Gna
Gna
Disusun oleh :
KELOMPOK I
1. Diana Pefbrianti
NIM. 131311123001
2. Dina Karawati
NIM. 131311123002
3. Rafika Fransiska
NIM. 131311123003
NIM. 131311123004
5. Moriana BR Sembiring
NIM. 131311123005
6. Deby Septiawan
NIM. 131311123006
7. Samiatin
NIM. 131311123046
Lembar Pernyataan
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya, 15 Maret 2014
Nama
Nim
1. Diana Pefbrianti
131311123001
2. Dina Karawati
131311123002
3. Rafika Fransiska
131311123003
131311123004
5. Moriana BR Sembiring
131311123005
6. Deby Septiawan
131311123006
7. Samiatin
131311123007
2
3
4
5
Aspek
yang
dinilai
Pendahuluan
Laporan analisis
masalah
Intervensi
keperawatan
Bobot
2%
Nilai
Maks
6
5%
15
16%
48
Kesimpulan dan 2%
Saran
Pengurangan nilai -10%
6
-7,5
Kriteria
penilaian
Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi singkat
makalah
Supervisial, tidak
Sangat
Laporan
dan ringkas serta lengkap
spesifik lugas
spesifik
- Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan/fisiologi/patofisiologi terkait
- Peran perawat dalam intervensi serta kaitan
intervensi dengan proses keperawatan
- Literature review
- Ide logis dan ringkas
- Menunjukkan kemampuan analisis
- Askep logis dan rasional
- Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas
serta extensive
Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi atas
kritik jurnal
Nilai akan mendapatkan pengurangan jika kriteria
berikut
tidak terpenuhi:
1. Jumlah halaman < 10 atau lebih dari 20 halaman
(batas toleransi 5%)
2. Tidak mengikuti aturan penulisan referensi dengan
benar
3. Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, termasuk tanda baca.
NILAI MAKSIMAL : 75
Komentar Fasilitator:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................
No
1
10
25
NO.
POINT
PENILAIAN
Selama proses
diskusi
(50%)
Resume
(50%)
PROSENTASE
Aktif bertanya
10%
10%
30%
20%
Isi resume
20 %
10%
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PEENYATAAN ........................................................................
LEMBAR PENILAIAN .................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
glomerular
proteinuria,
yang
terjadi
pada
anak
dengan
karakteristik
(Suryadi, 2001).
Insiden lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan,
prognosis dan mortalitas bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas, usia anak,
kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan. Insiden sindrom
nefrotik pada anak di hongkong dilaporkan
tentang
web
of
caution
glomerulonefritis
akut,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fungsi Ginjal
2.1.1
Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen,
Fungsi Ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin
2.1.3
Fungsi Nefron
Fungsi dasar nefron adalah membersihkan atau menjernihkan plasma
darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah melalui ginjal.
Substansi yang paling penting untuk dibersihkan adalah hasil akhir
metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Selain itu ion-ion
natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung untuk berakumulasi
dalam tubuh secara berlebihan.
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang
tidak diperlukan dalam tubuh adalah :
1. Nefron menyaring sebagian besar plasma di dalam glomerulus yang akan
menghasilkan cairan filtrasi.
2. Jika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak
diperlukan tidak akan direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan
direabsorpsi kembali ke dalam plasma dan kapiler peritubulus.
Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan
substansi yang tidak diperlukan tubuh adalah sekresi. Substansi-substansi
yang tidak diperlukan tubuh akan disekresi dan plasma langsung melewati
sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan tubulus. Jadi urine
yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansisubstansi yang difiltrasi dan juga sebagian kecil substansi-substansi yang
3
disekresi.
2.2 Glomerulonefritis Akut
2.2.1
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat
infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan kadang-kadang infeksi kulit,
yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 4, 12
dan jarang disebabkan oleh sebab lain.
Namun sebenarnya bukan bakteri sptreptokokus yang menyebabkan
kerusakan pada ginjal melainkan diduga karena adanya antibodi yang ditujukan
terhadap antigen khusus yang merupakan unsur membran plasma spesifik
streptokokus. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah yang
bersirkulasi kedalam glomerulus dimana kompleks tersebut secara mekanis
terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss.
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering
ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain
diantaranya :
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi
2. Virus :
parotitis epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma
2.2.3
sel-sel
epitel.
