paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit saluran udara obstruktif kronis (PSUOK),
adalah sejenis penyakit paru obstruktif yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang
kronis. Biasanya, kondisi ini akan bertambah buruk seiring dengan waktu. Gejala utamanya
antara lain adalah sesak napas, batuk, dan produksi sputum/lendir.[1] Kebanyakan
penderita bronkitis kronis juga menderita PPOK.[2]
Merokok tembakau adalah sebab paling utama dari PPOK, dan juga beberapa faktor lainnya
seperti polusi udara dan genetik yang turut berperan kecil.[3] Di negara-negara berkembang,
salah satu sumber polusi udara biasanya adalah api untuk memasak dan pemanas yang
berventilasi buruk. Jika terpapar penyebab iritasi ini dalam jangka waktu lama, akan
mengakibatkan reaksi inflamasi di paru-paru yang menyebabkan penyempitan saluran udara
dan rusaknya jaringan paru yang disebut sebagai emfisema.[4] Diagnonis ini adalah berdasarkan
terbatasnya aliran udara saat diukur dengan tes fungsi paru.[5] Berbeda dengan asma,
berkurangnya aliran udara tidak membaik secara signifikan ketika dilakukan pengobatan.
PPOK dapat dicegah dengan mengurangi peluang terpapar penyebab-penyebab yang telah
diketahui. Hal ini termasuk upaya untuk mengurangi rokok dan memperbaiki kualitas udara di
dalam dan luar ruangan. Penanganan PPOK terdiri dari: berhenti
merokok, vaksinasi, rehabilitasi, serta sering menghirup bronkodilator dan steroid. Sebagian
orang ada yang merasakan perbaikan karena terapi oksigen jangka panjang atau pencangkokan
paru.[4] Bagi mereka yang mengalami periode bertambah parah akut, mungkin perlu
meningkatkan penggunaan obat-obatan dan perawatan di rumah sakit.
Di dunia, PPOK mempengaruhi 329 juta orang atau hampir 5% dari populasi. Pada 2012, PPOK
menjadi penyebab kematian nomor tiga, membunuh lebih dari 3 juta orang.[6] Angka kematian ini
diperkirakan akan meningkat karena meningkatnya jumlah perokok dan populasi manula di
banyak negara.[7] Hasilnya adalah kerugian ekonomi sekitar 2,1 triliun dolar pada 2010.[8]
Daftar isi
[sembunyikan]
1.1Batuk
1.2Sesak Napas
1.3Gejala lainnya
1.4Eksaserbasi
2Penyebab
o
2.1Rokok
2.2Polusi udara
2.4Genetis
2.5Lain-lain
2.6Eksaserbasi
3Patofisiologi
4Diagnosis
o
4.1Spirometri
4.2Keparahan
4.3Tes-tes lain
4.4Diagnosa diferensial
5Pencegahan
o
5.1Berhenti Merokok
5.2Kesehatan kerja
5.3Polusi udara
6Manajemen
o
6.1Latihan
6.2Bronkodilator
6.3Kortikosteroid
6.4Pengobatan lain
6.5Oksigen
6.6Bedah
6.7Eksaserbasi
7Prognosis
8Epidemiologi
9Sejarah
11Riset
12Hewan Lain
13Referensi
14Referensi lainnya
15Pranala luar
Gejala paling umum dari PPOK adalah produksi sputum, sesak napas dan batuk yang produktif.
[9]
Gejala-gejala ini muncul dalam jangka waktu yang lama[2] and dan biasanya bertambah parah
seiring waktu.[4] Tidak jelas apakah terdapat jenis-jenis PPOK yang berbeda. [3] Meski sebelumnya
dibagi menjadi emfisema dan bronkitis kronis, emfisema hanya merupakan gambaran dari
perubahan kondisi paru dan bukan penyakit itu sendiri, dan bronkitis kronis hanya merupakan
gambaran gejala yang mungkin timbul atau tidak timbul pada penderita PPOK. [1]
menggunakan stetoskop.[16] Dada barel adalah tanda khusus dari PPOK, tapi bukan hal yang
umum.[16] Posisi tripoddapat terjadi saat penyakit bertambah parah.[2]
PPOK lanjutan akan menjadi tekanan tinggi pada arteri paru, yang menekan ventrikel kanan
jantung.[4][17][18] Situasi ini disebut sebagai kor pulmonale, dan akan menjadi
gejala pembengkakan kaki[9] dan pembengkakan vena leher.[4] PPOK merupakan penyebab lebih
umum dari kor pulmonale dibandingkan dengan penyakit paru lainnya.[17] Kor pulmonale semakin
jarang terjadi sejak penggunaan suplemen oksigen.[2]
PPOK sering terjadi bersamaan dengan beberapa kondisi lain, sebagian karena faktor risiko
yang sama.[3] Kondisi ini termasukpenyakit jantung iskhemik, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, penyusutan otot, osteoporosis, kanker paru, gangguan keresahan dan depresi.[3] Bagi
mereka yang menderita penyakit ini secara kronis, perasaan selalu letih adalah hal yang umum.
