Jamban
Jamban
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat
menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci
tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga
menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, dan penyediaan air
bersih yang menurunkan risiko 25%.1-3
Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) 2006 menunjukan
47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS) ke sungai, sawah,
kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian
diare di Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu
penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.2, 3-6
Menurut kriteria Joint Monitoring Programme (JMP) WHO Unicef 2006 dikatakan yang
memiliki akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi improved yaitu rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik
sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik. 6,7
Hasil data kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air secara nasional menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) 2007 sebesar 59,86% yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan
29,41% yang memiliki septik tank.7,8
Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, BPS dan Susenas 2011 proporsi
rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan sebesar
55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 62,41%. Proporsi rumah
tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di perkotaan dan 38,97% di
perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82% dan perdesaan yaitu 55,55%.9
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses
terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau
Open Defecation Free (ODF).10
Berdasarkan data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas umum (4,2%).
Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas BAB, masih terdapat rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar
1
12,9%. Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih
tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%); sedangkan proporsi rumah tangga BAB di
fasilitas milik bersama dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan (masing-masing 6,9%,
5,0%, dan 20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%).3,5,7
Berdasarkan data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah
tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah
tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL, kolam/sawah, langsung ke
sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun). Proporsi rumah tangga dengan
pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di
perdesaan (52,4%).7
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018
didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS.
Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan
menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38% BABS.11
Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan
jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan provinsi
Jawa Barat yaitu 75%. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran pada tahun 2014, kunjungan sepuluh
penyakit terbanyak sebagai berikut: ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi, influenza, dermatitis,
dispepsia, diare, asma, dan tifus. (lihat di tabel 1, lampiran).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan
berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat
menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%, pemanfaatan jamban menurunkan
risiko 32%.
2. Berdasarkan studi ISSDP 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku BABS.
3. Menurut Susenas 2007 terdapat 59,86% kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air
yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan 29,41% yang memiliki septik tank.
4. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di
perkotaan dan 38,97% di perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82%
dan perdesaan yaitu 55,55%.
5. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai
akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas
dari BABS atau Open Defecation Free (ODF).
6. Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas
BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%).
Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di
perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).
7. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018
didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS.
8. Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan
jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan
provinsi Jawa Barat yaitu 75%.
1.3.
Tujuan
1.4.
Manfaat
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan lingkungan
terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja Puskesmas Tempuran.
Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program upaya
kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja
Puskesmas Tempuran. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana
program agar dapat berjalan dengan baik.
2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu dari
pada pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.4.4. Bagi Masyarakat
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi
berbagai penyakit masyarakat yang berbasis kesehatan lingkungan melalui program
pengawasan jamban.
3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerahdaerah lain di Indonesia.
4. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak untuk kebutuhan seharihari.
1.5.
Sasaran
4
Bab II
Materi dan Metode
2.1.
Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Mei 2014 sampai April
2015 di UPTD Puskesmas Tempuran, Desa Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain:
Pendataan jumlah sarana jamban yang ada.
Jumlah Rumah Tangga yang menggunakan jamban.
Jenis jamban yang ada /yang digunakan.
Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di wilayah kerja UPTD Tempuran.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
Penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban.
Pencatatan dan Pelaporan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.2.
Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
pengawasan jamban di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015 dengan cara
membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1.
Kerangka Teoritis
pengorganisasian
(organizing),
pelaksanaan
(actuating),
dan
pemantauan
(controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang
lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2.
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja dan jumlah sarana
jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas
pembuangan tinja (jamban) yang digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008, dilengkapi dengan septik
tank/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
Bab IV
Penyajian Data
4.1.
Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari data sekunder, yaitu:
1. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran
Tahun 2014.
2. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran.
8
Data Umum
pedagang sebesar 21,22%, buruh sebesar 7,8%, nelayan sebesar 7,4%, dan PNS/ABRI 2,2%.
Sebagian besar penduduk beragama Islam (99,9 %).
4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran antara
lain:
a.
b.
c.
d.
e.
Puskesmas UPTD
Puskesmas pembantu
Puskesmas keliling
Posyandu
Praktek perorangan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 42 buah
Perawat Gigi
: 1 Orang
Juru immunisasi
: 0 Orang
Petugas Gizi
: 1 Orang
: 2 orang
: 1 orang
: 20 orang
: 13 orang
: 1 Orang
Pengemudi
: 1 Orang
Petugas Kebersihan
: 3 Orang
f. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas
: 1 Buah.
Pustu
: 2 Buah.
Posyandu
: 42 Buah.
: 0 Buah
Bidan Praktek
: 5 Orang
: 2 Orang
10
Polindes
4.3.
