Disusun Oleh :
1. Septi Dwi H
2. Mega Ayu P
3. Sundari
(162110101249)
(162110101251)
(162110101254)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Masalah Kesehatan, Kerusakan Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Masyarakat Pesisir Pantai untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Masyarakat
Pantai dan Perkebunan.
Dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1
2
3
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
sumberdaya pesisir tersebut mulai mengalami kerusakan. Sejak awal tahun 1990an, fenomena degradasi biogeofisik sumberdaya pesisir semakin berkembang dan
meluas. Laju kerusakan sumberdaya pesisir telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan, terutama pada ekosistem mangrove terumbu karang dan estuari
(muara sungai). Rusaknya ekosistem mangrove, terumbu karang, dan estuari
berimplikasi terhadap penurunan kualitas lingkungan untuk sumberdaya ikan serta
erosi pantai. Sehingga terjadi kerusakan tempat pemijahan dan daerah asuhan
ikan, berkurangnya populasi benur, nener, dan produktivitas tangkap udang.
Semua kerusakan biofisik lingkungan tersebut adalah gejala yang terlihat dengan
kasat mata dari hasil interaksi antara manusia dengan sumberdaya pesisir yang
tidak memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian dan daya dukung lingkungannya.
Sehingga persoalan yang mendasar adalah mekanisme pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil tidak efektif untuk memberi kesempatan kepada
sumberdaya hayati pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali atau pemanfaatan
sumberdaya non-hayati disubstitusi dengan sumberdaya alam lain dan
mengeliminir faktor-faktor yang menyebabkan kerusakannya.
Masyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya
yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal,
nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang
selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya (Sebenan, 2007).
Negara berkembang masih bertahan dengan organisasi perikanan secara
tradisional yang dikombinasikan dengan modal dan teknologi yang rendah pula,
dan pelaksanaan program pembangunan perikanan yang dilaksanakan belum
mampu, memperbaiki dan meningkatkan taraf kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pesisir.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana masalah kesehatan di pesisir pantai?
- Bagaimana masalah lingkungan di daerah pesisir patai?
- Bagaimana masalah sosial ekonomi di daerah pesisir pantai?
1.3 Tujuan
- Mengetahui masalah kesehatan di pesisir pantai
- Mengetahui masalah lingkungan di daerah pesisir pantai
- Mengetahui masalah sosial ekonomi di daerah pesisir pantai
atau puskesmas pembantu dengan ada posyandu dan sebagainya. Jadi untuk
peningkatan derajat kesehatan mereka baik nelayannya sendiri maupun
keluarganya. Penyakit terjadi dari pola hidup yang tidak sehat dan daya tahan
tubuh yang lemah .
Banyak sekali penyakit yang terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok , mengonsumsi alkohol dan makan makanan yang mengandung
kolesterol . Inilah hasil survey dari kesehatan lingkungan di indonesia .
1) Tahukah kalian bahwa masyarakat pesisir pantai banyak yang mengalami
penyakit darah tinggi , akibat dari pola hidup yang tidak sehat dan sering
mengonsumsi makanan yang asin berasal dari laut . Karena makanan yang
asin dapat memicu terjadi nya darah tinggi , karena wilayah tempat tinggal
seseorang mempengaruhi tingkat kesehatannya.
2) Penyakit diare terjadi pada masyarakat yang tinggal daerah pinggiran
sungai dan sering terjadi banjir . Mereka terkena penyakit diare karena
mengonsumsi air yang berasal dari sungai yang sudah tercemar
bakteri E.coli yang berasal dari kotoran manusia.
3) Pada wilayah perkotaan di indonesia , apabila banyak sampah di sekitar
wilayah mereka tinggal berpotensi mengalami penyakit demam berdarah
dengue . Karena virus berkembang pada nyamuk aides aygepti yang
berada pada genangan air pada sampah sampah tersebut.
4) Penyakit kelamin terjadi karena seringnya berganti pasangan , oleh karena
itu jangan anda berganti ganti pasangan dan selalu menggunakan alat
kontrasepsi yang aman agar terhindar dari berbagai jenis penyakit kelamin.