[9]
Kuku jari bengkak bukan semata-mata gejala PPOK dan harus segera diselidiki akan
kemungkinan kanker paru.[19]
Persentase wanita perokok tembakau pada akhir 1900-an dan awal 2000-an
Persentase pria perokok tembakau pada akhir 1900-an dan awal 2000-an. Perhatikan bahwa skala yang
digunakan untuk wanita berbeda dari pria. [22]
Faktor risiko terbesar dari PPOK secara global adalah merokok tembakau.[1] Dari semua
perokok, 20% diantaranya akan menderita PPOK,[23] dan setengah dari para perokok seumur
hidup akan menderita PPOK.[24] Di Amerika Serikat dan Inggris, 80-95% dari mereka yang
menderita PPOK adalah perokok atau pernah menjadi perokok. [23][25][26] Kemungkinan terkena
PPOK akan meningkat seiring dengan paparan rokok total.[27] Kemudian, wanita lebih rentan
terhadap efek buruk dari rokok dibandingkan pria.[26] Bagi para non-perokok, merokok
pasif adalah penyebab dari 20% kasus PPOK.[25] Jenis-jenis rokok lainnya, seperti ganja, cerutu,
dan merokok dengan pipa, juga memiliki risiko.[1] Wanita yang merokok selama kehamilan akan
meningkatkan risiko terkena PPOK bagi anak mereka.[1]
Beberapa industri dan sumber telah terimplikasi, termasuk[29] tingkat debu yang tinggi di tambang
batu bara, tambang emas, dan industri tekstil katun, pekerjaan yang
melibatkankadmium dan isosianat, serta asap dari pengelasan.[31] Untuk profesi tertentu,
risikonya diramalkan setara dengan merokok setengah hingga dua bungkus rokok sehari.
[33]
Terpapar debu silika dapat pula menyebabkan PPOK, dengan risiko yang tak ada
hubungannya dengansilikosis.[34] Efek negatif dari terpapar debu dan terpapar asap rokok
sepertinya berdampak aditif atau lebih dari aditif.[33]
Eksaserbasi akut (gejala yang tiba-tiba memburuk)[37] biasanya dipicu oleh infeksi atau polutan
lingkungan, atau terkadang karena faktor-faktor lain seperti penggunaan obat-obatan yang
kurang tepat.[38] Infeksi merupakan sebab dari 50-75% kasus,[38][39] dengan bakteri dalam 25%,
virus dalam 25%, dan keduanya dalam 25% kasus.[40] Polutan lingkungan terdiri dari baik kualitas
udara dalam ruang atau luar ruang.[38] Terpapar asap rokok sendiri atau asap perokok lain juga
meningkatkan risiko.[29] Suhu dingin juga berperan, dengan eksaserbasi yang lebih sering terjadi
pada musim dingin.[41] Mereka yang menderita penyakit parah yang telah ada sebelumnya
mengalami eksaserbasi lebih sering: yang berpenyakit ringan 1,8 per tahun, menengah 2 hingga
3 per tahun, dan parah 3,4 per tahun.[42] Mereka yang sering mengalami eksaserbasi akan
mengalami kerusakan fungsi paru dengan lebih cepat. [43] Emboli pulmonari (penggumpalan
darah di paru-paru) akan memperburuk gejala bagi mereka yang telah menderita PPOK. [3]
Di sebelah kiri adalah diagram paru-paru dan saluran udara dengan inset yang menunjukkan tampanglintang yang mendetail dari bronkiole dan alveoliyang normal. Di sebelah kanan adalah paru-paru yang
rusak karena PPOK dengan inset yang menunjukkan tampang-lintang dari bronkiole dan alveoli yang rusak
PPOK adalah sejenis penyakit paru obstruktif yang terjadi saat terdapat aliran udara yang buruk
yang tak dapat diperbaiki secara menyeluruh dan kronis serta terjadi ketidakmampuan untuk
menghembuskan napas secara penuh (memerangkap udara). [3] Aliran air yang buruk merupakan
akibat dari rusaknya jaringan paru (dikenal sebagai emfisema) dan penyakit saluran udara kecil
yang dikenal sebagai bronkiolitis obstruktif. Kontribusi relatif dari dua faktor ini bervariasi dari
orang ke orang.[1] Kerusakan saluran udara kecil yang parah dapat mengakibatkan terbentuknya
kantung-kantung udara yang besar yang disebut sebagai bulayang menggantikan jaringan
paru. Jenis penyakit ini disebut sebagai emfisema bula.[44]
Mikrografis menggambarkan emfisema (kiri - ruang kosong yang luas) dan jaringan paru dengan sisa-sisa
alveoli (kanan).
