Anda di halaman 1dari 13

Tugas Farmakologi

Dosen
S.Kep,M. Kes

: Kelompok II
:

Saifuddin

Zaenal,

SKM,

Analgetik

DISUSUN OLEH :
BERTOLOMIUS
NH 0213017

NH 0213147

ERNI DAMAYANTI

CITRA MAULANA
NH 0213113

NH 0213135 FARHANA SAJDA BAKRI

CRISTIANY SAMMA NH 0213159 FARIDAH

NH 0213040

DARMAWAN HADI NH 0213074 FATIMAH SERKANASA


0213014
DARMAWATI

NH 0213198 FATMAWATI ADAM

NH
NH 0213104

DEVI PUSPASARININGSIH NH 0213212 FEBLIYANI PALULU


0213131
DEWA GEDE SUSILA
NH 0213108

NH 0213057 FERAWATI AMBO DALLE

DEWI NURYANTI
NH 0213186

NH 0213180 FITRIA APRIANI

DWI WAHYUNINGSIH
NH 0213007

NH 0213105

ELY AGUS
0213148

NH 0213199 FIRMAN

NH

FITRIANI
NH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN


MAKASSAR
PROGRAN STUDI SI KEPERAWATAN B
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bagi seorang calon perawat, mengetahui obat-obatan adalah
hal penting, sebelum memulai pelayanan dimasyarakat sebagai
tanggung jawabnya.
Manusia adalah salah satu sasaran praktik keperawatan,
dimana manusia tesebut membutuhkan palayanan dari seorang
perawat secara maksimal, oleh karena itu seorang perawat juga
dituntut untuk lebih memahami kebutuhan akan obat-obatan bagi
manusia yang membutuhkan demi memperbaiki status kesehatannya.
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang


toleransi nyeri yang berbeda-beda bagi setiap orang. (Tan dan Kirana
2002) Parasetamol merupakan obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja.
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep
dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono 2002). Parasetamol
mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya
kerja antiradang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan
lambung hal ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang

tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat


lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya
tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai
sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan
keadaan lain (Katzung, 2011).
Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan
aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun
sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus
lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui
bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif
terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono
1996). Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri, misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid dan lain
sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas
adalah untuk sakit yang bersifat ringan, sedangkan untuk sakit yang
berat (misalnya: sakit karena batu ginjal, batu empedu dan kanker)
perlu menggunakan jenis obat yang lebih paten (harus dengan resep
dokter)

dan

untuk

demam

yang

berlarut-larut

membutuhkan

pemeriksaan dokter (Widodo, 2004). Berbeda dengan obat analgetik


yang lain seperti Aspirin dan Ibuprofen, Parasetamol tidak memiliki
sifat antiradang. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi
karena mudah didapati, kejadian over dosis obat baik sengaja atau
tidak sengaja sering terjadi (Nasution, Y.A., 2009).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Analgetik
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni:
1. Penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksireaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini.
2. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama
dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit,
sedangkan

narkotik

menekan

reaksi-reaksi

psychis

yang

diakibatkan oleh rangsangan sakit.


Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala,
yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya
tentang

adanya

gangguan-gangguan

di

dalam

tubuh,

seperti

peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang


otot.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis,
fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan
pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediatormediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit,
selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini
rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf
Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan

kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan


dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting
adalah

histamine,

serotonin,

plasmakinin-plasmakinin,

dan

prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium. Berdasarkan proses


terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara,
yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri
perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi

penyaluran

rangsangan

nyeri

dalam

saraf-saraf

sensoris, misalnya dengan anestetika local.


3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan
analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis
turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri
dari si pasien.
Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu
analgeti non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental
analgesic (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik
atau analgesik opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).
1. Analgetik narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali
dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat.
Umumnya

mengurangi

kesadaran

(sifat

meredakan

dan

menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat


mengakibatkan

toleransi

dan

kebiasaan

(habituasi)

serta

ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejalagejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya
adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika
dimasukkan dalam Undang-undang Narkotika dan penggunaannya

diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM. Secara kimiawi, obat-obat


ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a) Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin,
hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
b) Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
1) Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil.
2) Metadon dan turunannya: dekstromoramida, bezitramida,
piritramida, dan d-ptopoksifen.
3) Fenantren

dan

turunannya

levorfenol

termasuk

pula

pentazosin.
Antagonis-antagonis
melawan

efek-efek

morfin

samping

adalah

dari

zat-zat

analgetik

yang

dapat

narkotik

tanpa

mengurangi kerja analgesiknya dan terutama digunakan pada


overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat ini. Zat-zat ini sendiri
juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat digunakan
dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek-efek samping
yang mirip dengan morfin, antara lain depresi pernafasan dan
reaksi-reaksi psikotis. Yang sering digunakan adalah nalorfin dan
nalokson. Efek-efek samping dari morfin dan analgetika sentral
lainnya pada dosis biasa adalah gangguan-gangguan lambung,
usus (mual, muntah, obstipasi), juga efek-efek pusat lainnya seperti
kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan suasana jiwa
dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi terjadi efek-efek yang
lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan, tekanan darah turun, dan
sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan
pernafasan terhenti.
Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia
dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul
sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa
disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia
pada penderita yang sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah.

Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali


menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai
dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk,
tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik
berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas tersa
berat, badan terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering,
depresi nafas dan miosis. Rasa lapar hilang dan dapat muntah
yang tidak selalu disertai rasa mual. Dalam lingkungan yang tenang
orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg) morfin akan tertidur
cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat danmiosis.
Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas)
morfin dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri
merupakan antagonis faalan bagi efek analgetik dan efek depresi
nafas morfin. Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum
pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu besar.
Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek analgetik
mencapai

maksimum,

dosis

morfin

yang

diperlukan

untuk

meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang


mengalami nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan dosis besar
untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan terhadap depresi
nafas

morfin.

Tetapi

bila

nyeri

itu

tiba-tiba

hilang,

maka

kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas oleh morfin.


2. Analgetik perifer (non-narkotik)
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran
atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga
memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada
keadaan

demam,

maka

disebut

juga

analgetik

antipiretik.

Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur


kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di

kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai


keluarnya banyak keringat.Penggolongan analgetika perifer secara
kimiawi adalah sebagai berikut,
a. Salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat
b. Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol.
c. Derivat-derivat

pirozolon:

antipirin,

aminofenazon,

dipiron,

fenilbutazon dan turunan-turunannya.


d. Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam
nifluminat.
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguangangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan
ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini
terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar,
maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini secara
terus-menerus.
B. Analgetik Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretik adalah
obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi, analgetikantipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
5. Ion Kalium
Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri
yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan

fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri).
Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediator-mediator nyeri
(misalnya bradikinin, prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang
kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun
ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri
diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui
sumsum tulang belakang dan thalamus.
Antipiretik

Bekerja

dengan

cara

menghambat

produksi

prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon


adanya pirogen endogen.
C. EFEK SAMPING OBAT ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
1. Gangguan Saluran Cerna
Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin
berperan

melindungi

saluran

cerna.

Senyawa

ini

dapat

menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan


cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna
rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.
2. Gangguan Hati (Hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah
parasetamol. Untuk penderita gangguan hati disarankan mengganti
dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak
pada ginjal. Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal.
Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi.
Reaksi dapat berupa rinitis vasomotor, asma bronkial hingga
mengakibatkan syok.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antipiretik yaitu obat anti demam. Mekanisme Kerja Obat
Antipiretik,

bekerja

dengan

cara

menghambat

produksi

prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai


respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,
salisilamida.
1. Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat
sintase

PGS

ditempat

yang

sakit

/trauma

jaringan.

Karakteristik:
a) Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
b) Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan
gembira
c) Tidak mempengaruhi pernapasan
d) Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi Macam macam Analgetik
1) Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2) Obat Analgetik Non-narkotik
2. Efek samping obat antipiretik dan analgetik
a) Gangguan Saluran Cerna
b) Gangguan Hati( hepar)
c) Gangguan Ginjal

d) Reaksi Alergi
B. Saran
Mengingat masalah yang dibahas diatas adalah obat analgetik
dan antipiretik, maka sebagai calon-calon perawat yang masih
menuntut ilmu haruslah kita terus belajar untuk lebih memahami
tentang obat-obatan, baik analgetik-antipiretik maupun yang
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://anie-ann.blogspot.com/2012/01/analgetik-anasthesi-danantipiretik.html

http://rivaldyahmad.blogspot.com/2012/05/obat-obat-analgesikdan-antipiretik.html

http://pentinggaksihh.blogspot.com/2012/05/analgesik-antipiretikanalgetik-anti.html

Anda mungkin juga menyukai