110100180
110100166
110100434
110100265
110100304
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Pengaruh Radiasi terhadap Otak. Tujuan penulisan
laporan kasus ini adalah untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik di
Departemen Ilmu Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara..
Penulis menyadari laporan kasus ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama untuk pengembangan ilmu kedokteran.
Medan, 30 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................
1
2
2
3
3
6
6
6
8
8
9
9
9
10
11
14
19
BAB I
PENDAHULUAN
dapat berupa kerusakan permukaan kulit hingga induksi keganasan. Pada otak,
efek radiasi diduga dapat menyebabkan kanker otak,terutama jenis radiasi
ionisasi.Contoh radiasi yang mengionisasi adalah sinar-X, sinar gamma yang
terutama lebih sering mengenai anak yang terapapar saat usia berada di bawah 20
tahun.4
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui struktur dan fungsi otak
1.2.2 Mengetahui jenis radiasi
1.2.3 Mengetahui efek radiasi terhadap tubuh
1.2.4 Mengetahui efek radiasi terhadap otak
1.3 Manfaat
1.3.1 Sebagai bahan pembelajaran dan ilmu kedokteran
1.3.2 Sebagai syarat mengikuti kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Bedah
Saraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Masingmasing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut
gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus
tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan
lobus temporal. 1
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus
parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh garis
yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis
(Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik
thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala jenis
rangsangan somatik . 1
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otototot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area
asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital
oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral.
Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara.1
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus ini
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. 1
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa
area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
timbul berupa muntah, kelemahan otat w2ajah baik satu maupun dua sisi,
kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun. 1
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial III
dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal
mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur
gerakan tubuh dan pendengaran. 1
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial (CN) V
diasosiasikan dengan pons. 1
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak yang
akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga di fossa
kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla, sedangkan CN
VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla. 1
2.2 Fisiologi Otak
1.Meningen
Meningen adalah tiga membran yang membungkus susunan saraf pusat,
dari lapisan terluar hingga terdalam : duramater, arakhnoid mater dan pia mater.
1.Duramater adalah pembungkus inelastik kuat yang terdiri dari dua lapisan (dura
artinya kuat). Lapisan-lapisan ini biasanya melekat erat, tetapi di beberapa
tempat keduanya terpisah untuk membentuk rongga berisi darah, sinus dural,
atau rongga yang lebih besar, sinus venosus. Darah vena yang berasal dari otak
mengalir ke sinus ini untuk dikembalikan ke jantung.2
2.Arakhnoid mater adalah lapisan halus kaya pembuluh darah dengan
penampakan sarang laba-laba. Ruang antara lapisan arakhnoid dan pia mater
dibawahnya, ruang subarakhnoid terisi oleh CSS. Penonjolan jaringan
arakhnoid, vili arakhnoid, menembus celah-celah di dura di atasnya dan
menonjol ke dalam sinus dura. CSS direabsorpsi menembus permukaan villusvillus ini untuk masuk ke sirkulasi darah di dalam sinus.2
bahan bakar lain untuk menghasilkan energi selain glukosa, otak dalam keadaan
normal hanya menggunakan glukosa tetapi tidak menyimpan nutrien ini. Karena
itu, otak bergantung mutlak pada pasokan O2 dan glukosa yang adekuat dan terusmenerus.2
2.3 Radiasi
2.3.1 Definisi
Radiasi atau pancaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
energi dilepaskan oleh suatu atom. Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional,
radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang.
Jadi radiasi kedokteran adalah energi yang dipancarkan oleh atom dalam bentuk
partikel atau gelombang yang digunakan dalam dunia kedokteran, baik untuk
tujuan diagnosis maupun tujuan pengobatan (terapi). Ada beberapa radiasi yang
kita terima setiap saat, baik yang berasal dari alam maupun dari buatan manusia.