Selain itu program keluarga berencana belum ada pada saat itu. Sehingga
bertambahnya penduduk sangat mempengaruhi perkembangan di wilayah pesisir
pantai, baik dipandang dari segi negatif atau segi positif. Seharusnya pemerintah
merencanakan program keluarga berencana (KB), sehingga masyarakat pesisir
tidak mengalami kepadatan penduduk dan kemiskinan dapat diatasi pemerintah.
Selain itu kebanyakan masyarakat pesisr pantai (orang tua dulu) mempunyai
pemahaman bahwa banyak anak banyak rezeki itu dalam segi positifnya.
Dewasa ini sumberdaya alam dan lingkungan telah menjadi barang langka
akibat
eksploitasi
yang
berlebihan
dan
kurang
memperhatikan
aspek
Pusakanagara
Abrasi pantai sepanjang 5m/tahun di Legan kulon dan Pusakanagara
200 Ha
Pertambahan hutan cagar alam di Cidaun seluas 150 Ha
Kerusakan pantai akibat penambangan pasir besi di Sindangbarang
Santolo
Kurangnya hutan pantai seluas 100 Ha di sepanjang Caringin,
Bungbulang, Pameungpeuk
- Kerusakan pantai akibat penambangan tak terkendali
3) Tasikmalaya
- Kerusakan pantai akibat penambangan di Kec. Cipatujah
- Kerusakan hutan pandan di Cikalong sepanjang 22 km
4) Ciamis
- Kerusakan hutan bakau di Kalipucang kurang lebih 25% dari luas
-
provinsi.
Kerusakan
dari
daya
pesisir
misalnya
di
pertanian,
perikanan,
industrialisasi,
hutan,
wisata
dijelaskan
dipotong
untuk
tujuan
menggunakan
mereka
tambak
(tambak).
Contoh
di
Tambak
Lorok,
timur
pelabuhan
dan
pembangunan
kolam
ikan.
banyak
pohon
bakau
sehingga
mereka
air
di
mulut
Bengawan
solo
untuk
sedimentasi
tinggi. Kondisi ini juga terjadi di sebagian besar wilayah pesisir di Provinsi
Jawa Tengah.
b. Batu Karang
Demikian pula, pada saat yang sama bahwa kerusakan dilakukan untuk
ekosistem mangrove, beberapa ekosistem karang juga telah rusak.
Misalnya di sepanjang pantai pulau jawa utara, hanya sebagian kecil dari
karang hidup tetap. Kerusakan karang telah dilaporkan sebagai efek dari
manajemen penggunaan lahan yang buruk, yang mengakibatkan beban
sedimen yang tinggi di daerah tersebut. Hal ini telah dibuktikan bahwa
terumbu karang tidak dapat menahan suhu air laut terlalu tinggi. Hal ini
telah dibuktikan bahwa terumbu karang tidak dapat menahan suhu air laut
terlalu tinggi. Coles dan Jokiel (1978), dan Neudecker (1981), melaporkan
bahwa dan kenaikan suhu air laut sekitar 4 - 6` atau lebih tinggi di atas
permukaan ambien akan mempengaruhi pertumbuhan bahkan membunuh
terumbu karang dan plankton (Supriharyono, 1997). Faktor lingkungan
lain yang diduga mempengaruhi terumbu karang distribusi di pantai, yang
reklamasi, pengerukan untuk transportasi laut, memancing dengan bahan
peledak dan bahan beracun, dan sedimentasi. Yang terakhir faktor,
sedimentasi, mungkin menjadi faktor umum yang mempengaruhi terumbu
pertumbuhan karang di sepanjang pantai Jawa
c. Rumput Laut
sampai
dengan
industrialisasi
(termasuk
pertambangan
dan
dari
kapal
tunda,
kapal
nelayan,
atau
orang
lain,
lingkungan pesisir.
