INDONESIA
JAKARTA, 2010
PENERAPAN
KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA
Kodepeksos
1. Mengingat Anggaran Dasar IPSPI Bab IV pasal 8, Bab VI, Ps. 11 (10); Bab VIII,
Ps 14 (2), Bab IX, Ps. 16 (1) e yang mengamanatkan suatu Kode Etik Profesi
Pekerjaan Sosial.
2. Menetapkan Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial Indonesia, selanjutnya disebut
sebagai Kodepeksos yang rumusannya terlampir dan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari ketetapan ini, sebagai suatu pedoman bagi pekerja sosial
professional dalam menyelenggarakan praktik pekerjaan sosial.
3. Menetapkan Dewan Pengawas Kode Etik Profesi pada Dewan Pengurus Pusat
IPSPI sebagai pihak yang wajib menyesuaikan rumusan sebagaimana diperlukan,
kemudian menyebarluaskan, mengawasi dan memastikan kepatuhan anggota
IPSPI terhadap Kodepeksos ini; serta bilamana terjadi dugaan pelanggaran serius
mengambil tindakan sesuai tatacara yang berlaku.
4. Menetapkan bahwa semua anggota IPSPI wajib berpegang teguh dan
menerapkan Kodepeksos; dan bahwa seluruh jajaran pengurus IPSPI wajib
menyebarluaskan Kodepeksos tersebut kepada seluruh pekerja sosial di wilayah
kerjanya masing-masing.
Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 20 Februari 2010
PIMPINAN SIDANG
Etik
Profesi
Pekerjaan
Sosial
BAB I
2
BAB II
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP KLIEN
3
Pasal 6
Menghargai kepentingan Klien
Pekerja sosial professional harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik
mungkin melindungi kepentingan klien dalam konteks pelayanan.
Pasal 7
Menghargai Hak-hak Klien
Pekerja sosial profesional wajib mengakui, menghargai, berupaya mewujudkan dan
melindungi hak - hak klien.
BAB III
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP REKAN SEJAWAT
Pasal 8
Penghargaan, Keterbukaan, dan Penghormatan
Pekerja sosial profesional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya sebaikbaiknya dengan penghormatan, kejujuran, dan keterbukaan demi perbaikan standar
pelayanan, peningkatan kemampuan profesional, dan pengembangan profesi
pekerjaan sosial.
Pasal 9
Klien Rekan sejawat
Pekerja sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat dengan
kliennya.
BAB IV
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA
Pasal 10
4
BAB VI
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 15
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
5
BAB VII
KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA
Pasal 16
Dianggap mengetahui dan kesediaan mematuhi
Pekerja sosial profesional wajib mengetahui dan mematuhi ketentuan Kodepeksos;
dan juga menerima bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan dan penetapan sanksi
atas pelanggaran Kodepeksos etik adalah hak sepenuhnya IPSPI yang dilaksanakan
oleh Dewan Pengawas Kode Etik Profesi IPSPI.
PENJELASAN
Konteks pelayanan: seperangkat faktor dan situasi sebagaimana suatu sistem yang
melingkupi suatu pelayanan sosial dengan unsur-unsur terkait setidak-tidaknya klien,
lembaga, masalah atau issue, pekerja sosial dan hubungan pelayanan.
Pekerja sosial profesional: seorang lulusan perguruan tinggi pekerjaan sosial/ilmu
kesejahteraan sosial yang terdaftar di IPSPI
Klien: orang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena memiliki masalah
sosial atau potensi pengembangan sosial terlibat dalam konteks pelayanan dengan
pekerja sosial professional dan oleh karenanya menerima manfaat dari kegiatan
pelayanan
Masalah: suatu situasi kompleks yang menjadi penyebab gangguan keberfungsian
atau menghambat perkembangan sosial seseorang, keluarga, atau kelompok
masyarakat
Lembaga: suatu organisasi formal baik milik negara, badan internasional, atau
lembaga swadaya masyarakat yang menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan
sosial dan oleh karenanya mempekerjakan pekerja sosial profesional
Hubungan pelayanan: suatu hubungan kerja yang melibatkan klien, lembaga, dan
pekerja sosial professional untuk menyelenggarakan suatu pelayanan sosial guna
mengatasi suatu masalah sosial, atau aspek tertentu dari masalah seperti itu, dengan
rentang waktu awal dan akhir yang relatif jelas.
