Anda di halaman 1dari 15

KONGRES III IKATAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL

INDONESIA
JAKARTA, 2010
PENERAPAN
KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA
Kodepeksos

1. Mengingat Anggaran Dasar IPSPI Bab IV pasal 8, Bab VI, Ps. 11 (10); Bab VIII,
Ps 14 (2), Bab IX, Ps. 16 (1) e yang mengamanatkan suatu Kode Etik Profesi
Pekerjaan Sosial.
2. Menetapkan Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial Indonesia, selanjutnya disebut
sebagai Kodepeksos yang rumusannya terlampir dan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari ketetapan ini, sebagai suatu pedoman bagi pekerja sosial
professional dalam menyelenggarakan praktik pekerjaan sosial.
3. Menetapkan Dewan Pengawas Kode Etik Profesi pada Dewan Pengurus Pusat
IPSPI sebagai pihak yang wajib menyesuaikan rumusan sebagaimana diperlukan,
kemudian menyebarluaskan, mengawasi dan memastikan kepatuhan anggota
IPSPI terhadap Kodepeksos ini; serta bilamana terjadi dugaan pelanggaran serius
mengambil tindakan sesuai tatacara yang berlaku.
4. Menetapkan bahwa semua anggota IPSPI wajib berpegang teguh dan
menerapkan Kodepeksos; dan bahwa seluruh jajaran pengurus IPSPI wajib
menyebarluaskan Kodepeksos tersebut kepada seluruh pekerja sosial di wilayah
kerjanya masing-masing.

Ditetapkan di

: Jakarta

Pada tanggal

: 20 Februari 2010

PIMPINAN SIDANG

(Marianus Jago, SST)

(Drs. Sri Widodo, MSI)


MSW)

(Ade Reno Sudiarno,

KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA


PEMBUKAAN
ini, selanjutnya disebut dengan
Kodepeksos, adalah suatu pedoman perilaku bagi anggota Ikatan Pekerja Sosial
profesional Indonesia (IPSPI). Kodepeksos ini sekaligus merupakan landasan untuk
memutuskan persoalan-persoalan etika manakala perilaku pekerja sosial dalam
menyelenggarakan hubungan profesional dengan klien, rekan sejawat, lembaga
tempat ia dipekerjakan, dan dengan masyarakat dinilai menyimpang dari standar
perilaku etik.
Kode

Etik

Profesi

Pekerjaan

Sosial

Profesi pekerjaan sosial mendorong perubahan sosial, pemecahan masalah


dalam hal hubungan antar manusia, penguatan kelompok yang lemah, pembebasan
mereka yang tertindas dan teraniaya, dan pelibatan mereka yang terpinggirkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi manusia demi
peningkatan kesejahteraan sosial. Dengan mendayagunakan teori-teori hubungan
antar manusia dan sistem sosial profesi pekerjaan sosial memberikan bantuan pada
titik dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya.
Profesi pekerjaan sosial menempatkan kaidah-kaidah hak asasi manusia,
demokrasi, dan keadilan sosial sebagai landasan dan motivasi bagi tiap-tiap pekerja
sosial untuk mengakui keunikan dan kesetaraan setiap orang dan oleh karenanya
menghargai terhadap harkat dan martabat serta tanggung jawab sosial.
Dengan menerima dan menaati Kodepeksos ini seorang pekerja sosial
menyatakan komitmen pribadinya terhadap prinsip-prinsip umum profesi pekerjaan
sosial di Indonesia dan diseluruh dunia; menegaskan kemauan dan semangat untuk
bertindak dengan setinggi-tingginya integritas professional; serta menyatakan
kesediaannya untuk dinilai secara etikal dalam seluruh perbuatan mereka sebagai
pekerja sosial professional terutama dalam berbagai situasi yang mempunyai
implikasi etikal.