Radiasi tersebut ada yang bermanfaat atau berdampak positif dan ada yang
merugikan atau berdampak negatif bagi tubuh manusia, hewan, maupun tumbuhtumbuhan.6
2.3.2 Jenis-jenis Radiasi
Menurut massanya radiasi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu,
1) Radiasi korpuskuler (corpuscular radiation)
Radiasi korpuskuler adalah pancaran atom-atom atau partikel sub atom
yang mempunyai kemampuan memindahkan energi geraknya atau energi
kenetiknya ke bahan- bahan yang ditumbuknya. Radiasi korpuskuler
(radiasi partikel) adalah radiasi yang memiliki massa, di antaranya partikel
alfa, beta dan netron. Partikel alfa dan beta ini dihasilkan dari peluruhan
sat radioaktif yang terurai menjadi satu atau beberapa partikel lain.7
2) Radiasi elektromagnetik (electromagnetics radiation)
Radiasi elektromagnetik adalah pancaran gelombang yang punya medan
listrik dan magnet yang dapat menyebabkan perubahan struktur dalam
atom dari bahan yang dilaluinya. radiasi elektromagnetik adalah radiasi
yang tidak memiliki massa, terdiri dari gelombang radio, gelombang
10
11
kemampuan berbeda dalam merusak jaringan atau organ tubuh manusia. Karena
perbedaan tersebut diperlukan besaran dosis yang tidak tergantung dari jenis
radiasi yaitu dosis ekivalen dengan satuan Sievert (Sv) dan untuk satuan yang
lebih kecil digunakan milli sievert (mSv). Dosis ekivalen adalah dosis terserap
dikalikan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi untuk elektron (radiasi beta),
foton (gamma) dan sinar-X bernilai 1 sedangkan untuk radiasi alfa bernilai 20. Ini
berarti bahwa radiasi alfa bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh 20
kali lebih besar dibandingkan dengan radiasi beta, gamma, dan sinar-X. Dengan
adanya dosis ekivalen ini maka dosis 1 Sv yang berasal dari radiasi alfa akan
mengakibatkan kerusakan yang sama dengan dosis 1 Sv dari radiasi sinar beta,
gamma dan sinar-X. Setiap jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masingmasing terhadap radiasi (faktor bobot organ), misalnya sel kelamin punya faktor
bobot organ lebih tinggi dari sumsum tulang, ginjal, paru, dan lain-lain. Oleh
karena itu dibuatlah dosis efektif yang menyatakan jumlah dari dosis ekivalen
yang diterima tubuh dikalikan dengan faktor bobot organ.5 Dosis ini sering
disebut dengan dosis radiasi yang dinyatakan dengan Rem (1 Sv = 100 Rem).
Nilai batas dosis menurut surat keputusan Kepala Bapeten No: 01 / Ka Bapeten /
V 99, penerimaan batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum
selama jangka waktu 1 tahun tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari
penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis pekerja radiasi untuk
seluruh tubuh sebesar 50 mSv pertahun sedangkan nilai batas dosis masyarakat
umum untuk seluruh tubuh 5 mSv pertahun. Dalam hal penyinaran lokal pada
bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan tubuh
yang terkena radiasi harus tidak lebih dari 50 mSv pertahun.6
12
hari. Efek lanjut mungkin baru tampak beberapa minggu, bulan atau bahkan
bertahuntahun kemudian. Mutasi (pergeseran) bahan genetik dari selsel organ
kelamin akan tampak jelas hanya jika hewan yang terpapar radiasi memiliki anak,
dimana anaknya mungkin terlahir dengan kelainan genetik.6
Paparan radiasi ionisasi terhadap jaringan tubuh menyebabkan 2 jenis efek,
yaitu akut (segera) dan kronik (menahun) :
1. Efek akut
Efek akut menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat dosis yang
besar dari radiasi ionisasi. Perubahan pada kulit termasuk eritrema,
desquamasi
kering,
desquamasi
lembab
dan pengelupasan
kulit.
13
Sindroma otak terjadi jika dosis total radiasi sangat tinggi (20 Gy)
dan selalu berakibat fatal. Gejala awal berupa mual dan muntah, lalu
diikuti oleh lelah, ngantuk dan kadang koma. Gejala ini kemungkinan
besar disebabkan oleh adanya peradangan otak.6
2. Efek kronis
Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi
dosis rendah dari implan radioaktif atau sumber eksternal, bisa
menyebabkan terhentinya menstruasi (amenore), berkurangnya kesuburan
pada pria dan wanita, berkurangnya gairah seksual (libido) pada wanita,
katarak dan berkurangnya jumlah sel darah merah (anemia), sel darah
putih (leukopenia dan trombosit (trombositopenia). 6
Dosis sangat tinggi pada bagian tubuh tertentu bisa menyebabkan
rambut rontok, kulit menipis dan terbentuknya luka terbuka (ulkus, borok),
kapalan dan spider nevi (daerah kemerahan seperti labalaba akibat
pelebaran pembuluh darah kecil di bawah permukaan kulit).