PPOK berkembang sebagai reaksi inflamasi kronis akibat menghirup bahan-bahan penyebab
iritasi .[1] Infeksi bakteri kronis juga dapat memperparah inflamasi ini. [43] Sel-sel yang meradang
termasukgranulosit neutrofil dan makrofas, dua jenis sel darah putih. Mereka yang merokok
mengalami keterlibatan Tc1 limfosit dan mereka yang menderita PPOK mengalami
keterlibatan eosinofil yang mirip dengan yang ada pada asma. Sebagian dari reaksi sel ini
disebabkan oleh mediator peradangan seperti faktor kemotaksis. Proses lainnya yang berperan
dalam kerusakan paru adalah tekanan oksidatif yang dihasilkan karena adanya konsentrasi
tinggi dari radikal bebas dalam asap tembakau dan dibebaskan oleh sel yang terinflamasi, dan
Seseorang meniup spirometer. Perangkat genggam yang lebih kecil tersedia untuk penggunaan di ruang
kerja.
Diagnosis PPOK harus dipertimbangkan pada siapa pun yang berusia lebih dari 35 hingga 40
tahun yang mengalami sesak napas, batuk kronis, produksi sputum, atau batuk pilek musim
dingin yang sering, serta memiliki sejarah terpapar faktor-faktor risiko dari penyekit tersebut. [9]
[10]
Spirometri kemudian dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. [9][48]
pertama[49] dan FEV1/rasio KVP yang kurang dari 70% pada seseorang yang memiliki gejalagejala PPOK menandakan bahwa orang tersebut menderita PPOK. [48] Berdasarkan pengukuran
ini, spirometri akan menyebabkan diagnosis-berlebih akan PPOK di kalangan manula. [48] Kriteria
dariNational Institute of Clinical Excellence menambah satu diagnosa lagi berupa FEV1 yang
kurang dari 80% dari yang diperkirakan.[10]
Bukti dengan menggunakan spirometri untuk mereka yang tidak memiliki gejala sebagai
upaya diagnosa kondisi secara dini tidak memiliki efek yang jelas dan karena itu tidak
direkomendasikan pada saat ini.[9][48] Aliran ekspiratori puncak (kecepatan maksimum ekspirasi),
yang biasa digunakan untuk asma, tidak cukup untuk mendiagnosis PPOK. [10]
Peringkat
Jalan cepat
GOLD grade[9]
Keparahan
FEV1 % diprediksikan
Ringan (EMAS 1)
80
Sedang (EMAS 2)
5079
Parah (EMAS 3)
3049
Ada sejumlah metode untuk menentukan seberapa COPD mempengaruhi individu tertentu.
[9]
Kuesioner (mMRC) yang sudah dimodifikasi Badan Riset Medis Inggris atau uji penilaian
COPD (CAT) adalah kuesioner sederhana yang bisa digunakan untuk menentukan keparahan
gejala-gejala penyakit.[9] Angka-angka pada CAT berkisar antara 040 di mana semakin tinggi
angkanya, semarin parah penyakitnya.[50] Spirometri bisa membantu menentukan keparahan
pembatasan aliran udara.[9] Ini biasanya berdasarkan pada FEV1 yang ditunjukkan sebagai
persentase dari yang diperkirakan "normal" untuk usia, jenis kelamin, tinggi dan berat orang itu.
[9]
Baik panduan Amerika maupun Eropa yang direkomendasikan mendasarkan sebagian
pengobatan pada rekomendasi-rekomendasi yang terdapat pada FEV1.[48] Panduan EMAS
menyarankan pembagian orang menjadi empat kategori berdasarkan pengkajian gejala-gejala
penyakit dan pembatasan aliran udara.[9] Penurunan berat badan dan kelemahan otot, serta
adanya penyakit-penyakit lain, juga harus ikut dipertimbangkan. [9]
Chest X-ray demonstrating severe COPD. Note the small heart size in comparison to the lungs.
A lateral chest x-ray of a person with emphysema. Note the barrel chest and flat diaphragm.
sekunder. Walaupun banyak tempat sudah menerapkan larangan merokok, dianjurkan agar lebih
banyak lagi.[29]
Di kalangan mereka yang merokok, berhenti merokok adalah satu-satunya cara yang terbukti
untuk memperlambat memburuknya COPD.[58] Bahkan pada tahap lanjut dari penyakit ini,
berhenti merokok bisa menurunkan tingkat memburuknya fungsi paru-paru dan memperlambat
serangan awal kecacatan dan kematian.[59] Penghentian merokok mulai dengan keputusan untuk
berhenti merokok, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk berhenti. Sering beberapa upaya
diperlukan sebelum pantang jangka panjang tercapai. [57] Upaya melebihi 5 tahun membawa
kesuksesan dalam hampir 40% orang.[60]
Beberapa perokok bisa berhasil berhenti merokok jangka panjang melalui tekad yang keras.
Namun merokok sangat adiktif,[61] dan banyak perokok memerlukan bantuan lebih lanjut.
Kesempatan untuk berhenti meningkat dengan dukungan sosial, keterlibatan dalam program
penghentian merokok dan penggunaan obat-obatan seperti terapi penggantian
nikotin, bupropion atau vareniklin.[57][60]
keseluruhan dan dikaitkan dengan peningkatan level pneumonia.[67] Tidak jelas apakah
pengobatan itu mempengaruhi perkembangan penyakit. [3] Pengobatan kerja panjang dengan
tablet steroid dikaitkan dengan efek samping yang penting. [77]
pernafasan, perawatan di rumah ("rumah sakit di rumah") mungkin bisa membantu menghindari
rawat inap.[37][103]
Tahun hidup kecacatan yang disesuaikan untuk penyakit paru-paru obstruktif kronis per 100.000 penduduk
dalam tahun 2004.[104]
no data
110
110220
220330
330440
440550
550660
660770
770880
880990
9901100
11001350
1350
COPD biasanya memburuk dengan berjalannya waktu dan bisa berakhir dengan kematian.
Diperkirakan 3% dari semua kecacatan dikaitkan dengan COPD.[105] Proporsi kecacatan dari
COPD secara global telah menurun dari tahun 1990 hingga 2010 karena peningkatan kualitas
udara dalam ruang terutama di Asia.[105] Namun, jumlah keseluruhan tahun hidup dengan
kecacatan dari COPD meningkat.[106]
Tingkat memburuknya COPD berbeda-beda bergantung pada adanya faktor yang
memperkirakan hasil buruk termasuk: gangguan parah di saluran napas, lemahnya kemampuan
untuk berolah raga, napas pendek, berat badan berkurang atau bertambah secara drastis, gagal
jantung kongestif, kebiasaan merokok, dan gejala sakit mendadak yang sering terjadi.[4] Hasil
jangka panjang pada COPD dapat diperkirakan dengan menggunakan indeks BODE yang
memberikan nilai mulai dari nol hingga sepuluh bergantung pada FEV 1, indeks massa tubuh,
jarak yang mampu dicapai dengan berjalan kaki selama enam menit, dan skala dispnea MRC
yang dimodifikasi.[107] Berkurangnya berat badan secara signifikan merupakan tanda yang buruk.
[2]
Hasil spirometri juga merupakan penanda baik untuk perkiraan kemajuan selanjutnya dari
penyakit ini meskipun tidak sebagus indeks BODE.[2][10]
Di Inggris, kira-kira 0,84 juta orang (dari 50 juta) terdiagnosis mengalami COPD; yang berarti
sekitar satu dari 59 orang terdiagnosis COPD semasa hidupnya. Di wilayah dengan kondisi
sosioekonomi yang paling rendah di Inggris, satu dari 32 orang terdiagnosis COPD,
dibandingkan dengan satu di antara 98 di wilayah yang paling kaya. [111] Di Amerika Serikat,
sekitar 6,3% dari populasi dewasa, dari sekitar 15 juta orang, telah terdiagnosis terkena COPD.
[112]
25 juta orang mungkin terkena COPD jika kasus yang tidak terdiagnosis diperhitungkan.
[113]
Pada 2011, terdapat sekitar 730.000 rawat inap pasien COPD di Amerika Serikat. [114]
Giambattista Morgagni merupakan salah seorang yang membuat deskripsi yang tercatat tentang
emphysema pada 1769
Pada 1953, Dr. George L. Waldbott, seorang ahli penyakit Amerika, pertama kali
menggambarkan penyakit baru yang dia namakan "sindrom pernapasan perokok" pada 1953
Journal of the American Medical Association. Ini merupakan asosiasi pertama antara penyakit
tembakau dan penyakit pernapasan kronis.[119]
Dahulu pengobatan yang digunakan menggunakan di antaranya bawang putih, kayu manis
dan ipecac.[116] Pengobatan modern dikembangkan pertengahan kedua abad ke-20. Bukti yang
mendukung penggunaan steroid untuk pengobatan COPD dipublikasikan pada akhir 1950an.
Bronchodilator mulai digunakan pada 1960an setelah uji coba yang menjanjikan
atas isoprenalin. Bronchodilator lebih lanjut, seperti salbutamol, dikembangkan pada 1970an,
dan penggunaan LABA dimulai pada pertengahan 1990an.[120]