BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cooperation penelitian merupakan salah satu kurikulum yang ada di jurusan S1
Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Selain itu, kegiatan tersebut
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang belum pernah diajarkan di
bangku kuliah. Sehingga dengan adanya cooperation penelitian ini diharapkan mahasiswa
setelah lulus kuliah mampu menyelaraskan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di
kuliah dengan aplikasi praktis di dunia kerja.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi,
industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan
penukaran informasi antara masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan
tinggi dan penggunaan di lembaga penelitian.
Sesuai dengan kurikulum jurusan Fisika bidang minat Geofisika ITS, yaitu adanya
mata kuliah cooperation penelitian (2 SKS), maka kami memilih BMKG sebagai salah satu
lembaga yang diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan jurusan Fisika ITS. Di mana
bentuk kerjasama ini berupa pengiriman wakil mahasiswa Fisika untuk melaksanakan
cooperation penelitian. Selain itu, kami memilih BMKG karena lembaga ini juga bergerak
di bidang kebumian yang memiliki keterkaitan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang
kami peroleh di bangku kuliah khususnya pada mata kuliah seismologi. Selain itu, dengan
adanya kerjasama ini, maka diharapkan nantinya kami juga dapat mempraktekkan
pengetahuan yang sudah didapat di bangku perkuliahan dan pihak BMKG dapat memberi
pengetahuan tambahan atau menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada bersama dengan
mahasiswa yang sedang melakukan cooperation penelitihan.
Penelitian tentnag penentuaan letak hiposenter pada gempa bumi sangat perlu
dilakukan hal ini disebakan estimasi yang dilakukan secara real time yang diberikan oleh
BMKG dinilai masih kurang. Hal ini disebabkan penentuan letak hiposenter lakukan
semata-mata untuk memberikan informasi sesegera mungkin kepada masyarakat dan masih
menggunakn model kecepatan 1 dimensi yang bersifat global. Sehingga pada cooperation
penelitian ini dilakukan relokasi hiposenter gempa bumi dengan menggunakan velest33,
studi kasus : gempa bumi Sumatra Selatan.
1.2 Dasar Pemikiran
1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan
rohani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energy penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempenglempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Menurut teori elastic rebound, mekanisme sumber gempa bumi dapat dijelaskan
sebagai berikut, jika terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada
batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena batuan mempunyai sifat
elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang lama dan terusmenerus, maka daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan
akan mulai terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan secara
tiba-tiba sepanjang bidang sesar (fault) setelah itu batuan akan kembali stabil, namun
sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi. Pada saat batuan mengalami gerakan
Jurusan Fisika Bidang Minat Geofisika ITS Surabaya 5
yang tiba-tiba akibat pergeseran batuan, energi stress yang tersimpan akan dilepaskan
dalam bentuk getaran yang kita kenal sebagai gempa bumi.
2.2 Gelombang Gempa Bumi
Dalam peristiwa gempa bumi, batuan menunjukkan sifatnya sebagai padatan
elastik. Padatan elastik ini dapat menjalarkan berbagai fase gelombang sehingga dapat
mengakibatkan adanya pergerakan permukaan tanah setelah gempa terjadi. Ada dua tipe
gelombang elastik dasar, yaitu:
3. Gelombang yang mengakibatkan kompresi dan peregangan
material dalam arah perambatan gelombang.
4. Gelombang yang mengakibatkan pergeseran material elastik
dalam bidang tegak lurus arah perambatan gelombang
Macam gelombang di atas disebut sebagai gelombang P dan S. Gelombang P
merupakan gelombang primer yang merambat lebih cepat dan datang pertama kali serta
tajam (kandungan frekuensi yang lebih tinggi). Gelombang ini dapat merambat melalui
medium padat, cair dan gas. Kecepatan gelombang P dalam padatan kira-kira sekitar
1.8 sampai 7 km/s, dan periodenya terletak antara 5 sampai 7 detik. Gelombang S
merupakan gelombang sekunder atau transversal, dimana gelombang ini datang
setelah gelombang P dan ditandai dengan amplitudo yang lebih besar dari gelombang
P dan kandungan frekuensi yang lebih rendah, periodenya berada antara 11 sampai 13
detik. Gelombang S tidak dapat merambat pada medium gas atau cairan, sehingga
tidak ada gelombang S yang dapat merambat dalam inti bumi luar dan lautan.