BAB I
2

PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI


PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
Pasal 1
Perilaku Pribadi
Pekerja sosial profesional wajib memelihara dan senantiasa meningkatkan standar
perilaku pribadi selama menggunakan identitas dan bertindak dalam kapasitasnya
sebagai pekerja sosial professional.
Pasal 2
Integritas
Pekerja sosial profesional harus senantiasa bertindak dengan setinggi-tingginya
integritas professional.
Pasal 3
Kemampuan Profesional
Pekerja sosial profesional dalam menerima tanggung jawab atau pekerjaan harus
semata-mata mendasarkannya pada pemahaman bahwa ia memang memiliki
kemampuan untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dan atau untuk
meningkatkan kemampuan yang terkait dengan tanggung jawab atau pekerjaan
tersebut.
Pasal 4
Pelayanan
Pekerja sosial profesional wajib memastikan mutu dan cakupan lingkup pelayanan.
Pasal 5
Keilmuan dan Penelitian
Pekerja sosial profesional yang terlibat dalam bidang keilmuan dan penelitian
harus mengikuti dan mematuhi tradisi-tradisi keilmuan pekerjaan sosial.

BAB II
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP KLIEN
3

Pasal 6
Menghargai kepentingan Klien
Pekerja sosial professional harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik
mungkin melindungi kepentingan klien dalam konteks pelayanan.
Pasal 7
Menghargai Hak-hak Klien
Pekerja sosial profesional wajib mengakui, menghargai, berupaya mewujudkan dan
melindungi hak - hak klien.

BAB III
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP REKAN SEJAWAT
Pasal 8
Penghargaan, Keterbukaan, dan Penghormatan
Pekerja sosial profesional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya sebaikbaiknya dengan penghormatan, kejujuran, dan keterbukaan demi perbaikan standar
pelayanan, peningkatan kemampuan profesional, dan pengembangan profesi
pekerjaan sosial.
Pasal 9
Klien Rekan sejawat
Pekerja sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat dengan
kliennya.

BAB IV
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA
Pasal 10
4

Komitmen terhadap Lembaga yang Mempekerjakan


Pekerja sosial profesional harus senantiasa berperanserta aktif dalam meningkatkan
kinerja pelayanan lembaganya terhadap klien baik melalui hubungan kerja yang
kondusif maupun dalam bentuk pelayanan yang lebih bermutu kepada klien.
Pasal 11
Ongkos pelayanan
Pekerja sosial professional wajib memastikan bahwa dalam konteks pelayanan
terdapat unsur imbalan jerih payah yang patut dan memadai baik langsung dari klien
atau dari pihak ketiga kepada lembaga sesuai standar dan ketentuan.
BAB V
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
Pasal 12
Memelihara Integritas Profesi
Pekerja sosial profesional harus memelihara dan mengembangkan unsur-unsur
profesi pekerjaan sosial nilai-nilai etika, misi, ilmu pengetahuan, serta praktiknya.
Pasal 13
Kemaslahatan masyarakat
Pekerja sosial profesional harus senantiasa berupaya untuk mewujudkan profesi
pekerjaan sosial sebagai unsur pelayanan yang menjadi sumbangsih untuk
kemaslahatan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial.
Pasal 14
Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan
Pekerja sosial profesional harus berperan aktif dalam mengidentifikasi,
mengembangkan dan memanfaatkan unsur-unsur profesi pekerjaan sosial.

BAB VI
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 15
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
5

Pekerja sosial professional wajib ikutserta memajukan kesejahteraan sosial dengan


mendukung pewujudan kondisi kehidupan yang kondusif bagi pemenuhan
kebutuhan dasar dan hak asasi; dan mendorong pewujudan nilai-nilai sosial,
ekonomi, politik, dan budaya yang selaras dengan cita-cita keadilan sosial.

BAB VII
KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA
Pasal 16
Dianggap mengetahui dan kesediaan mematuhi
Pekerja sosial profesional wajib mengetahui dan mematuhi ketentuan Kodepeksos;
dan juga menerima bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan dan penetapan sanksi
atas pelanggaran Kodepeksos etik adalah hak sepenuhnya IPSPI yang dilaksanakan
oleh Dewan Pengawas Kode Etik Profesi IPSPI.

KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA

PENJELASAN

Berikut adalah penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam


Kodepeksos ini:

Konteks pelayanan: seperangkat faktor dan situasi sebagaimana suatu sistem yang
melingkupi suatu pelayanan sosial dengan unsur-unsur terkait setidak-tidaknya klien,
lembaga, masalah atau issue, pekerja sosial dan hubungan pelayanan.
Pekerja sosial profesional: seorang lulusan perguruan tinggi pekerjaan sosial/ilmu
kesejahteraan sosial yang terdaftar di IPSPI
Klien: orang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena memiliki masalah
sosial atau potensi pengembangan sosial terlibat dalam konteks pelayanan dengan
pekerja sosial professional dan oleh karenanya menerima manfaat dari kegiatan
pelayanan
Masalah: suatu situasi kompleks yang menjadi penyebab gangguan keberfungsian
atau menghambat perkembangan sosial seseorang, keluarga, atau kelompok
masyarakat
Lembaga: suatu organisasi formal baik milik negara, badan internasional, atau
lembaga swadaya masyarakat yang menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan
sosial dan oleh karenanya mempekerjakan pekerja sosial profesional
Hubungan pelayanan: suatu hubungan kerja yang melibatkan klien, lembaga, dan
pekerja sosial professional untuk menyelenggarakan suatu pelayanan sosial guna
mengatasi suatu masalah sosial, atau aspek tertentu dari masalah seperti itu, dengan
rentang waktu awal dan akhir yang relatif jelas.

Penjelasan pasal demi pasal


7

PEMBUKAAN
Cukup jelas

BAB I: PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI PEKERJA SOSIAL


PROFESIONAL
Pasal 1: Standar perilaku pribadi pekerja sosial profesional termasuk antara lain:
a) membedakan secara tegas pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakannya
sebagai seorang pekerja sosial professional dari pernyataan-pernyataan dan
tindakan-tindakan sebagai seorang pribadi
b) tidak melibatkan diri dalam tindak ketidakjujuran, kesombongan, kecurangan dan
kesembronoan

Pasal 2: Pekerja sosial profesional menjaga integritas professional dengan:


a) mewaspadai dan menolak pengaruh-pengaruh dan tekanan-tekanan yang
membatasi kebebasan profesional.
b) tidak menggunakan hubungan profesional demi kepentingan pribadi.
Pasal 3: Pekerja sosial profesional melaksanakan tanggung jawab antara lain
dengan:
a) memberikan sebaik-baiknya pelayanan sesuai dengan kemampuan
profesionalnya
b) meningkatkan terus menerus kemampuan praktik dan pelaksanaan fungsi
profesional.
c) tidak menyalahgunakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,
ataupun jabatan profesionalnya.
Pasal 4: Pekerja sosial profesional memastikan mutu dan cakupan lingkup pelayanan
dengan:
a) menyelenggarakan pelayanan sejak dari awal, pelaksanaan sampai pengakhiran
dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kompetensinya, dan secara
bertanggungjawab
b) tidak menyelenggarakan sendiri atau bersama-sama pelayanan yang menyalahi
dan atau melanggar prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai profesi pekerjaan sosial.

Pasal 5: Pekerja sosial profesional mengikuti dan mematuhi tradisi-tradisi keilmuan


pekerjaan sosial dengan antara lain:
a) memegang teguh protokol penelitian sesuai kaidah penelitian ilmu pekerjaan
social
b) membicarakan kasus hanya sejauh untuk tujuan-tujuan professional dan hanya
dengan orang-orang yang langsung dan secara profesional terkait dengan dan
konteks pelayanan
c) tidak menerima penghargaan yang tidak berdasarkan atas dan sesuai dengan
pekerjaan yang benar-benar dilakukannya dalam bidang keilmuan dan penelitian.

Kaidah penelitian ilmu pekerjaan sosial meliputi antara lain keharusan bagi
penyelenggara dan orang-orang yang terlibat didalamnya untuk:
a) mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya bagi kesejahteraan
sosial.
b) menegaskan bahwa profesi lain dalam penelitian itu harus cakap dan sukarela,
tanpa menghukum atas penolakan mereka untuk berpartisipasi, dan harus
mempertimbangkan hak pribadi dan martabat mereka.
c) menjaga kerahasiaan informasi dari dan tentang klien yang terlibat dalam
penelitian semacam itu
d) melindungi partisipan dari gangguan fisik atau tekanan mental, bahaya atau
kerugian sebagai akibat dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan penelitian