Semakin
meningkatnya
kebocoran
kapiler
glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam
urin yang sedang di bentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan
hematuria. Agaknya, kompleks komplemen antigen-antibodi inilah yang
terlihat sebagai nodul-nodul subepitel (atau sebagai bungkusan epimembanosa)
pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah
pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan mikroskop cahaya
glomerulus tampak membengkak dan hiperselular di sertai invasi PMN.
2.2.4
Reaksi Ag-Ab
Fungsi ginjal
Sintesis
eritropoetik
GFR
Anemia
Aldosteron
Hipoksia
jaringan
Retensi
Na+
Dilusi plasma
MK : Gg. Perfusi
Jaringan
Retensi
H2O
Hipervolemia
oliguri
edema
MK : Kelebihan
volume
cairan
Anemia
Lemah, letih, lesu, lunglai,
lelah
MK : intoleransi aktivitas
hipoalbuminemia
Defusi cairan
ke ekstra sel
Retensi
cairan
dirongga
perut
asites
Menekan isi
perut
Mual, muntah
Menekan diafragma
Ekspansi otot
pernapasan
tidak optimal
Napas tidak adekuat
Anoreksi
a
MK : Pola napas
tidak efektif
MK : Nutrisi
Kurang dari
kebutuhan tubuh
MK : Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit
2.2.6
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urin
Warna:
secara
abnormal
warna
urin
keruh
kemungkinan
Derajat
tinggi
proteinuria
(3-4+)
secara
kuat
2. Darah
Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8
gr/dl
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
Protein (albumin) : menurun
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
Magnesium: meningkat
Kalsium ; menurun
3. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal : untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram Ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, 2000)
2.2.8
Penatalaksanaan
1. Medik
- Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
- Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
- Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
- Pemberian antibiotik untuk infeksi.
- Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
- Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus terhindar dari
infeksi, karena dapat menimbulkan nefritis
2. Keperawatan
- Pasien harus bed-rest sampai manifestasi klinik hilang
- Disesuaikan dengan keadaan pasien.
- Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
- Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
- Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
- Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke
sindrom nefrotik atau GGK.
3. Diet
- Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum meningkat
- Tinggi Karbohidrat
- Rendah Garam
- Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi.
- Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan diuretik.
2.2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas /istirahat
Gejala :
-
Kelemahan malaise
Kelelahan ekstrem
Tanda:
-
b. Sirkulasi
Gejala :
-
Tanda:
-
Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala:
-
Tanda:
-
d. Eliminasi
Gejala:
-
Tanda
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat,
kemerahan, berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala :
-
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Edema (umum, tergantung)
- Perubahan turgor kulit/kelembaban
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
f. Neurosensori
Gejala : Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar
pada Sakit kepala, penglihatan kabur, Kebas/kesemutan dan
kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer)
Tanda:
-
Gangguan
status
mental,
contohnya
ketidakmampuan
pemberian
diuretic
Esidriks,
lasix
sesuai
order.
BB
tiap
hari,
monitor
output
urine
tiap
jam.
bagi
klien
untuk
menikmati
makanannya,
dengan
Definisi
Glomerulonefritis
kronis
ialah
diagnosis
klinis
berdasarkan
ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap (Mansjoer, et. al, 2000)
Glomerolusnefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yg lama
dari sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut
yg tidak membaik atau timbul secara spontan (Muttaqin & Sari, 2011). Pada
umumnya merupakan penyakit yang berkembang secara lambat dan
menimbulkan pengerutan.
2.3.2
kehilangan
kemampuan
untuk
mengkonsentrasikan
atau
kepala, gelisah, mual, dan kejang pada stadium akhir. Edema sedikit pada kaki,
urine bening dan terdapat isostenuria dalam hal ini urin akan mengandung
protein dan kadang - kadang beberapa sel eritrosit tetapi pada umumnya tidak
terdapat bakteri, tekanan darah akan meningkat dikarenakan retensi natrium
dan aktivasi sistem renin angiotensin. Secara perlahan lahan akan timbul
dipsnea pada saat melakukan aktivitas fisik atau dalam keadaan bekerja dan
melakukan kegiatan disnea akan semakin berat dengan adanya anemia
normositik yang berat, akibat ginjal yang sangat kecil sehingga tidak dibentuk
lagi hormon eritropoetin. Bila pasien memasukin fase nefrotik dari
glomerulonefritis kronis, maka edema bertambah jelas, fungsi ginjal menurun,
dan anemia bertambah berat, diikuti tekanan darah yang mendadak meningi.