Kedua fase gelombang ini dan turunan-turunannya (akibat dari transmisi, refraksi dan
konversi gelombang) merambat dengan sudut yang riil, yaitu sudut datang di bawah
0
90 .
(a)
(b)
(c)
Jurusan Fisika Bidang Minat Geofisika ITS Surabaya 6
(d)
Gambar 2.2 Gelombang Gempa Bumi:(a) Gelombang P, (b) Gelombang S, (c) Gelombang R,
(d) Gelombang L(USGS, 2012)
Kombinasi antara dua tipe gelombang kompresi dan geser di atas dengan sudut
datang yang kompleks (terjadi ketika transmisi dengan sudut bias di atas 900) dan di
tangkap di permukaan bumi disebut sebagai gelombang permukaan. Ada dua tipe
gelombang permukaan yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love. Gelombang
Rayleigh terdiri dari campuran gerakan kompresi dan gerakan transversal. Keduanya
bergerak lebih lambat dari gelombang P dan S, sehingga datang lebih lambat pula dan
mempunyai amplitudo yang besar dengan kandungan frekuensi yang rendah. Selain itu,
keduanya mempunyai amplitudo yang besar karena keduanya berjalan sepanjang
permukaan bumi (Santosa, 2002)
2.3 Parameter Gempa Bumi
Seiring dengan bertambahnya tingkat peradaban ilmu, muncul kajian-kajian
khusus tentang gempa bumi, dampak yang timbul akibat gempa bumi, deskripsi gempa
bumi secara teoritis melalui pemodelan maupun pemanfaatan informasi yang
diindikasikan oleh gempa bumi hingga kajian tentang parameter- parameter yang dapat
disimpulkan dari penjalaran gelombang- gelombang tersebut (Garland,1979).
Parameter gempa yang dikenal saat ini ada 4, yaitu:
1. Waktu terjadinya gempa bumi (origin time)
2. Lokasi pusat gempa bumi (episenter)
3. Kedalaman pusat gempa bumi (depth)
4. Kekuatan gempa bumi (magnitudo)
Episenter dan kedalaman dari suatu gempa bumi sering disebut sebagai
hiposenter gempa bumi.(Susilawati,2008)
2.4 Episenter Gempa Bumi
Dalam seismologi, yang merupakan ilmu yang mempelajari gempa bumi dan
struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang didapatkan dari
gempa bumi atau sumber lain, terdapat beberapa istilah. Diantaranya adalah hiposenter dan
episenter. Hiposenter merupakan pusat gempa dalam bumi dan episenter adalah proyeksi
hiposenter ke permukaan bumi. Berdasarkan lokasi episenternya, secara umum gempa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Gempa bumi dekat atau lokal
Merupakan gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun pencatat tidak lebih dari
beberapa ratus kilometer sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan
(Gunawan,1985). Gempa lokal dimanfaatkan untuk menyelidiki struktur permukaan
bumi.
2. Gempa bumi jauh atau teleseismik
Merupakan gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun pencatat lebih dari 1000
kilometer (Sumner, 1970). Kategori gempa inilah yang memegang peranan penting
dalam penentuan struktur bagian dalam bumi. Banyak metode yang telah dilakukan oleh
ahli seismologi untuk menentukan episenter maupun hiposenter dari gempa bumi yaitu
dengan metode lingkaran, metode hiperbola, metode bola, metode tripartit, metode
Geiger dan lain sebagainya (Susilawati,2008).
2.5 Kedalaman Gempa Bumi
Gempa bumi dapat terjadi di antara permukaan bumi sampai 700 km di bawah
permukaan. Gempa bumi pada rentang kedalaman 0 700 km dibagi menjadi 3 daerah
yaitu dangkal, menengah dan dalam. Gempa bumi dangkal adalah gempa pada kedalaman
0 70 km. Gempa bumi menengah pada kedalaman 70 300 km dan gempa bumi dalam
pada kedalaman 300 700 km.