Abrasi, Hal ini mengakibatkan meningkatnya beban sedimen di daerah
pesisir.
b. Manajemen Kendala
lintas sektor;
Tidak ada lembaga khusus yang bertanggung jawab untuk pengelolaan
wilayah pesisir;
Pemantauan lingkungan pesisir tidak stabil.
Kita ketahui bahwa laut menerima aliran dari sungai yang mengandung zat
pencemar. Selain itu, beberapa kegiatan sering membuang limbah langsung ke
laut bahkan ada yang secara illegal. Dengan demikian, seakan-akan laut menjadi
tempat sampah yang sangat besar. Beberapa bahan pencemar yang berasosiasi
dengan lingkungan laut antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Patogen
Sedimen
Limbah padat
Panas
Material an organic beracun
Material organic beracun
Minyak
Nutrient
Bahan radioaktif
Oxygen demand materials (al. karbohydrat, protein, dan senyawa organic
lainnya)
k. Material asam-basa
l. Material yang merusak estetika
2.2.5 Sumber Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir
Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan laut yang
mudahterpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir
yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan
ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukanhanya merupakan sumber pangan yang
diusahakan melalui kegiatan perikanan dan pertanian,tetapi juga merupakan lokasi
bermacam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumiserta
pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.
Sebagian besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan
kawasan pesisir dan laut merupakan akibat dari kegiatan-kegiatan di darat.
Kerusakan lingkungan di kawasan pesisir tersebut disebabkan oleh akumulasi
limbah yang dialirkan dari daerah hulu melaluiDaerah Aliran Sungai (DAS).
Penurunan kualitas lingkungan kawasan pesisir terjadi apabila jumlah limbah
telah melebihi kapasitas daya dukungnya.
Bahan pencemaran atau polutan di perairan pantai dapat berasal dari
kegiatan rumahtangga, industri dan pertanian. Wilayah pesisir merupakan tempat
terakumulasinya segala macamlimbah yang dibawa melalui aliran air, baik limbah
cair maupun padat. Menurut PeraturanPemerintah No 19 Tahun 1999, pengertian
pencemaran laut adalah masuknya ataudimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan lautoleh kegiatan manusia
sehingga
kualitasnya
turun
sampai
ke
tingkat
tertentu
yang
terdapat
lebih tinggi pada tubuh hewan yang letaknya lebih tinggi di dalam tropic level
ataudikenal dengan istilah bioakumuasi. Jika hewan laut yang tercemar ini
dikonsumsi maka dapamenyebabkan keracunan logam berat pada manusia.Selain
itu dilaut juga dapat terjadi pencemaran yang disebabkan oleh pestisida.
Pestisidaini sengaja ditebar dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hamatanaman atauorganisme lain yang tidak diingini. Bila zat ini
dipakai secara teru-menerus maka zat ini akantertumpuk. Pada saat hujan turun
zat in. i dapat masuk kebadan air dan masuk ke sungaikemudian akhirnya sampai
kelaut.Salah satu penelitian menemukan salah satu bahan kimia dari pestisida
yaitu Organochloride yang ditemukan dalam tubuh ikan dan udang dan bahan ini
akan terus menumpuk dalam tubuh hewan sampai mencapai kadar berbahaya bagi
keshatan bila dikonsumsi. Peristiwaini dapat dilihat di sungai Rhine di Jerman.
Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut disebutkan : Pencemaran
Laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Dalam perspektif global,
pencemaran lingkungan pesisir dan laut dapat diakibatkan oleh limbah buangan
kegiatan atau aktifitas di daratan (land-based pollution), maupun kegiatan atau
aktivitas di lautan (sea-based pollution). Kontaminasi lingkungan laut akibat
pencemaran dapat dibagi atas kontaminasi secara fisik dan secara kimiawi.