PEMBUKAAN
Cukup jelas
Kaidah penelitian ilmu pekerjaan sosial meliputi antara lain keharusan bagi
penyelenggara dan orang-orang yang terlibat didalamnya untuk:
a) mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya bagi kesejahteraan
sosial.
b) menegaskan bahwa profesi lain dalam penelitian itu harus cakap dan sukarela,
tanpa menghukum atas penolakan mereka untuk berpartisipasi, dan harus
mempertimbangkan hak pribadi dan martabat mereka.
c) menjaga kerahasiaan informasi dari dan tentang klien yang terlibat dalam
penelitian semacam itu
d) melindungi partisipan dari gangguan fisik atau tekanan mental, bahaya atau
kerugian sebagai akibat dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan penelitian
e) segera menarik diri dari konteks pelayanan manakala lingkungan dan suasana
yang ada tidak lagi memungkinkan bagi pemberian pertimbangan yang seksama,
penyampaian pelayanan yang sebaik-baiknya, dan pengurangan atau pencegahan
dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi
f) memberitahu klien tentang pengakhiran konteks pelayanan baik yang dilakukan
melalui pengalihan, perujukan atau pemutusan.
Larangan penyalahgunaan konteks pelayanan oleh pekerja sosial profesional antara
lain:
a) menggunakan hubungannya dengan klien sebagai alasan untuk dan demi
mendapatkan keuntungan pribadinya
b) melakukan, menyetujui, membantu, bekerjasama atau ikut serta dengan konteks
pelayanan yang diskriminatif atas dasar ras, golongan, warna kulit, kelamin,
orientasi seksual, usia, agama, kebangsaan, status perkawinan, keyakinan politik,
perbedaan kapasitas mental atau fisik
c) memberikan atau melibatkan diri dalam hubungan dan komitmen yang
bertentangan dengan kepentingan klien.
d) melakukan kegiatan seksual dengan klien
Pasal 7: Pekerja sosial profesional menghargai hak-hak Klien dengan antara lain:
a) Mengakui, menghargai dan memastikan sebaik-baiknya pewujudan atas dan
perlindungan terhadap hak-hak klien, antara lain, atas hidup dan kehidupan,
kemerdekaan, kebebasan berpendapat dan kesetaraan dimata hukum
b) mengakui, menghargai, dan mewujudkan hak-hak klien dalam menentukan
nasibnya sendiri
c) menghormati dan menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan
d) tidak membiarkan, ikut serta, atau melakukan kegiatan yang melanggar hak-hak
klien
Hal asasi adalah pemahaman bahwa setiap orang terlahirkan bebas dan setara dalam
martabat dan haknya. Mereka dikaruniai dengan akal dan nurani dan selayaknya
memperlakukan satu sama lain dalam semangat persaudaraan Pasal 1 Deklarasi
Semesta Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia (All human beings
are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and
conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhoodArticle 1
of the United Nations Universal Declaration of Human Rights)
Hak klien untuk menentukan nasib sendiri
a) Dalam menjalankan pekerjaannya, pekerja sosial profesional harus selalu
melindungi kepentingan-kepentingan dan hak-hak pribadi klien.
10
b) tidak mengambil alih klien dari konteks pelayanan rekan sejawat kecuali dengan
persetujuan pihak-pihak dalam konteks pelayanan atau berdasarkan tatacara yang
etikal.
Pekerja sosial profesional juga mempunyai kewajiban terhadap rekan sejawat
termasuk antara lain
a) menjaga kerahasiaan yang disampaikan oleh rekan sejawatnya dalam konteks
pelayanan
b) bekerjasama untuk meningkatkan kepentingan-kepentingan profesional.
c) menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi praktek sehingga mempermudah
rekan sejawat dalam melaksanakan etika dan kompetensi profesionalnya
d) menghormati pandangan dan menggunakan saluran yang tepat dalam memberi
komentar tentang perbedaan pendapat
e) melaksanakan tugas sesuai dengan kepentingan, karakter dan reputasi rekan
sejawat yang bekerja atau dipekerjakan dalam praktik profesional
f) menjadi penengah manakala terjadi konflik di kalangan rekan sejawat yang
memerlukan pemecahan menurut pertimbangan profesional.
g) memelihara dan menghormati kondisi kesinambungan hubungan manakala
memimpin, menyelia atau membimbing rekan sejawat
h) melaksanakan secara jelas dan jujur sesuai dengan kriteria yang ada manakala
memberi tugas dan menilai kinerja rekan sejawat staf
i) Pekerja sosial profesional yang bertanggung jawab mengevaluasi kinerja
pegawai, penyelia atau mahasiswa harus menjelaskan evaluasi itu secara terbuka
kepada mereka.
Pekerja sosial professional memastikan imbalan jerih payah yang patut dan memadai
dengan antara lain:
a) menjelaskan modalitas jumlah, sumber, dan cara pembayarannya kepada klien
atau pihak ketiga yang bersangkutan sebelum mulai konteks pelayanan dan
selama pelaksanaan pelayanan kalau terjadi perubahan dari kesepakatan semula
b) tidak mengakhiri pelayanan semata-mata karena klien atau pihak ketiga tidak
dapat, tidak mampu, atau tidak bersedia memenuhi ongkos pelayanan dan kalau
pengakhiran adalah tidak terhindarkan maka dilaksanakan secara jelas dan
terbuka sesuai prinsip hubungan professional dengan klien
13
15