Kedalaman dari suatu gempa dapat diketahui melalui seismogram yaitu melalui
rekaman gelombang permukaannya. Walaupun pola gelombang permukaan tidak selalu
mengindikasikan jenis gempa bumi berdasarkan kedalamannya, namun metode yang
paling akurat untuk menentukan titik fokus dari gempa bumi adalah dengan membaca
rekaman fase pada seismogram. Fase untuk kedalaman adalah karakteristik fase pP, refleksi
gelombang P dari permukaan bumi pada suatu titik di dekat. Pada jarak stasiun
seismogram, pP mengikuti gelombang P yang interval waktunya berubah secara perlahan
terhadap jarak tetapi berubah cepat terhadap kedalaman. Interval waktu ini, pP P (pP
minus P) , digunakan untuk menghitung kedalaman fokus. Dengan menggunakan
perbedaan waktu antara pP dan P yang terbaca pada seismogram dan jarak antara episenter
dan stasiun seismograf, kedalaman gempa bumi dapat ditentukan dari kurva travel time
atau tabel kedalaman.
Gelombang gempa lain yang digunakan untuk menentukan focal depth adalah fase
sP, refleksi dari gelombang S sebagai gelombang P dari permukaan bumi pada titik dekat
episenter. Gelombang ini terekam setelah pP, kira-kira 1,5 kali interval waktu pp-P.
Kedalaman gempa bumi dapat ditentukan dari fase sP dan dengan cara yang sama seperti
dengan menggunakan gelombang pP yaitu dengan menggunakan kurva travel time dan
tabel kedalaman untuk sP. Jika gelombang pP dan sP dapat diidentifikasi pada seismogram,
focal depth dapat ditentukan secara akurat.
BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
3.1
1)
2)
3)
4)
5)
Pengambilan Data
Dalam melakukan relokasi hiposenter, data yang digunakan antara lain :
Data sinyal gempa bumi.
Data hiposenter yang meliputi data koordinat (longitude, latitude), kedalaman,
magnitudo dan waktu terjadinya gempa.
Data stasiun yang meliputi nama stasiun, koordinat stasiun (longitude, latitude)
serta ketinggian stasiun (altitude).
Data waktu tiba gempa di setiap stasiun.
Model kecepatan bumi 1-D.
3.2
Pengolahan Data
Data yang didapat dari proses ini adalah waktu datang gelombang P dan posisi
dari stasiun berupa nilai latittude dan longitude nya. Setelah mendapat data tersebut,
proses berlanjut dengan menggunakan software vellest33. Pada proses input file,
dimasukkan 3 jenis data, yaitu data stasiun yang meliputi nama stasiun dan letak stasiun,
model bumi berupa kedalaman dan kecepatan gelombang P dan fase gelombang P yang
meliputi nilai waktu datang gelombang datang P jenisnya. Setelah itu dilakukan running
terhadap data tersebut dan didapatkan output file berupa nilai hiposenter dari gempa
tersebut.
3.3
3.4
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain komputer PC atau
Laptop, software pendukung, dan peta geologi.
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
INPUT DATA
DATA STASIUN
DATA FASE
OUTPUT
PEMETAAN MENGGUNAKAN GMT
KESIMPULAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tahap Persiapan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 128 data gempa bumi yang terjadi di
Sumatra Barat dengan 1499 waktu tiba gelombang P yang terekam oleh 80 stasiun yang
didapatkan dari katalog BMKG. Data gempabumi diwilayah segmen sesar Sumatra Barat
dengan batas koordinat 4.3 LU - 5.6 LU dan 95 BT - 96.6 BT dengan magnitude antara 39.5 SR.Data diambil dari data katalog BMKG dengan interval waktu antara tahun 1-1-2014
30-12-2014. Jaringan stasiun pencatat yang digunakan untuk merelokasi gempabumi
sebanyak 80 Stasiun yang tersebar di wilayah pulau Sumatera.
Gambar 4.1 Peta persebaran hiposenter segmen Sumatra Barat selama tahun 2014
jurnal gempa BMKG ke inut data software velest33. Program ini berbasis Python yang
dibuat oelh Tri Deni R. dan Andersen P.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
Olon
negs
dmax
ittmax
Pada file ini juga dimasukan parameter input yang disimpan dalam file yang berbeda
namun saling berkaitan, yaitu :
1. modelfile
: pada baris ke-40 berisi parameter model kecepatan bumi. Ketik
nama file yang berisi model kecepatan lapisan bumi
2. stasiunfile
: pada baris ke-43 berisi parameter kordinat stasiun. Ketik nama file
yang berisi kordinat stasiun yang digunakan.