BAB II: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


KLIEN
Pasal 6: Pekerja sosial professional menghargai kepentingan klien dengan antara
lain:
a) memulai, menyelenggarakan dan mengakhiri konteks pelayanan semata-mata
untuk kepentingan pelayanan terhadap klien.
b) tidak membiarkan, ikut serta, atau melakukan penyalahgunaan konteks pelayanan
yang dampaknya dapat merugikan kepentingan klien
Secara umum kewajiban pekerja sosial profesional terhadap klien dalam penyediaan
pelayanan antara lain:
a) memberi pelayanan sesuai dengan kompetensi profesionalnya
b) memberi informasi yang akurat dan lengkap tentang keluasan lingkup, jenis dan
sifat pelayanan
c) memberitahukan hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan risiko yang
melekat pada dan atau timbul dari hubungan pelayanan yang diberikan
d) meminta saran, nasehat, dan bimbingan dari rekan sejawat dan penyelia
manakala diperlukan demi kepentingan klien
9

e) segera menarik diri dari konteks pelayanan manakala lingkungan dan suasana
yang ada tidak lagi memungkinkan bagi pemberian pertimbangan yang seksama,
penyampaian pelayanan yang sebaik-baiknya, dan pengurangan atau pencegahan
dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi
f) memberitahu klien tentang pengakhiran konteks pelayanan baik yang dilakukan
melalui pengalihan, perujukan atau pemutusan.
Larangan penyalahgunaan konteks pelayanan oleh pekerja sosial profesional antara
lain:
a) menggunakan hubungannya dengan klien sebagai alasan untuk dan demi
mendapatkan keuntungan pribadinya
b) melakukan, menyetujui, membantu, bekerjasama atau ikut serta dengan konteks
pelayanan yang diskriminatif atas dasar ras, golongan, warna kulit, kelamin,
orientasi seksual, usia, agama, kebangsaan, status perkawinan, keyakinan politik,
perbedaan kapasitas mental atau fisik
c) memberikan atau melibatkan diri dalam hubungan dan komitmen yang
bertentangan dengan kepentingan klien.
d) melakukan kegiatan seksual dengan klien

Pasal 7: Pekerja sosial profesional menghargai hak-hak Klien dengan antara lain:
a) Mengakui, menghargai dan memastikan sebaik-baiknya pewujudan atas dan
perlindungan terhadap hak-hak klien, antara lain, atas hidup dan kehidupan,
kemerdekaan, kebebasan berpendapat dan kesetaraan dimata hukum
b) mengakui, menghargai, dan mewujudkan hak-hak klien dalam menentukan
nasibnya sendiri
c) menghormati dan menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan
d) tidak membiarkan, ikut serta, atau melakukan kegiatan yang melanggar hak-hak
klien
Hal asasi adalah pemahaman bahwa setiap orang terlahirkan bebas dan setara dalam
martabat dan haknya. Mereka dikaruniai dengan akal dan nurani dan selayaknya
memperlakukan satu sama lain dalam semangat persaudaraan Pasal 1 Deklarasi
Semesta Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia (All human beings
are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and
conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhoodArticle 1
of the United Nations Universal Declaration of Human Rights)
Hak klien untuk menentukan nasib sendiri
a) Dalam menjalankan pekerjaannya, pekerja sosial profesional harus selalu
melindungi kepentingan-kepentingan dan hak-hak pribadi klien.

10

b) Bila pekerja sosial profesional melimpahkan/memberikan wewenang kepada


orang lain untuk bertindak demi kepentingan klien, maka dia harus menjaga agar
pelayanan itu tetap sesuai dengan kepentingan klien.
c) Pekerja sosial profesional tidak ikut campur dalam tindakan yang melanggar atau
mengurangi hak-hak sipil atau hak resmi klien.
Menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan
a) memberitahu klien tentang hak-hak mereka terhadap kerahasiaan dalam konteks
pelayanan juga termasuk bila melibatkan orang ketiga kedalam aktifitas mereka
b) memberitahukan klien tentang batas-batas dan keperluan kerahasiaan informasi
dalam konteks pelayanan
c) memperlihatkan (memberitahukan) catatan informasi atas permintaan klien dan
dan sejauh itu menyangkut klien yang bersangkutan, dan dalam kitan itu
d) tidak membiarkan rahasia orang lain terbuka kepada klien tersebut
e) tidak membuka rahasia klien kepada orang lain kecuali atas perintah ketentuan
hukum
f) tidak membuka rahasia klien kepada orang lain walaupun pertimbanganpertimbangan profesional mengharuskannya kalau tidak mendapatkan
persetujuan yang jelas dari klien bersangkutan

