Referat - Bang Mahdi Sabi (Edit Bang Mahdi) Akhir Fix
Referat - Bang Mahdi Sabi (Edit Bang Mahdi) Akhir Fix
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup primer.
Glaukoma akut adalah keadaan dimana terjadi aposisi iris dengan jalinan
trabekula pada sudut bilik mata. Saat iris terdorong ke depan maka aliran aqueous
humor akan terhambat, keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Pada glaukoma fungsi mata akan melemah akibat terjadinya cacat
lapang
pandang
dan
kerusakan
anatomi
berupa
ekstravasasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan
mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus
siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli
anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork.
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus
siliaris yang membentuk aqueous humor. Prosesus siliaris memiliki dua lapis
epitel, yaitu lapisan berpigmen dan tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang
tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai tempat produksi aqueous humor.
Sudut kamera okuli anterior, yang dibentuk oleh pertautan antara kornea
perifer dan pangkal iris, merupakan komponen penting dalam proses pengaliran
aqueous humor. Struktur ini terdiri dari schwalbes line, trabecular meshwork dan
scleral spur.
Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman yang tersusun atas
lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik (Riordan-Eva, 2009).
Trabecular meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork (bagian
paling
dalam),
corneoscleral
meshwork
(lapisan
terbesar)
dan
2,3 L/menit dan mengisi kamera okuli anterior sebanyak 250 L serta
kamera okuli posterior sebanyak 60 L. Komposisi aqueous humor, yaitu
terdiri dari 99,9% air dan 0,1% bahan padat. Bahan padat tersebut
meliputi protein (bahan koloid), bahan non koloid (glukosa, urea, asam
askorbat, asam laktat, inositol, Na+, K+, Cl-, dan HCO3-), serta oksigen.
Komposisi aqueous humor pada kamera okuli anterior dan kamera okuli
posterior memiliki perbedaan, yaitu HCO3- pada aqueous humor di
kamera okuli posterior berjumlah lebih banyak, Cl- pada aqueous humor
di kamera okuli posterior berjumlah lebih sedikit, dan asam askorbat
pada aqueous humor di kamera okuli posterior berjumlah sedikit lebih
banyak.
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Plasma, Aqueous Humor, dan
Vitreous Humor
Komponen
Plasma
Aqueous Humor
Vitreous Humor
(mmol/kg H2O)
Na
Cl
HCO3
Asam Askorbat
Glukosa
146
109
28
0,04
6
163
134
20
1,06
3
144
114
20-30
2,21
3,4
b.
berpigmen
mengakibatkan
menghasilkan gradien
pergerakan komponen
osmotik
plasma
yang
lainnya
ke
5) Variasi postural
berhubungan
dengan
penurunan
tekanan
intraokular,
provokatif
dengan
meminum
air)
berhubungan
dengan
IV.3 Etiologi
terhadap
aliran
aqueous,
dan
tekanan
vena
episklera.
10
penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi darah yang buruk), atau riwayat
kecelakaan pada mata sebelumnya.
IV.5 Klasifikasi
Klasifkasi glaukoma secara umum menurut Vaughan adalah sebagai berikut.
1. Glaukoma primer, tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
-
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
Rubeosis
3. Glaukoma kongenital
-
primer
sudut
terbuka
adalah
glaukoma
yang
11
Glaukoma Sekunder
12
Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama
dengan gejala klinis adanya mata berair berlebihan, peningkatan diameter
kornea (buftalmos), kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau
robeknya membran descemet, fotofobia, peningkatan tekanan intraokular,
peningkatan kedalaman kamera okuli anterior, dan pencekungan diskus
optikus.
V.2 Epidemiologi
13
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun
dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia dengan usia puncak 60-70
tahun. Ras kaukasian, mongoloid, dan asia tenggara memiliki insidensi yang
tinggi terhadap Primary Angle Closure Glaucoma (PCAG). Riwayat glaukoma
akut pada keluarga meningkatkan insidensi sebanyak 3,5-6 kali. Perbandingan
wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut
tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil
dan struktur bilik mata anterior lebih padat sehimgga meningkatkan rIsiko
glaukoma akut.
V.3 Etiologi
Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokular secara
mendadak yang dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior
oleh iris perifer sehingga menyumbat aliran aqueous humor dan menyebabkan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat dan menimbulkan nyeri hebat.
V.4 Patofisiologi
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schlemm, baji
sklera, garis schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis schwalbe
yang merupakan akhir perifer endotel dan membran desemet, kanal schlemm yang
menampung cairan mata kesalurannya.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya aqueous humor
oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabecular meshwork.
Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang,
kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata
depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal schlemm dan melalui
saluran ini keluar dari bola mata.
Pada glaukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan trabekular,
sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokular meningkat
14
karena adanya hambatan aliran aqueous humor akibat kelainan mikroskopis pada
jalinan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan
intraokular meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik
mata sehingga aliran aqueous humor terhambat saat menjangkau jalinan
trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit.