3. File with Earthquake data : pada baris ke-63 berisi parameter data gempa bumi.
Selanjutnya, buka aplikasi velest33. Parameter-parameter yang telah ditentukan akan
diproses secara otomatis dan didapatkan output data. Output data yang didapatkan :
1. main output
2. final relokasi hiposenter
3. koreksi stasiun.
4.3 Instal GMT
GMT (Generic Mapping Tools) adalah software yang dapat digunakan untuk
memetakan hasil relokasi gempa bumi sehingga hasil yang didapatkan dapat dibaca secara
visual.
Berikut cara install GMT pada windows,
1. Download file-file berikut :
- GMT di http://gmt.soest.hawaii.edu/projects/gmt/wiki/Download, sesuaikan
dengan Windows 32 bit atau 64 bit
- Ghostscript
di http://sourceforge.net/projects/ghostscript/?source=dlp ,
ghostcript diperlukan untuk menerjemahkan bahasa postscript
- GSview
di http://pages.cs.wisc.edu/~ghost/gsview/get50.htm ,
sesuaikan
dengan jenis OS, GSview diperlukan sebgai graphical interface dari Ghostscript
untuk Windows.
- Gawk di http://ftp.gnu.org/gnu/gawk/gawk-4.1.1.tar.gz , gawk diperlukan untuk
memproses data-data text files
2. Instal software GMT, klik next saja dan finish, setelah itu restart computer
3. Untuk memastikan GMT sudah terinstal dengan benar, command prompt dibuka (Windows
+ R, cmd), lalu ketikkan "psxy". Jika GMT sudah terinstal maka akan muncul pengertian
psxy dan opsi-opsi dari perintah psxy (psxy adalah salah satu tool di dalam GMT).
6. Untuk memastikan gawk sudah benar, buka command prompt, lalu ketikkan
"gawk". Jika sudah benar akan muncul opsi-opsi di gawk.
7. Pada C:\programs, diinstal software GSview yang sudah dicopy (pilih running pada
all program). Kemudian copy file Ghostscript ke folder C:\programs dan diinstal.
8. Selesai.
Untuk memastikan GMT telah dapat digunakan maka ketik "pscoast -JM15
-R120/122/-2/2 -Ggreen -Dh -Wthin -P > tes.ps" pada command prompt.
Jika sudah sesuai, maka di folder Users muncul file tes.ps. Buka file tersebut, maka
muncul peta yang dibuat.
Sebelum relokasi
Setelah relokasi
Relokasi dengan menggunakan software velest memberikan hasil yang cukup berbeda
dengan data hiposenter awal. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.15. hasil plot kordinat
hiposenter setelah dilakukan relokasi dan data sebelum relokasi.
Program velest merupakan program relokasi hyposenter gempa dengan menghitung
beberapa waktu tiba gelomba P dari berbagai stasiun kemudian menghitungnya dengan
menggunakan metode joint hyposcenter determination. Dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan velest ini didapatkan hasil relokasi kordinat gempa yang dapat dilihat pada
tabel 1 dan gambar 1. Warna kuning menunjukan data setelah relokasi dan warna merah
menunjukan data awal sebelum relokasi.
Sebaran episenter setelah direlokasi masih belum cukup menunjukan perbedaan yang
signifikan dengan persebaran episenter sebelum direlokasi. Hal ini disebabkan masih perlu
data stasiun yang lebih banyak dan juga model kecepatan bumi secara local pada wilayah
Sumatra.
kedalaman (km)
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Gambar 4.13 model kecepatan bumi hasil relokasi
Selain itu juga didapatkan data eatimasi model kecepatan gelombang yang menjalar
dibawah permukaan. Lihat gambar 4.17. Kecepatan gelombang akan semakin besar seiring
dengan kedalaman yang bertambah. Hal ini dapat terjadi karena semakin dalam maka akan
semakain padat formasi tersebut sehingga kelombang akan lebih cepat menjalar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Persebaran gempabumi pasca relokasi menggunakan metode JHD pada
software Velest33 menunjukkan kecenderungan event gempabumi berkumpul
pada garis segmen sesar dan sebagian besar kedalaman hiposenternya
mengalami kenaikan.