Kadang-kadang terjadi ensefalopati hipertensif dan gagal jantung yang berakhir
dengan kematian.
Kecepatan filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate/GFR) kurang
dari 5 ml/menit (normal 110 ml/menit), kadar ureum meningkat 400-700 mg%
(normal 40 mg%)
2.3.5
Manifestasi
renal karena
penyakit
penyakit
sistemik
Reaksi antigen-antibodi
dalam darah
Pengendapan kompleks
antigen- antibodi di kapiler
glomerulus
Glomerulusnefr
itis akut
Penyakit
penyakit
penyebab
Glomerulusnefritis
knonis
Penumpukan toksik
uremik,
ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
Hipertensi
sitemik
Beban
jantung
Curah
jantung
MK : Penurunan
curah
jantung
Respon asidosis
metabolik dan
sindrom uremia pada
sistem saraf dan
pernapasa
n
Respon
hemetologis
produksi
eritropoetin
Anemia
Dispne
a
MK : Pola
napas tidak
efektif
Lemah,
letih,
lesu,
lunglai,
lelah
MK :
intoleransi
aktivitas
Hipoksi
a
jaringa
n
MK :
Gg
perfusi
jaringa
n
MK :
Nutrisi Kurang
dari kebutuhan
tubuh
Lanjutan WOC
Fungsi
ginjal
Glomerulusnefritis knonis
GFR
Retensi
cairan
dirongga
perut
Aldoster
on
Retensi
Na+
Retensi
H2O
Oliguri
MK : Kelebihan
volume
cairan
asites
Edem
a
MK : Resiko
kerusakan
integritas kulit
Menekan isi
perut
Mual,
muntah
Anoreksi
a
MK : Nutrisi
Kurang dari
kebutuhan tubuh
2.3.6
spasme pembuluh
darah
tetapi
juga
disebabkan
oleh
Pemeriksaan penunjang
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder, eritrosit, leukosit hilang
timbul, berat jenis urin menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan LED,
ureum, kreatinin dan fosfor serum yang meninggi serta kalsium serum yang
menurun, sedangkan kalium meningkat, anemia, uji fungsi ginjal menunjukkan
fungsi ginjal menurun.
2.3.8
Penatalaksanaan
penyakit
yang
sering
dialami,
imunisasi,
hospitalisasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguri
b. Perubahan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan perubahan
imunologik ginjal
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia
d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema
e. Intoleransi aktivitas berhubungna dengan anemia
f. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertensi sistemik
g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik
3. Intervensi keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d oliguri
Tujuan : pasien akan mempertahankan keseimbangan antara intake dan
output
Kriteria evaluasi : dalam jangka waktu 1 x 24 jam jumlah urine yang
dihasilkan 1500 2500 cc
Intervensi
1. Kaji edema perifer, timbang BB, ukur TTV, tiap 6-8 jam ukur intake
dan output tiap 24 jam.
R/ : untuk memntukan apakah da retensi cairan atau tidak
2. Batasi intake natrium dan cairan
R/ : membatasi retensi cairan
3. Berikan diuretik sesuai anjuran
R/ : untuk mengeluarkan cairan yang tertahan
4. Berikan kardiac glycosit jika dianjurkan
R/ : mencegah gagal jantung kongestif
lingkungan
yang
tenang,
aktivitas
yang
2.4
Nefrotik Sindrom
Nefrotik sindrom dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling umum
antara usia 1 dan 8 tahun. Penyakit ini lebih banyak mempengaruhi anak lakilaki
dibandingkan
anak
perempuan.
Seseorang
dengan sindrom
Definisi
Nefrotik Syndrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
tubuh,
hipoalbuminemia
(kurang
dari
3,5
g/dl),
edema,
penyakit
sel
sabit,
hiperprolinemia,
nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, dibagi menjadi :
a. Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu.
Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding
kapiler glomerulus.
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang
tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
c. Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel
mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
Dengan penebalan batang lobular : terdapat prolefirasi sel mesangial
yang tersebar dan penebalan batang lobular.
