Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
Stadium 3
Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
3.1 Etiologi
Adapun penyebab CKD dengan ALO yaitu gagal ginjal kronis yang terjadi
sudah lama kemudian ginjal tidak mampu lagi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh dapat
menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-pembuluh darah, berakibat pada
pulmonary edema. Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis mungkin
perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.
4.1 Manisfestasi klinik
Gejala yang paling umum CKD dengan ALO adalah sesak napas. Ini mungkin adalah
penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya berkembang secara perlahan,
atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-tiba pada kasus dari pulmonary
edema akut. Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat
mengembangkan sesak napas daripada normal dengan aktivitas
Pathway
Seksualitas.
Gejala
Gejala
j.
Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala
Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik, nefritis,
herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan nutrisi.
5. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan volume
cairan.
11.1 intervensi
N
o
1.
Diagnosa
Tujuan & KH
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan
dengan
penurunan
fungsi ginjal
Gangguan
pertukaran
Gas
berhubunga
n dengan
distensi
kapiler
Fungsi
pertukaran gas
dapat maksimal
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
Intervensi
1. Awasi denyut
jantung TD dan CVP.
2. Catat pemasukan
dan pengeluaran
akurat,
3. Awasi berat jenis
urine.
4. Timbang BB tiap
hari dengan alat ukur
dan pakaian yang
sama.
5. Batasi pemasukan
cairan,
6. Kaji kulit, area
tergantung edema,
evaluasi derajat
edema.
7. Kaji tingkat
kesadaran, selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah.
8. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium :
Kreatinin, ureum
HB/Ht, kalium dan
natrium
serum.
1. Berikan HE
pada pasien
tentang
penyakitnya
2. Atur posisi
pasien semi
fowler
Rasional
1. untuk
mengetahui
keadaan tubuh
2. untuk
mengetahui
cairan yang
ada didalam
tubuh.
3. Untuk
4. Untuk
mengetahui
kenaikan BB
pada pasien.
5. Untuk
mencegah
acites atau
oedem.
6. Untuk
mengetahui
seberapa
berat derajat
odem.
1.Informasi yang
adekuat dapat
membawa pasien
lebih kooperatif dalam
memberikan terapi
2.Jalan nafas yang
longgar dan tidak ada
pulmonar
selama 3 24
jam dengan
kriteria hasil:
8.Tidak terjadi
sianosis
9.Tidak sesak
1.
RR normal
(16-20 /
menit)
2.
BGA
normal:
1.
par
tial
pressure of
oxygen
(PaO2): 75100 mm Hg
2.
par
tial
pressure of
carbon
dioxide
(PaCO2):
35-45 mm
Hg
3.
oxy
gen
content
(O2CT): 1523%
4.
oxy
gen
saturation
(SaO2): 94100%
5.
bic
arbonate
(HCO3):
22-26
mEq/liter
6.
pH:
7.35-7.45
3. Bantu
pasien
untuk
melakukan
reposisi
secara
sering
4. Berikan
terapi
oksigenasi
5. Observasi
tanda
tanda vital
6. Kolaborasi
dengan tim
medis
dalam
memberika
n
pengobatan
sumbatan proses
respirasi dapat
berjalan dengan
lancer
3.Posisi yang berbeda
menurunkan resiko
perlukaan akibat
imobilisasi
4.Pemberian oksigen
secara adequat dapat
mensuplai dan
memberikan
cadangan oksigen,
sehingga mencegah
terjadinya hipoksia
5.Dyspneu, sianosis
merupakan tanda
terjadinya gangguan
nafas disertai dengan
kerja jantung yang
menurun timbul
takikardia dan
capilary refill time
yang
memanjang/lama.
6.Pengobatan yang
diberikan berdasar
indikasi sangat
membantu dalam
proses terapi
keperawatan
3.
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
berhubungan
dengan
penurunan
glomerulo
filtration rate
Gangguan
keseimbangan
cairan tidak terjadi
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 24 jam, dengan
kriteria hasil:
1.tidak ada edema
dengan distensi vena
jugolaris, dispnea,
tachikardi,
peningkatan tekanan
darah crakles pada
auskultasi.
2. tidak terjadi
muntah, hipotensi,
bradikardi dan
perubahan reflek
tendon dalam
1.kaji adanya
hipertermi
2.Observasi tandatanda vital.
3.kaji edema,
auskultasi, takikardi
dan reflek tendon.
4.monitor BUN
kreatinin dan monitor
urinisasi dan
hematuria
5.Kolaborasi dengan
tim medis dalam
memberikan
pengobatan
1.adanya hipertermi
karena ketidah mampuan
ginjal memfiltrasi Na
2.untuk menghindari
terjadinya hipotensi dll.
3. Merupakan tanda-tanda
lethargi cairan yang
menambah kerja dari
jantung dan menuju edema
pulmoner dan gagal
jantung
4. 4. Tanda-tanda
hipernatremia dihasilkan
dari tanda fungsi tubular
ginjal.
5.Pengobatan yang
diberikan berdasar indikasi
sangat membantu dalam
proses terapi keperawatan