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program velest33
mampu mengestimasi hiposenter dengan lebih akurat dengan menggunakan
metode JOINT HIPYPOCENTER DETERMINATION.
5.2 Saran
Analisis kegempaan dengan relokasi menggunakan Velest33 masih perlu
dilakukan banyak koreksi, salah satunya model kecepatan bumi yang lebih akurat
sangat dibutuhkan dalam proses relokasi. Selain itu jumlah event yang teramati masih
perlu ditambahkan agar hasil peneitian mampu memperlihatkan zona sesar yang lebih
teliti. Analisis lanjutan seperti proses inversi untuk melihat zona sesar juga bisa
ditambahkan agar penilitan melihatkan hasil yang lebih akurat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, KUNNI. 2014. relokasi gempa menggunakan joint hypocenter determination. Brawijaya: Malang.
SRI, Heru. 2012. Geologi sumatra.
St.onge. 2011. Akaike Information Criterion Applied to Detecting First Arrival Times on Microseismic Data.
CWLS Convention
Raga. 2012.raga-bhumi.blogspot.com
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (www.bmkg.go.id)
Douglas, A., Browers, D., and Young, J.B., 1997. On the onset of P seismograms, J. Geophys. Int. 129, 681
690.
Engdahl, E. R., van der Hilst, R. D. and Buland, R.P. (1998). Global teleseismic earthquake relocation with
improved travel times and procedures for depth determination, Bull. seism. Soc. Am., 88, 722-743.
Gunawan. 1985. Penentuan Hiposenter dan Origin Time Gempa Lokal Dengan Metode Geiger. Thesis.
UGM.
Kennett, B.L.N., Engdahl, E.R., and Buland, R., 1995. Constraint on Seismic Velocities in the Earth from
Traveltimes. Geophys. J. Int., Vol. 122, 108 -124.
Okada, Y., 1992. Internal Deformation Due to Shear and Tensile Faults in a Half-Space. Bull.Seismo.
Soc. Am., Vol.82, No. 2, 1018-1040.
Rohadi, Supriyanto, Sri Widiyantoro, Andri Dian Nugraha dan Masturyono., 2012.Relokasi hiposenter
gempa di Jawa Tengah menggunakan inversitomografi Double Difference simultandan data dari
katalog MERAMEX.JTM XVIII, 2/2012.
Rohadi, Supriyanto, Sri Widiyantoro, Andri Dian Nugraha dan Masturyono., 2012. PencitraanStruktur 3D
Kecepatan Gelombang SeismikMenggunakan Metode Tomografi DoubleDifference dan Data
Gempa DiJawa Tengah. JTM, XIX.
Sahara, D.P., 2009. Pengembangan dan Aplikasi Metode Double Difference dengan Analisis Multiplet
Clustering untuk Penentuan Lokasi Hiposenter yang Akurat: Studi Kasus Gunung Kelud. Tugas
Akhir Sarjana, ITB, Bandung.
Waldhauser, F. and Ellsworth, W.L., 2000. A Double-difference Earthquake Location Algorithm: Method
and Application to the Northern Hayward Fault, California. Bull. Seismo. Soc. Am. Vol. 90,
1353-1368.
Widiyantoro, S. and van der Hilst, R. D. (1997). Mantle structure beneath Indonesia inferred from highresolution tomographic imaging, Geophysical Journal International, 130, 167-182.
LEMBAR PENGESAHAN
1. JUDUL KERJA PRAKTEK : RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI
DENGAN MENGGUNAKAN VELLEST33. STUDI KASUS : GEMPA BUMI
SUMATRA SELATAN
2. Mahasiswa 1 :
a. Nama Lengkap
: Saifuddin Kahfi
b. NIM
: 0861111 100 037
Mahasiswa 2 :
b. Nama Lengkap
: Muhamad Aris Burhanudin
c. NIM
: 1112 100
3. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap
: Prof. Dr. Rer. Nat. Bagus Jaya Santosa, S.U
b. NIDN
:
c. Alamat Rumah
: Sutorejo selatan 9/23, Surabaya 60113
d. No. Telp/ HP
: 088803042017
Surabaya, Desember 2015
Hormat kami,
Pemohon I,
Pemohon II,
Saifuddin Kafi
NRP. 1111 100 037
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika FMIPA
Menyetujui,
Dosen Pebimbing