1) Pencemaran bersumber dari aktivitas di daratan (Land-based pollution)
Secara umum, kegiatan atau aktivitas di daratan yang berpotensi mencemari
lingkungan pesisir dan laut, antara lain adalah:
a) Penebangan hutan (deforestation)
b) Buangan limbah industri (disposal of industrial wastes)
c) Buangan limbah pertanian (disposal of agricultural wastes)
d) Buangan limbah cair domestik (sewege disposal)
e) Buangan limbah padat (solid waste disposal)
f) Konvensi lahan mangrove & lamun (mangrove swamp conversion)
g) Reklamasi di kawasan pesisir (reclamation)
2) Pencemaran bersumber aktivitas di laut (Sea-based pollution)
Sedangkan, kegiatan atau aktivitas di laut yang berpotensi mencemari
lingkungan pesisir dan laut antara lain adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Pelayaran (shipping)
Dumping di laut (ocean dumping)
Pertambangann (mining)
Eksplorasi dan eksploitasi minyak (oil exploration and exploitation)
Budidaya laut (marine culture)
Perikanan (fishing)
sistem DAS.
Terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
melampaui kriteria baku kerusakan laut. Bentuk kerusakan lingkungan wilayah
pesisir di beberapa daerah antara lain berupa hancurnya terumbu karang akibat
pengeboman, rusaknya hutan bakau akibat penebangan liar dan abrasi pantai (al.
di Marunda DKI Jakarta, Kelurahan Mangunharjo di Semarang) Kegiatan yang
berpotensi menimbukan abrasi antara lain adalah penimbunan atau reklamasi
pantai dan pengambilan pasir laut yang tidak terkendali. Beberapa contoh kasus
kerusakan dan pencemaran pesisir, antara lain terjadi di Indramayu, Tegal dan
Semarang yang telah mengalami abrasi pantai. Kerugian yang diderita Kabupaten
Indramayu akibat abrasi pantai juga cukup besar, antara lain di Kecamatan
Indramayu, Balongan dan Juntinyuat. Sedangkan kasus pencemaran laut juga
terjadi di perairan laut Muncar, Banyuwangi. Teluk Jakartapun sudah mulai
tercemar dengan meningkatnya kandungan Amonia dan detergen (angka MBAS)
yang melebihi baku mutu air laut. Begitu pula jumlah sampahnya sudah sampai
tahap yang memprihatinkan, sehingga mengganggu estetika serta kelancaran arus
transportasi laut, karena banyak sampah yang tersangkut pada propeller kapal.
Bau-pun menyengat akibat pembusukan sampah yang berada di pantai. Hasil
penelitian Bapedalda Propinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa sampah yang tidak
terangkut dan diperkirakan masuk ke laut melalui sungai, berasal dari lima
kecamatan di Jakarta Utara mencapai 362 m3 /tahun, dari waduk 40.001,83 m3
/tahun dan sampah sungai 13.818,43 m3 /tahun. Gambaran mengenai sumber
pencemaran serta kerusakan di wilayah pesisir dan laut yang berasal dari kegiatan
di daratan maupun di lautan adalah sebagai berikut:
Selain hal tersebut di atas, kegiatan wilayah pesisir juga sangat kompleks
sehingga rawan terjadi konflik kepentingan. Misal pembangunan bendungan
raksasa di pantai Jakarta Utara (giant sea wall) mengakibatkan konflik
kepentingan antara pemerintah DKI dan nelayan setempat. Nelayan menganggap
pembangunan bendungan tersebut mengganggu mobilitas nelayan dan jumlah
tangkapan ikan dikhawatirkan menurun. Kompleksitas wilayah pesisir dapat
dilihat pada gambar berikut dibawah ini.
individual
tetapi
dapat
bersifat
kolektif.
Seiring
dengan
lainnya.
Selain
(2007),
itu
juga
Undang-Undang
memberikan
No.23
penjelasan
Tahun
bahwa
Hal ini berarti, pencemaran tidak hanya dapat merusak tatanan ekosistem
pesisir tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia serta dapat
mematikan makhluk hidup yang memanfaatkan sumber daya pesisir yang
telah tercemar tersebut. Berdasarkan sumbernya, kerusakan yang disebabkan
oleh antropogenik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Darat
Daerah-daerah pesisir yang memiliki pencemaran tinggi adalah daerah
industri,
daerah
yang
padat
penduduk
dan
pertanian.