BAB III: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


REKAN SEJAWAT
Pasal 8: Pekerja sosial profesional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya
dengan antara lain:
a) melakukan kerjasama untuk mempermudah pelayanan dan meningkatkan mutu
pelayanan oleh rekan sejawat
b) menghormati pendapat dan manakala terdapat perbedaan senantiasa mencari cara
dan saluran se bijak-bijaknya untuk menyampaikan pendapat semacam itu
c) mendorong, membantu, dan melakukan kerjasama untuk meningkatkan
kemampuan professional rekan sejawat dan bersama-sama meningkatkan profesi
pekerjaan sosial
d) tidak merongrong kewibawaan, menganggu atau menghambat penyelenggaraan
pelayanan rekan sejawat
Pasal 9: Pekerja sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat
dengan antara lain:
a) melayani klien yang dirujuk oleh rekan sejawat baik yang sifatnya darurat,
sementara, atau berkelanjutan dengan penghargaan dan perlakuan sama seperti
terhadap klien lain
11

b) tidak mengambil alih klien dari konteks pelayanan rekan sejawat kecuali dengan
persetujuan pihak-pihak dalam konteks pelayanan atau berdasarkan tatacara yang
etikal.
Pekerja sosial profesional juga mempunyai kewajiban terhadap rekan sejawat
termasuk antara lain
a) menjaga kerahasiaan yang disampaikan oleh rekan sejawatnya dalam konteks
pelayanan
b) bekerjasama untuk meningkatkan kepentingan-kepentingan profesional.
c) menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi praktek sehingga mempermudah
rekan sejawat dalam melaksanakan etika dan kompetensi profesionalnya
d) menghormati pandangan dan menggunakan saluran yang tepat dalam memberi
komentar tentang perbedaan pendapat
e) melaksanakan tugas sesuai dengan kepentingan, karakter dan reputasi rekan
sejawat yang bekerja atau dipekerjakan dalam praktik profesional
f) menjadi penengah manakala terjadi konflik di kalangan rekan sejawat yang
memerlukan pemecahan menurut pertimbangan profesional.
g) memelihara dan menghormati kondisi kesinambungan hubungan manakala
memimpin, menyelia atau membimbing rekan sejawat
h) melaksanakan secara jelas dan jujur sesuai dengan kriteria yang ada manakala
memberi tugas dan menilai kinerja rekan sejawat staf
i) Pekerja sosial profesional yang bertanggung jawab mengevaluasi kinerja
pegawai, penyelia atau mahasiswa harus menjelaskan evaluasi itu secara terbuka
kepada mereka.

BAB IV: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA
Pasal 10: Pekerja sosial profesional meningkatkan kinerja pelayanan lembaganya
terhadap klien dengan antara lain:
a) mencegah dan menghentikan kebijakan, program, dan pelayanan lembaga yang
tidak sesuai dengan prinsip dan standar profesi pekerjaan sosial
b) memperbaiki secara aktif kebijakan, program dan tatacara demi meingkatkan
kedayagunaan dan ketepatgunaan pelayanan
c) melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggungjawab sebaik-baiknya dan secara
akuntabel dalam bidang, jabatan dan kompetensinya serta mendapatkan hak dan
imbalan yang sesuai dengan standar dan ketentuan
d) tidak menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya lembaga untuk
kepentingan pribadi

Pasal 11: Ongkos pelayanan


12

Pekerja sosial professional memastikan imbalan jerih payah yang patut dan memadai
dengan antara lain:
a) menjelaskan modalitas jumlah, sumber, dan cara pembayarannya kepada klien
atau pihak ketiga yang bersangkutan sebelum mulai konteks pelayanan dan
selama pelaksanaan pelayanan kalau terjadi perubahan dari kesepakatan semula
b) tidak mengakhiri pelayanan semata-mata karena klien atau pihak ketiga tidak
dapat, tidak mampu, atau tidak bersedia memenuhi ongkos pelayanan dan kalau
pengakhiran adalah tidak terhindarkan maka dilaksanakan secara jelas dan
terbuka sesuai prinsip hubungan professional dengan klien