Dengan bulan sabit (crescent) : didapatkan proliferasi sel mesangial
dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis
buruk.
albumin, pemasukan protein yang kurang kerana nafsu makan yang menurun
dan utilisasi asam amino yang menyertai penurunan faal ginjal. Jika
kompensasi hepar dalam mensintesa albumin tidak adekuat, akan terjadi
hipoproteinemi.
Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein, sintesis
albumin hati dan kehilangan protein melalui urin. Pada SN, hipoalbuminemia
disebabkan oleh protenuria massif dengan akibat penurunan tekanan onkotik
plasma. Oleh itu, untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma, maka hati
berusaha meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati
tidak berhasil menghalangi timbulnya hipoalbuminemia. Diet tinggi protein
dapat meningkatkan sintesis albumin hati. Akan tetapi tetap dapat mendorong
peningkatan ekskresi albumin melalui urin. Hipoalbuminemia dapat pula
terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus
proksimal.
Hiperlipidemi
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density
lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein
(HDL) dapat meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan
sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di perifer (penurunan
pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density
lipoprotein dari darah).
Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan
albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.
Lipiduri
Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin.
Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis
glomerulus yang permeabel.
Edema
Teori underfil menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan factor
utama terjadinya edema pada SN. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan
tekanan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari intravascular ke jaringan
interstisium dan terjadi edema. Oleh kerana itu, ginjal melakukan kompensasi
dengan meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisma kompensasi ini akan
kerentanan
terhadap
infeksi
bakteri
berkapsul
seperti
2.4.4
nafsu makan karena edema mukosa usus. Umbilikalis, dilatasi vena, prolaks
rectum, dan sesak dapat pula terjadi akibat edema anasarka ini.
(2
menambah
berat
badan,
edema
periorbital,
edema
dependen,
2.4.5
menurun
Porteinuria masif
MK : Resiko tinggi
infeksi
Hipoproteinem
ia
Hipoalbum
in
Hipovole
mia
Tekanan onkotik
plasma
Sekresi
ADH
Volume
plasma
Reabsorb
si air dan
natrium
Retensi natrium
renal
Edem
a
MK : Kelebihan
volume
cairan
Sintesa
protein
hepas
Hiperlipidemia
Malnutri
si
MK : Nutrisi
Kurang dr kebt
tubuh
Efusi pleura
Sesak
3
Penatalaksanaa
n
Hospitalisasi
MK : Kecemasan
MK : Kurang
pengetahuan :
kondisi, prognosa
dan program
perawatan
3.1.1
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Betz dan Sowden (2002) Untuk memperkuat diagnosis seiring
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan ureum darah
dan nitrogen urea darah dan pemeriksaan asam urat. Penilaian kadar
kalium darah dan analisis gas darah dan perlu dilakukan untuk menemukan
ada tidaknya asidosis metabolic yang berat, pada pemeriksaan kalsium
biasanya hanya dilakukan pada keadaan terminal, kadar fosfor darah perlu
dilakukan melalui pemeriksaan fosfataselindi yang berguna untuk menilai
HTP (homone parathyroid tulang) dan metabolisme vit D3.
a. Berat jenis urine : meningkat
b. Albuminemia : menurun
c. Kadar urine normal
d. Anemia defisiensi besi
e. Laju endap darah : meningkat
f. Kalsium dalam darah : menurun
g. Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia
kardial,
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati
rendah. Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air
kemih. ACE inhibitors (misalnya captopril, lisinopril) biasanya menurunkan
pembuangan protein dalam kandung kemih dan menurunkan kosentrasi lemak
dalam darah. Tetapi penderita yang mempunyai kelainan fungsi ginjal yang
ringan atau berat, obat tersebut dapat meningkatkan kadar kalium darah. Jika
cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan makan dalam
porsi kecil tetapi sering.
Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretic. Diuretic juga
dapat mengurangi penimbunan cairan dan mengurangi pembengkakan jaringan,
tetapi bisa meningkatkan resiko terbentuknya pembekuan darah
1. Pengobatan Umum
2. Diet
Diet harus banyak mengandung protein dengan nilai biologik tinggi dan
tinggi
kalori.
Protein
3-5
gr/kgBB/hari.
Kalori
rata-rata
100
kalori/kgBB/hari. Garam dibatasi bila edema berat. Bila tanpa edema diberi
1-2 gr/hari. Pembatasan cairan terjadi bias terdapat gejala gagal ginjal.