UNEP
yang ada
Mampu meningkatkan manfaat efisiensi secara ekonomis maupun teknis
Responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan local
Mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen
Masyarakat local termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan
Peran pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan
daya
dan
lingkungan
demi
sebesar-besarnya
kepentingan
dan
kerusakan
lingkungan
pesisir
dan
laut
berbasis
kerusakan
pesisir
dilakukan
untuk
menangani
kimia
(penggunaan
pendekatan
secara
sistematis
dan
bertahap
dalam
pelaksanaan
program
tahun
berikutnya
setiap
kelompok
yang
berbeda
tersebut,
menunjukkan
wilayah
pesisir
memiliki
peranan
penting
dalam
serta
lemahnya
proteksi
kebijakan
dan
duakungan
fasilitas
prasarana pendidikan yang minim dan masih banyak lagi. Banyak hal yang
mempengaruhi kenapa ekonomi masyarakat nelayan desa Waru Duwur menengah
kebawah, diantaranya mahalnya kebutuhan pokok yang semakin kesini, semakin
mencekik, tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat seperti wajib belajar 9
Tahun kebutuhan akan pekerjaan, infra struktur yang kurang memadai,
masyarakat yang cenderung konsumtif dan boros, kurangnya akses terhadap
informasi, teknologi, permodalan, serta kebijakan pemerintah yang kurang
mendukung masyarakat pesisir khususnya di desa Waruduwur ini.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir di Tanjung Kramat untuk
saat ini berusaha secara maksimal agar dapat menghasilkan ikan yang bermutu
berdasarkan tangkapan secara moderen, hal ini diharapkan dapat melayani
kebutuhan masyarakat. Untuk menjamin dan mengusahakan bagaimana agar
masyarakat nelayan yang pra sejahtera, maka pemerintah secara terus menerus
memberikan pengarahan kepada nelayan secara langsung maupun tidak langsung
melalui penyuluhan dan pelatihan serta melalui media masa yang telah
menjangkau masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat pesisir pantai di Kelurahan Tanjung Kramat,
telah membawa suatu nuansa perubahan dalam masyarakat menjadi lebih
meningkat baik dari segi sosial, ekonomi dan pendidikan. Inilah yang menjadi
patokan dalam suatu perkembangan atau perubahan yang terjadi pada masyarakat
pesisir. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir, ditinjau
dari segi sosial, sifat kerja sama masih nampak, selain itu dari segi ekonomi pada
masyarakat nelayan, kehidupan ekonominya meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya (1985).
Masyarakat pada saat itu masih menggunakan perahu dayung dan alat
alat nelayan yang digunakanpun masih sangat tradisional sehingga hasil tangakap
mereka hanya dapat memenuhi kehidupan sehari hari mereka. Dan sekarang
masyarakat sudah beralih menggunakan perahu dengan mesin yang dapat
menjangkau lautan bebas sehingganya hasil tangkapan mereka lebih banyak dan
mereka bisa memenuhi kebutuhan lainnya terutama pendidikan bagi anak anak
mereka. Kelurahan Tanjung Kramat merupakan daerah yang letaknya tepat
dibagian pesisir pantai. Dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, yang
menjadi permasalah yang dihadapi masyarakat pesisir di Kelurahan Tanjung
Kramat adalah beralihnya peralatan tradisional ke moderen serta sistem kehidupan
lainnya yang terjadi di masyarakat pesisir Tanjung Kramat, seperti ekonomi,
sosial, pendidikan dan politik. Sebelum perubahan terjadi, pada umumnya
masyarakat di wilayah pesisir masih sangat terbelakang, baik dari segi ekonomi,
sosial, pendidikan dan politik. Sistem adat istiadatpun masih sangat terlihat
dikalangan masyarakat. Seperti tradisi gotongroyong dalam bahasa asli
masyarakat Gorontalo dikenal dengan huyula/tiayo. Pada pemerintahan yang
sentralistik, kebanyakan masyarakat pesisir pantai kurang diperhatikan oleh
pemerintah. Sehingga kemiskinan yang terjadi dikalangan masyarakat pesisir
pantai sangat nampak, baik dibidang ekonomi, sosial dan pendidikan. Hal ini
membuktikan bahwa ternyata sebelum perubahan, terjadi kemisikinan masyarakat
nelayan di pesisir Tanjung Kramat pada khusunya dan masyarakat pesisir pantai di
Indonesia pada umumnya. Dari segi kehidupan sosial, kepadatan penduduk terus
berkembang., sedangkan program keluarga berencana belum ada pada saat itu.
Sehingga bertambahnya penduduk sangat mempengaruhi perkembangan di
wilayah pesisir pantai, baik dipandang dari segi negatif atau segi positif.
Seharusnya pemerintah merencanakan program keluarga berencana (KB),
sehingga masyarakat pesisir tidak mengalami kepadatan penduduk dan
kemiskinan dapat diatasi pemerintah. Selain itu kebanyakan masyarakat pesisr
pantai (orang tua dulu) mempunyai pemahaman bahwa banyak anak banyak
rezeki itu dalam segi positifnya. Kemudian dalam pemahaman orang zaman
sekarang bahwa kepadatan penduduk dapat mempengaruhi lapangan kerja sangat
menyempit (segi negatifnya). Dalam segi positifnya, kepadatan penduduk juga
dapat menciptakan hal hal atau pekerjaan baru. Berbagai perubahan yang terjadi
dilingkungan masyarakat pesisir pantai mengakibatkan masalah sosial ekonomi
yang harus selalu diperhatikan oleh pemerintah. Seperti alat teknologi yang
merupakan salah satu pendukung perkembangan atau perubahan yang
berlangsung dimasyarakat nelayan Tanjung Kramat saat ini. Oleh karena itu
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa,
dampak
yang
pengetahuan
yang
berhubungan
dengan
sifat
jenis
pada
kehidupan
nelayan
ini
tidak
seluruhnya
sumberdaya
kelautan
dan
perikanan
tergolong
miskin.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulam
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, N. 1999. Aspek Hayati Teknik Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Pesisir. Semarang: Bapedalda.
Delinom R.M dan Lubis R.F. 2007. Sumber daya air di wilayah peisisir dan
pulau-pulau kecil di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. Hal1-25.
Diposaptono S. 2001. Riset Teknologi Pesisir Kini dan Masa Mendatang.
Prosiding Forum Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir. Jakarta:
Graha Sucofindo.
Fatmasari, Dewi. -. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir
Desa
Waruduwur,
Kecamatan
Mundu,
Kabupaten
Cirebon.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0ahU
KEwiLx7q6uozQAhXKMY8KHQV6BjUQFghAMAY&url=http%3A%2F
%2Fwww.syekhnurjati.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2Famwal%2Farticle
%2Fdownload%2F255%2F225&usg=AFQjCNGD4dLQKzkiIrurBKUPtlfbazmlw. [Di akses pada 03 November 2016].
Idris I. 2001. Kebijakan Pengelolaan Pesisir Terpadu di Indonesia. Prosiding
Forum Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir. Jakarta: Graha
Sucofindo. Hal1-9.
Kadir, Yudi Firgianti. -. Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pesisir
Pantai.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahU
KEwiLx7q6uozQAhXKMY8KHQV6BjUQFggpMAM&url=http%3A%2F
%2Fkim.ung.ac.id%2Findex.php%2FKIMFIS%2Farticle%2Fdownload
%2F3095%2F3071&usg=AFQjCNH4eNYm-ShqgOe_dOxikrFh-CY5Yg.
[Di akses pada 03 November 2016].
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: Pradnya Paramita.
Pramudyanto, Bambang. 2014. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di
Wilayah Pesisir. http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_21-40.pdf.
[Di akses pada 03 November 2016].
Satria, Arif 2009. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor: IPB.
Sulviyana, Nur. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir.
https://www.scribd.com/doc/78657332/Kehidupan-Sosial-EkonomiMasyarakat-Pesisir. [Di akses pada 03 November 2016].