: 2 Orang
Data Khusus
4.3.1. Masukan
1. Tenaga(Man)
Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian)
2. Dana(Money)
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
-
APBD
: Tersedia
: Tersedia
3. Sarana
a. Sarana medis:
-
Sanitarian kit
: Tidak ada
Infocus
Layar
: Ada, 1 buah
Leaflet
: Tidak ada
Lembar balik
: Tidak ada
Poster
: Ada
Formulir wawancara/formulir
pengawasan sarana jamban
: Ada, 1 buah
: Ada
: Ada, 1
Alat tulis
: Cukup
Sarana transportasi
: Ada
4. Metode (Method)
Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah jamban yang
ada, jumlah rumah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang
digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang jumlah jamban yang
ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku potensi desa yang disesuaikan
dengan Puskesmas Tempuran.
11
4.3.2. Proses
1. Perencanaan
12
Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana jamban dan jumlah rumah yang
menggunakan jamban.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada di
kantor kepala desa, desa binaan yaitu Desa Panca Karya.
2. Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer
melakukan koordinasi dengan pelaksana program. Pengorganisasian dalam program pengawasan
jamban dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (H. Surisno, SKM)
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja.
Koordinator program.
13
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan kepada
Kepala Puskesmas Tempuran dalam waktu tiap bulan.
3. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
-
Pengawasan jamban dilakukan setiap bulan, namun tidak sesuai dengan rencana
yaitu 8x/bulan
4. Pengawasan
1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang
kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.
2. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tempuran tentang hasil pencapaian program
pengawasan jamban.
4.3.3. Keluaran
1. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban
Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu Mei 2014 April
2015
Cakupan
Pengawasan
Jamban
x 100%
Kesimpulan : cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah
75 % - 45,86 % = 29,14%.
14
Penduduk
dengan
akses terhadap
x 100%
fasilitas sanitasi
yang layak/
yang sama
jamban sehat
14890
Presentase : -------------------X 100 % = 40,05%
42596
Target Mei 2014 hingga bulan April 2015 = 75%
Kesimpulan : akses tehadap sanitasi yang layak/jamban sehat belum mencapai target sebesar 75 %
jadi besarnya masalah adalah
75 % - 40,05 % = 34,95%.
Ket :
(*) diambil dari hasil data dasar penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April 2015.
(**) diambil dari hasi rekapitulasi laporan bulanan penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April
2015
3. Pencatatan dan pelaporan
Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan
jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang
memenuhi syarat.
Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tempuran.
4.3.4. Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
- Lokasi :
15
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun
sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal
tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.
- Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan beberapa
tempat becek dan sering banjir.
- Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban. Berdasarkan
keterangan petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran tidak mempengaruhi.
2. Lingkungan Non Fisik
- Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu sebagian besar tidak tamat SD.
- Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di sungai, selokan, sawah,
dan kebun yang mempengaruhi keberhasilan program.
- Adanya kebiasaan di masyarakat bahwa jika tidak BAB di sungai maka tidak akan
keluar.
4.3.5. Umpan Balik
1.
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
2.
Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan
akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan jamban
selanjutnya.
16
Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-Variabel dari Masalah
No
Variabel
1.
Keluaran
- Cakupan
hasil
Tolok Ukur
Target total provinsi Jawa
Pencapaian
Puskesmas
Masalah
Puskesmas
Barat
Tempuran
Tempuran
75%
45,86%
(+) 29,14%.
75%
34,95%
(+) 40,05%
pengawasan/
inspeksi jamban
- Persentase rumah
penduduk dengan
akses
fasilitas
sanitasi
yang
layak/jamban
2.
sehat
Masukan
- Tenaga (Man)
merangkap sebagai
koordinator dan
pelaksana program
(+)
pengawasan jamban
yang
terampil/kompeten di
bidangnya, namun tidak
mencukupi karena
17
ada
laporan
(+)
- Sarana (Material)
Sanitarian kit
- Tidak Ada
Infocus
- Ada, 1 buah
Layar
- Ada
Leaflet
- Tidak Ada
Lembar balik
- Tidak Ada
Poster
- Ada
Formulir
- Ada
(+)
wawancara/formulir
pengawasan jamban
- Metode (Method)
- Ada
Alat
tulis,
- Cukup
sarana
Transportasi
1. Pendataan
(+)
dilakukan tetapi
1. Pendataan
2. Penyuluhan
tentang
sarana
gedung dan
posyandu.
Penyuluhan di luar
gedung.
gedung kurang.
3. Pengawasan/
inspeksi jamban
3. Pengawasan/inspeksi
sarana
jamban.
saja, dan
dilakukannya tidak
menentu
4. Tidak dilakukan
pemetaan sarana
4. Pemetaan sarana jamban yang
memenuhi syarat
jamban yang
memadai
5. Pencatatan dan
pelaporan sesuai
3.