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut
terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea sehingga sudut bilik
mata depan tidak tertutup dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Hal ini
merupakan perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma
sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka
keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma
sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup primer.
Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal
dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila
penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi,
ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut
tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut
tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup kreeping.
Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit
akan berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja,
terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0-4,5mm) yang dapat
memungkinkan terjadinya blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi sudut
tertutup. Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraokular lebih tinggi di
bilik mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat
tekanan intraokular di bilik mata belakang semakin bertambah sehingga
konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal dg iris bombe, yang
membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan sudut
bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokular meningkat secara drastis akibat
15
sudut tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut. Mekanisme lain yang
dapat menyebabkan glaukoma akut adalah plateau iris dan letak lensa lebih ke
anterior. Pada keadaan tersebut juga sering terjadi blok pupil.
Gambar 9. Glaukoma tudut tertutup pupillary block (A) dan iris bombe (B)
V.5 Gejala dan Tanda
Nyeri hebat pada mata berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur.
Nyei dapat merambat ke cabang nervus V, yaitu ke rahang atas dan bawah. Visus
turun mendadak menyebabkan penglihatan kabur. Terdapat halo disekitar mata
pasien yaitu sensasi seperti melihat pelangi di mata. Terdapat gejala konstitusional
yaitu mual-muntah, sakit kepala. Mata merah dengan kelopak mata yang bengkak.
Terdapat riwayat serangan glaukoma sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan
palpebra bengkak, konjungtiva kemosis dan terdapat injeksi konjungtiva, pupil
semidilatasi, kornea suram dan edema serta tidak sensitif, bilik mata depan
dangkal, sudut bilik mata tertutup, iris sembab dan meradang, peningkatan
tekanan intraokular, papil saraf optik hiperemis dan edema serta terdapat defek
lapang pandang.
Gambar 10. Gambaran mata pasien dengan glaukoma akut. Tampak injeksi
siliar, pupil middilatasi, serta kornea keruh
16
V.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan status umum dan
oftalmologis, serta penunjang.
a. Ananmnesis
-
b. Slit-lamp Biomikroskopi
-
c. Tonometri Schiotz
Tekanan intraokular sangat meningkat (50-100 mmHg).
d. Funduskopi
Funduskopi digunakan untuk melihat penggaungan (cupping)
nervus optikus, atrofi nervus optikus, diskus optikus, dan mengukur rasio
cekungan-diskus (cup disc ratio/CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika
ternyata melebihi 0,4 karena hal tersebut menunjukkan peningkatan
tekanan intraokular yang signifikan, serta asimetri CDR antara dua mata
0,2 atau lebih. Keadaan tersebut terjadi akibat tekanan intraokular yang
tinggi menekan bagian tengah papil sehingga terjadi gangguan nutrisi
papil.
17
e. Gonioskopi
Gonioskopi digunakan untuk menilai lebar-sempitnya sudut bilik
mata depan yang dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekular. Dengan gonioskopi dapat
dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, serta
dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke depan.
Pemeriksaan ini berhubungan penting pada aliran keluar aqueous humor.
Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan
oblik bilik mata depan dengan sebuah senter tangan atau dengan
pengamatan kedalaman bilik mata depan perifer dengan slitlamp, tetapi
sebaiknya
ditentukan
dengan
gonioskopi,
yang
memungkinkan
Hal
ini
penting
dilakukan
untuk
mendiagnosis
dan
18
19
V.7 Klasifikasi
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat
pergeseran diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di
segmen posterior mata.
b. Subakut
Glaukoma dengan gejala klinis nyeri unilateral berulang dan mata
tampak kemerahan.
c. Kronik
Glaukoma dengan gejala klinis terdapat peningkatan tekanan
intraokular, sinekia anterior perifer meluas.
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman
kamera anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit
karena insersi iris secara kongenital terlalu tinggi.
V.8 Diagnosis Banding
a. Iritis akut, menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma.
Tekanan intraokular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan
kornea biasanya tidak edematosa. Di kamera anterior tampak jelas sel
sel dan terdapat injeksi siliaris dalam.
b. Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat
gangguan penglihatan. Terdapat sekret purulen atau mukopurulen dan
konjungtiva yang meradang hebat tetapi tidak terdapat injeksi siliaris.
