ketergantungan klien terhadap perlawanan kesehatan. Klien


harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.

10

3)

Penambahan berat badan.

4)

Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi


menular seksual,hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

2.

Kontrasepsi Suntik Progestin


A. Pengertian Suntik Progestin
Kontrasepsi suntik progestin merupakan suatu tindakan
invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus
dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi.
Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja
panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari
atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel (Hartanto,
2006).
Kontrasepsi suntik progestin tersedia dalam dua jenis,
yaitu

Depo

Medroxyprogesteron

Asetat

(Depoprovera),

mengandung 150mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan


cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) dan Depo
Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200mg
Noretdron Enantat yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular (Arum, 2009).

11

Efek samping utama adalah gangguan pola haid.


Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain:
1) Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA)
2) Sebagian besar wanita belum kembali infertilitasnya selama
4-5 bulan setelah menghentikan suntikannya.
B. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik Progeteron:
1)

Primer
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan
LH (LH surge).

Fungsi dari hormon progesteron adalah

memberikan rangsangan balik ke hipotalamus dan hipofisis,


sehingga pengeluaran LH tidak terjadi, menyebabkan tidak
terjadinya pelepasan ovum (Manuaba, 2008).
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal
dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang aktif. Sering stroma
dapat menjadi oedematus. Dengan pemakaian jangka lama,
endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga
tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan
bila dilakukan biopsi. Tetapi perubahan-perubahan tersebut
akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA yang terakhir.

12

2)

Sekunder
a.

Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga


merupakan barier terhadap spermatozoa. Pada 48 jam
pemberian progestin, sudah tampak lendir serviks yang
kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi dari
spermatozoa sangat terhambat.

b.

Membuat endometrium menjadi kurang baik/ layak untuk


implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

c.

Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di


dalam tuba falopii, karena pemberian progesteron
sebelum ovulasi dapat memperlambat pengangkutan
ovum.

d.

Luteolisis: pemberian jangka lama progestin mungkin


menyebabkan fungsi korpus luteum yang tidak adekuat
pada siklus haid yang mempunyai ovulasi.

e.

Menghambat

peristaltik

menyulitkan konsepsi.

tuba

falopii,,

sehingga

13

3.

Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)


A. Pengertian Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) adalah suatu
sintesa

progestin

yang

mekanisme

kerjanya

bertujuan

menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta


lonjakan LH. Mekanisme kerja yang kedua adalah pengentalan
lender serviks, yang kemudian menjadi penghambat sperma, dan
perubahan kondisi endometrium sehingga endometrium menjadi
tidak lagi merupakan lingkungan yang sesuai bagi ovum yang
telah dibuahi (Varney, 2006).
B. Cara Kerja Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
Menurut Saifuddin (2006),cara kerja dari suntik Depo
Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) adalah:
1)

Mencegah ovulasi.

2)

Mengentalkan

lendir

serviks

sehingga

menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.


3)

Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi.

4)

Menghambat transportasi gamet oleh tuba

5)

Perubahan peristaltik tuba falopii, sehingga konsepsi


dihambat.

14

C. Efektifitas Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)


Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi,
dengan

0,3

kehamilan

per

100

perempuan-tahun,

asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah


ditentukan (Saifuddin, 2006). Tingginya minat pemakaian alat
kontrasepsi ini oleh karena murah, aman, sederhana, efektif dan
dapat dipakai pada pasca persalinan (Pendit, 2007).
D. Teknik penyuntikan Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
Teknik penyuntikan sangat penting, yaitu semua obat
harus dihisap ke dalam alat suntiknya, harus dikocok dulu dengan
baik, penyuntikan harus dilakukan dalam-dalam pada otot, jangan
melakukan massage pada tempat penyuntikan, hal ini penting
karena kalau tidak ditaati, maka pelepasan obat dari tempat
suntikan

akan

dipercepat

dengan

akibat

masa

kontrasepsinya menjadi lebih pendek (Hartanto, 2006).


