Anda di halaman 1dari 2

Hipotiroidisme adalah istilah yang mengacu pada simtoma menurunnya sintesis

dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid.[1]


Pada umumnya, penyebab hipotiroidisme adalah kurangnya asupan gizi
berupa iodina atau yodium.[2] Hipotiroidisme transien, dapat terjadi setelah konsumsi iodina
dalam jumlah banyak yang menginduksi kelainan enzimatik ringan yang menyebabkan
terhambatnya sintesis hormon pada kelenjar tiroid, yang dikenal sebagai efek Wolff-Chaicoff.
Radang pada kelenjar tiroid juga dapat menyebabkan hipotiroidisme, seperti
pada penyakit Hashimoto tiroiditis. Penyebab lain dapat berupa:

Radiasi yang digunakan untuk menangani beberapa jenis kanker

Obat-obatan yang digunakan untuk menangani hipertiroidisme

Mutasi gen dengan ekspresi berupa tiroperoksidase, sebuah enzim pengikat heme yang
terdapat pada membran tirosit.[3]

Mutasi gen DEHAL1 dengan ekspresi berupa iodotirosina deiodinase,


sebuah enzim yang mengambil molekul iodina dari residu senyawa iodotirosina guna
keperluan biosintesis hormon oleh kelenjar tiroid.[4]

Mutasi gen THOX2 dengan ekspresi berupa tiroid oksidase-2.[5]

Tingginya rasio plasma iodotironina deiodinase, keluarga enzim yang


mempercepat lintasan katabolisme hormon tiroid.[6]

Tingginya rasio plasma selenium, senyawa yang menghambat aktivitas enzim


iodotironina deiodinase.[7]

Beberapa gejala umum dari hipertiroidisme adalah kelelahan, kram otot, depresi,
kepucatan, gondok, osteoporosis, dan kurang keringat.[8]
Hipotiroidisme dapat menyebabkan komplikasi dengan hipogonadisme, chronic progressive
external ophthalmoplegia (CPEO), lemah otot, atrofi, laktikasidemia dan piruvikasidemia, yang
diduga disebabkan oleh disfungsi sitokrom.[9] Dari data hasil biopsi pada sel otot, diketahui terjadi
50% defisiensi COX dengan 58% penurunan cyt.aa3 dan 41% penurunan cyt.b.
Pada jantung, penderita hipotiroidisme mengalami penurunan denyut jantung, penurunan daya
kontraksi dan fungsi diastolik, penurunan output kardiak dan peningkatan resistansi vaskular
sistemik; yang menyebabkan peningkatan tekanan diastolik dan penurunan tekanan sistolik.
[10]
Oleh karena terjadi peningkatan serum kolesterol, penderita menjadi lebih rentan
terhadap aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Klasifikasi
o

1.1Primer

2Pengobatan

3Referensi

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]


Hipotiroidisme terbagi menjadi tipe primer, yang disebabkan oleh kurangnya fungsi kelenjar
tiroid; dan tipe sekunder yang disebabkan oleh kurangnya pasokan
hormon TSH dari sekresi kelenjar hipofisis, atau kurangnya pasokan hormon TRH hasil sekresi
kelenjar hipotalamus.[2]

Primer[sunting | sunting sumber]


Kondisi primer dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan
seperti amiodaron dan litium, sitokina interferon- dan penghambat tirosina
kinase seperti Sunitinib yang sering digunakan dalam pengobatan kanker. Bayi juga dapat
mengalami kondisi primer, yang disebut congenital hypothyroidism akibat agenesis atau
disgenesis kelenjar tiroid oleh karena asupan obat anti-tiroid pada ibu hipertiroid yang
sedang mengandung.
Kondisi primer juga dapat dialami oleh para ibu pada masa 1 tahun setelah melahirkan, oleh
karena peningkatan antibodi anti-tiroid setelah persalinan. Hal ini lazim disebut postpartum
thyroiditis. Pada kondisi ini, ibu akan mengalami hipertiroidisme ringan segera setelah
persalinan, kemudian lambat laun kondisi akan bergeser menjadi hipotiroidisme yang dapat
bertahan dengan jangka 6 bulan hingga lebih dari 4 tahun.

Pengobatan[sunting | sunting sumber]


Hipotiroidisme memiliki efek yang biasanya lebih ringan daripada hipertiroidisme dan dapat
dengan mudah diobati dengan obat oral.

Anda mungkin juga menyukai