Proses
- Pengorganisasi
an
Struktur organisasi
penanggungjawab program,
koordinasi belum
optimal koordinasi di
Koordinator program
(programmer), kemudian
lintas sektoral
(+)
- Dilakukan pendataan
yang digunakan.
(+)
- Dilakukan
perencanaan.
- Pengawasan sarana
jamban belum
dilakukan sesuai
19
sektor.
jadwal.
- Penyuluhan hanya
terbatas di posyandu
saja serta kurangnya
sarana dan prasarana
penunjang
penyuluhan
kesehatan kepada
masyarakat.
- Tidak dilakukan
pemetaan sarana
jamban yang
memenuhi syarat.
- Pengawasan
1. Pencatatan setiap
- Adanya pencatatan
tahunan dan
pelaporan secara
berkala tentang
sekali.
kegiatan pengawasan
(-)
jamban ke tingkat
Kabupaten minimal 1
2. Rapat bulanan di Puskesmas
bulan sekali.
- Adanya rapat
bulanan.
4.
Umpan Balik
evaluasi
program
(-)
bulanan
- Dilakukan
pencatatan dan
pelaporan yang
lengkap sesuai
dengan waktu yang
ditentukan.
20
5.
Lingkungan
-
- Lokasi
Fisik
Berdasarkan keterangan
petugas antara lain :
- Terdapat
saluran
banyak
irigasi
(-)
di
terdapat
area persawahan di
semua wilayah kerja,
dan masih banyak
- Keadaan sosial ekonomi
masyarakat dapat
mempengaruhi keberhasilan
program.
- Tingkat pendidikan dapat
-
Non-Fisik
mempengaruhi keberhasilan
program
- Perilaku masyarakat terhadap
penggunaan sarana jamban
dapat mempengaruhi
keberhasilan program.
bilik-bilik
disekitarnya
yang
digunakan penduduk
sebagai tempat BAB.
- Sebagian besar
(+)
penduduk bermata
pencaharian petani
31,26%
- Tingkat pendidikan
masih rendah yaitu
(+)
tidak tamat SD
51,87% .
- Perilaku masyarakat
yang masih BAB
sembrangan seperti
selokan, sawah,
kebun
mempengaruhi
keberhasilan
program.
21
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1.
6.2.
6.2.1. Masukan
1.
Tenaga (Man)
Adanya 1 orang petugas sebagai koordinator program dan pelaksana program, namun hal
ini tidak mencukupi karena wilayah kerja yang luas.
2.
Dana (Money )
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya di bagian
kesehatan lingkungan.
3.
Sarana (Material)
Tidak ada leafet dan lembar balik yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
4.
Metode (Method)
Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada
pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat.
6.2.2. Proses
1.
Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas
program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
2.
Pelaksanaan
22
Pendataan jenis jamban yang digunakan belum dilakukan, pengawasan jamban belum
dilakukan sesuai dengan jadwal, dan penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam
gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan
tentang penting sarana jamban yang memenuhi syarat kepada masyarakat. Tidak
dilakukannya pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
3.
23
Bab VII
Penyelesaian Masalah
7.1.
Masalah I
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%.
Penyebab antara lain :
Tenaga
Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci.
Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas
program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
Pelaksanaan
Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada
pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat.
Pengawasan dan pelaporan
Dilakukan pendataan hanya saja tidak ada data jenis jamban yang digunakan, pengawasan
sarana jamban belum dilakukan sesuai jadwal. Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan tentang pengawasan jamban sehat di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tempuran
Penyelesaian antara lain :
Tenaga
1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.
2. Penyehatan tenaga kesehatan diluar Puskesmas (tenaga kontrak)
Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas,
mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.
Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan koordinator
program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program
dengan staf Puskesmas yang lain.
Pelaksanaan
Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dari tenaga dan kurangnya kerjasama lintas
program, dan jadwal pengawasan jamban yang dilakukan tidak sesuai jadwal. Sehingga
24
Masalah II
Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05%
dari target 75%.
Penyebab antara lain :
Pengorganisasian
Belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana
program pengawasan jamban.
Metode
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat padahal sudah ada data
pencatatan setiap bulan tentang jumlah jamban yang memenuhi syarat.
Pelaksanaan
Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan
prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sehingga sasaran target
penyuluhan kurang.
Lingkungan
- Fisik
Terdapat banyak saluran irigasi di sekitar tempat tinggal penduduk, terdapat area
persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak bilik-bilik disekitarnya yang
digunakan penduduk sebagai tempat BAB.
- Non-Fisik
Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi suatu tradisi atau kebiasaan hidup.
Penyelesaian antara lain :
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program,
koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas
sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama dengan
promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya.
Melakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat sesuai dengan pencatatan bulan yang
ada.
Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak
hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya
25
sehingga mengubah
mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya adalah
ODF atau stop BABS.