Kadang
cedera berat pada organ yang terpapar radiasi terjadi beberapa bulan/tahun
setelah menjalani terapi radiasi untuk kanker yaitu6 :
a. Fungsi ginjal bisa menurun dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun
setelah penderita menerima dosis radiasi yang sangat tinggi; juga bisa
terjadi anemia dan tekanan darah tinggi. 6
b. Penimbunan radiasi dosis tinggi di dalam otot bisa menyebabkan nyeri,
pengecilan otot (atrofi) dan penimbunan kalsium di dalam otot yang
teriritasi. Meskipun sangat jarang terjadi, perubahan ini bisa
menyebabkan tumor otot ganas. 6
c. Radiasi pada tumor paru bisa menyebabkan peradangan paru
(pneumonitis radiasi) dan radiasi dosis tinggi bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut yang hebat pada paruparu (fibrosis), yang
bisa berakibat fatal. 6
d. Jantung dan kantungnya bisa mengalami peradangan setelah diberikan
radiasi yang luas pada tulang dada dan dada. 6
e. Penimbunan radiasi di dalam korda spinalis bisa menyebabkan
kerusakan hebat yang berakhir dengan kelumpuhan. 6
14
f. Radiasi ekstensif pada perut (untuk kanker kelenjar getah bening, testis
atau ovarium) bisa menyebabkan terbentuknya ulkus kronis, jaringan
parut dan perforasi pada usus. 6
15
tidak terjadi. Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 4 Sv (350 400 rem)
yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari
mereka yang mendapat radiasi ulang dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya,
dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam selang waktu satu tahun
tidak menimbulkan akibat yang sama.7
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh
mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang
ditimbulkan radiasi juga akan berbeda. Sebuah penelitian di Cina menunjukkan
ada hubungan antara kandungan lipid dan asam nukleat suatu jaringan terhadap
resistensi terhadap radiasi, dimana jaringan kaya lipid dan atau asam nukleat akan
lebih mudah mengalami efek radiasi dibandingkan jaringan lainnya. Kulit, otak,
dan sistem pencernaan termasuk organ/jaringan yang mudah mengalami efek
radiasi, sedangkan eritrosit yang tidak memiliki inti sel cenderung tidak
mengalami efek radiasi.8
Otak merupakan salah satu organ yang sering menjadi perhatian dalam
mempelajari pengaruh radiasi terhadap kesehatan. Beberapa penyakit yang telah
diyakini dapat disebabkan pengaruh radiasi terhadap otak antara lain:
Penyakit Alzheimer
Autisme
Tumor otak
Banyak penelitian terhadap efek berbagai bentuk radiasi terhadap kelainan otak
yang telah dilakukan. Dari berbagai bentuk radiasi, jenis radiasi yang paling
menjadi perhatian antara yaitu radiasi dari sistem telekomunikasi dan radiologi
diagnostik/radioterapi.7
Radiasi sistem telekomunikasi, khususnya telepon selular, telah lama
menjadi topik pembelajaran penting mengenai dampak radiasi pada kesehatan.
Telah banyak penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa radiasi telepon
selular berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya otak. Sebuah penelitian di
Inggris membuktikan bahwa paparan terhadap ponsel selama 30 menit
16
mempengaruhi aktivitas neural otak, dan paparan secara kronis mempebesar risiko
kanker otak, menurunkan daya ingat, dan menimbulkan perilaku autisme.
Walaupun semua gejala tersebut dikaitkan erat pada radiasi telepon selular,
diyakini ada kemungkinan gelombang radiasi sistem telekomunikasi lain seperti
radiasi PC, wifi, dan bentuk telekomunikasi lainnya juga memberikan dampak
yang sama, meskipun dengan tingkat keparahan yang berbeda.9
Pengamatan lebih jauh mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel
terhadap tubuh manusia, ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi
elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Dampak tersebut adalah
kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Sel-sel
yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air. Agitasi
ditimbulkan
oleh
radiasi
elektromagnetik.
Kalau
intensitas
radiasi
17
18
KESIMPULAN
19
Penyakit Alzheimer
Autisme
Tumor otak
Oleh karena itu, perlu pengetahuan dan edukasi terhadap berbagai bentuk
radiasi, bahayanya terhadap kesehatan otak, serta cara-cara mencegah efek radiasi
terhadap otak.
DAFTAR PUSTAKA
20
Organization. 2016.
Radiation.
Available from :
http://www.ho.int.ceh.capacityofradiationinchildren.com Accessed : 28
May 2016
5. Badunggawa, P., Sandi, N., Merta , I., Bahaya Radiasi Dan Cara
Proteksinya.
Bagian
Radiologi
RSUP
Sanglah/Fak.
Kedokteran
Universitas Udayana.
6. Efek Radiasi Ionisasi Sinar X Terhadap Jaringan . Bagian Bedah dan
Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran
Hewan
Institut
Pertanian
Bogor.
http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11.pdf
7. McCollough, C.H., Primak, A.N., Braun, N., Kofler, J., Yu, L., Christner,
J., et al. (2009) Strategies for Reducing Radiation Dose in CT. Radiology
Clinical North America, 47;1: 27-40.
8. Bin Lv, Zhiye Chen, Tongning Wu, Qing Shao, Duo Yan, Lin Ma, Ke Lu,
Yi Xie. The alteration of spontaneous low frequency oscillations caused by
acute
electromagnetic
fields
exposure. Clinical
Buls, N., Mey J., Covens P., Stadnik, T. (2005) Health Screening With CT:
Prospective Assesment of Radiation Dose and Associated Detriment.
British Journal Radiology, 88: 12-16.