E. Keuntungan Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
1) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

efektif

15

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius


terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
5) Tidak berpengaruh terhadap ASI
6) Sedikit efek samping.
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
primenopause (Saifuddin, 2006).
8) Tidak perlu minum pil setiap hari atau mengukur suhu badan
basal setiap hari.
9) Tidak perlu membeli atau menyimpan persediaan.
10) Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan
cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan Implant harus
dikeluarkan oleh orang lain.
11) Wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu
memberitahukan kepada siapapun, termasuk suami atau
keluarga lain.
12) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik .
13) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara.
14) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul .
15) Pengawasan medis yang ringan.

16

F. Efek samping Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)


Efek samping penggunaan Depo Medroxyprogesteron Asetat
(DMPA) adalah :

2.2

1)

Gangguan haid

2)

Sakit kepala

3)

Berat Badan yang Bertambah

4)

Kepadatan tulang

5)

Kemungkinan efek samping lain

6)

Nyeri tekan pada payudara

7)

Rasa penuh pada abdomen

8)

Perubahan mood

9)

Depresi

10)

Mual/ pusing/ gelisah

Konsep Dasar Kunjungan Ulang Penyuntikan


Menurut Pinem (2009), Cara penggunaan Kontrasepsi suntik progestin
DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam di
daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Pemberian kontrasepsi suntik progestin Noristerat untuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan

17

setiap 12 minggu. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
yang dibasahi etil isopropil alcohol 60-90%. Sedangkan Suntikan kombinasi
diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular. Klien diminta datang
setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan
kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari
dan jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
2.3

Akseptor Keluarga Berencana


2.3.1 Pengertian Akseptor Keluarga Berencana
Menurut BKKBN (2008), akseptor KB adalah proses yang
disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta
2.3.2

waktu kelahiran.
Jenis-jenis Akseptor Keluarga Berencana
Jenis Akseptor KB menurut BKKBN (2008), adalah :
1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
2.

atau mengakhiri kesuburan.


Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang
tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan carayang sama maupun berganti

cara

18

setelah berhenti/istrahat kurang lebih dari 3 (tiga) bulan berturut3.

turut dan bukan karena hamil.


Akseptor KB baru adalah akseptor yang pertama kali menggunakan
alat /obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali

4.

menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan atau aborsi


Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara

5.

kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atauabortus.


Akseptor langsung adalah para istri yang memakai slah satu cara

6.

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.


Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

2.4 Konsep Dasar Kepatuhan


2.4.1

Pengertian kepatuhan
Kaplan dalam Syakira (2009) menjelaskan bahwa kepatuhan
adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
mengobatinya. Kepatuhan adalah perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan dimulai dengan
individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan dan sering kali karena ingin menghindari hukuman
atau sangsi jika tidak patuh. Kepatuhan merupakan tindakan yang
berkaitan dengan perilaku seseorang.

2.4.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

19

Suddart and Bruner dalam Syakira (2009), menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan antara lain:
1. Faktor demografi seperti: usia, jenis kelamin, suku bangsa, status
sosial ekonomi dan pendidikan
2. Faktor psikososial seperti: intelegensia, pengetahuan sikap terhadap
tenaga kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,
keyakinan agama dan budaya.
2.4.3

Cara meningkatkan kepatuhan


Smett dalam Syakira (2009) menjelaskan cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain:
1.

Dukungan profesional kesehatan


Dukungan

petugas

kesehatan

sangat

diperlukan

untuk

meningkatkan kepatuhan. Komunikasi memegang peranan penting


karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan
baik dokter/ bidan/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
2.

Dukungan sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Petugas
kesehatan dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang
peningkatan
dikurangi.

kesehatan

pasien

sehingga

ketidakpatuhan

dapat

20

3.

Perilaku sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk menyadari
pentingnya kesehatan.

4.

Pemberian informasi
Memberikan informasi yang akurat kepada orang yang
bersangkutan.

2.4.4

Tinjauan Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan


Seseorang dengan tingkat pengetahuan tinggi akan lebih mudah
dalam menyerap konsep-konsep kesehatan yang disampaikan, sehingga
orang tersebut akan lebih memiliki tingkat kesadaran untuk merubah
perilakunya

menjadi

lebih

baik dibandingkan

yang mempunyai

pengetahuan rendah. Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan


bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor),
dan faktor penguat (reinforcing factor).
Masuknya informasi dan pemahaman juga memberikan pengaruh
terhadap perilaku seseorang. Pengetahuan mempunyai pengaruh dalam
membentuk perilaku seseorang dan kepatuhan merupakan tindakan yang
berkaitan dengan perilaku seseorang. Sehingga pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam

21

hal ini adalah kepatuhan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang


sesuai jadwal.
2.4.5

Tinjauan Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan


Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah
visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang
KB suntik yang mereka pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
keluarga (Kodyat, 2009).