Bab VIII
Penutup
8.1.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program
Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Tempuran periode Januari hingga Desember 2014
26
dikatakan belum berhasil sebab tidak sesuai dengan Tolokukur yang sudah ditentukan. Dari hasil
kegiatan program, didapatkan :
1.
Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 7026 dan jumlah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 6024.
2.
3.
4.
5.
6.
Persentase rumah penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu
40,05%.
8.2.
Saran
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dengan program PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat), bidan desa dan sebagainya. Mengoptimalkan kerjasama lintas
sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan, melakukan pelatihan dan
memotivasi untuk memberdayakan kader masyarakat dalam pengawasan jamban sehat dan
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat keberhasilan
sesuai target yang diharapkan.
28
Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka
Cipta. 2011
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM),
2013.
Diunduh
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Diunduh
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Diunduh
dari:
22 September 2014.
29
Lampiran
30
Tabel 1. Kunjungan Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak UPTD Puskesmas Tempuran 2014
No.
Nama Penyakit
Presentase
1.
ISPA
22.32%
2.
Tukak lambung
13,04%
3.
Myalgia
7,58%
4.
Hipertensi
6,95%
5.
Influenza
5,79%
6.
Dermatitis
4,55%
7.
Dyspepsia
3,77%
8.
Diare
3,51%
9.
Asma
2,98%
10.
Tifus
2,48%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tempuran, 2014
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
No
Nama Desa
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber Jaya
3049
2846
5895
Tanjung Jaya
2701
2518
5219
Tempuran
2449
2284
4733
Ciparage Jaya
2925
2748
5673
Cikuntul
2756
2570
5326
Pagadungan
2550
2385
4935
Panca Karya
2162
2019
4181
Purwa Jaya
2030
1903
3933
Jaya Negara
1397
1304
2701
22019
20577
42596
Jumlah
Tabel 3. Mata Pencaharian atau Pekerjaan Penduduk Kecamatan Tempuran Tahun 2014
No
Nama Desa
Mata Pencaharian/Pekerjaan
Petani
Pedagang
Buruh
Nelayan
PNS/ABRI Lain-lain
31
Sumber Jaya
576
375
145
65
33
512
Tanjung Jaya
678
232
135
23
458
Tempuran
406
394
283
20
473
Ciparage Jaya
534
320
80
117
75
482
Cikuntul
138
80
762
424
Pagadungan
460
432
170
31
468
Panca Karya
408
318
76
19
352
Purwa Jaya
451
256
47
43
341
Jaya Negara
300
275
50
32
281
3951
2682
986
944
284
3791
Jumlah
Nama Desa
Sumber Jaya
Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
737
426
380
116
32
Tanjung Jaya
609
330
207
95
Tempuran
678
211
121
157
Ciparage Jaya
726
325
242
63
Cikuntul
936
176
108
33
Pagadungan
497
317
236
218
Panca Karya
545
184
137
233
Purwa Jaya
551
216
211
49
Jaya Negara
317
211
105
84
5596
2396
1747
1048
Jumlah
Sopir
:1
Tabel 6. Data Dasar Penyehatan Lingkungan di UPTD Puskesmas Tempuran Periode Mei 2014
April 2015
No
Kelurahan /
Jumlah
Jumlah
Desa
Pendudu
KK yang
Ada
Jumlah Rumah
Jumlah Jamban
Keluarga (Jaga)
Yang Ada
MS
1.
Sumber Jaya
5.895
1.938
1.570
733
670
2.
Tanjung Jaya
5.219
1.428
1.201
1.423
1.048
3.
Tempuran
4.733
1.575
1.180
1.048
950
4.
Ciparage Jaya
5.673
1.549
1.269
883
800
5.
Cikuntul
5.326
1.551
1.182
661
547
6.
Pagadungan
4.935
1.677
1.160
925
843
7.
Panca Karya
4.181
1.272
1.210
942
850
34
8.
Purwa Jaya
3.933
1.279
1.120
199
150
9.
Jaya Negara
2.701
926
640
212
166
42.596
13.195
10.532
7.026
6.024
Jumlah
Tabel 7. Laporan Tahunan Pemeriksaan Jamban Sehat UPTD Puskesmas Tempuran Periode
Mei 2014 April 2015
No
Kelurahan /
Desa
MS
1.
Sumber Jaya
489
476
2.
Tanjung Jaya
446
442
3.
Tempuran
338
376
4.
Ciparage Jaya
368
344
5.
Cikuntul
373
371
6.
Pagadungan
359
331
7.
Panca Karya
353
333
8.
Purwa Jaya
258
147
9.
Jaya Negara
188
158
Jumlah
3.222
2.978
35
Nama
Alamat
:
JenisJambanYang Dimiliki:
Cemplung Tanpa Tutup
Leher Angsa
Sharing
Tidak Ada
No.
Pertanyaan
Jawaban
YA
TIDAK
YA
TIDAK
36
3
4
5
6
7
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
37