Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PEMETAAN GEOLOGI

DAERAH TOROH DAN SEKITARNYA, KECAMATAN TOROH, KABUPATEN


GROBOGON, JAWA TENGAH

NAMA : SITI PUJIYATI LUVIANA


NIM : 072.12.203

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Program studi teknik geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas
Trisakti, adalah program yang bertujuan untuk menghasilkan sarjana yang dapat memahami
bumi sebagai suatu sistem alam, dapat mengenali hukum alam yang terjadi secara
keseluruhan sehingga mampu untuk melakukan pekerjaan eksplorasi dan eksploitasi yang
berkaitan dengan sumber daya alam.
Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui keadaan geologi di suatu daerah.
Pemetaan pada daerah tersebut meliputi kondisi geomorfologi yang didasarkan atas bentukan
bentang alam yang terlihat oleh peneliti, kedudukan stratigrafi yang didasarkan atas variasi
litologi yang tersingkap disepanjang jalur lintasan, struktur geologi yang terbentuk akibat
adanya gaya yang bekerja pada daerah tersebut, kemudian datadata tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk menjelaskan sejarah geologi dan potensi geologi, terutama yang
berkaitan dengan sumber daya alam di daerah pemetaan.
Daerah Toroh dan sekitarnya, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa
Tengah memiliki kondisi geologi yang menarik untuk dipetakan, dan secara fisiografi
regional termasuk kedalam Zona Kendeng. Hasil yang diperoleh dari pemetaan geologi
diharapkan dapat mendukung atau menambah data yang telah ada sebelumnya, sehingga
dapat berguna untuk perencanaan pembangunan serta pendayagunaan sumber daya alam
daerah tersebut.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pemetaan di daerah Toroh dan sekitarnya, Kecamatan Toroh, Kabupaten
Grobogan, Propinsi Jawa Tengah adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
sarjana strata 1 (S1) pada Program Studi Tenik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan
Energi, Universitas Trisakti.
Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk memberi gambaran rinci keadaan geologi di
daerah pemetaan, yaitu : Jenis Litologi, Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, sejarah
geologi dan evaluasi geologi.

I.3 LOKASI DAERAH PEMETAAN


Daerah pemetaan terletak di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan, Kecamatan
Toroh, yang meliputi desa Ledokdawan dan sekitarnya. Secara geografis daerah pemetaan
terletak pada 1105216.21 BT - 1105531.62 BT dan 071007.29LS - 071249.54LS.
Luas daerah pemetaan adalah 30 Km2, dengan ukuran 6 km x 5 km.

Gambar 1. Lokasi Daerah Pemetaan

I.4 METODOLOGI
Pemetaan ini dilakukan dngan melewati beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan dan
perencanaan; tahap pemetaan lapangan; tahap penelitian laboratorium; dan tahap penyusunan
laporan.
1. TAHAP PERSIAPAN DAN PERENCANAAN
a. Studi literatur mengenai daerah pemetaan dari peneliti peneliti terdahulu
b. Perencanaan lintasan lokasi pengamatan yang sesuai dengan efisiensi dan efektifitas
seorang geologi di lapangan.
c. Analisa peta topografi
d. Persiapan perlengkapan dan pemilihan base camp.
2. TAHAP PEMETAAN LAPANGAN
a. Menentukan lokasi pengamatan dan plotting pada peta topografi.
b. Pengamatan dan pengukuran singkapan batuan serta pengambilan contoh batuan
c.
d.
e.
f.

untuk analisa laboratorium.


Pengukuran data struktur geologi
Pencatatan data observasi pada buku lapangan.
Pengambilan foto geomorfologi dan singkapan batuan.
Pembuatan penampang tektonik.

3. TAHAP PENELITIAN LABORATORIUM


a. Analisa mikropaleontologi dan stratigrafi
b. Analisa petrografi
4. TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
I.5 TINJAUAN PUSTAKA
Daerah pemetaan telah diteliti oleh peneliti terdahulu sebagai acuan, diantaranya
adalah :
Van Bemmelen (1949), melakukan pembagian fisiografi daerah Jawa Tengah dan
penelitian geologi dan menyusun stratigrafi daerah Jawa Tengah yaitu daerah Zona
Kendeng.
BAB II .PEMBAHASAN
II.1 FISIOGRAFI REGIONAL
Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi 6
zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara,Gunungapi Kuarter, Antiklinorium Bogor

Serayu

Utara Kendeng, Deperesi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, dan

Pegunungan Selatan Jawa.


1. Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 km kearah
selatan. Semakin ke arah timur, lebarnya menyempit hingga 20 km.
2. Gunungapi Kuarter di Jawa Tengah antara lain G.Slamet, G.Dieng, G. Sundoro,
G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu, dan G. Muria.
3. Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 km. Di selatan tegal, zona ini tertutupi
oleh produk gunungapi kwarter dari G.Slamet. Di bagian tengah ditutupi oleh
produk volkanik kwarter G.Rogojembangan, G.Ungaran, dan G.Dieng. Zona
ini menerus ke Jawa Barat menjadi Zona Bogor dengan batas antara keduanya
terletak di sekitar Prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang, persis di sebelah barat G.
Slamet, sedangkan ke arah timur membentuk Zona Kendeng. Zona Antiklinorium
Bogor terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta berupa Antiklinorium dari
lapisan Neogen yang terlipat kuat dan terintrusi. Zona Kendeng meliputi daerah
yang terbatas antara Gunung Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi dengan
singkapan batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah yang diwakili oleh
Formasi Pelang.
4. Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan.Sebagian
merupakan dataran pantai dengan lebar 10-25 km. Morfologi pantai ini cukup
kontras dengan pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Timur yang relatif lebih terjal.
5. Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa
membentuk

morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa Tengah, zona ini

terputus oleh Depresi Jawa Tengah.


6. Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa Tengah yang
membentuk kubah dan punggungan. Di bagian barat dari Pegunungan Serayu
Selatan

yang

berarah barat-timur dicirikan oleh bentuk antiklonorium yang

berakhir di timur pada suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa,
yaitu daerah Luk Ulo, Kebumen.
Berdasarkan pembagian zona ini, daerah penelitian termasuk Zona Kendeng
kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembang di Jawa Tengah.
Mandala Kendeng terbentang mulai dari Salatiga ke timur sampai ke Mojokerto dan
menunjam di bawah alluvial Sungai Brantas, kelanjutan pegunungan ini masih dapat
diikuti hingga di bawah Selat Madura.

Menurut Van Bemmelen (1949), Pegunungan Kendeng dibagi menjadi 3


bagian, yaitu bagian barat yang terletak di antara G.Ungaran dan Solo (utara Ngawi),
bagian tengah yang membentang hinggaJombang dan bagian timur mulai dari timur
Jombang hingga Delta Sungai Brantas dan menerus ke Teluk Madura. Daerah
penelitian termasuk dalam Zona Kendeng bagian barat.

Gambar 2 . Fisiografi Regional Pulau Jawa


II.2 STRATIGRAFI REGIONAL
Menurut Harsono P. (1983) Stratigrafi daerah kendeng terbagi menjadi dua
cekungan pengendapan, yaitu Cekungan Rembang (Rembang Bed) yang membentuk
Pegunungan Kapur Utara, dan Cekungan Kendeng (Kendeng Bed) yang membentuk
Pegunungan Kendeng. Formasi yang ada di Kendeng adalah sebagi berikut:
1. Formasi Kerek
Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal
lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini
menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding)
yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera planktonik dan
bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal Miosen Akhir ( N10 N18 )
pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi antara 1000 3000 meter. Di
daerah Lokasi Tipe, formasi ini terbagi menjadi 3 anggota (de Genevreye & Samuel,
1972), dari tua ke muda masing-masing : a. Anggota Banyuurip Tersusun oleh
perselingan antara napal lempungan, napal, lempung dengan batupasir tuf gampingan
dan batupasir tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Pada bagian tengah
perselingan ini dijumpai batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan

bagian atas ditandai oleh adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan
sisipan tipis dari tuf halus. Anggota ini berumur N10 N15 (Miosen Tengah bagian
tengah atas). b. Anggota Sentul Tersusun oleh perulangan yang hampir sama
dengan Anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertufa menjadi lebih tebal.
Ketebalan seluruh anggota ini mencapai 500 meter. Anggota Sentul diperkirakan
berumur N16 (Miosen Tengah bagian bawah). c. Batugamping Kerek Anggota teratas
dari Formasi Kerek ini tersusun oleh perselang-selingan antara batugamping tufan
dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan dari anggota ini adalah 150 meter.
Umur dari Batugamping Kerek ini adalah N17 (Miosen Atas bagian tengah).
2. Formasi Kalibeng
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi dua
anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian bawah
dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter berwarna
putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera planktonik.
Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi Kalibeng bagian bawah ini
terbentuk pada N17 N21 (Miosen Akhir Pliosen). Pada bagian barat formasi ini
oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi Anggota Banyak, Anggota
Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan Anggota Damar. Di bagian
bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan batupasir, yang ke arah Kendeng
bagian barat berkembang menjadi suatu endapan aliran rombakan debris flow, yang
disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam Suryono, dkk., 2002). Sedangkan ke
arah Jawa Timur bagian atas formasi ini berkembang sebagai endapan vulkanik laut
yang menunjukkan struktur turbidit. Fasies tersebut disebut sebagai Formasi
Atasangin, sedangkan bagian atas Formasi Kalibeng ini disebut sebagai Formasi
Sonde yang tersusun mula mula oleh Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih
kekuningan, lunak, mengandung foraminifera planktonik maupun foraminifera besar,
moluska, koral, alga, bersifat napalan atau pasiran dan berlapis baik. Bagian atas
bersifat breksian dengan fragmen gamping berukuran kerikil sampai karbonat,
kemudian disusul endapan bapal pasiran, semakin ke atas napalnya bersifat
lempungan, bagian teratas ditempati napal lempung berwarna hijau kebiruan.
3. Formasi Pucangan
Di bagian barat dan tengah Zona Kendeng formasi ini terletak tidak selaras di atas
Formasi Sonde. Formasi ini penyebarannya luas. Di Kendeng Barat batuan ini
mempunyai penyebaran dan tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Ketebalan
berkisar antara 61 480 m, berumur Pliosen Akhir (N21) hingga Plistosen (N22). Di

Mandala Kendeng Barat yaitu di daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang


sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam.
4. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh terletak selaras di atas Formasi Pucangan. Formasi ini terdiri dari
batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur silangsiur
dengan sisipan konglomerat dan tuff, mengandung fosil Moluska air tawar dan fosil
fosil vertebrata berumur Plistosen Tengah, merupakan endapan sungai teranyam
yang dicirikan oleh intensifnya struktur silangsiur tipe palung, banyak mengandung
fragmen berukuran kerikil. Di bagian bawah yang berbatasan dengan Formasi
Pucangan dijumpai grenzbank. Menurut Van Bemmelen (1972) di bagian barat Zona
Kendeng (daerah Sangiran), formasi ini diawali lapisan konglomerat gampingan
dengan fragmen andesit, batugamping konkresi, batugamping Globigerina, kuarsa,
augit, hornblende, feldspar dan fosil Globigerina. Kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan batupasir tuffaan berstruktur silangsiur dan berlapis mengandung
fragmen berukuran kecil yang berwarna putih sampai cokelat kekuningan.
5. Formasi Notopuro
Terletak tidak selaras di atas Formasi Kabuh. Litologi penyusunnya terdiri dari breksi
lahar berseling dengan batupasir tufaan dan konglomerat vulkanik. Makin ke atas,
sisipan batupasir tufaan makin banyak. Juga terdapat sisipan atau lensa lensa breksi
vulkanik dengan fragmen kerakal, terdiri dari andesit dan batuapung, yuang
merupakan ciri khas Formasi Notopuro. Formasi ini pada umumnya merupakan
endapan lahar yang terbentuk pada lingkungan darat, berumur Plistosen Akhir
dengan ketebalan mencapai lebih dari 240 meter.
6. Formasi Undak Bengawan Solo
Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen batugamping, napal
dan andesit di samping batupasir yang mengandung fosil-fosil vertebrata, di daerah
Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat dan
batupasir andesit yang agak terkonsolidasi dan menumpang di atas bidang erosi pad
Formasi Kabuh maupun Notopuro.