2.5

Konsep Dasar Pengetahuan


2.5.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses
pengindraan

manusia

terhadap

suatu

obyek

tertentu.

Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), karena dari
pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

22

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh tingkat
pengetahuan (Notoatmojo, 2010).
Menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :
1.

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang


telah

dipelajari

sebelumnya.

Tahu

merupakan

tingkatan

pengetahuan yang paling rendah, karena ini mengingat kembali


terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan


untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat mengintreprestasikan materi tersebut secara benar.

3.

Aplikasi (application) sebagai kemampuan untuk menggunakan


materi yang telah dipelajari, pada situasi/ kondisi riil, aplikasi disini
diartikan/ penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4.

Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan


materi atau suatu obyek kedalam

komponen-komponen tetapi

masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada


kaitanya satu sama lain.

23

5.

Sintesis (synthesis) adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk


meletakkan/menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.

6.

Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melanjutkan


justifikasi atau penilaian isi materi yang ingin diukur dari

subyek

penelitian atau responden.


2.5.2 Cara Mengukur Pengetahuan
Menurut

Nursalam

(2008),

mengukur

pengetahuan

dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket maupun kuesioner yang


menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin diketahui atau
diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan :

2.6

1.

Tingkat pengetahuan baik bila skor 76-100%

2.

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

3.

Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

Konsep Dasar Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. (Notoatmodjo, 2010). Tingkat Pendidikan dibagi menjadi :

24

2.6.1

Pendidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan

menengah, berupa Sekolah Dasar (SD), Madrasah Islamiyah (MI) dan


bentuk lain yang sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2.6.2

Pendidikan Menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar meliputi Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

2.6.3

Pendidikan Tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan
akademik, pendidikan vokasi dan pendidikan profesi (Depkes RI, 2008).
pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan bertambah luas dan
semakin

tua

umur

seseorang

pengalaman

akan

bertambah

(Notoatmodjo, 2010).

2.7

Konsep Dasar Bidan Praktek Mandiri


Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah praktik pelayanan bidan
perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan yang memiliki
konstribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam

25

meningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa


layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan
bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktik, seperti perizinan, tempat,
ruangan, peralatan praktik, dan kelengkapan administrasi semuanya harus
sesuai dengan standar (Diah, 2012).

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Kosep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
tingkat pendidikan dan pengetahuan akseptor KB suntik, Tingkat pendidikan

26

turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang


KB suntik yang mereka pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
keluarga (Kodyat, 2009). Seseorang dengan tingkat pengetahuan tinggi akan
lebih mudah dalam menyerap konsep-konsep kesehatan yang disampaikan,
sehingga orang tersebut akan lebih memiliki tingkat kesadaran untuk merubah
perilakunya menjadi lebih baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan
rendah. Green dalam Notoatmodjo (2010).Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kepatuhan kunjungan ulang penyuntikan.

Variabel Bebas

Variabel Terikat
26

Tingkat Pendidikan
Kepatuhan Kunjungan
Ulang Penyuntikan
Pengetahuan Akseptor
KB Suntik

Gambar 3.1. Kerangka konsep

27

3.2

Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Dependen
1.

Kepatuhan kunjungan ulang penyuntikan


A. Pengertian
Ketaatan akseptor kontrasepsi suntik yang melakukan penyuntikan
ulang sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan pada kartu
akseptor
B. Cara Ukur

: Lihat Hasil

C. Alat Ukur

: Kartu Akseptor KB

D. Hasil Ukur

: Dikategorikan menjadi:

1)

Patuh : akseptor yang melakukan penyuntikan ulang


sebelum dan sesuai pada tanggal yang telah dituliskan pada
kartu akseptor.

2)

Tidak patuh : akseptor yang melakukan penyuntikan ulang


melewati tanggal yang tertulis dalam kartu akseptor.