Respon pupil dan tekanan intraokular normal, serta kornea jernih.
c. Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen
posterior mata. Hal ini dapat dijumpai pada sumbatan vena retina
20
Glaukoma
Konjungtivitis
Iritis Akut
Akut
Akut
Insidensi
Jarang
Sangat sering
Sering
Sekret
Tidak ada
Sedang s.d
Tidak ada
banyak sekali
Tajam Penglihatan
Sangat kabur
Sedikit kabur
pada
penglihatan
Nyeri
Berat
Tidak ada
Sedang
Injeksi Konjungtiva
Terutama
Difus, lebih ke
Terutama
sirkumkorneal
arah forniks
sirkumkorneal
Kornea
Berkabut
Jernih
Biasanya jernih
Ukuran Pupil
Dilatasi sedang
Normal
Kecil
dan terfiksasi
Respon Cahaya Pupil
Tidak ada
Normal
Buruk
Tekanan Intraokular
Meningkat
Normal
Normal
Sediaan Apus
Tidak ada
Organisme
Tidak ada
organisme
penyebab
organisme
21
V.9 Komplikasi
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekia anterior) sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera
anterior yang memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan
saraf optikus sering terjadi.
V.10 Penatalaksanaan
Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnosis ditegakkan
sebelum serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan
intraokular. Dapat dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air untuk
mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Dapat pula diberikan
inhibitor karbonik anhidrase (misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dalam
bentuk oral 500 mg/1000mg). Tetes mata pilokarpin menyebabkan pupil mengecil
sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol
tekanan intraokular bisa diberikan tetes mata beta bloker (Timolol 0.5% atau
betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa
antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah suatu
serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik anhidrase
biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan
biasanya diberikan manitol intravena.
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi
aqueous humor dan meningkatkan sekresi dari aqueous humor sehingga dapat
menurunkan tekanan intraokular sesegera mungkin. Obat-obat yang dapat
digunakan, yaitu :
a.
22
c.
d.
Miotik, Midriatik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma
sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau.
Dilatasi pupil penting dalam penutupan sudut akibat iris bombe karena
sinekia posterior. Apabila penutupan sudut diakibatkan oleh pergeseran
lensa ke anterior, atropine atau siklopentolat bisa digunakan untuk
melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis.
Bila tidak dapat diobati dengan obat-obatan, maka dapat dilakukan tindakan
intervensi bedah, yaitu sebagai berikut.
a.
23
Dilakukan
untuk
mengangkat
sebagian
iris
untuk
Trabekulektomi
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui
sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah
(half-thickness) sklera dengan engsel di limbus. Satu segmen jaringan
trabekula diangkat, flap sklera ditutup kembali, dan konjungtiva dijahit
rapat untuk mencegah kebocoran aqueous humor. Trabekulektomi
meningkatkan aliran keluar aqueous humor dengan memintas struktur
pengaliran yang alamiah. Ketika cairan mengalir melalui saluran baru ini,
akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan
konjungtiva. Persiapan sebelum operasi yaitu pembahasan ditujukan
untuk memperbaiki penglihatan dan biasanya dikerjakan secara
berencana, kecuali pada kasus-kasus yang tidak biasa, misalnya lensa
hipermatur yang sejak awal telah memberikan ancaman terjadinya ruptur.
Indikasi dilakukannya trabekulektomi, yaitu pada keadaan glaukoma akut
yang berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer.
Komplikasi yang dapat terjadi setelah trabekulektomi meliputi hipotoni
24
V.11 Pencegahan
Gambar 13. Trabekulektomi
Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan pada orang yang telah
berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala
secara teratur setiap 3 tahun. Bila terdapat riwayat glaukoma pada keluarga maka
lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan
lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya
glaukoma. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata, bila mata merah,
sakit kepala berat, serta memiliki keluarga yang pernah mengidap glaukoma.
V.12 Prognosis
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah
terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi
kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat
mengakibatkan buta permanen.
25
26
27
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang. Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan
intraokular yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi aqueous humor
oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran aqueous humor di daerah
sudut bilik mata atau di celah pupil.
Glaukoma dibagi menjadi glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma
kronis), glaukoma sudut tertutup primer (sempit/akut), glaukoma sekunder, dan
glaukoma kongenital (glaukoma pada bayi). Glaukoma sudut tertutup primer
terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer sehingga menyumbat aliran aqueous humor dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat. Glaukoma sudut tertutup primer/glaukoma
akut merupakan kegawatdaruratan mata sehingga harus segera ditangani dalam
24-48 jam. Prinsip dari pengobatan glaukoma sudut tertutup primer/glaukoma
akut, yaitu untuk mengurangi produksi aqueous humor dan meningkatkan sekresi
dari aqueous humor sehingga dapat menurunkan tekanan intraokular sesegera
mungkin. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi, maka kecil
kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat
ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.
28
DAFTAR PUSTAKA
IS.
2002.
Aqueous
Humor
Dynamics.
http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf.
8. Cibis GH, Beaver HA, Jhons K, Kaushal S, Tsai JC, dan Beretska JS. 2007.
Trabecular Meshwork. In: Tanaka S, ed. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Singapur: American Academy of Ophthalmology. p. 54-59.
9. Doshi AB, Liu JHK, Weinreb RN. 2010. Glaucoma is a 24/7 Disease. In:
Schacknow PN, Samples JR., ed. The Glaucoma Book. USA: Springer. p. 5558.
29