3. Aktivitas
Tirah baring dianjurkan bila ada edema hebat atau ada komplikasi. Bila
edema sudah berkurang atau tidak ada komplikasi maka aktifitas fisik tidak
memperngaruhi perjalanan penyakit. Sebaliknya tanpa ada aktifitas dalam
jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kejiwaan anak.
4. Diuretik
Pemberian diuretic untuk mengurangi edema terbatas pada anak dengan
edema berat, gangguan pernapasan, gangguan gastrointestinal atau obstruksi
urethra yang disebabkan oleh edema hebat ini. Pada beberapa kasus SN
yang disertai anasarka, dengan pengobatan kortikosteroid tanpa diuretik,
edema juga menghilang. Metode yang lebih aktif dan fisiologik untuk
mengurangi edema adalah yang merangsang dieresis dengan pemberian
albumin (salt poor albumin) : 0,5-1gr/kgBB selama satu jam yang disusul
kemudian oleh furosemid I.V 1-2mg/kgBB/hari. Pengobatan ini bias
diulangi selama 6 jam bila perlu. Diuretic yang biasa dipakai adalah diuretic
yang
mempengaruhi penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan saat ini
Keluhan utama pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan
adanya pembengkakan pada perut dan kaki serta keadaan umum lemah.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien dengan sindroma nefrotik mempunyai riwayat penyakit
seperti glomerulonefritis, dan infeksi yang menjadi penyebeb terbesar.
g. Riwayat Spritual
Pasien dengan sindrom nefrotik dalam beribadahnya tidak dapat
melakukan seperti biasa dikarenakan keadaan fisik yang lemah.
h. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat keadaan
umum dan kelainan yang terdapat di seluruh tubuh sehubungan
dengan perjalanan penyakitnya, biasanya kulit pasien ditemukan
berwarna pucat karena anemia dan penimbunan elektrolit pigmen,
pruritus yang berat, oedema perifer, bibir kering dan nafas berbau
akibat ureum yang berlebihan pada air liur yang di rubah oleh bakteri
mulut.
2. Palpasi
Pemeriksaan dengan perabaan pada heparnya ditemukan
pembesaran hepar (hepatomegali) akibat adanya bendungan pada vena
porta yang menimbulkan rasa tidak enak diperut bagian atas terutama
sesudah makan, nyeri dada, kulit kuning dan kasar, denyut nadi tidak
teratur dan meningkat akibat hipertensi. Pada ektremitas adanya
odema dan terasa dingin.
3. Perkusi
Pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk mengetahui kelainan
organ melalui suara yang terdengar.
4. Auskultasi
Pemeriksaan dengan cara mendengar bunyi atau irama jantng
sehingga diketahui adanya efusi pericardial atau gagal jantung akibat
hipertensi dan juga untuk mendengar bunyi (bising) peristaltik usus.
2. Pengkajian persistem
a. Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan :
meningkat,
efusi
pleura
abdomen
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi , tekanan darah, hipertensi ringan bisa dijumpai.
karena
distensi
c. Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d. Sistem perkemihan.
hematuri, proteinuria, oliguri.
e. Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps ani
f. Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g. Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h. Sistem endokrin
Dalam batas normal
i. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
3. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan berhubungan
dengan
yang
menurun.
d. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang
asing (dampak hospitalisasi).
e.
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan berhubungan
dengan
: perawatan
mulut
menyejukan,
meminyaki,
dan
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Gejala-
gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang
paling sering ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi. Tujuan
utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan
kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal,
Meningkatkan fungsi ginjal.
Sedangkan nefrotik sindrom adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.
Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi
glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun. Edema merupakan gejala utama penyakit nefrotik sindrom. Tujuan
pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya.
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C. L., dan Sowden, L. A. (2000) Buku Saku Keperawatan
Pediatrik, Ed 3. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2003) Medical Surgical Nursing (Perawatan
Medikal Bedah). Jakarta : EGC
Doengoes, M. E., et. al, (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC
Donna L, Wong (2004) Pedoman Klinis Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC
Mansjoer, A, dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2.
Jakarta : Penerbit Media Aesculapius
Naga, S. S. (2012) Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam.
Jogjakarta : DIVA pres
Price, Sylvia A, (2010) Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit, ed 6. Jakarta : EGC
Putri,
T.
(2009)
Nefrotik
sindrom.
Diperoleh
dari