E. Skala Ukur
3.2.2 Variabel Independen
1. Tingkat pendidikan
A.

Pengertian

: Nominal

28

Pendidikan formal yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai


ijazah.
B. Cara Ukur

: Wawancara

C. Alat Ukur

: 1 Pertanyaan tentang pendidikan terakhir yang


ditamatkan

D. Hasil Ukur

: Dikategorikan menjadi 3 yaitu

1) Dasar : jika SD, SMP tamat


2) Menengah: jika SMA tamat
3) Tinggi: jika Perguruan Tinggi tamat
E. Skala Ukur

2.

: Ordinal

Pengetahuan akseptor KB suntik


A. Pengertian
Tingkat pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi suntik yaitu
kemampuan akseptor memahami tentang kontrasepsi suntik yang
meliputi:
1) Pengertian
2) Tujuan
3) Waktu Pemakaian
4) Indikasidan kontraindikasi

29

5) Manfaat
6) Efek samping dan penatalaksanaan
7) Kepatuhan
8) Informasi pada klien
B. Cara Ukur

: Wawancara

C. Alat Ukur

: Kuesioner

D. Hasil Ukur

: Responden memilih alternatif jawaban benar

dan salah Apabila jawaban Benar diberi skor 1 dan Salah


diberi skor 0. Dengan skor penilaian
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%
1) Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
E. Skala Ukur

3.3

: Ordinal

Hipotesis Penelitian
3.3.1 Ada hubungan tingkat pendidikan akseptor KB suntik dengan kepatuhan
kunjungan ulang penyuntikan di BPM Tio Pardede Musi Rawas Tahun
2014.

30

3.3.2 Ada hubungan tingkat pengetahuan akseptor KB suntik dengan kepatuhan


kunjungan ulang penyuntikan di BPM Tio Pardede Musi Rawas Tahun
2014.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional
yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas
(tingkat pendidikan dan pengetahuan akseptor KB suntik) serta variabel terikat

31

(kepatuhan kunjungan ulang penyuntikan) yang pengumpulan datanya


dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatannya
dilakukan satu kali pada satu saat (Hidayat, 2007).

4.2

Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1

Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi
suntik 1 bulanan dan 3 bulanan yang melakukan penyuntikan ulang
pada bulan Januari sampai Desember Tahun 2014 yaitu seluruh ibu
yang akan melakukan penyuntikan ulang di BPM Tio Pardede Musi
Rawas yaitu berjumlah 560 Akseptor.

4.2.2

Sampel Penelitian
31
Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi
aktual yaitu akseptor kontrasepsi suntik yang melakukan penyuntikan
ulang di BPM Tio Pardede Musi Rawas pada bulan Januari sampai
Desember Tahun 2014.
Untuk menentukan jumlah besar sampel pada penelitian ini
dihitung mrnggunakan rumus Notoatmodjo (2010):

32

n =

1 + N (d2)
Keterangan :
n

: besar sampel

: besar populasi

: derajat presisi yang diinginkan 5% (0,05)

560
(1 + 560 x 0,0025)
= 560
1+ 1.4
= 560

= 233

2.4
Jadi jumlah sampel penelitian adalah 233akseptor kontrasepsi suntik.

4.3

Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data diperoleh dari data primer yaitu fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian dengan
pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
pihak lain yaitu kartu akseptor KB.
4.3.1

Instrumen
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

33

kuesioner tentang pengetahuan kontrasepsi suntik dan kartu akseptor


KB.
1. Kuesioner pengetahuan tentang kontrasepsi suntik
Kuesioner pengetahuan berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup
tentang kontrasepsi suntik yang berisi 25 pertanyaan dengan
dichotomous choice sehingga responden hanya menjawab benar
atausalah. Jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah
diberi skor 0.
Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan
No.
Sub Variabel
1.
Pengertian
2.
Tujuan
3.
Waktu Pemakaian
4.
Indikasidan kontraindikasi
5.
Manfaat
6.
Efek samping dan penatalaksanaan
7.
Kepatuhan
8.
Informasi pada klien
9.
Dukungan Suami
2.

Nomor
1-3
4-6
7-10
11-13
14-16
17-19
20-22
23-24
25
Total

Jumlah
3
3
4
3
3
3
3
2
1
25

Kartu Akseptor KB
Mengetahui kepatuhan jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi suntik
dengan cara melihat tanggal kunjungan akseptor sesuai dengan
waktu yang tertulis pada kartu akseptor KB.