BAB V: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
Pasal 12: Pekerja sosial profesional memelihara dan mengembangkan profesi
pekerjaan sosial dengan antara lain:
a) meningkatkan terus menerus kepakaran dan keahlian profesional sesuai tataran
kompetensinya
b) mengembangkan, mengadvokasi, membela dan melindungi martabat serta
integritas profesi
c) menjadi anggota organisasi resmi profesi pekerjaan sosial
d) mengambil tindakan untuk mencegah, memperbaiki atau menghentikan praktik
yang tidak bertanggung jawab dan yang tidak memenuhi prinsip serta standar
profesi pekerjaan sosial
e) tidak melibatkan diri, melakukan, atau membiarkan situasi dan tindakan-tindakan
yang dapat menganggu integritas profesi
Pasal 13: Pekerja sosial profesional mewujudkan peran profesi pekerjaan sosial
dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dengan antara lain:
a) mengupayakan sendiri ataupun bersama-sama rekan sejawat dari dalam dan luar
profesi pekerjaan sosial agar setiap unsur profesi perkerjaan sosial bermanfaat
untuk kemaslahatan masyarakat
b) mendukung dan atau mewakili profesi pekerjaan sosial sebagai pelaku dalam,
ataupun sebagai pengendali sosial terhadap, perumusan kebijakan, perencanaan,
serta pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial
c) tidak ikut serta, melibatkan, atau menggunakan profesi pekerjaan sosial untuk
atau dalam kegiatan yang mengancam kemaslahatan masyarakat

13

Pasal 14: Pekerja sosial profesional mengidentifikasi, mengembangkan dan


memanfaatkan unsur-unsur profesi pekerjaan sosial dengan antara lain:
a) memperkaya khasanah profesi pekerjaan sosial melalui pengembangan penelitian
ilmiah, penghimpunan pengalaman praktik, serta pertukaran pendapat dengan
sesama warga profesi pekerjaan sosial
b) mendasarkan prakteknya senantiasa pada prinsip dan standar profesi pekerjaan
sosial dengan secara terus menerus mengikuti perkembangan, mengkaji secara
kritis, menjaga, serta ikut mengembangkan ilmu pekerjaan/kesejahteraan sosial
serta ilmu-ilmu lain yang terkait
c) tidak menyimpan sendiri ilmu pengetahuan dan pengalaman praktik profesional

BAB VI: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


MASYARAKAT
Pasal 15: Pekerja sosial professional ikutserta memajukan kesejahteraan sosial
dengan antara lain:
a)ikutserta mengupayakan semua orang memiliki akses terhadap sumber-sumber,
pelayanan-pelayanan dan kesempatan-kesempatan yang mereka butuhkan.
b)mengembangkan pilihan dan kesempatan bagi semua orang terutama bagi orangorang dan kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau yang tertindas.
c)ikut menciptakan kondisi yang mendorong munculnya rasa hormat terhadap
keanekaragaman budaya bangsa.
d)memberikan pelayanan-pelayanan profesional yang tepat terutama dalam keadaan
darurat.
e)mendorong dan mengusahakan adanya perubahan-perubahan kebijakan dan
perundang-undangan untuk meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan untuk
meningkatkan keadilan sosial.
f)mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat melalui kebijakan-kebijakan dan
lembaga-lembaga sosial.

BAB VII: KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL


INDONESIA

Pasal 16: Pekerja sosial menunjukkan pemahaman serta penerimaan terhadap


Kodepeksos dengan antara lain:
a)menerima bahwa setiap anggota IPSPI dianggap mengetahui adanya dan
memahami isi Kodepeksos
14

b)memiliki dan menyimpan rumusan Kodepeksos


c)mengakui kewenangan IPSPI untuk melakukan pengawasan terhadap
kepatuhannya terhadap Kodepeksos dan untuk mengambil tindakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku manakala terjadi dugaan pelanggaran serius
terhadap Kodepeksos

15

Anda mungkin juga menyukai