Gambar 3. Stratigrafi Kendeng (Harsono, 1983)

II.3 Struktur Geologi Regional


Secara umum struktur struktur yang ada di Zona Kendeng berupa :
1. Lipatan Lipatan yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa lipatan
asimetri bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan lipatan di
daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan
lipatan menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat timur.
2. Sesar Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona
Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi.
3. Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut- barat daya
dan tenggara -barat laut.
4. Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona Kendeng biasanya terdapat di
daerah Sangiran pada satuan batuan berumur Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan

bahwa struktur kubah pada daerah ini dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu
pada Kala Plistosen.
Deformasi pertama pada Zona Kendeng terjadi pada akhir Pliosen (Pliosen
Plistosen), deformasi merupakan manifestasi dari zona konvergen pada konsep
tektonik lempeng yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara selatan
dengan tipe formasi berupa ductile yang pada fase terakhirnya berubah menjadi
deformasi brittle berupa pergeseran blok blok dasar cekungan Zona Kendeng.
Intensitas gaya kompresi semakin besar ke arah bagian barat Zona Kendeng yang
menyebabkan banyak dijumpai lipatan dan sesar naik dimana banyak zona sesar naik
juga merupakan kontak antara formasi atau anggota formasi.
Deformasi Pliosen Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase/ stadia, yaitu;
fase pertama berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya Geantiklin
Kendeng yang memiliki arah umum barat timur dan menunjam di bagian Kendeng
Timur, fase kedua berupa pensesaran yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu pensesaran
akibat perlipatan dan pensesaran akibat telah berubahnya deformasi ductile menjadi
deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas kedalaman plastisnya. Kedua
sesar tersebut secara umum merupakan sesar naik bahkan ada yang merupakan sesar
sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok blok dasar cekungan Zona Kendeng
yang mengakibatkan terjadinya sesar sesar geser berarah relatif utara selatan.
Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang berlangsung secara lambat dan
mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di Sangiran. Deformasi ini masih
berlangsung hingga saat ini dengan intensitas yang relatif kecil dengan bukti berupa
terbentuknya sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak.

II.4 STRATIGRAFI DAERAH PEMETAAN


Pada daerah yang akan dilakukan pemetaan ini tersusun atas 2 Formasi yaitu
Formasi Kerek dan Formasi Kalibeng dimana Formasi Kalibeng yang terbagi atas
Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng atas. Berikut penjelasan dari formasi :
Formasi Kalibeng

Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi
dua anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian
bawah dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter
berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera
planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi Kalibeng bagian
bawah ini terbentuk pada N17 N21 (Miosen Akhir Pliosen). Sedangkan bagian
atas Formasi Kalibeng ini disebut sebagai Formasi Sonde yang tersusun mula mula
oleh Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih kekuningan, lunak, mengandung
foraminifera planktonik maupun foraminifera besar, moluska, koral, alga, bersifat
napalan atau pasiran dan berlapis baik. Bagian atas bersifat breksian dengan fragmen
gamping berukuran kerikil sampai karbonat, kemudian disusul endapan bapal pasiran,
semakin ke atas napalnya bersifat lempungan, bagian teratas ditempati napal lempung
berwarna hijau kebiruan.
Formasi Kerek
Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal
lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini
menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding)
yang mencirikan gejala flysch.

PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun agar dapat dijadikan sebagai gambaran umum
mengenai kegiatan pemetaan yang akan diselenggarakan di Daerah Toroh dan sekitarnya,
Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah.
Untuk itu besar harapan kami agar kegiatan pemetaan ini dapat berjalan dengan
lancar dan sukses sesuai tujuan. Selain itu, dukungan dan kerjasama dari dosen pembimbing,

asisten dosen dan pihak lainnya sangat kami perlukan, agar kegiatan kegiatan pemetaan ini
berjalan dengan baik dan sukses.

DAFTAR PUSTAKA

https://ptbudie.wordpress.com/2009/01/03/pegunungan-kendeng/
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202007/BATUBARA/prosidingKDJATI.pdf
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-rifkytripu-22679-3-2010ta-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai