Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT

SEBAGAI PENYELENGGARA PENDIDIKAN NONFORMAL


DI LINGKUNGAN MASYARAKAT RUSUN BANGUNREJO
SURABAYA
Fhrisdyanto Nugroho. Irena Yolanita Maureen. S.Pd. M.Sc
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Kampus Lidah Wetan
fd_nugroho@yahoo.co.id

Taman bacaan masyarakat merupakan salah satu instrumen penting untuk


menunjang penyelenggara pendidikan nonformal. Taman bacaan masyarakat yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi
kemudahan akses kepada warga masyarakat memperoleh bahan bacaan dan
menyelenggarakan pendidikan nonformal. Taman Bacaan Masyarakat Rusun
Bangunrejo adalah salah satu taman bacaan masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan nonformal untuk masyarakat sekitarnya. Untuk memperlihatkan fokus
masalah pada penelitian ini maka terdapat rumusan masalah yakni 1)Apakah
Taman Bacaan Masyarakat memiliki peran penting dalam mewujudkan
pendidikan nonformal di lingkungan masyarakat? 2)Penunjang dan kendala apa
yang dimiliki Taman Bacaan Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
nonformal di lingkungan masyarakat? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peranan penting taman bacaan masyarakat sebagai
penyelenggara pendidikan nonformal dan mengetahui penunjang dan kendala
taman bacaan masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan nonformal. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya
pengelolaan taman bacaan masyrakat dan bahan evaluasi untuk meningkatkan
kinerja personil dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan taman bacaan
masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan nonformal. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data yang diperoleh melalui
metode pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian kualitatif berupaya untuk menggambarkan kondisi se-natural mungkin
dan memperoleh data yang utuh kemudian dianalisis agar dapat menjawab
permasalahan yang ada. Hasil analisis data menunjukkan adanya sistem
pengelolaan taman bacaan masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
nonformal di lingkungan masyarakat Rusun Bangunrejo Surabaya yang
memerlukan adanya upaya pengelolaan yakni tentang informasi pengelolaan
organisasi dan peningkatan kompetensi pengelola taman bacaan masyarakat.
Maka peneliti merumuskan langkah pengelolaan dengan menerapkan fungsi
pengelolaan POAC. Dengan adanya upaya pengelolaan tersebut memberikan
dampak positif pada kegiatan pendidikan nonformal di Rusun Bangunrejo
Surabaya yang akhirnya mampu meningkatkan pendidikan masyarakat sekitar.
Kata Kunci: taman bacaan masyarakat, pendidikan nonformal, pengelolaan.

PENDAHULUAN
Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 mengamanatkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa
dilaksanakan
oleh
pemerintah, golongan/kelompok, dan
masyarakat melalui berbagai bentuk
pendidikan baik formal, nonformal,
maupun informal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan
menengah,
dan
pendidikan
tinggi;
pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang; dan pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Pendidikan
nonformal
sebagai suatu bentuk upaya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa
memiliki peran yang penting karena
memiliki karakteristik yang berbeda
dengan
pendidikan
formal.
Pendidikan
nonformal
diselenggarakan
bagi
warga
masyarakat yang di antaranya karena
sesuatu hal tidak dapat mengikuti
pendidikan formal. Di samping itu,
pendidikan
nonformal
juga
diselenggarakan
bagi
warga
masyarakat
untuk
melengkapi
pendidikan formal baik berbentuk
keterampilan,
sikap,
maupun
pengetahuan
(sumber:
Naskah
Akademik Pengelola TBM).
Menyadari
pentingnya
pendidikan nonformal, UndangUndang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 25 (ayat; 1)
menyebutkan bahwa pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi


sebagai
pengganti,
penambah,
dan/atau
pelengkap
pendidikan
formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
Prioritas utama sasaran
pendidikan nonformal adalah warga
masyarakat yang tidak pernah
sekolah atau penyandang buta
aksara, putus sekolah dalam dan
antar jenjang, penduduk usia
produktif yang tidak sekolah dan
tidak bekerja, penduduk yang
tergolong miskin, serta warga
masyarakat
lainnya
yang
membutuhkan pendidikan (sumber:
Naskah Akademik Pengelola TBM).
Salah satu instrumen penting
untuk
menunjang
pelaksanaan
pendidikan nonformal adalah Taman
Bacaan
Masyarakat
(sumber:
Naskah Akademik Pengelola TBM).
Taman Bacaan Masyarakat yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan
untuk masyarakat bertujuan untuk
memberi kemudahan akses kepada
warga masyarakat untuk memperoleh
bahan bacaan. Menurut Melati Indri
Hapsari dalam Jurnal PNFI (2009)
Taman Bacaan Masyarakat berperan
dalam meningkatkan minat baca,
menumbuhkan budaya baca, dan
cinta buku bagi warga belajar dan
masyarakat. Secara khusus taman
bacaan masyarakat dimaksudkan
untuk
mendukung
gerakan
pemberantasan buta aksara yang
antara lain karena kurangnya sarana
yang memungkinkan para aksarawan
baru
dapat
memelihara
dan
meningkatkan kemampuan baca
tulisnya. Lebih lanjut taman bacaan
masyarakat juga ditujukan untuk
memperluas
akses
dalam
memberikan kesempatan kepada
masyarakat mendapatkan layanan
pendidikan.

Menyadari pentingnya fungsi


taman bacaan masyarakat dalam
menyediakan koleksi baik berupa
bahan bacaan maupun jenis lain yang
berguna bagi warga masyarakat
maka diperlukan pengelolaan taman
bacaan masyarakat yang baik dan
memadai. Bahan-bahan bacaan yang
tersedia ditaman bacaan masyarakat
harus sesuai dengan kebutuhan
bacaan warga masyarakat, seperti
taman bacaan masyarakat yang
berada dilingkungan masyarakat
nelayan memiliki bahan bacaan
tentang kelautan, penangkapan ikan,
dan pemeliharaan hasil tangkapan
lebih banyak dari bahan bacaan
lainnya
yang
berguna
untuk
perluasan pengetahuan masyarakat
(sumber:
Naskah
Akademik
Pengelola TBM). Sedangkan Taman
Bacaan Masyarakat di Rusun
Bangunrejo Surabaya yang mayoritas
penduduknya berdagang maka bahan
bacaan yang ada harus berhubungan
dengan hal perdagangan dan banyak
sekolah di sekitar TBM sehingga
pihak yang terkait juga harus
menyediakan
buku-buku
ilmu
pengetahuan. Di samping itu,
penataan bahan bacaan perlu disusun
secara menarik, mudah dijangkau,
dan dikelompokkan secara sistematis
sehingga mudah untuk penelusuran
bahan bacaan yang diperlukan.
Penataan
bahan
bacaan
juga
diperlukan
untuk
kepentingan
perawatan agar bahan bacaan
tersebut dapat lebih tahan lama.
Sehubungan hal tersebut,
agar
koleksi
taman
bacaan
masyarakat dapat dikelola dengan
baik diperlukan adanya pengelola
yang
memiliki
kemampuan
mengelola taman bacaan masyarakat.
Dengan adanya pengelola taman
bacaan masyarakat yang memadai,
diharapkan dapat berdayaguna bagi

masyarakat dalam meningkatkan


taraf kehidupannya terutama dalam
hal pendidikan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka pengelola
taman bacaan masyarakat diarahkan
pada penguasaan aspek-aspek yang
diperlukan untuk pengelolaan taman
bacaan masyarakat baik kepribadian,
sosial,
manajerial,
maupun
kewirausahaannya (sumber: Naskah
Akademik Pengelola TBM). Karena
sejauh ini taman bacaan masyarakat
yang ada belum dimanfaatkan secara
maksimal
dan
optimal
oleh
masyarakat karena taman bacaan
masyarakat digunakan untuk tempat
membaca dan meminjam buku saja
oleh masyarakat seperti yang
terdapat dalam Naskah Akademik
Pengelola TBM dimana 42%
memilih menggunakan TBM hanya
sebagai tempat membaca dan
meminjam buku. Sebagian taman
bacaan masyarakat kurang diminati
oleh masyarakat lebih karena
pengelolaan yang kurang maksimal
dan kurangnya motivasi masyarakat
untuk mengunjungi taman bacaan
masyarakat seperti yang selalu
dilaporkan pengelola TBM dalam
buku laporan TBM tiap tahunnya
menggambarkan seharinya jumlah
pengunjung hanya berkisar 20-30
orang/hari (sumber: BARPUS).
Dengan pengelolaan yang
sesuai diharapkan taman bacaan
masyarakat dapat membantu mereka
dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan, pengembangan daya
imajinasi dan kreativitas, pencerahan
diri, serta pembentukan karakter
dengan moralitas yang terpuji sejak
dini. Karena dalam perjalanan
selanjutnya
taman
bacaan
masyarakat tidak hanya menjadi
tempat membaca, tetapi juga untuk
memotivasi anak dan lingkungan
sekitar taman bacaan masyarakat

untuk dapat mengembangkan bakat


dan minatnya.
Seperti yang terlihat di
sebuah taman bacaan masyarakat
yang berada di Rumah Susun
(Rusun)
Bangunrejo
Surabaya.
Karena TBM yang ada di Surabaya
belum mengelola TBM dengan
optimal
dimana
terlihat
saat
melakukan studi pendahuluan untuk
kondisi berbagai TBM yang ada di
Surabaya. TBM hanya digunakan
sebagai tempat membaca dan
meminjam buku padahal selain
sebagai sarana membaca warga
sekitar
rusun,
taman
bacaan
masyarakat
dapat
memberikan
motivasi anak tingkat sekolah untuk
mengembangkan bakat dan minatnya
dengan memberikan bimbingan tugas
yang diberikan dari pihak sekolah.
Taman Bacaan Masyarakat Rusun
Bangunrejo ini berada di sekitar
lingkungan rumah susun yang padat.
Sedangkan di sekitar lingkungan
taman bacaan masyarakat tersebut
terdapat beberapa sekolah dari
tingkat dasar sampai menengah.
Letaknya sangat strategis untuk
menarik pembaca berkunjung ke
taman bacaan masyarakat yang
dikelola oleh Badan Arsip dan
Perpustakaan Kota Surabaya ini.
Taman Bacaan Masyarakat
Rusun Bangunrejo inipun memiliki
tujuan
sebagai
penyelenggara
pendidikan
nonformal
yang
diharapkan dengan adanya taman
bacaan masyarakat ini warga sekitar
terutama anak-anak sekolah dapat
berkunjung ke taman bacaan
masyarakat untuk menambah ilmu
dengan membaca buku-buku yang
disediakan. Bahkan dapat berdiskusi
dengan teman-teman sebayanya
ataupun bertanya langsung dengan
pengelola taman bacaan masyarakat
tersebut. Karena selain sebagai

tempat membaca buku-buku yang


ada, taman bacaan masyarakat Rusun
Bangunrejo juga sering melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan
minat dan bakat siswa sekolah.
Dengan melakukan kegiatan lomba
menggambar dan mewarnai di harihari tertentu untuk membuat
pengunjung terutama anak di usia
sekolah berkompetisi secara sportif
sejak dini. Hal ini dikarenakan
adanya sebuah penghargaan yang
diberikan pihak pengelola taman
bacaan
masyarakat
dengan
memberikan alat-alat tulis buat
sekolah.
Sehubungan dengan hal
tersebut memotivasi warga Rusun
Bangunrejo yang berada di sekitar
taman bacaan masyarakat ini akan
lebih sering berkunjung ke taman
bacaan masyarakat tersebut untuk
sekedar membaca buku. Apabila
banyak pengunjung yang datang ke
taman bacaan masyarakat telah
sesuai
dengan
tujuan
yang
diharapkan yaitu menjadikan taman
bacaan
masyarakat
sebagai
penyelenggara pendidikan nonformal
masyarakat.
Dengan demikian, penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui
lebih
lanjut
tentang
sistem
pengelolaan
taman
bacaan
masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan nonformal yang terdapat
di Rusun Bangunrejo Surabaya.
Lebih lanjut juga untuk mengetahui
peran, penunjang dan kendala dalam
mengelola taman bacaan masyarakat
sebagai penyelenggara pendidikan
nonformal di lingkungan masyarakat
Rusun
Bangunrejo
Surabaya.
Sehingga semua yang diharapkan
dapat terlaksana dengan baik dan
bermanfaat untuk masyarakat sekitar
Rusun Bangunrejo Surabaya.

KAJIAN PUSTAKA
Pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan nonformal merupakan
salah satu usaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, oleh sebab itu
pengelolaan
taman
bacaan
masyarakat
termasuk
dalam
pengelolaan pendidikan. Menurut
Sobri, dkk (2009:3) dalam bukunya
yang
berjudul
Pengelolaan
Pendidikan menjelaskan bahwa
pengelolaan pendidikan merupakan
rangkaian kegiatan atau keseluruhan
proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai
tujuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
di
lingkungan/organisasi pendidikan.
Taman Bacaan Masyarakat
itu sendiri yang bermula dari Taman
Pustaka Rakyat pada tahun 50-an,
merupakan bagian dari perpustakaan
umum.
Dalam
Pedoman
Pengelolaan
Taman
Bacaan
Masyarakat (2006:1), Taman Bacaan
Masyarakat adalah lembaga yang
menyediakan berbagai jenis bahan
belajar yang dibutuhkan oleh
masyarakat,
tempat
menyelenggarakan
pembinaan
kemampuan membaca dan belajar,
serta tempat masyarakat memperoleh
informasi.
AECT (1977:16)
fungsi
pengelolaan bertujuan mengarahkan
atau mengontrol satu atau lebih
pengembangan
pendidikan/instruksional atau fungsi
pengelolaan pendidikan/instruksional
lainnya untuk menjamin agar
semuanya dapat beroperasi dengan
efektif. Menurut Terry dalam Sobri,
dkk
(2009:1)
mengartikan
pengelolaan sebagai usaha untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditentukan sebelumnya melalui usaha

orang lain. Sedangkan menurut John


D. Millet dalam Burhanuddin
(1994:34) pengelolaan adalah suatu
proses pengarahan dan pemberian
fasilitas kerja kepada orang yang
diorganisasikan dalam kelompok
formal untuk mencapai tujuan. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa, pengelolaan adalah suatu
kegiatan terencana dan terkontrol
yang dikerjakan dua orang atau lebih
dengan pemberian fasilitas untuk
mengarahkan instruksional sehingga
tercapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif.
Fungsi pengelolaan yang
dikemukakan
John
F.
Mee
sebenarnya hampir sama dengan
konsep fungsi pengelolaan George R.
Terry, hanya saja actuating
diperhalus menjadi motivating
yang kurang lebih artinya sama. Dari
pendapat para ahli diatas, maka
penulis menggunakan konsep fungsi
pengelolaan George R. Terry pada
penelitian ini. Berikut penjelasan
singkat dari macam-macam fungsi
pengelolaan tersebut. (a)Perencanaan
(Planning) adalah pemilihan faktafakta dan usaha menghubungkan
antara fakta satu dengan lainnya,
kemudian membuat perkiraan dan
peramalan tentang keadaan dan
perumusan tindakan untuk masa
yang akan datang yang sekiranya
diperlukan untuk mencapai hasil
yang dikehendaki. Merencanakan
kegiatan apa saja yang akan
dilakukan untuk mengelola TBM
sehingga banyak yang datang ke
TBM
untuk
membaca
buku.
Kegiatan yang akan direncanakan
seperti mengikuti lelang buku untuk
menambah koleksi bacaan TBM,
memberikan
pelatihan
kepada
pengelola TBM, dan mencari dana
untuk memenuhi kebutuhan TBM
demi kelancaran penyelenggaraan

pendidikan
nonformal.
(b)Pengorganisasian
(Organizing)
diartikan
sebagai
kegiatan
mengaplikasikan seluruh pekerjaan
yang harus dilaksanakan antara
kelompok kerja dan menetapkan
wewenang tertentu serta tanggung
jawab sehingga terwujud suatu
kesatuan usaha dalam mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Mengorganisasikan
kegiatan
mengelola TBM agar semua hal yang
telah direncanakan dapat tercapai.
(c)Penggerakan (Actuating) adalah
menempatkan semua anggota dari
pada kelompok agar bekerja secara
sadar untuk mencapai suatu tujuan
yang ditetapkan sesuai dengan
perencanaan dan pola organisasi.
Semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan
penyelenggaraan
pendidikan
nonformal
baik
BARPUS, pengelola TBM, maupun
masyarakat itu sendiri harus berperan
aktif dalam setiap kegiatan yang
diselenggarakan.
(d)Pengawasan
(Controlling)
diartikan
sebagai
proses penentuan apa yang dicapai,
pengukuran dan koreksi terhadap
aktivitas pelaksanaan dan bilamana
perlu mengambil tindakan korektif
sehingga pelaksanaan dapat berjalan
menurut rencana. Pihak BARPUS
melakukan monitoring terhadap
kinerja
yang
dilakukan
oleh
pengelola
TBM
dalam
menyelenggarakan
pendidikan
nonformal.
Taman Bacaan Masyarakat
adalah lembaga yang menyediakan
berbagai jenis bahan belajar yang
dibutuhkan oleh masyarakat, tempat
menyelenggarakan
pembinaan
kemampuan membaca dan belajar,
dan tempat masyarakat memperoleh
informasi. (Pedoman pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat 2006:1).
Taman bacaan juga dapat dijadikan

sarana pertemuan bagi mereka


membutuhkan tempat untuk berbagi
pengalaman maupun hanya sekedar
bersenang-senang mencari hiburan
melalui bacaan.
Menurut Basuki Sulistyo
(1991) Ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan jika ingin
mendirikan taman bacaan agar kelak
dapat langgeng tidak sekedar datang
dan berlalu begitu saja. (a)Koleksi.
Apakah telah tersedia bacaan baik
dalam bentuk tercetak maupun
digital (e-book, web, CD-ROM ).
Jika telah tersedia, usahakan terus
ada pengadaan koleksinya. Pilih
topik bacaan yang sesuai dengan
kebutuhan penduduk setempat, dan
kelompok pembacanya. Tidak perlu
semua
subyek
harus
ada.
(b)Pustakawan. Apakah ada tenaga
yang mampu mengelola taman
bacaan tersebut. Pilih tenaga
perpustakaan
yang
mengerti
pengelolaan perpustakaan. Tidak
harus
berpendidikan
formal
perpustakaan, pernah mendapatkan
pelatihan perpustakaan selama 6
bulan atau pernah magang di
perpustakaan
yang
berkualitas.
(c)Peraturan dan Tata Tertib (P&T).
Tersedia peraturan dan tata tertib
yang mempermudah pengunjung
memanfaatkan
taman
bacaan.
Disarankan P&T tidak terlalu
banyak, yang paling penting
bagaimana membuat pengunjung
kerasan
membaca
dan
mau
berkunjung lagi. Misalnya, taman
bacaan memperbolehkan semua
pengunjung membaca hingga 24 jam.
(d)Sumber Dana. Selalu tersedia
dana untuk operasional (membeli
buku baru, alat tulis, rak buku,
promosi),
dana untuk promosi
(pameran, kegiatan atau lombalomba dana untuk pengelolanya).
Sumber dana dapat diperoleh melalui

donatur, iuran anggota, penjualan


produk yang dihasilkan oleh taman
bacaan itu sendiri, misalnya,
menerbitkan majalah yang dijual ke
umum atau anggota. (e)Layanan.
Semua kebutuhan masyarakat yang
telah tersedia, maka bentuk layanan
menjadi suatu yang penting. Untuk
itu taman bacaan masyarakat harus
memberikan layanan yang prima
kepada pengunjungnya. Memberikan
layanan terbuka yang memungkinkan
pengunjung dapat membaca seperti
di rumah mereka sendiri. (f)Fasilitas.
Sediakan ruang yang nyaman (AC)
atau di tempat terbuka yang teduh,
misalnya, di taman-taman. Meskipun
tempat taman bacaan itu di tempat
keramaian
tetapi
pengunjung
hendaknya tidak terganggu dengan
cara membuat rambu-rambu yang
meminta pengunjung untuk turut
menjaga
ketenangan.
Berikan
penerangan yang cukup yang
membuat pengunjung tidak kesulitan
dalam membaca. Jika memang
disediakan perangkat komputer,
maka dapat dipergunakan sebagai
alat temu kembali koleksi dan sarana
pengunjung menggunakan fasilitas
internet. Disamping itu yang sering
terabaikan ketika membuat taman
bacaan adalah tidak adanya fasilitas
umum seperti toilet, mushola dan
kantin. (g)Komitmen. Jika memang
berniat mendirikan taman bacaan,
kuatkan niat bahwa taman bacaan
adalah bentuk usaha yang bersifat
sosial jauh dari pendapatan untung
yang besar dalam bentuk materi
(uang) oleh karena itu, jika memang
akan menjadikan taman bacaan itu
menjadi ladang mencari nafkah maka
akan kecewa. Namun tidak perlu
kecewa jika memilih profesi sebagai
pengelola taman bacaan karena
walaupun tidak akan memperoleh
banyak materi dari taman bacaan,

masih dapat melakukan pekerjaan


sampingan misalnya, membuka
kelas-kelas
kursus,
pelatihan
keterampilan, menjual merchandise
yang kadang-kadang berkembang
menjadi sumber keuangan yang
menyenangkan. (h)Keluhan dan
Saran. Hanya sedikit taman bacaan
yang bertahan dalam waktu lama.
Banyak sebab yang mengakibatkan
taman bacaan tutup karena ditinggal
pengunjungnya. Pengelola harus mau
mendengar keluhan dan saran dari
pengunjung. (i)Pengunjung. Kenali
pengunjung. Jika sebagai pengelola
taman bacaan tidak mengetahui
kebutuhan pengunjung maka dapat
dipastikan
akan
kehilangan
pengunjung.
Bentuk
suatu
keanggotaan
yang
mendorong
pengunjung
memiliki
perasaan
memiliki. Jangan biarkan
hanya
sekedar datang dan membaca tetapi
lebih dari itu, ajaklah untuk
memikirkan kelangsungan taman
bacaan yang dikelola.
Undang-Undang
Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 (UU RI
No. 20/2003) tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 3
dan 4 menyatakan bahwa Pendidikan
Nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan
pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan
keterampilan
dan
pelatihan
kerja,
pendidikan
kesetaraan dan pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan warga belajar. Satuan
Pendidikan Nonformal terdiri atas
lembaga kursus, taman bacaan
masyarakat, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis
taklim serta satuan pendidikan
sejenis.
Pendidikan
nasional

berfungsi untuk mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi
warga
negara
yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Yang pelaksanaannya sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945.
Undang-undang no. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan
nasional
menegaskan
bahwa
penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan dilaksanakan melalui 3
jalur, yaitu: jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan
nonformal
berfungsi
mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada
penguasaan
pengetahuan
dan
keterampilan
fungsional
serta
pengembangan
sikap
dan
kepribadian profesional.

METODE PENELITIAN
Sebelum
melaksanakan
penelitian, maka terlebih dahulu
harus memahami ragam jenis-jenis
penelitian
sehingga
dapat
menentukan jenis penelitian yang
sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan. Secara umum, penelitian
dapat dibedakan menjadi dua
macam,
yaitu:
(a)Penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang
tidak menggunakan prosedur analisis
statistik atau cara kuantitatif lainnya.

(Moleong, 2005:6) (b)Penelitian


kuantitatif, yaitu sesuai dengan
namanya
banyak
dituntut
menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan
data,
penafsiran
terhadap
data
tersebut
serta
penampilan dari hasilnya. (Arikunto,
2002:10).
Berdasarkan konsep umum
tentang penelitian di atas, maka
penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian kualitatif, yaitu dari data
dan fakta yang diperoleh dalam
penelitian ditarik kesimpulan dalam
bentuk kalimat pernyataan serta hasil
penelitian
dapat
memberikan
gambaran tentang keadaan yang
terjadi
pada
saat
penelitian.
Penelitian kualitatif menyajikan data
yang diperoleh secara lebih lengkap,
lebih mendalam, kredibel, dan
bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat tercapai. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang
mengandung
makna
(Sugiono,
2008:3). Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data
yang tampak.
Menurut Lofland dalam
Moleong (2005:157) mengatakan
bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumentasi dan
lain-lain. Secara keseluruhan, sumber
data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
Dalam
penelitian
kualitatif, sumber data dipilih dan
mengutamakan perspektif emic,
artinya mementingkan pandangan
narasumber,
yakni
bagaimana
narasumber
memandang
dan
menafsirkan dunia dari pendiriannya
sendiri, tidak bisa memaksakan

kehendaknya untuk memperoleh data


yang diinginkan.
Sesuai dengan fokus masalah
penelitian, maka sumber data utama
dalam
penelitian
ini
adalah
(1)Pengelola TBM dalam hal ini
yang
berkaitan
dengan
penyelenggara
pendidikan
nonformal.
(2)Kepala
Bidang
Layanan
Badan
Arsip
dan
Perpustakaan
Kota
Surabaya.
(3)Masyarakat
sekitar
TBM.
(4)Pengunjung TBM.
Metode pengumpulan data
mempunyai kedudukan yang penting
dalam sebuah penelitiaan, tanpa
adanya metode pengumpulan data
maka tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Dalam penelitian ini,
metode pengumpulan data yang
digunakan
yakni
wawancara,
observasi dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Taman Bacaan Masyarakat
Rusun Bangunrejo yang terletak di
Jalan Dupak Bangunrejo II, secara
geografis letaknya sangat strategis
dikarenakan selain tempatnya berada
di pendopo (ruang pertemuan wargawarga rusun) juga posisinya tepat di
tengah-tengah Blok warga rusun
seperti, Blok A, Blok B, Blok D,
Blok E, dan Blok F. Selain itu juga
lokasi di Taman Bacaan Masyarakat
merupakan jalan tembusan yang
mengarah ke Jalan Lasem Barat dan
Jalan Bangunrejo Gang Tengah serta
juga Jalan Tambak Asri.
Taman Bacaan Masyarakat
Rusun
Bangunrejo
yang
di
launching tahun 2010 dan dihadiri
oleh Bapak Walikota Surabaya Drs.
Bambang D.H, M.Pd., yang waktu

itu diwakili oleh istrinya Ibu Dyah


Katarina. Serta dihadiri oleh Kepala
Badan Arsip dan Perpustakaan Kota
Surabaya Ibu Arini Pakistyaningsih
S.H.,MM beserta staf dan wargawarga Rusun Bangunrejo Surabaya
yang sejak dari awal sangat
mendukung dengan adanya Taman
Bacaan Masyarakat di lingkungan
mereka.
Jumlah pengunjung di Taman
Bacaan
Masyarakat
Rusun
Bangunrejo Surabaya 30 orang
dalam sehari antara bulan Mei
sampai Juni. Namun, besarnya minat
baca pengunjung untuk mengunjungi
Taman Bacaan Masyarakat Rusun
Bangunrejo ini tidak diimbangi
dengan jumlah buku yang tersedia di
Taman Bacaan Masyarakat Rusun
Bangunrejo.
Oleh
sebab
itu,
pengelola Taman Bacaan Masyarakat
berusaha untuk memberikan layanan
kepada para pengunjung dengan cara
seminggu sekali meminjam/menukar
buku-buku yang
ada dengan
pengelola Taman Bacaan Masyarakat
lainnya di Surabaya. Hal ini
dilakukan agar para pengunjung
Taman
Bacaan
Masyarakat
khususnya anak-anak bersemangat
untuk berkunjung karena jenis
bacaan yang bervariasi. Selain itu
sebagai siasat untuk meningkatkan
jumlah pengunjung agar terus
bertambah tiap harinya.
Taman Bacaan Masyarakat di
Rumah Susun (Rusun) Bangunrejo
telah berjalan 2 tahun seperti yang
telah disebutkan yang tidak lain
dalam rangka meningkatkan minat
baca masyarakat Kota Surabaya
khususnya untuk warga yang berada
di sekitar Rusun Bangunrejo.
Terdapat 820 jenis buku bacaan
yang dapat dibaca oleh pengunjung
untuk
melangsungkan
kegiatan

pendidikan nonformal yang telah


direncanakan.
Selain jumlah buku bacaan
yang terdapat di Taman Bacaan
Masyarakat Rumah Susun (Rusun)
Bangunrejo
adanya
fasilitas
pendukung untuk membantu warga
dalam membaca. Seperti tersedianya
meja untuk membaca, meja untuk
meletak buku sesuai kualifikasinya,
lemari untuk meletak buku-buku
secara rapi, dan juga terdapat karpet
untuk membaca buku secara santai.
Pengelola Taman Bacaan
Masyarakat
Rusun
Bangunrejo
Surabaya melakukan inovasi untuk
memperbaharui bacaan
dengan
menukar/meminjam buku-buku di
Taman Bacaan Masyarakat lain seSurabaya. Taman Bacaan Masyarakat
Rumah Susun (Rusun) Bangunrejo
Surabaya memberikan pelayanan tiap
hari, Senin-Kamis melayani dari jam
08.00-16.00 Wib. Sedangkan JumatMinggu melayani dari jam 08.0015.00 Wib, dengan jangka waktu
istirahat dari jam 11.30-12.30 Wib.
Namun
ada
dispensasi
yang
diberikan kepada pengelola Taman
Bacaan Masyarakat se-Surabaya dari
Badan Arsip dan Perpustakaan Kota
Surabaya, setiap 2 (dua) minggu
sekali libur dan tanggal merah juga
libur untuk menjaganya.
Taman Bacaan Masyarakat
yang baik harus disertai dengan
adanya layanan yang baik pula
kepada pengunjungnya. Buku-buku
yang dimiliki oleh Taman Bacaan
Masyarakat
Rusun
Bangunrejo
Surabaya adalah salah satu sumber
belajar yang bisa dimanfaatkan
semaksimal
mungkin
untuk
menunjang
penyelenggaraan
pendidikan nonformal, untuk itu
perlu adanya pengelolaan layanan
yang baik kepada pengunjung taman
bacaan masyarakat, baik usia anak-

anak maupun dewasa agar dapat


membaca buku dengan baik dan
nyaman. Layanan yang diberikan
Taman Bacaan Masyarakat Rusun
Bangunrejo Surabaya disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. TBM
bertujuan
untuk
memfasilitasi
pengunjung
dalam
melakukan
kegiatan pembelajaran. Disinilah
salah satu tugas pengelola untuk
memberikan layanan yang baik
sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan dengan pengelola TBM
Rusun Bangunrejo Surabaya. Selain
untuk menunjang kegiatan baca
membaca, TBM juga melakukan
kegiatan bimbingan belajar kepada
anak-anak sekitar TBM. Serta
melakukan
perlombaan
untuk
memperingati hari besar, juga untuk
mengetahui minat dan bakat anakanak.
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan pemberian layanan di
TBM Rusun Bangunrejo saat
kegiatan pengunjung membaca baik
terlihat
dari
persentase
hasil
observasi yang mencapai 72%. Hal
ini dapat terlihat dalam layanan yang
diberikan dalam penyediaan jenis
dan kualifikasi buku bacaan yang
baru tersebut dengan tanggap dan
cekatan
sehingga
pengunjung
menjadi nyaman berkunjung di
Taman Bacaan Masyarakat dengan
bantuan
pengelola.
Kebersihan
ruangan
selalu
diutamakan,
perawatan buku-buku, meja, lemari
dan karpet juga dilakukan dengan
baik.
Untuk dapat mewujudkan
TBM yang baik tentunya harus
didukung dengan adanya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang baik
pula. Dari hasil wawancara mengenai
SDM
yang
dimiliki
sebagai
pengelola TBM, ternyata BARPUS
Surabaya belum mempunyai SDM

ahli yang khusus untuk mengelola


TBM. Sumber Daya Manusia yang
ada sekarang kurang memiliki
kompetensi khusus di bidang
pengelolaan maupun pengembangan
TBM. Pengelolaan yang dilakukan,
cenderung untuk menjaga dan
melakukan
perawatan
pada
komponen yang ada, tidak ada upaya
pengembangan
khusus
yang
dilakukan untuk membuat TBM
semakin optimal sebagai sarana
belajar warga sekitar.
Hanya 1 (satu) orang
pengelola TBM yang fokus untuk
melayani pengunjung TBM beserta
perlengkapan yang ada. Kurangnya
SDM ahli di bidang perpustakaan
inilah salah satu faktor kurang
optimalnya TBM tersebut sehingga
hal tersebut harus diatasi untuk dapat
mewujudkan TBM yang baik yang
mampu memberikan kontribusi yang
baik
pula
pada
kegiatan
pembelajaran. Idealnya jumlah orang
yang mengelola TBM adalah 3 (tiga)
orang, dimana 1 (satu) orang sebagai
koordinator, 1 (satu) orang bertugas
sebagai administrasi, dan 1 (satu)
orang lagi bertugas untuk membantu
pengunjung dalam mencari bukubuku bacaan.
Dari
apa
yang
telah
ditemukan di lapangan nampak jelas
bahwa dalam menjalankan kegiatan
pengelolaan TBM masih ada
kekurangan seperti tata letak bahan
bacaan yang berdasarkan hasil
observasi hanya mencapai 40%,
tetapi juga ada kelebihan dari
pengelolaan TBM itu. Hal ini
dijelaskan dengan temuan tentang
bergesernya fungsi TBM sangat
signifikan. Dimana biasanya tempattempat TBM itu untuk lokasi
membaca
dalam
memperoleh
informasi dari sumber buku yang
ada. Tetapi sekarang-sekarang ini

TBM
menjelma
sebagai
penyelenggara pendidikan nonformal
di lingkungan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan untuk melengkapi
segala yang di dapat dari pendidikan
formal di sekolah.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa,
secara
kuantitas jumlah tenaga pengelola
TBM sangat kurang karena hanya
terdiri dari 1 orang. Tentu saja hal ini
sangat berdampak pada pelayanan
TBM yang kurang efektif. Karena
untuk mengurus segala hal dari
perawatan sarana prasarana TBM,
administrasi
peminjaman
dan
pengembalian
buku
hingga
membantu
pengunjung
dalam
membimbing
belajar
untuk
menjalankan
fungsinya
sebagai
penyelenggara pendidikan nonformal
hanya dilakukan oleh 1 orang
pengelola TBM tersebut.
Hasil
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa
selain
kekurangan tenaga untuk mengelola
TBM, tenaga pengelola TBM tidak
memiliki
kompetensi
untuk
mengelola TBM. Karena pengelola
tidak memiliki ilmu keperpustakaan
secara mendalam. Sehingga sebelum
bertugas mengelola TBM setiap
pengelola
mendapat
pelatihan
terlebih dahulu yang diadakan oleh
Badan Arsip dan Perpustakaan
(BARPUS) Kota Surabaya. Setelah
mengikuti pelatihan tersebut baru
disebar ke TBM yang ada di
Surabaya.
Komponen penunjang dalam
pengelolaan TBM yang dimaksud
adalah sarana prasarana termasuk
didalamnya sumber-sumber belajar
dan pendanaan TBM. Dari hasil
temuan yang ditemukan selama
berada
di
tempat
penelitian
menunjukkan
bahwa
cukup
memadai, namun secara kuantitas

jumlahnya
tidak
cukup
jika
dibandingkan
dengan
jumlah
pengunjung TBM. Tentu saja dalam
hal ini keberadaan pengelola TBM
belum dapat memberikan layanan
yang optimal bagi pengunjung dan
menunjang implementasi pendidikan
nonformal untuk dapat memberikan
pelayanan yang optimal setidaknya
dalam pengadaan sumber belajar.
Selain hal penunjang sarana
prasarana
TBM,
pendanaan
merupakan faktor yang terpenting
dalam kegiatan pengelolaan TBM,
tanpa adanya dana yang memadai
tidak
mungkin
TBM
dapat
menjalankan kegiatannya. Hasil
penelitian menunjukkan TBM tidak
memiliki pendanaan yang cukup, hal
ini diakibatkan karena kurangnya
penyebaran dana ke setiap TBM
yang
ada.
Dalam
memenuhi
kebutuhan pendanaan pengelola
TBM telah berkoordinasi dengan
BARPUS Kota Surabaya serta pihakpihak yang peduli dengan dunia
pendidikan.

KESIMPULAN
Peranan TBM sebagai Penyelenggara
Pendidikan Nonformal
1. Memberikan Bimbingan Belajar
kepada anak-anak sekolah yang
memiliki tugas dari sekolahnya.
2. Selain memberikan bimbingan
belajar kepada anak-anak TBM
juga berperan menyediakan akses
informasi dari berbagai literatur
untuk
menyelenggarakan
pendidikan nonformal.
3. Taman
Bacaan
Masyarakat
Rusun Bangunrejo Surabaya juga
sering
menyelenggarakan
kegiatan
perlombaan
untuk
mengetahui minat dan bakat
anak-anak sekitar Rusun, seperti

lomba melukis dan lomba


mewarnai.
Penunjang dan Kendala Taman
Bacaan Masyarakat
1. Penunjang
a. Taman Bacaan Masyarakat
Rusun Bangunrejo Surabaya
memperbaharui
koleksi
bahan
bacaan
maupun
perlengkapan lainnya untuk
menyelenggarakan
pendidikan nonformal.
b. Setiap
pengelola
TBM
mendapatkan pelatihan dan
pendidikan dalam mengelola
TBM agar memperlancar
kegiatan
pendidikan
nonformal
yang
akan
diselenggarakan.
c. Pengelola TBM melakukan
berbagai kegiatan untuk
meningkatkan fungsi TBM
sehingga TBM menarik bagi
semua umur untuk membaca
buku-buku
bahkan
mengembangkan
kreatifitasnya di TBM.
2. Kendala
a. Koleksi bahan bacaan yang
terbatas di TBM Rusun
Bangunrejo
Surabaya
menjadi
kendala
untuk
penyelenggaraan pendidikan
nonformal sehingga harus
ditambahkan koleksi bahan
bacaannya.
b. Masyarakat sekitar TBM
Rusun Bangunrejo Surabaya
masih belum antusias untuk
berkunjung ke TBM untuk
membaca, sehingga perlu
dilakukan kegiatan yang bisa
menarik antusias masyarakat
berkunjung ke TBM.
Cara Mengatasi Kendala Pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat
1. Pihak BARPUS mengikuti lelang
buku untuk memenuhi kebutuhan

bahan bacaan seluruh Taman


Bacaan Masyarakat.
2. BARPUS
juga
melakukan
kerjasama dengan pihak yang
peduli untuk menyediakan bukubuku baik pihak swasta maupun
pemerintahan.

SARAN
Adapun beberapa rekomendasi dan
saran dalam penelitian ini antara lain:
1. Taman
Bacaan
Masyarakat
merupakan sarana penunjang
pendidikan, sehingga peranannya
mesti ditingkatkan lagi bukan
hanya sebagai tempat membaca
buku saja. Tapi mesti menjadi
tempat
pelayanan
dan
menyediakan akses informasi
untuk
pemyelenggaraan
pendidikan nonformal.
2. Dalam
menyelenggarakan
pendidikan nonformal pengelola
TBM
atau
pihak
Barpus
Surabaya harus memperhatikan
kebutuhan bahan bacaan yang
tepat untuk masyarakat sekitar
TBM.
3. Pengelola TBM dan Barpus
Surabaya melakukan berbagai
cara
agar
penunjang
penyelenggaraan
pendidikan
nonformal dapat ditingkatkan,
seperti mengikuti acara lelanglelang buku untuk menambah
koleksi bacaan di TBM dan
mencari pihak swasta yang dapat
membantu mendanai TBM dalam
pemenuhan sarana dan prasarana.
4. Pengelola TBM dan Barpus
Surabaya
berusaha
untuk
meminimalisir kendala yang
dihadapi
dalam
menyelenggarakan
pendidikan
nonformal dengan melakukan
kegiatan positif di lingkungan
TBM agar masyarakat sekitar

mau berkunjung ke TBM serta


menambahkan segala kualifikasi
bahan bacaan sesuai dengan
kebutuhan TBM tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar
Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Gramedia.
Burhanuddin.
1994.
Analisis
Administrasi Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Naskah Akademik
Pengelola Taman Bacaan
Masyarakat
(TBM).
Direktorat
Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan,
Direktorat Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
Nonformal, Jakarta
Hakim, Heri Abi Burachman. 2009.
Perpustakaan Sekolah Sarana
Peningkatan Minat Baca.
www.heri_abi.staff.ugm.ac.id
Hikmat.
2009.
Manajemen
Pendidikan.
Bandung:
Pustaka Setia
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Edisi
Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2009
Tentang
Penyelenggaraan
dan
Pengelolaan Perpustakaan
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta

Rusijono
&
Mustaji.
2008.
Penelitian
Teknologi
Pembelajaran.
Surabaya:
Unesa University Press.
Seels, Barbara & Richey, Rita. 1994.
Teknologi
Pembelajaran.
Jakarta: Unit percetakan
Universitas Negeri Jakarta.
Seri Pustaka Teknologi Pendidikan.
1977. Definisi Teknologi
Pendidikan. Satuan Tugas,
Definisi dan Terminologi
AECT. Universitas Terbuka:
PT. Rajagrafindo Persada
Sobri. Dkk. 2009. Pengelolaan
Pendidikan.
Yogyakarta:
Multi Pressindo
Sudjana
SF, Djudju.
(1983).
Pendidikan
Nonformal

(Wawasan-Sejarah-Azas),
Theme, Bandung.
Sudomo, M.,1989. Pendidikan Luar
Sekolah
ke
Arah
Pengembangan
Sistem
Belajar Masyarakat. Jakarta:
Dirjen Dikti, Depdikbud.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi
Pendidikan.
Semarang:
RaSAIL
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI.
2008.
Manajemen
Pendidikan.
Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai