TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menurut Kemenkes RI tahun 2012, klasifikasi dibagi atas kelompok usia yaitu,
usia < 2 bulan dan 2 bulan-5 tahun. Pada usia < 2 bulan terbagi atas :
a. Batuk Bukan Bronkopneumonia
Batuk bukan bronkopneumonia ditandai dengan tidak adanya tarikan
dinding dada kuat dan tidak ada nafas cepat (<60 x/m)
b. Bronkopneumonia Berat
Bronkoneumonia berat ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam yang kuat (TTDK) atau adanya nafas cepat (>60 x/m)
18
a. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia ditandai dengan batuk, sulit nafas, takipneu dan tanpa
tanda bronkopneumonia berat.
b. Bronkopneumonia berat
Bronkopneumonia berat ditandai dengan tanda bronkopneumonia dan
minimal 1 tanda .perkembangan dinding dada rendah, nafas cuping
hidung, atau dengkur saat ekspirasi.
19
2.2. Etiologi
20
2.3. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun.
2.4. Patofisiologi
Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas. Mulamula terjadi edema karena reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan
udema dan ditemukannya kuman di alveoli.
Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang berupa
edema dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN.
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediatormediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
21
22
Gambar 1. tampak alveolus terisi sel darah merah dan sel sel inflamasi
(netrofil)
3. Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
23
4. Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula
24
biak pada permukaan sel mukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2 pada
metabolismenya maka yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi lapisan
mukosa, udema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran
nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat antara 24 28
jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang cukup luas (Noenoeng, 2000)
25
26
2.6. Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan
infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam
tinggi terus-menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada
anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala
non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau
kembung. Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen
disertai muntah.
2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok
umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding
dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan
retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat
dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi.
Pedoman klinis membedakan penyebab pneumonia, sebagai berikut :
27
Pemeriksaan
Bakteri
Virus
Mikoplasma
Umur
Berapapun, bayi
Berapapun
Usia sekolah
Awitan
Mendadak
Perlahan
Tidak nyata
Sakit serumah
Tidak
Ya, bersamaan
Ya, berselang
Batuk
Produktif
nonproduktif
kering
Gejala penyerta
Toksik
Mialgia, ruam,
Anamnesis
organ bermukosa
tenggorok
Fisik
Keadaan umum
Klinis temuan
Demam
Umumnya 39C
Auskultasi
Ronkhi , suara
Ronkhi bilateral,
Ronkhi
Napas melemah
Difus, mengi
mengi. 14
unilateral,
28
: 60 x/menit
: 50 x/menit
: 40 x/menit
: 28 x/menit
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis
hingga > 15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada
hitung jenis. Lekosit > 30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke
pneumonia streptokokus. Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia
bakterial. Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus. Biakan
darah merupakan cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-15%
kasus terutama pada anak- anak kecil.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk
menentukan lokasi anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling
sering dijumpai, terutama pada pasien bayi. Pada bronkopneumonia
bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Jika
difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia
29
bakteri
atipik.
mengkonfirmasi diagnosis.
Peningkatan
IgM
dan
IgG
dapat
30
d. Pemeriksaan mikrobiologi
Diagnosis terbaik adalah
berdasarkan etiologi,
pemeriksaan
spesimen
mikrobiologi
usap
yaitu dengan
tenggorok,
sekresi
2.7. Tatalaksana
Penatalaksaan umum
-
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah 60 torr
31
Penatalaksanaan khusus
-
32
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (2472 jam pertama) menurut kelompok usia.
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
-
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
33
diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang
menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
2.9 Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini
pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa
kanak-kanak dapat di turunkan sampai kurang 1 % dan sesuai dengan kenyataan
ini morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah. Anak dalam keadaan
malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang
lebih tinggi.
34
Pada anak
Distress pernapasan
Grunting
35
2.11 Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri
dalam rongga thorax (sepert i efusi pleura, empiema dan perikardit is)
atau penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan
osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Otitis media akut terjadi bila tidak diobati maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara
ketelinga tengah dan mengakibatkan hampa udara kemudian gendang
telinga akan tertarik ke dalam timfus efusi.