4.4

Pengolahan dan Analisa Data

34

4.5.1

Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Tujuan
pengolahan data adalah menyederhanakan seluruh data yang
terkumpul dan menyajikan dalam susunan yang lebih baik dan lebih
rapi. Cara pengolahan data meliputi :
1.

Editing
Memeriksa data yang terkumpul tentang kelengkapan isian,
sehingga bila ternyata ada yang belum lengkap bisa diulang
kesumber yang bersangkutan.

2.

Scoring
Pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk
memperoleh data kuantitatif.

3.

Koding
Pemberian kode-kode tertentu pada masing-masing jawaban
menurut macamnya untuk memudahkan dalam tahap pengolahan
data.

4.

Entry

35

Memasukan data yang telah diedit dan dekoding dengan


menggunakan fasilitas komputer dengan program komputer.
5.

Tabulating
Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukan dalam table yang telah disiapkan.

4.5.2 Analisa Data


Menurut Notoatmodjo (2009), analisa data merupakan kegiatan
untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
teknik-teknik tertentu. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis
kualitatif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis
kuantitatif.
Khusus untuk analisis kuantitatif, dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan program komputer. Kegiatan analisis data meliputi
analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis data dalam penelitian ini
meliputi analisis univariate (analisis deskriptif) dan analisis bevariate
(analisis uji hipotesis).
1.

Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)


Analisis univariat (deskriptif) digunakan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, berupa

36

distribusi frekwensi dan persentase dari data variabel. Rumus yang


digunakan adalah sebagai berikut:
f
P = -------- x 100%
N
Keterangan:
P = angka pesentase
f = frekuensi
N = banyaknya responden (Sugiyono, 2007).
2.

Analisis Bivariat (Uji Hipotesis)


Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2006).
Tujuan analisis bivariat adalah untuk menguji hipotesis kerja yang
diajukan. Uji statistik yang digunakan Chi Square. Korelasi chi square
digunakan untuk data diskrit nominal dan ordinal dengan rumus :
Rumus Chi Square:

x
2

fo fh 2
fh

Keterangan:
x2

= chi square.

fo

= frekuensi yang diperoleh dari hasil pengamatan sampel.

37

fh

frekuensi

yang

diharapkan

dalam

sampel

sebagai

pencerminan dan frekuensi yang diharapkan dari populasi.


Jika Chi Square lebih kecil dari Chi Square Tabel maka H0
atau hipotesis statistik diterima. Jika Chi Square hitung lebih besar dari
Chi Square Tabel maka H0 atau hipotesis statistik ditolak. Jika
probabilitas (Asym. Sig) lebih kecil dari 0,05 maka H0 atau hipotesis
statistik ditolak. Jika probabilitas (Asym. Sig) lebih besar dari 0,05
maka H0 atau hipotesis statistik diterima (Sugiyono, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta
Badan Pusat Statistik (BPS). (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BKKBN, (2008). Paket Pelatihan Pendidikan Keluarga Berencana, BKKBN, Jakarta.

38

Everen, S. (2007). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.


Hartanto, Hanafi. (2010). KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta..
Hidayat, H. A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Imamah. 2012. Perencanaan Bidan Praktek Mandiri. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Irmayanti. (2007). Kontrasepsi Suntik. Jakarta: Media Aesculapius.
Kodyat, MPA (2009. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Media Aesculapius.
Meria, V. (2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik dengan
Kepatuhan Penyuntikan Ulang di RB SehatKaranganyar Tahun 2007.
Notoatmodjo, S. (2009). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2010). Kontrasepsi hormonal. Jakarta :Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo.
Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Mansjoer. (2007).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Handoko, R. (2006). Statistik kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.
Saifuddin, A. (2006). Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka-Sarwono Prawirohardjo.
Syakira,G. 2009. Konsep Kepatuhan. Jakarta: Media Aesculapius.
Sofyan, M. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PI IBI.
Prawirohardjo, S. (2007). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Leon, S. (2007). Pedoman Klinis Kontrasepsi .Jakarta: EGC.

39

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Helen, V.(2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

40

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai