Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1

Tinjauan Umum

II.1.1 Redesain
Redesain yang berasal dari kata redesign terdiri dari 2 kata, yaitu redan design. Dalam Bahasa Inggris, penggunaan kata re- mengacu pada
pengulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat diartikan
sebagai design ulang. Beberapa definisi redesain dari beberapa sumber :
-

Menurut American Heritage Dictionary (2006) redesign means to


make a revision in the appearance or function of, yang dapat diartikan
membuat revisi dalam penampilan atau fungsi.

Menurut Collins English Dictionary (2009), redesign is to change the


design of (something), yang dapat diartikan mengubah desain dari
(sesuatu).

Menurut Salims Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary


(2000), redesign berarti merancang kembali.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain

mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi


perubahan dalam penampilan atau fungsi.
Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun
kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna. Heinz Frick dan
Bambang Suskiyanto (2007), mengartikan kata-kata membangun kembali
dengan membongkar secara seksama dan atau memperbaiki kesalahan yang
telah dibangun. Membangun kembali juga berarti menggunakan kembali
gedung yang sudah ada tetapi tidak dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula.
Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah,
mengurangi ataupun menambahkan unsur pada suatu bangunan Redesain
perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang efisien,
efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut.

Redesain yang dilakukan dengan penambahan baru pada bangunan


harus memperhitungkan interaksi antara bangunan yang lama dengan
bangunan yang baru. Dibner (1985), menjelaskan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang bangunan tambahan, antara lain :

Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk bangunan yang ada tidak perlu
harus tetap sama ketika penambahan baru dirancang. Namun, desain
penambahan harus dilihat sebagai satu unit dengan keseluruhan
bangunan.

Lahan. Kebanyakan bangunan ditambahkan secara horizontal daripada


vertikal. Oleh sebab itu, ukuran lahan yang memadai menjadi sangat
penting.

Struktur. Sebelum desain struktural dari bangunan baru dimulai, sistem


struktur bangunan yang ada harus ditinjau kecukupannya untuk
menangani efek dari penambahan baru. Jika penambahan baru
berdekatan dengan pijakan yang ada dan dinding pondasi, harus
dirancang

dan

dibangun

sangat

hati-hati

untuk

menghindari

mengganggu stabilitas bangunan yang ada.

Sistem Mekanikal dan Elektrikal. Sistem mekanikal dan elektrikal


dalam sebuah bangunan umumnya telah dirancang sesuai dengan
kebutuhan dari bangunan tersebut. Dengan adanya penambahan baru
pada bangunan tentunya membutuhkan sistem mekanikal dan elektrikal
baru yang dapat menjawab kebutuhan baru, baik yang berasal dari
bangunan lama dan bagian tambahan dari bangunan.

II.1.2 Wisma Atlet


-

Pengertian wisma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma mengandung 2
pengertian yaitu : 1) bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb;
gerha; 2) kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman.

Pengertian atlet
Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) didapatkan pengertian
atlet, yaitu olahragawan; terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).
Dari 2 pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian wisma atlet

adalah sebuah bangunan yang diperuntukkan bagi atlet atau olahragawan


sebagai hunian sementara dan dapat menjadi penunjang kegiatan atlet dalam
rangka mengikuti pertandingan.
Dalam sebuah makalah yang berkaitan dengan program pembangunan
fisik Gelora Senayan, Prof. Drs. Andyana Manuaba (1983) menjelaskan
berbagai kriteria seputar permukiman atlet, diantaranya harus dapat
menciptakan satu situasi dan kondisi yang sehat, aman, nyaman, dan efisien,
sehingga tidak mengurangi kesehatan, kesegaran, den prestasi atlet. Apabila
permukiman atlet merupakan gedung bertingkat, maka perlu pengaturan
sebagaimana yang seharusnya, yakni ada kamar-kamar tidur, restaurant,
lobby, dan segala perlengkapannya, ruang rapat, dan seterusnya,
sebagaimana layaknya sebuah hotel.
Hotel merupakan sebuah sarana akomodasi komersial yang ditujukan
sebagai fasilitas bermukim sementara. Lamanya waktu konsumen menginap
di sebuah hotel bervariasi, tergantung beberapa hal, di antaranya kepentingan
konsumen dan daya tarik hotel. Durasi bermukim tersebut menjadi salah satu
dasar klasifikasi hotel, yang dapat dibedakan menjadi :

Transit Hotel, yaitu hotel dengan waktu inap tidak lama (harian).
Rancangan seperti ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat
memberikan layanan kepada konsumen dalam waktu singkat, misalnya
laundry, restoran, dan agen perjalanan.

Semiresidential Hotel, yaitu hotel dengan rata-rata waktu inap


konsumen cukup lama (mingguan). Rancangan hotel seperti ini perlu
dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan yang
membuat konsumen yang bermukim relatif lama tidak bosan, misalnya
dengan penyediaan fasilitas kebugaran dan rekreasi.

Residential Hotel, yaitu hotel dengan waktu kunjungan tergolong lama


(bulanan). Oleh karena tamu menginap dalam durasi lama, maka
suasana homy, nyaman, dan aman adalah aspek yang dapat membuat
tamu-tamu merasa betah berada di hotel tersebut. Rancangan hotel
seperti ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan
layanan konsumen serupa dengan layanan kehidupan sehari-hari,
misalnya fasilitas perbelanjaan, fasilitas kebugaran, dan fasilitas
rekreasi. (Endy Marlina, 2008).
Time Saver Standard yang dikutip dalam Endy Marlina (2008),

mejelaskan pembagian ruang-ruang hotel dalam 2 kelompok, yaitu bagian


depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang
pengaturan fungsinya sebagai berikut:
1. Back of the house, biasanya diisi berbagai fasilitas sebagai berikut:
a. Fasilitas laundry
Luasan ruang laundry tergantung dari aktivitas yang ada di
dalamnya. Untuk hotel berbintang, laundry cukup luas dan berfungsi
sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press
yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan (Rutes, W.
& Penner, 1992).
b. Housekeeping Department
Ruang ini mempunyai berbagai fungsi yang meliputi ruang kepala
departemen dan ruang asisten. Selain itu, juga dibuat gudang untuk
menyimpan peralatan yang digunakan oleh housekeeper dan tempat
khusus untuk menjahit kain sprei, sarung bantal dan gorden yang
dipersiapkan untuk pelayanan kamar tamu hotel.

10

c. Servis makanan dan sayuran


Aktivitas ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang luas karena
makanan dan sayuran tersebut selalu berjalan dan tidak bertahan
lama di tempat tersebut. Setelah selesai diperiksa, ditimbang dan
disahkan, bahan pangan akan dikirim ke gudang yang kering atau
basah sesuai kebutuhan, atau dimasukan ke dalam pendingin untuk
diawetkan. Khusus makanan kaleng, botol, atau makanan instan
lainnya

yang

tidak

membutuhkan

lemari

pendingin,

akan

dipindahkan ke gudang yang kering. Sayuran akan langsung dibawa


ke tempat memasak. Pada bagian ini lemari es sangat diperlukan.
Board untuk memotong sayuran juga harus sesuai dengan ketinggian
manusia sehingga memudahkan pekerjaan memasak. Untuk
minuman seperti susu, penyimpanan dilakukan di dalam lemari es
khusus yang terpisah dari sayuran, ikan, dan daging.
d. Ruang Mekanikal
Ruangan ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa
tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal sesuai
kebutuhan.
2. Front of the house, berisi ruang-ruang seperti berikut:
a. Ruang registrasi tamu
Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby.
Tidak ada aturan yang pasti tentang panjang meja registrasi ini,
tetapi hotel berbintang yang mempunyai kamar berjumlah 100
sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja agar dapat melayani
semua pengunjung dengan cepat. Dalam area tersebut juga dipasang
alat pengontrol yang bekerja secara elektrik untuk membantu tamu
yang akan check in dan check out.
b. Servis penyimpanan kunci
Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area
penerima tamu ditempatkan terpisah.

11

c. Kasir
Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk. Untuk hotel
berbintang yang memiliki beberapa restoran dan fasilitas komersial
yang lain, perlu dilakukan pengaturan khusus untuk keuangan yaitu
melalui deposit box yang aman. Jika cara ini digunakan, pihak hotel
harus bekerja sama dengan pihak bank.
d. Ruang Administrasi
Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan
lobby. Untuk hotel berbintang, terdapat ruang manajer administrasi
beserta ruang asistennya dan juga terdaoat ruang resepsionis yang
berada di antara lobby dan ruang manajer. Untuk hotel yang lebih
modern, terdapat ruang untuk menyediakan makanan bagi manajer
dan asistennya.
e. Lobby
Lobby adalah ruangan yang cukup luas yang terletak dekat
penerimaan tamu di front office. Ruangan tempat duduk-duduk hotel
biasanya berada di lobby, yang merupakan semacam ruang tunggu.
Selain itu, ruangan ini juga dilengkapi tempat duduk yang terpisah,
yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai sambil
membaca atau menonton televisi, dan lain-lain. Penataan ruang
lobby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lainnya, yang dapat
dilihat

dari

finishing,

warna,

material,

pencahayaan,

dan

dekorasinya.
f. Fasilitas transportasi vertikal mekanik (elevator)
Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang
berupa

bangunan

bertingkat

harus

transportasi vertikal mekanik, biasanya

dilengkapi

dengan

alat

berupa lift (elevator).

Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh publik dari berbagai


arah sehingga harus pula berdekatan dengan entrance dan
registration desk.

12

g. Guest Room
Dalam menentukan rancangan guest room, pertimbangan pertama
terletak pada ukuran ruang. Panjang dan lebar ruangan ditentukan
oleh jumlah furnitur yang mengisi ruangan dan tingkat kemewahan
suatu hotel. Guest room yang paling umum terdapat dalam suatu
hotel adalah twin bed room, single bed room, dan suites room.
h. Fasilitas restoran
Restoran pada hotel harus memperhatikan kenyamanan termasuk
coffee shop, yang dapat dipenuhi dengan pelayanan yang cepat dan
variasi menu. Tamu-tamu yang ingin makan di restoran dan bar
yang ada di hotel dapat memesan di tempat yang disediakan oleh
hotel. Ada beberapa hotel yang menyediakan klab-klab malam di
mana para tamu dapat menikmati musik dan berdansa sambil
menikmati hidangan makanan dan minuman yang dipesan.
i. Koridor
Berdasarkan

pertimbangan

kenyamanan

sirkulasi,

panjang

koridor pada hotel maksimal adalah 30 m.


Selain bagian kamar, kenyamanan sebuah hotel juga ditentukan
oleh pengaturan sirkulasinya, yang secara umum dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:

Public circulation (sirkulasi publik), terbagi lagi menjadi dua,


yaitu resident guest dan non-resident guest.
Kedua jalur sirkulasi ini harus cukup terpisah dan simpel,
dimulai dari entrance foyer (lobby). Jika terdapat ballroom
suite maka peletakannya harus terpisah dari blok ruang tidur
dan juga dari public room lainnya di hotel. Akses langsung
dari reception area ke blok ruang tidur harus dihindari, dan
jalur sirkulasi untuk non-resident guest tidak boleh melalui
blok ruang tidur. Harus ada akses dari ruang tidur ke public
rooms dan entrance, serta diusahakan ada akses resident
only dari ruang tidur ke dining room.

13

Service circulation (sirkulasi staf dan servis duct), harus


terpisah dari sirkulasi publik. Tidak boleh terjadi sirkulasi
silang di antara keduanya.

j. Kamar mandi guest room


Kamar mandi juga perlu dilengkapi dengan kotak obat di luar
kamar mandi, peletakan handuk yang strategis dan mudah dicapai,
serta dirancang dengan material dinding dan lantai anti licin.
Sebuah wisma atlet, jika menerapkan fungsi layaknya sebuah hotel,
perlu dipertimbangkan lagi mengenai beberapa hal, antara lain:
-

Penggunaan variasi kelas guest room. Hal tersebut akan menimbulkan


rasa ketidakadilan dalam diri atlet. Manuaba (1983), menegaskan bahwa
sejauh mungkin harus diatur supaya setiap atlet merasa adanya keadilan
di dalam memberikan kamar dan merasa mudah untuk mencapai fasilitas
lainnya. Rasa tidak adanya keadilan akan berakibat luas pada prestasi
mereka.

Fasilitas restaurant atau kantin pada wisma atlet harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga dapat merangsang nafsu makan, misalnya dengan
penggunaan warna yang tepat dan pengaturan menu makanan.
Pengaturan menu makanan dapat dilakukan dengan keanekaragaman
menu yang disiapkan dalam bentuk self-service. (Manuaba, 1983)
Self-service atau biasa disebut buffet service merupakan sistem pelayanan
restoran, di mana semua makanan secara lengkap (dari hidangan
pembuka, sup, hidangan utama, hidangan penutup, dsb) telah ditata dan
diatur dengan rapi di atas meja hidang atau meja prasmanan, tamu bebas
mengambil sendiri hidangannya sesuai selera, sedangkan minuman pada
umumnya disajikan oleh pelayan (Charlita Okke Silvanne, 2010).

Perlu diusahakan suatu situasi dan kondisi seperti di rumah untuk


melenyapkan kebosanan dan kejemuan yang berakibat luas pada prestasi,
apalagi kalau peristiwa olah raga itu berjalan cukup lama (Manuaba,
1983).

14

II.1.3 Perilaku dan Hubungannya dengan Arsitektur


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3 (2001), pengertian
perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Menurut Joyce Marcella (2004), kata perilaku menunjukkan
manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara
fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan
lingkungan fisiknya. Arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata,
seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang
tidak kasat mata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada
waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.
Altman dalam Sriti Mayang Sari (2003), menjelaskan bahwa manusia
dan alam lingkungan pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Senada dengan hal tersebut, Winston Churchill dalam
Joyce Marcella (2004), mengemukakan We Shape Our Buildings and
afterwards our buildings shape us yang dapat diartikan kita membentuk
bangunan kita, setelah itu bangunan membentuk kita.
Pamudji Suptandar (1994), menjelaskan bahwa banyak sekali
perencanaan atau perancangan yang tidak didasarkan atas behavior (yang
dapat berupa hobby, pekerjaan, kegiatan, kebiasaan dan semua hal yang
menyangkut sifat dan perilaku) dari orang-orang yang akan memakainya,
maka apabila perencanaan tersebut selesai dilaksanakan pada akhirnya tidak
dirasakan kenikmatannya oleh si pemakai. Dengan premis dasar bahwa
perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia, maka untuk mendapatkan
perancangan yang baik, arsitek perlu mengerti apa yang menjadi kebutuhan
manusia. (Joyce Marcella, 2004).

15

II.2

Tinjauan Khusus

II.2.1 Kelelahan
Dalam kehidupan sehari-hari, bila kita melakukan aktivitas fisik berat,
misalnya melakukan olahraga berat, maka akan timbul kelelahan. Beberapa
definisi kelelahan menurut berbagai sumber :
-

Menurut Giriwijoyo, Kartinah, dan Sulianti (2008), kelelahan adalah


menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang
disebabkan oleh karena (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga
yang telah dilakukan sebelumnya

Dinangsit (2009) mendefinisikan kelelahan (fatigue) sebagai rasa capek


yang tidak hilang waktu istirahat, yang dapat berupa kelelahan fisik
ataupun mental.

Menurut Indra Darma Sitepu (2008), Kelelahan adalah suatu tanda


yang bersifat sebagai pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa
kerja yang dilakukan telah mendekati batas maksimal kemampuannya.
Kelelahan pada dasarnya merupakan keadaan fisiologis normal yang
dapat dipulihkan dengan beristirahat.
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kelelahan fisik dan

kelelahan mental. Kelelahan fisik terjadi ketika otot tidak dapat melakukan
kegiatan apa pun semudah seperti sebelumnya, sedangkan kelelahan mental
terjadi ketika kita tidak dapat memusatkan pikiran seperti sebelumnya
(Dinangsit, 2009)
Menurut Med Express (2009), kelelahan menunjukkan beberapa gejala,
antara lain:
1.

Nyeri otot dan persendian.

2.

Lemah otot dan keletihan.

3.

Kehilangan motivasi

4.

Menghindari latihan fisik

5.

Kekurangan energi, sulit berkonsentrasi, dan melaksanakan tugas-tugas


biasa.

6.

Rasanya ingin tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran.

7.

Mata merah, berair, dan teriritasi

16

Sedangkan menurut Sumamur yang dikutip oleh Sudana (2009), ada


30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu :
1.

Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.


Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa
berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk,
merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak
seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

2.

Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi


Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak
berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu,
cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terahadap sesuatu,
tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3.

Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum


Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa
pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari
kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.
Manuaba (1983), menyebutkan beberapa faktor yang mempercepat

timbulnya kelelahan, antara lain :


-

Situasi atau pekerjaan yang monotoni

Beban fisik dan mental yang berat dan lama

Mikro-klimat yang tidak memadai

Mental psikologis

Penyakit, kurang gizi, rasa sakit dalam melakukan pekerjaan.


Andiningsari (2009), mengemukakan beberapa penyebab dasar

kelelahan yang berasal dari individu, antara lain:


1.

Stress dan emosi

2.

Depresi

3.

Penyakit medis

4.

Chronic Fatigue Dysinfection Syndrome (CFIDS)

5.

Gangguan tidur

6.

Gizi

17

Penurunan kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan


oleh karena intensitas dan durasi kerja atau olahraga menyebabkan gangguan
homeostasis (Giriwijoyo, dkk, 2008). Homeostasis adalah salah satu aspek
penting bagi seseorang untuk tetap mampu melakukan aktivitas fisik dengan
baik. Jika terjadi gangguan homeostasis, maka kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas fisik pun menjadi terganggu. Dinangsit (2009),
menjelaskan gangguan homeostasis dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut :
1.

Sumber energi tidak diperoleh.

2.

Terganggunya keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh yang


disebabkan terjadinya dehidrasi.

3.

Timbunan sampah metabolisme akibat dari melakukan aktivitas fisik


yang berat.
Timbunan sampah metabolisme yang berupa asam laktat ini dapat
terjadi karena jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih
kecil dari tingkat kebutuhan, sehingga reaksi oksidasi dalam tubuh
menjadi tidak seimbang. (Eraliesa, 2009)
Gangguan homeostasis pada ketiga keadaan tersebut di atas secara

subjektif akan terasa sebagai kelelahan yang bersifat akut sampai pada yang
bersifat kronis. Kelelahan yang bersifat kronik terjadi oleh karena tidak
sempurnanya pemulihan dari kelelahan sebelumnya yang menyebabkan
terjadinya akumulasi kelelahan. Akumulasi kelelahan terjadi akibat
gangguan homeostasis berkepanjangan yang menyebabkan menurunnya
kinerja sel. Kelelahan kronis berdampak buruk bagi penampilan atlet pada
hari-hari berikutnya oleh karena atlet harus bertanding dalam kondisi
homeostasis yang tidak normal, yang akan menjadi semakin tidak normal
dengan tidak sempurnanya pemulihan setiap setelah pelatihan, dan
khususnya setelah pertandingan (Giriwijoyo,dkk, 2008).
Selain beberapa faktor di atas, kesesakan juga mempengaruhi kelelahan
pada individu. Gifford (1987), menyatakan bahwa kesesakan adalah
perasaan subjektif akan terlalu banyaknya orang di sekitar individu.
Sedangkan Altman (1975), mendefinisikan kesesakan sebagai persepsi

18

subjektif individuakan keterbatasan ruang dikarenakan stimulus spasial dan


sosial yang berlebih dan mekanisme regulasi-privasi tidak bekerja secara
efektif sehingga privasi yang didapat kurang dari yang diinginkan.
Reaksi individu terhadap kesesakan cukup beragam, misalnya
mengeluh, meninggalkan tempat hingga berusaha beradaptasi dengan
mengubah

lingkungan

penanggulangan

atau

masalah

menyesuaikan
yang

dilakukan

diri.

Apabila

berhasil

strategi
mengatasi

ketidaknyamanan yang timbul akibat rasa sesak yang dialami, akan muncul
kemampuan adaptasi dalam ruangan padat yang menimbulkan kesesakan,
tetapi apabila strategi penanggulangan masalah yang dimiliki tidak mampu
mengatasi ketidaknyamanan yang timbul, maka individu dapat mengalami
tegangan kembali yang menguras tenaga dan pikirannya dan apabila hal ini
terus dibiarkan individu dapat mengalami gangguan fisiologis maupun
psikologis.
Gangguan fisiologis akibat kesesakan berupa kenaikan tekanan darah
dan detak jantung, selain itu kesesakan dapat menimbulkan penyakit seperti
gangguan dalam pencernaan. Secara psikologis, individu dapat mengalami
gangguan dalam penampilan kerja atau prestasi kerja yang menurun, suasana
hati yang cenderung murung,berkurangnya keinginan menolong dan
kecenderungan untuk melihat orang lain dari sisi buruk hingga gangguan
mental (Zuhriyah, 2007).

II.2.2 Pemulihan
Proses pemulihan atau recovery sangat dibutuhkan saat tubuh telah
mengalami rasa lelah yang berat. Pemulihan yang baik adalah apabila
dengan proses pemulihan tersebut seseorang tidak merasa lelah akibat
aktivitas fisik sebelumnya saat orang itu harus melakukan aktivitas fisik
selanjutnya.. Dalam melakukan suatu sesi peatihan, seoarang atlet
membutuhkan teknik-teknik pemulihan efektif agar atlet tesebut mampu
mengikuti sesi latihan selanjutnya dengan baik, tanpa mengalami kelelahan
(Dinar Dinangsit, 2009).

19

Hakekat pemulihan adalah pengembalian kondisi homeostasis pada


kondisi yang normal. Kelelahan yang timbul akibat sumber energi dalam
tubuh terkuras habis karena melakukan aktivitas fisik yang berat atau
berlangsung lama dapat diatasi dengan memulihkan sumber energi di dalam
tubuh (Giriwijoyo, dkk, 2008). Pemasukan energi yang rendah dapat
mengakibatkan kehilangan massa otot, gangguan fungsi menstruasi,
kehilangan atau kegagalan untuk mendapatkan kepadatan tulang, suatu
peningkatan resiko kelelahan, cedera dan penyakit, dan suatu proses
pemulihan yang memanjang (American College of Sport Medicine, 2009).
Oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi seimbang atlet untuk
mencapai pemulihan homeostasis.
Pemulihan terhadap kelelahan oleh penyebab yang manapun, sudah
harus pulih dalam waktu 24 jam sejak dimulainya pertandingan. Pemulihan
dapat terjadi secara spontan, akan tetapi dapat pula dipercepat melalui upaya
rekayasa (Giriwijoyo, dkk, 2008). Kalau tidak terlalu berat kelelahan bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. Selain melakukan istirahat dan
tidur, banyak referensi yang mengatakan bahwa alangkah baik apabila para
pekerja keras setelah mengalami kelelahan yang berlebihan untuk pemulihan
mandi air hangat (Dinar Dinangsit, 2009).
Pemulihan dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Pemulihan aktif bisa
dilakukan dengan lari ringan, renang santai, atau melakukan olahraga
lainnya dengan intensitas yang rendah. Pemulihan pasif dilakukan dengan
menggunakan rangsangan dari luar, yaitu seperti massage, berendam di air
hangat, whirlpool, atau mandi dengan uap (spa) (Dinar Dinangsit, 2009).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemulihan
merupakan aspek penting yang sangat dibutuhkan dalam mencapai kondisi
fisik atlet yang prima, sehingga atlet dapat melakukan aktivitasnya dengan
baik dan optimal, baik saat latihan, maupun pertandingan. Oleh sebab itu
perlu diupayakan berbagai metode dan cara pemulihan untuk mencapai hasil
yang optimal, beberapa diantaranya dengan memanfaatkan fasilitas berikut :

20

1.

Fasilitas Spa
Kata dan konsep SPA berasal dari masa Kekaisaran Romawi.
Pada masa itu terjadi pertempuran hebat. Kemudian, dicari suatu cara
untuk memulihkan pasukan militernya dari luka-luka dan penyakit.
Dari usaha tersebut dirancang tempat mandi atau tempat berendam di
sekitar sumur-sumur air panas untuk menyembuhkan badan mereka
yang sakit. Tempat ini disebut aquae dan perawatan mandinya
disebut Sanus Saban Aquam yang artinya kesehatan oleh/melalui air
atau Squash per Aqua (SPA).
SPA merupakan suatu fasilitas pusat pemulihan kesehatan fisik
maupun spiritual (Rejuvenation Center) dengan aktivitas relaksasi dan
penyegaran seperti health screening, wellness center dan SPA and
beauty center yang dikemas dengan pendekatan-pendekatan alamiah
yang mengkombinasikan pemanfaatkan teknologi tinggi dan teknikteknik tradisional.
Sebagai fasilitas perawatan kesehatan dan kecantikan yang
memanfaatkan air, terdapat beberapa terminologi SPA (air) yaitu:
a) Hydrotherapy, adalah istilah umum untuk terapi air, terdiri dari
whirpool bath, hot roman pool, hot tub, Jacuzzi, dan mandi
mineral.
b) Balneotherapy, adalah istilah umum untuk perawatan air mineral
yang menggunakan sumber air panas, mineral, atau air laut.
c) Crenotherapy (Crounotherapy), adalah semua jenis perawatan
dengan menggunakan air mineral, lumpur, dan uap air.
d) Thalassotherapy (Thalasso berarti laut dalam Bahasa Yunani);
perawatan ini menggunakan manfaat produk laut sebagai vitamin
dan mineral. (Endy Marlina, 2008)

2.

Fasilitas Massage
Massage dalam bahasa Indonesia dapat juga disebut pijat.
Massage atau pijat tidak hanya berkhasiat membuang rasa lelah dan
stres,

tetapi

juga

dipercaya

menjaga

kebugaran,

sekaligus

meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitasya.

21

Massage adalah suatu proses untuk mempercepat sirkulasi darah dalam


otot. Dengan semakin cepat sirkulasi darah dalam jaringan, maka
semakin cepat pula rasa pulih akan tercapai. (Dinar Dinangsit,2009)
Pada saat ini ada beberapa jenis massage yang telah
dikembangkan dan telah dipergunakan dengan umum seperti massage
kecantikan, Thai massage, Warm Stone massage, Shiatsu massage,
Swedish / Sport massage, dan lain-lain. (Nova dalam Sitepu, 2007).
Coach yang dikutip oleh Sitepu (2007), menyatakan Sport massage
merupakan terapi yang sangat efektif untuk mengurangi kelelahan otot
dan menyeimbangkan sistem musculoskeletal, apabila dilakukan secara
teratur dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan kerja otot
yang berlebihan. Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan oleh
para ahli, sport massage memberikan dampak yang positif dalam
menurunkan tingkat kelelahan (fatigue) dari atlet dan juga dapat
meningkatkan prestasi diri mereka. Adapun efek dari pemberian sport
massage seperti yang antara lain :

Mengurangi tingkat kelelahan otot.

Menguraikan asam laktat dan memperlancar aliran darah.

Merelaksasi otot.

Meredakan ketegangan otot.

Mencegah terjadinya cedera.

Mempercepat penyembuhan akibat dari overuse otot.

Memberikan rasa nyaman pada tubuh dan pikiran.

Selain dengan melakukan kegiatan istirahat, pemulihan aktif, dan


pemulihan pasif, penerapan warna yang tepat juga dapat membantu proses
pemulihan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Sriti Mayang Sari (2003),
Sebuah lingkungan binaan akan mempunyai nilai penyembuhan lebih jika
implementasi warna diaplikasikan secara tepat.
Menurut Helen Graham dalam Charlita Okke Silvanne (2010),
penggunaan warna dalam penyembuhan bukanlah hal yang baru. Sekarang
bidang ini disebut terapi warna, yang merupakan penemuan kembali dari
beberapa prinsip dan praktek yang sudah diketahui sejak zaman dahulu kala.

22

Berikut ini beberapa efek psikologis yang dapat ditimbulkan oleh warna
yang dikemukakan oleh Helen Graham, yaitu:
1.

Merah
Memberi energi pada kaki, tungkai, pinggul, sendi pinggul, dasar
tulang punggung, prostat, testis, saluran kemih dan kelamin. Warna ini
merangsang aktivitas fisik dan vitalitas, perasaan aman, stabil, percaya
diri, dan kehangatan. Warna ini dapat digunakan pada benda-benda
atau hal-hal di dalam ruang atau gedung di mana dibutuhkan aktivitas
fisik yang tinggi dan di ruang bermain anak-anak.Warna ini sebaiknya
tidak digunakan pada anak-anak, dan orang dewasa yang hiperaktif,
yang menggunakan kekerasan dan agresif, atau pada situasi kerja yang
menggunakan mesin-mesin yang bisa berbahaya dan membutuhkan
konsentrasi, ruang untuk membaca, atau kamar tidur.

2.

Oranye
Warna ini memberi energi pada hati, limpa, pankreas, ginjal, dan
kandung kemih. Warna ini merangsang metabolisme, pencernaan,
penghilangan racun, daya tahan terhadap penyakit, energi-energi fisik
dan emosi, seksualitas, penampilan atlet dan selera fisik, mengatur
keseimbangan gula dan cairan di dalam tubuh.Warna ini dapat
digunakan pada ruang bermain, ruang latihan, sanggar tari, dan ruang
olah raga, atau tempat terjadi perkumpulan sosial. Warna ini sebaiknya
tidak digunakan pada ruang istirahat.

3.

Kuning
Kuning memberi energi pada kelenjar adrenalin, sistem saraf simpatik,
sehingga memberikan energi pada otot, denyut jantung, pencernaan,
dan peredaran darah. Warna ini merangsang saluran pencernaan,
aktivitas mental, kejelasan mental, alasan lisan, dan kekuatan kemauan.
Warna kuning baik digunakan untuk ruang baca dan belajar, ruang
pertemuan sosial dan tempat di mana diperlukan pembicaraan yang
hidup, dan untuk dekorasi ruang atau gedung yang digunakan oleh
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Warna ini sebaiknya

23

tidak digunakan pada anak dan orang dewasa yang hiperaktif, agresif,
atau memiliki kelainan perilaku, dan ruang istirahat.
4.

Hijau
Memberi energi pada kelenjar timus, warna ini merangsang jantung,
paru-paru, bronchus, lengan, tangan, kulit, peredaran darah sirkuler,
dan sistem daya tahan tubuh. Hijau menunjukkan perasaan yang positif,
kasih sayang, dan kepekaan. Warna ini cocok digunakan untuk ruangan
dimana dibutuhkan ketenangan dan kedamaian, diperlukan kepekaan
atau aktivitasnya melibatkan sentuhan fisik, serta ruang-ruang istirahat.

5.

Biru langit
Memberi energi pada kelenjar tiroid sehingga memberi energi pada
metabolisme, pengendalian suhu tubuh. Warna ini merangsang suara,
ungkapan diri, komunikasi, tanggung jawab pribadi, dan pendengaran.
Warna ini cocok digunakan untuk kamar tidur, ruang istirahat, klinik,
setiap ruangan atau bangunan yang digunakan untuk prosedur klinik,
penyimpan produk susu, penyimpanan dingin, dan bagi mereka yang
sedang menderita gangguan insomnia dan mengalami shock. Warna ini
sebaiknya tidak digunakan pada anak atau orang dewasa yang
mengalami kedinginan atau menggigil, dan bagi penderita kekurangan
fungsi tiroid atau metabolisme yang lambat.

6.

Biru gelap
Memberi energi pada kelenjar pineal. Warna ini merangsang otak
bagian bawah, sistem saraf pusat dan sistem endokrin terutama hormon
serotonin dan melatonin. Karena itu biru gelap merangsang aktivitas
hormonal di seluruh tubuh, proses-proses yang tidak disadari, imajinasi,
pemahaman, naluri dan kemampuan psikis atau paranormal. Warna ini
baik untuk digunakan pada ruang-ruang kontemplasi (renungan) dan
meditasi. Jangan gunakan warna ini untuk ruang bermain atau pusat
aktivitas fisik.

7.

Ungu atau violet


Memberikan energi pada kelenjar pituitary. Warna ini merangsang otak
bagian atas dan sistem saraf, kreativitas, ilham, estetika (keindahan),

24

kemampuan artistick, dan cita-cita luhur. Warna ini cocok untuk


dihunpada orang-orang yang ingin mengilhami aktivitas artistik, estetik,
imajinatif, dan spiritualitas, memfasilitasi pemusatan perhatian yang
jelas, kesadaran dan meditasi, ruang-ruang teater, ruang kelas anakanak. Warna ini sebaiknya tidak digunakan untuk ruangan yang
digunakan untuk hiburan atau di mana kita menginginkan adanya
percakapan, atau di ruangan dan bangunan yang ditinggali oleh orang
yang memiliki gangguan mental, terutama mereka yang menderita
delusi (pikiran atau pandangan yang tidak berdasar atau tidak rasional)
atau depersonalisasi (kehilangan rasa memiliki identitas pribadi) atau
kecenderungan untuk mengundurkan diri.
Meskipun demikian, belum adanya keseragaman pendapat yang
universal terhadap efek warna tertentu menyebabkan wacana warna
sebagai mediasi penyembuhan sering dianggap tidak ilmiah. Pada
kenyataannya beberapa riset yang mengangkat topik healing color
tidak jarang menghasilkan simpulan yang beragam, tidak persis sama,
bahkan

bertentangan.

Meskipun

demikian,

perspektif

warna

mempunyai signifikansi dari sisi psikologis makin diterima, bukan saja


oleh kalangan psikolog, namun meluas sampai ke desain dan arsitektur.
(Sriti Mayang Sari, 2003)

II.2.3 Rancangan Permukiman Atlet yang Mengupayakan Solusi untuk


Masalah Kelelahan
Permukiman atlet di daerah tempat pertandingan seringkali menjadi
tempat hunian sementara atlet yang akan mengikuti pertandingan. Untuk
mencapai kesegaran fisik dan mental yang baik, kenyamanan tinggal
ditempat tersebut harus benar-benar diperhatikan Berdasarkan pemikiran
tersebut, ada baiknya kalau pemukiman atlet dapat direncanakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip Ergonomi (Manuaba, 1983).
Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya
pencapaian sebuah perancanganan desain suatu produk yang memenuhi
persyaratan fitting the task to the man (Granjean, 1982), sehingga setiap

25

rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni


perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan.
Untuk melaksanakan kajian atau evaluasi (pengujian) bahwa desain
sudah memenuhi persyaratan ergonomis adalah dengan mempertimbangkan
faktor manusia, dalam hal ini ada empat aturan sebagai dasar perancangan
desain, yakni :

Memahami bahwa manusia merupakan fokus utama perancangan


desain, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan struktur anatomi
(fisiologik) tubuh manusia harus diperhatikan, demikian juga dengan
dimensi ukuran tubuh (anthropometri).

Menggunakan prinsip-prinsip kinesiologi dalam perancangan desain


(studi

mengenai

gerakan

tubuh

manusia

dilihat

dari

aspek

biomechanics), tujuannya untuk menghindarkan manusia melakukan


gerakan kerja yang tidak sesuai, tidak beraturan dan tidak memenuhi
persyaratan efektivitas efisiensi gerakan.

Pertimbangan mengenai kelebihan maupun kekurangan (keterbatasan)


yang berkaitan dengan kemampuan fisik yang dimiliki oleh manusia di
dalam memberikan respon sebagai kriteria-kriteria yang perlu
diperhatikan pengaruhnya dalam perancangan desain.

Mengaplikasikan semua pemahaman yang terkait dengan aspek


psikologi manusia sebagai prinsip-prinsip yang mampu memperbaiki
motivasi, attitude, moral, kepuasan dan etos kerja.
Selain unsur di atas perlu diperhatikan juga pengaruh lingkungan

terhadap manusia. Lingkungan Fisik manusia antara lain dipengaruhi oleh :


1.

Cahaya;

Mata

diharapkan

memperoleh

cahaya

yang

cukup,

pemandangan yang menyenangkan, menenangkan pikiran, tidak silau,


dan nyaman. Pencahayaan yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan
pada mata.
2.

Kebisingan; aspek yang menentukan tingkat gangguan bunyi terhadap


manusia adalah lama waktu bunyi terdengar, intensitas, besarnya arus
energi, dan frekuensi.

26

3.

Getaran mekanis; Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getarangetaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis. Gangguan yang
ditimbulkan

dapat

mempercepat

datangnya

kelelahan

dan

menyebabkan timbulnya beberapa penyakit.


4.

Temperatur; temperatur yang terlalu panas akan mengakibatkan cepat


timbulnya kelelahan tubuh, sedangkan temperatur yang terlalu dingin
membuat gairah kerja menurun.

5.

Kelembaban; Jika udara panas dan kelembaban tinggi, terjadi


pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran dan denyut jantung
makin cepat.

6.

Warna; permainan warna dalam desain memberi dampak psikologis


bagi pengamat dan pemakainya. (Wardani, 2003)
Usaha penerapan prinsip-prinsip ergonomi harus sudah dimulai dalam

merencanakan dan mengelola permukiman olahragawan atau atlet, sehingga


keberadaan mereka di tempat tersebut benar-benar dalam situasi, kondisi
sehat, aman, nyaman, dan efisien karena dengan adanya ergonomi, beban
tambahan yang tidak perlu dapat dihilangkan (Manuaba, 1983)

27

II.3

Studi Banding dan Studi Literatur


Wisma Fajar (Studi lapangan mengenai bangunan eksisting pada tapak)
Wisma Fajar pada awalnya difungsikan sebagai mess karyawan
Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada tahun 1974
dan difungsikan pada tahun 1980. Keadaan ruang pada Wisma Fajar dirasakan
kurang sesuai untuk hunian atlet.
Foto 2.1. Wisma Fajar, Senayan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Wisma Fajar terdiri dari 3 tower yang memiliki 11 lantai, dengan pembagian :
-

Lantai dasar, terdapat ruang ME, carport (tidak berfungsi sebagai carport, di
beberapa tower, pada carport terdapat toko dan musholla), dan gudang.
Gambar 2.1 Denah lantai dasar Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)


Foto 2.2 Lantai dasar Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

28

Lantai 2 sampai dengan 11 (10 lantai), terdapat 2 unit tipikal.


Gambar 2.2 Unit Hunian Wisma Fajar beserta ruangnya

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Pada tiap unitnya terdapat beberapa ruang, antara lain :

1 ruang duduk

4 ruang tidur, termasuk ruang tidur pembantu

3 kamar mandi, termasuk kamar mandi pembantu

1 dapur

1 ruang jemur

1 balkon

Sebagian besar unit digunakan sebagai hunian, pada beberapa lantai juga
difungsikan untuk kantor.

29

Foto 2.3Unit dengan fungsi kantor

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Lantai 12 (atap), terdapat ruang mesin lift.


Gambar 2.3 Denah lantai 12 Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Transportasi vertical menggunakan lift (dengan kapasitas 3-5 orang) dan tangga
Foto 2.4 Alat transportasi vertikal pada Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Secara umum, Wisma Fajar dapat dikatakan belum memenuhi standar


keselamatan. Wisma fajar dengan ketinggian 12 lapis, tidak memiliki tangga
kebakaran yang terpisah dengan tangga sirkulasi.

30

Pada Wisma Fajar hanya terdapat sebuah kantin yang terletak di samping
parkir motor, tidak ada penghubung langsung antara Wisma Fajar dengan kantin
tersebut, sehingga akan sulit untuk diakses pada kondisi tertentu, misalnya saat
hujan. Kondisi kantin tersebut juga kurang nyaman dan kurang sehat, hal ini
dapat disimpulkan dari letaknya yang dekat dengan area parkir, memungkinkan
makanan tercemar oleh gas buangan kendaraan bermotor dan debu.

Wisma Atlet Ragunan (Studi lapangan mengenai wisma atlet)


Wisma Atlet Ragunan berada di dalam kawasan Gelora Ragunan, Jakarta
Selatan. Wisma atlet Ragunan memiliki 3 lantai hunian dengan total 72 kamar,
20 kamar pada lantai 1, 26 kamar pada lantai 2. Lantai 1 dikhususkan untuk atlet
putri, lantai 2 dikhususkan untuk atlet putra, dan lantai 3 khusus untuk atlet
pelatnas.
Foto 2.5 Wisma Atlet Ragunan
(Sumber : dokumentasi pribadi)

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Fasilitas yang disediakan oleh wisma atlet Ragunan, antara lain :

Unit hunian, yang terdiri dari uang tidur dengan kapasitas maksimal
untuk 4 orang, kamar mandi, dan ruang jemur.
Gambar 2.4 Unit hunian Wisma Atlet Ragunan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

31

Ruang serbaguna berkapasitas 50-60 orang yang difungsikan sebagai


ruang seminar, kumpul pelatih, dan briefing.
Foto 2.6 Ruang serbaguna

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Ruang makan. Selain sebagai tempat untuk makan bersama para atlet,
tempat ini sering digunakan sebagai ruang bersama, misalnya untuk
sosialisasi, briefing, dsb.
Foto 2.8 Ruang makan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Ruang duduk dan menonton televisi. Pada Wisma Ragunan, atlet tidak
diperkenankan membawa peralatan elektronik seperti televisi, computer,
laptop, dsb karena dikhawatirkan dapat menyebabkan atlet tidak fokus
pada program pembinaan. Namun, Wisma Atlet Ragunan menyediakan
ruang menonton pada setiap lantainya, sehingga atlet tetap dapat
memperoleh hiburan, tetapi tetap tekontrol dengan adanya pembatasan
waktu.
Foto 2.7 Ruang duduk dan menonton

(Sumber : dokumentasi pribadi)

32

Youth Olympic Village, Singapore (Studi literatur mengenai wisma atlet)


Perkampungan atlet ini menghabiskan lahan sekitar 55 hektar untuk
kawasan hunian dan alun-alun atau plasa. Memiliki 10 bangunan wisma yang
dapat menampung kurang lebih 5.000 atlet internasional dan tim ofisial. Wisma
menggunakan pengamanan dengan keycard.
Fasilitas umum yang terdapat pada bangunan wisma, antara lain Ruang
tidur diperuntukkan bagi 2 orang dengan fasilitas ranjang, kursi, dan meja
belajar, toilet dan fasilitas shower, ruang televisi, ruang pertemuan, ruang
ibadah, self service laundry, dan ruang medis. Dilengkapi dengan pelayanan 24
jam pada front desk, petugas kebersihan, dan jasa laundry untuk pribadi dan
seragam tim. Fasilitas lainnya adalah ruang makan yang terbagi menjadi 2, yaitu
ruang makan utama yang dapat menampung 1.800 orang dan ruang makan
casual/ santai dapat menampung 450 orang. Makanan yang disediakan telah
dikonsultasikan dengan ahli nutrisi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitasfasilitas pendukung olahraga dan rekreasi.
Gambar 2.5 Ruang-ruang pada YOV

(Sumber : Google)

The Walters Art Gallery (Studi literature mengenai penambahan bangunan


baru)
Walters Art Gallery berlokasi di Baltimore, Maryland dengan luas area
28.000 ft2. Bangunan ini merupakan karya arsitek Delano dan Aldrich yang
selesai pada tahun 1905. Pada tahun 1974 terdapat penambahan luas area sebesar
100.000 ft2 pada bangunan ini untuk fungsi ruang pameran, pertokoan,
perpustakaan, dan auditorium. Proyek ini melibatkan berbagai pihak diantaranya
arsitek (Shepley Bulfinch Richardson & Abott), asosiasi arsitek (Meyer, Ayers,
dan Saint Baltimore), structural engineer (Ewel Bombardt & Bombardt dan
asosiasi), dan mechanical electrical engineer (Egli and Gomf, Inc).

33

Gambar 2.6 The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)

Pada proyek dilakukan penambahan bangunan secara horizontal dengan


7 lantai pada bangunan baru yang disesuaikan dengan ketinggian bangunan lama
yang hanya berjumlah 4 lantai. Bangunan baru dirancang dengan 2 lantai di
bawah tanah dan 2 lantai teratas yang tersembunyi dari fasad agar tercipta
keseimbangan dengan bangunan lama yang membentuk satu kesatuan.
Gambar 2.7 Site plan The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)


Gambar 2.8 Potongan The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)

34

Warna dan tekstur dari bangunan baru juga menyesuaikan dengan fasad
batu kapur pada bangunan lama. Pada bangunan tambahan dinding eksterior
terdiri dari kaca yang oleh layar beton untuk memberikan penyebaran cahaya
alami tidak langsung untuk pameran. Di sudut-sudut bangunan, bukaan antara
layar memungkinkan sinar matahari langsung dan pemandangan ke luar.
II.5

Kesimpulan Sementara
Redesain yang dapat diartikan merancang ulang identik dengan
membangun kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna.
Redesain

dapat

dilakukan

dengan

mengubah,

mengurangi

ataupun

menambahkan unsur pada suatu bangunan, sehingga didapat hasil yang efesien,
efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut.
Wisma atlet harus dirancang sebagaimana layaknya sebuah hotel, yang di
dalamnya terdapat ruang-ruang tidur, restaurant, lobby, ruang rapat, fasilitas
laundry, housekeeping, dsb. Dalam wisma atlet perencanaan dan perancangan
harus memperhatikan aspek keadilan dan dapat menghadirkan suasana seperti di
rumah. Restaurant untuk atlet meggunakan sistem self-service.
Perencanaan atau perancangan wisma atlet perlu memperhatikan
behavior (yang dapat berupa hobby, pekerjaan, kegiatan, kebiasaan dan semua
hal yang menyangkut sifat dan perilaku) dari orang-orang yang akan
memakainya karena perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia, maka
untuk mendapatkan perancangan yang baik, arsitek perlu mengerti apa yang
menjadi kebutuhan manusia.
Kelelahan merupakan salah satu behavior dari atlet yang perlu mendapat
perhatian khusus karena kelelahan pada atlet menyebabkan menurunnya kualitas
dan kuantitas kerja atau olahraga yang akan berakibat negatif pada pencapaian
prestasi atlet. Kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan fisik dan kelelahan
mental. Penyebab kelelahan dapat berasal dari faktor eksternal dan internal.
Penyebab eksternal antara lain beban dan intensitas pekerjaan yang tinggi,
pekerjaan ataupun kegiatan yang monoton, kondisi lingkungan (kebisingan, suhu
udara, pencahayaan, dsb), dan kesesakan, sedangkan faktor internal dipengaruhi
oleh keadaan individu itu sendiri yang dapat berupa status gizi, gangguan tidur,
penyakit, dan kondisi psikis individu.
35

Kelelahan oleh penyebab manapun sudah harus pulih dalam waktu 24


jam. Oleh sebab itu diperlukan berbagai metode untuk mempercepat proses
pemulihan. Pemulihan dapat dilakukan antara lain dengan memulihkan sumber
energi, istirahat, pemulihan pasif, dan pemulihan aktif. Pemulihan sumber energi
dapat diperoleh dengan kegiatan makan yang sesuai dengan standar kebutuhan
nutrisi. Istirahat dapat dilakukan dengan kegiatan duduk, bersantai, ataupun
tidur. Pemulihan pasif dapat dilakukan dengan spa dan massage, sedangkan
pemulihan aktif dapat dilakukan dengan kegiatan olahraga ringan, seperti
berenang, berjalan, dan bersepeda santai. Selain itu, penerapan warna yang tepat
juga dapat membantu proses pemulihan.
Untuk mencapai kondisi fisik dan mental yang baik, pemukiman atlet
harus direncanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi, di mana
setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni
perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan prinsip ergonomi adalah ukuran tubuh
manusia, gerak tubuh manusia, keterbatasan manusia, aspek psikologi, dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi manusia, seperti cahaya, kebisingan,
getaran mekanis, temperatur, kelembaban, dan warna.
Dari hasil studi banding, didapatkan fakta bahwa kondisi pada Wisma
Fajar sangat berbeda dengan kondisi wisma atlet pada umumnya, seperti pada
Wisma Atlet Ragunan dan YOV. Umumnya wisma atlet terdiri dari unit hunian,
ruang makan, ruang bersama atau ruang pertemuan, fasilitas laundry, ruang
menonton, ruang medis, dan ruang ibadah. Pada Wisma Atlet Ragunan juga
disediakan ruang jemur pada unit hunian karena kebanyakan atlet yang
menempatinya lebih memilih mencuci pakaian sendiri secara manual.

36

BAB III
PERMASALAHAN

Untuk menyusun konsep perancangan dalam kasus redesain Wisma Fajar


Senayan untuk fungsi wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan, perlu
diketahui permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin akan dihadapi selama
proses perancangan. Dalam hal ini perlu memperhatikan beberapa aspek, antara lain :
1. Aspek manusia
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan kebutuhan
manusia sebagai pelaku kegiatan, antara lain seperti: gaya hidup, kebiasaan, nilainilai dan sistem yang dianut, standard-standard kenyamanan (dimensi tempat duduk,
dimensi ruang, dimensi furniture). Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji,
antara lain :
Bagaimana program ruang yang dapat menjawab kebutuhan atlet akan pemulihan
kelelahan?
2. Aspek Ruang
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan ruang dalam suatu
bangunan yang dapat berupa ruang privat, maupun ruang publik. Pertimbangan
dapat berupa faktor kenyamanan dalam ruang (kenyamanan thermal, akustik,
pencahayaan), organisasi ruang, hubungan ruang, penggunaan warna dan material
dalam ruang, sirkuasi dalam ruang, penggunaan furniture yang sesuai, dsb.
Bagaimana merancang ruang yang dapat mendukung proses pemulihan kelelahan
atlet?
3. Aspek lingkungan
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang ada pada tapak, yang dapat berupa
sirkulasi dari lingkungan menuju bangunan dan sebaliknya, vegetasi pada tapak,
faktor ketidaknyamanan yang berasal dari lingkungan (suhu dan kelembaban udara,
kebisingan, dan radiasi matahari), dsb.
Bagaimana meminimalisir ketidaknyamanan lingkungan yang dapat mengganggu
proses pemulihan kelelahan?
Bagaimana memanfaatkan potensi lingkungan sehingga dapat mendukung proses
pemulihan kelelahan atlet?

37

4. Aspek Bangunan
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan bangunan, yang dapat
berupa sistem utilitas, massa bangunan, struktur bangunan fasad bangunan, material
pada bangunan, dsb.
Bagaimana

sistem-sistem dalam bangunan yang dapat mendukung

proses

pemulihan kelelahan, serta tidak menambah beban lelah bagi atlet?

38

Anda mungkin juga menyukai