PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu inisiatif besar dalam proses transformasi yang dilakukan oleh PT
Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise
Resource Planning (ERP) untuk meningkatkan kinerja operasi dalam rangka
menunjang kegiatan bisnis perusahaan. Implementasi ERP menjadi agenda
perusahaan sebagai suatu upaya transformasi perusahaan menjadi lebih baik
khususnya dalam penyediaan sistem informasi yang handal. Karakteristik utama
dari sistem ERP yaitu bahwa modul-modul ERP tersebut saling terintegrasi,
terutama melalui sekumpulan database yang dipakai bersama (Martin, 2005).
Ketika suatu transaksi dilakukan pada suatu area, maka akan berdampak langsung
pada area yang terkait. Modul-modul ERP telah didesain sedemikian rupa untuk
merefleksikan operasional sekumpulan bisnis proses dengan cara-cara yang khusus
dan terbaik (best practices). Melalui sistem ERP ini maka perusahaan memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan seluruh proses dan data perusahaan sehingga
mampu menjadi single source of truth untuk data operasi perusahaan. Hal ini
diharapkan mampu meningkatkan kecepatan proses bisnis internal perusahaan.
Sistem ini menjadi backbone utama pendukung seluruh proses bisnis Pertamina,
diantaranya untuk mengoperasikan sistem informasi bagi sales process,
procurement process, material management, payroll system, financial reporting,
dan lainnya. Implementasi ERP akan diikuti dengan peningkatan proses pembuatan
keputusan (decision making process), integrasi perusahaan (enterprise integration),
dan keakurasian laporan keuangan (accurate financial statement) (Kanellou dan
Spathis, 2012). Keuntungan aplikasi ERP ini diantaranya adalah menghilangkan
duplikasi input data, mengurangi kebutuhan tenaga kerja, serta dapat menyediakan
informasi yang berkualitas untuk pengambilan keputusan perusahaan, sehingga
harapannya adalah terjadi konsistensi dan akurasi data dapat lebih diandalkan.
Implementasi sistem ERP memberikan manfaat terkait dengan efektivitas dan
efisiensi proses bisnis karena perusahaan dapat memperoleh informasi yang lebih
akurat dan tepat waktu (Trott dan Hoecht, 2004). Pertamina telah menggunakan
sistem ERP sejak tahun 2003, namun hingga tahun 2008 aplikasi tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal karena perusahaan belum mendapatkan output yang
signifkan dan menghasilkan data yang akurat bagi perusahaan. Hal ini dapat
terlihat dari laporan kinerja perusahaan yang belum terintegrasi. Apabila
dikelompokan, maka terdapat beberapa penyebab penggunaan ERP yang tidak
maksimal antara lain keterbatasan keterampilan dan kompetensi sumber daya
manusia, ketidakseragaman proses bisnis, kurangnya aktivitas change management
serta kelemahan sistem kendali maupun monitoring atas proses transaksi yang
berlangsung. Pada dasarnya penggunaan kontrol formal dan informal yang
digunakan oleh perusahaan mempengaruhi secara positif sistem ERP terhadap
kinerja perusahaan masa depan (Kallunki et al. 2010). 3 Berdasarkan realitas
tersebut, dilakukan evaluasi dan analisis yang hasilnya adalah langkah
penyempurnaan terhadap operating model pemanfaatan ERP yang sudah dimiliki
agar memberi nilai tambah signifikan kepada perusahaan. Inisiatif ini sejalan
dengan dimulainya transformasi korporat sehingga inisiatif ini kemudian dikristalkan
ke dalam Breakthrough Project SAP 2008- 2009. Wujudnya adalah upgrade sistem
ERP dan peningkatan kontrol atas proses transaksi. Dengan melakukan upgrade
sistem ERP dari versi sebelumnya yaitu SAP R/3 dengan generasi diatasnya yaitu
SAP ERP 6.0 atau dikenal dengan MySAP yang merupakan versi lebih baru dari
system SAP. Implementasi Information System (IS) di Pertamina ini bukan sekedar
pada level support operational akan tetapi meningkat pada level decision making
system. Penerapan MySAP diharapkan mampu memberikan informasi yang
berkualitas untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi manajemen
Pertamina. Keberadaan sistem informasi ini menjadi sangat vital bagi suatu
perusahaan, oleh karenanya setelah implementasi sistem ERP di Pertamina
dilakukan, maka diperlukan upaya maksimal agar sistem ERP ini dapat digunakan
dan dapat dipertahankan sustainability-nya sehingga benar-benar memberikan
manfaat bagi perusahaan. Untuk menjaga keberlanjutan (sustainability) dari
implementasi ini maka pemegang saham (pemerintah) meminta kepada Direksi
untuk mengelola sistem informasi di perusahaan sebagai modal untuk menciptakan
value bagi perusahaan yang dituangkan dalam kontrak manajemen. Kontrak
manajemen ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Manajemen Pertamina dengan
menerapkan Key Performance Indicator (KPI) yang berlaku 4 untuk jajaran
manajemen sampai level operasional untuk mendukung pencapaian kontrak
manajemen tersebut. Walapun upgrade sistem ERP sudah dilaksanakan kurang
lebih selama lima tahun terakhir, namun sampai saat ini utilisasi sistem ERP belum
secara konsisten dimanfaatkan oleh user pengguna sistem ERP. Hal ini tercermin
dari masih dijadikannya KPI Utilisasi sistem ERP menjadi alat kontrol bagi
manajemen untuk memastikan apakah sistem ERP sudah digunakan dengan
optimal atau belum. Implementasi sistem ERP ini diharapkan mampu meningkatkan
kinerja individu sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi yang positif bagi
pencapaian tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dari fenomena yang terjadi pada PT
Pertamina (Persero) yang telah mengimplementasikan ERP secara nasional
tersebut, ditemukan banyak faktor yang menyebabkan implementasi ERP belum
secara signifikan dirasakan oleh korporasi. Kontrol manajemen menjadi salah satu
isu strategis, karena implementasi ERP belum memberikan manfaat yang signifikan
apabila tidak ada ukuran kinerja yang dapat dijadikan dasar bagi manajemen untuk
memastikan bahwa implementasi ERP sudah sesuai harapan. Sementara itu tingkat
manfaat dipengaruhi oleh faktor-faktor kegunaan (utilisasi) sistem ERP itu sendiri.
Kondisi inilah yang menarik bagi peneliti untuk menganalisa dan mengevaluasi
secara lebih dalam bahwa implementasi sistem ERP di Pertamina saat ini apakah
benar-benar sudah dimanfaatkan utilisasinya oleh para user, dan data yang
dihasilkan juga memberikan informasi yang berkualitas bagi masing- masing
individu (user) yang kemudian berdampak pada kinerja individu itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
PROFIL PT. PERTAMINA (PERSERO)
Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas
serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip
tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi.
Dengan pengalaman lebih dari 55 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen
menjalankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang tinggi mulai dari
kegiatan hulu sampai hilir.Berorientasi pada kepentingan pelanggan juga merupakan suatu hal yang
menjadi komitmen Pertamina,agar dapat berperan dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen Pertamina
dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat terbarukan
yang dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif
baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk
mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya,
Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan
Energi Nasional Kelas Dunia.
Mendukung visi tersebut, Pertamina menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu Aggressive
in Upstream, Profitable in Downstream, dimana Perusahaan berupaya untuk melakukan ekspansi bisnis
hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas menjadi lebih efisien dan menguntungkan.
Pertamina menggunakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan kiprahnya untuk mewujudkan visi
dan misi perusahaan dengan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang sesuai dengan standar global
best practice, serta dengan mengusung tata nilai korporat yang telah dimiliki dan dipahami oleh seluruh
unsur perusahaan, yaitu Clean, Competitive, Confident, Customer-focused, Commercial dan Capable.
Seiring dengan itu Pertamina juga senantiasa menjalankan program sosial dan lingkungannya secara
terprogram dan terstruktur, sebagai perwujudan dari kepedulian serta tanggung jawab perusahaan
terhadap seluruh stakeholder-nya.
Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di
sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia
dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas.
Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa
teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi
dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina
beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu
Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract(TAC),
Indonesia Participating/Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).
Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam negeri dan
ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan 10.000 Mega Watt (MW) listrik tahap
kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau juga dikenal dengan gas metana batubara
(GMB) dalam rangka mendukung program diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas
nasional pemerintah. Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara serius yang
dimana saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing Contract (PSC)-CBM.
Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil
minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan.
Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI
(Balongan) dan RU VII (Sorong).
Selanjutnya, Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang
(Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti
premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas,
aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene,
Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
A.
Sejarah Perusahaan
Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 : "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat"
maka hak untuk mengelola industri perminyakan jatuh ke tangan pemerintah.
Tahun 1960, Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan kebijaksanaan yang menyatakan
bahwa penambangan minyak dan gas bumi hanya boleh dilaksanakan oleh negara melalui
perusahaan negara. Semenjak itu, pihak asing yang terlibat di dalamnya berdasarkan kepada
kontrak saja. Disamping itu perusahaan-perusahaan asing juga sepakat untuk secara bertahap
menjual tempat penyulingan minyaknya dan aset lainnya di bidang pemasaran dan distribusi
kepada pihak Indonesia dalam jangka waktu lima sampai lima belas tahun.
Dua perusahaan negara dibentuk pada zaman transisi tersebut. PERMINA yang diberikan
wewenang dan tanggung jawab untuk administrasi, manajemen dan pengawasan terhadap kerja
sama dibidang eksplorasi dan produksi. Sementara itu PERTAMIN mendapat tanggung jawab
untuk mengatur proses distribusi minyak bagi kepulauan Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang perminyakan, PERMINA
mendirikan Sekolah Kader Teknik di Brandan. PERMINA kemudian juga mendirikan Akademi
Perminyakan di Bandung pada tahun 1962. Kurikulum dari Akademi Perminyakan meliputi
berbagai aspek dalam industri perminyakan, dan para lulusannya kemudian menjadi tenaga inti
di PERMINA (yang kemudian menjadi PERTAMINA). Tahun 1968, untuk mengkonsolidasi
industri perminyakan dan gas, manajemen, eksplorasi pemasaran dan distribusi maka PERMINA
dan PERTAMIN merger menjadi PN. PERTAMINA (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional).
Komisaris Status badan hukum PERTAMINA telah berubah menjadi perseroan sejak 17
September 2003 yang lalu. Kini Kami Berubah merupakan komitmen yang diikrarkan oleh
Direksi PT PERTAMINA (PERSERO) untuk membawa perusahaan, meraih harapan baru dalam
wadah persero. Komitmen yang dikumandangkan dihadapan publik pada saat launching PT
PERTAMINA (PERSERO) ini sekaligus menjadi simbol dari janji seluruh jajaran perusahaan
kepada stakeholders.
Perubahan ini tidak sebatas hanya ucapan untuk menyejukkan hati para pendengar.
Perubahan ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata dengan melakukan berbagai pembenahan
di dalam tubuh perusahaan. Sejumlah perubahan internal perusahaan dilakukan meliputi
penerapan nilai-nilai good corporate governance disetiap aspek operasi perusahaan, pembenahan
rencana kerja, sistem dan prosedur serta kebijakan paradigma pengelolaan perusahaan menjadi
suatu entitas bisnis murni.
Pada 18-19 Maret 2004 bertempat di Lt. M Kantor Pusat PERTAMINA, para pimpinan
PERTAMINA duduk bersama dalam suatu forum Rapat Pimpinan (Rapim). Rapim ini
mengambil tema Akselerasi Transformasi Dalam Rangka Menghadapi Kompetisi. Sejumlah
butir perubahan dan program utama pun dihasilkan. Bahkan komitmen perubahan itu sendiri
ditandatangani oleh Direktur Utama sebagai wujud keseriusan dalam mengakselerasi jalannya
agenda perubahan.
B.
Indonesia. MySAP dipilih oleh PT. Pertamina sebagai outsourcing sistem informasi berupa ERP
karena kemudahan dan kepraktisan penggunaannya bagi karyawan PT. Pertamina.
Kebijakan PT. Pertamina dalam melakukan outsourcing sistem informasi ERP berupa
MySAP dilakukan dengan pembayaran loyalti untuk subscribe atau berlangganan software MySAP
yang dihitung bedasarkan pada jumlah akun setiap tahunnya. Jumlah akun tersebut merupakan
jumlah total karyawan PT. Pertamina yang terkait dengan aktifitas internal dan eksternal perusahaan,
sehingga PT. Pertamina harus menyediakan anggaran dana yang cukup besar setiap tahunnya untuk
membayar loyalti sistem informasi ERP tersebut.
Keterbatasan kemampuan dan sumber daya PT. Pertamina dalam pengadaan sistem
informasi ERP tersebut membuat PT. Pertamina bergantung kepada software MySAP sebagai tulag
punggung segala aktifitas transaksi perusahaan. Untuk itu PT. Pertamina dengan divisi khusus IT-nya
yang dikenal dengan CSS atau Cosporate Shared Service terus mengembangkan berbagai metode
sistem ERP pribadi perusahaan sehingga kedepannya didapat sistem ERP yang paling cocok dengan
kegiatan PT. Pertamina tanpa harus berlangganan dan membayar loyalti, namun rencana tersebut
masih sebatas tingkat pengembangan.
Untuk meminimalkan biaya berlangganan MySAP, PT. Pertamina melaluyi divisi
CSSnya mengupayakan sistem ID internet. Dengan sistem tersebut satu akun dalam MySAP dapat
digunakan oleh beberapa karyawan dalam satu divisi, sehingga anggaran biaya berlangganan
MySAP tahunan yang dikeluarkan PT. Pertamina dapat diminimalkan.
1. PENERAPAN SISTEM SAP PT PERTAMINA
SAP Atau yang biasa di sebut ERP adalah tools manajemen yang menyeimbangkan
persediaan
dan
permintaan
perusahaan
secara
menyeluruh,
berkemampuan
untuk
menghubungkan pelanggan dan supplier dalam satu kesatuan rantai ketersediaan, mengadopsi
proses-proses bisnis yang telah terbukti dalam pengambilan keputusan, dan mengintegrasikan
seluruh
bagian
Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu paket piranti lunak (software) yang
dapat memenuhi kebutuhan suatu perusahaan dalam mengintegrasikan keseluruhan aktivitasnya,
dari sudut pandang proses bisnis di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Untuk dapat
mengadopsi teknologi ERP, suatu perusahaan tidak harus menyediakan dana sangat besar. Dana
tersebut
harus
disediakan
untuk
paket software ERP, hardware berupa server dan desktop, database dan operating
investasi
system
software, high performance network, hingga biaya konsultasi untuk implementasi. Meskipun
terkendala oleh biaya investasi yang besar, banyak perusahaan di duniatermasuk di Indonesia
mengadopsi sistem informasi ini. Hal ini karena paket software ERP yang diimplementasikan
secara baik akan menghasilkan return terhadap investasi yang layak dan dalam waktu cepat.
ERP menangani seluruh aktivitas dalam organisasi, membawa budaya kerja baru dan
integrasi dalam organisasi. mengambil alih tugas rutin dari personel dari tingkat operator hingga
manajer fungsional, sehingga memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia perusahaan
untuk berkonsentrasi dalam penanganan masalah yang kritis dan berdampak jangka
panjang. ERP juga membawa dampak penghematan biaya (cost efficiency) yang signifikan
dengan adanya integrasi dan monitoring yang berkelanjutan terhadap performance organisasi.
Secara implisit, ERP bukan hanya suatu software, namun merupakan suatu solusi terhadap
permasalahan informasi dalam organisasi.
Implementasi system My SAP di Pertamina beserta Modul SAP yang di gunakan
Dalam pengolahan data dan transaksi bisnis modern dikenal adanya sistem
ERP (Enterprise Resource Planning) yang akan mencatat secara terintegrasi segala
proses transaksi perusahaan, dari bagaimana proses produksi, penjualan, dan
seberapa banyak transaksi yang terjadi, hingga data berapa suplai yang diperlukan
oleh perusahaan.
Upaya besar Pertamina untuk memodernisasi diri sebagaimana layaknya
perusahaan migas multinasional lainnya adalah menerapkan sistem ERP versi
mySAP atau mySAP 2005 yang diaktifkan sejak tanggal 2 Januari 2009 dalam hal
pengelolaan data dan transaksi yang terjadi setiapharinya.
Salah satu alasan dipilihnya sistem baru ini adalah adanya SAP Net-Weaver, yaitu arsitektur IT
berbasis web, yang menjadikan sifatnya lebih informatif, user friendly dan adaptif. Yang paling
penting, perusahaan dapat memperoleh data yang ber-sifat real time. Di samping itu dalam
sistem ini juga ada unsur kecepatan dalam proses data sehingga memungkinkan akurasi dan
efisiensi proses pendataan data base bisnis.
Di dalam sistem mySAP ada sejumlah modul standar yang terintegrasi. Modul ini
beroperasi pada level informasi Operasional (Operational level) yaitu level dimana pengelolaan
data dilakukan, user memasukkan data ke sistem dan report/informasi yang dihasilkan hanya
dapat dilihat per modul. Lebih dari itu mySAP juga mampu menghasilkan informasi analitik
yang bisa digunakan oleh para pengambil keputusan melalui modul yang dikenal dengan nama
SEM (Strategic Enterprise Management) dan BI (Business Intelligence). Secara
terminologi, Business Intelligence (BI) adalah sebuah teknologi, aplikasi serta kegiatan untuk
mengumpulkan, mengintegrasi, menganalisa dan mempresentasikan informasi bisnis maupun
informasi lainnya. Sistem BI menampung data-data historis dan data-data saat ini serta dapat
juga memuat predictive views dari operasi bisnis.
Tool BI yang digunakan di Pertamina adalah SAP BW (SAP Business Warehouse) yang
saat ini lebih dikenal dengan SAP Net-Weaver BI. Saat ini SAP BW baru digunakan untuk
menyediakan report pada modul Sales & Distribution saja. Tetapi di masa yang akan datang
(masuk dalam scope projectmySAP), diharapkan dapat digunakan untuk menghasilkan
informasi untuk semua modul mySAP. Proses di SAP BW dikenal dengan proses
ETTL (Extracting, Transferring, Transforming and Loading) Data. Yang pada intinya data-data
dari berbagai sumber (dari sistem SAP maupun sistem NON SAP seperti spreadsheet, database,
dan lain-lain) di-extract dan ditransfer ke dalam data warehouse di dalam SAP BW. Di dalam
data warehouse, data-data tersebut diproses dan divalidasi lalu kemudian ditampilkan
menggunakan reporting tool yaitu BW Business Explorer/Bex (bersifat web based). Merupakan
tanggung jawab end user juga untuk menyediakan dan meng-input data yang valid dan akurat
pada sumber data.
Selain untuk menghasilkan report-report untuk semua modul SAP, saat ini sedang
dilakukan proses pengembangan penggunaan BI di Pertamina yaitu penerapan beberapa
modul Strategic Enterprise Management (SEM). Modul yang akan diterapkan adalah SEMBCS
(Bu-siness Consolidation System) dan SEM-BSC (Balanced Scorecard). Tujuan penerapan SEMBCS adalah untuk menghasilkan Laporan Keuangan Konsolidasi secara otomatis. Sedangkan
SEM-BSC digunakan sebagai KPI (Key Performance Indiator) Information System yang
digunakan untuk komputerisasi proses penentuan, monitoringdan pengukuran KPI. Keduanya
akan menggunakan data-data yang disediakan di SAP BW.
Penerapan mySAP 2005 diharapkan dapat mengatasi beberapa kekurangan- kekurangan
SAP yang sudah ada. Selain itu, SAP yang baru juga diharapkan dapat mengatasi isu-isu
mengenai data yang tidak akurat atau data yang kurang baik. Sehingga dapat menghasilkan
kristal data, data yang jelas, dan data yang akurat. Karena jika semuanya sudah baik, sangat
memudahkan jajaran manajement untuk mengambil keputusan. Dan keputusan yang baik dapat
diambil apabila informasi yang didapatnya sangat jelas, akurat, dan tepat.
SAP lama atau yang sudah ada pada Pertamina adalah generasi SAP R/3 yang dimulai
sejak 2003, namun belum berjalan secara optimal. Berbagai kendala ditengarai menjadi
penyebab. Sebab untuk menerapkan satu sistem yang diberlakukan di seluruh bagian perusahaan
sebesar Pertamina, bukanlah perkara sederhana.Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam
penerapan sistem ini adalah keselarasan antara Business Process, People dan IT. Perpindahan
dari pengelolaan data dan transaksi yang cenderung masih manual, parsial, atau malah
terkadang double handling, ke sistem yang bersifat terintegrasi, terpusat, dan sebagian dijalankan
oleh fungsi. Kesiapan manusia (people) menjadi titik krusial selain kemulusan penerapan sisi
teknologi (material) itu sendiri.
Dalam Information System (IS) terdapat tiga komponen yang harus disinergikan agar
memperoleh hasil yang optimal yaitu business process, people dan IT. Banyak pihak terlalu
berkonsentrasi pada aspek IT. Padahal tantangan implementasi IS yang sesungguhnya ada pada
kedua aspek lainnya. Jika perusahaan telah memiliki business process yang baik dan teratur
maka tantangan yang paling utama adalah pada aspek people. Hal ini disebabkan oleh rumitnya
mengubah kebiasaan kerja setiap karyawan yang tidak jarang menimbulkan resistensi.
Berbicara people akan terkait dengan manusia internal Pertamina yang berjumlah sekitar
16 ribu orang. Terkait juga dengan vendor, atau pemilik SPBU, pihak perbankan, dan pihakpihak lain yang sebetulnya dituntut ada kesesuaian mengenai sistem yang dipakai. Inilah yang
membuat persoalan people menjadi tidak sederhana.
Selain itu, manajemen risiko perusahaan juga harus lebih dipertajam lagi antisipasinya.
Dengan kata lain, tidak menerapkannya dengan total dulu, tetapi ada pre-launching, uji coba, dan
sebagainya sehingga kalau terjadi sesuatu tidak menimbulkan risiko massal. Walaupun teori ini
tidak selalu tepat untuk dipraktekan dalam sistem tertentu.
Pertamina merupakan salah satu pengguna SAP R/3. Dalam proses
pengimplementasiannya menemukan banyak kendala sehingga berbagai pihak menilai
pemanfaatan SAP R/3 yang dipilih oleh Pertamina kurang mampu dioptimalkan. Pertamina
menerapkan ERP dengan sistem mySAP 2005 telah Go Live pada tanggal 2 Januari
2009. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari implementasi ERP di Pertamina adalah sebagai
berikut.
ERP ini. Tim menyadari sepenuhnya bahwa implementasi ERP di Pertamina harus
melalui business process reengineering. Hal ini dikarenakan Pertamina telah melakukan
serangkaian kajian dan memutuskan untuk menggunakan SAP R/3. Keputusan ini didasarkan
bahwa SAP merupakan salah satu best practice. Dengan menggunakan ERP vanilla seperti ini
maka salah satu konsekuensinya adalah melakukan business process reengineering agar sesuai
dengan ERP yang dipilih. Adapun tim yang telah dibentuk ini dibantu oleh Accenture dalam
mengimplementasikan SAP R/3 di Pertamina.
Namun demikian implementasi ERP di Pertamina kurang optimal karena cukup besarnya
resisten untuk berubah. Dapat dipahami bahwa mengubah cara kerja karyawan adalah sesuatu
yang rumit. Hal ini dikarenakan para pengguna ERP tersebut telah terbiasa dengan cara kerja
lama yang lebih mapan dan mudah dimengerti. Sebagai contoh, pengguna ERP masih sering
menggunakan sistem informasi berdasarkan telpon dan hard copy. Selain itu, hal lain yang perlu
menjadi perhatian pula adalah adanya pendapat dari karyawan bahwa ERP hanyalah proyek IT.
Mungkin tim harus lebih melakukan sosialisasi guna meluruskan pendapat yang keliru ini. Tim
harus memberikan pemahaman bahwa ERP merupakan salah satu sarana yang memudahkan
setiap pihak dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga adanya rasa memiliki terhadap
program ini. Dengan demikian implementasi ERP lebih mendapat dukungan dari setiap pihak
dan pada akhirnya dapat dipergunakan secara optimal.
2. Metode pengembangan system
Metode pengembangan sistem di Pertamina ini menggunakan pendekatan big bang. Pada
awalnya pelaksanaan business process reengineering dan implementasi ERP akan dilakukan
secara sekuensial. Tim merencanakan untuk melakukan business process reengineering terlebih
dahulu sebelum mengimplementasikan ERP seperti yang dilakukan oleh Garuda dan Telkom.
Namun seiring dengan adanya UU Migas No.22 tahun 2001 tanggal 23 November 2001 serta
adanya AFTA di tahun 2003, maka Pertamina menyadari dengan cara sekuensial tidak akan dapat
mengejar batas waktu yang dimaksud. Kedua hal tersebut menuntut Pertamina untuk dapat
beroperasi secara optimal sehingga siap menghadapi pasar bebas. Oleh karena itu, tim
memutuskan untuk melakukan business process reengineering dan implementasi ERP secara
simultan. Tim menyadari adanya resiko besar yang akan dihadapi jika menggunakan cara ini.
Akan tetapi, tim tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan perubahan mendasar dan
menyeluruh untuk membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia. Kekhawatiran ini
ternyata terbukti yaitu ketidaksiapan sumber daya manusia untuk melakukan perubahan cara
kerja sehingga implementasi ERP di Pertamina tidak memberikan hasil yang optimal. Dari
beberapa keterangan dapat disimpulkan pendekatan big bang di Pertamina ini dilakukan per unit
bisnis namun tanpa menjadikan salah satu unit sebagai pilot project. Upms II merupakan unit
pemasaran pertama Go Live SAP yang merupakan non pilot project dalam melaksanakan SAP
secara mandiri. Adapun modul yang pertama kali digunakan oleh Pertamina meliputi SD, MM,
FI, CO dan HR. Kini Pertamina merencanakan menggunakan mySAP dengan menggunakan
modul
yang
lebih
lengkap
yaitu
meliputi
MMH(Materials
Management
Hydro),
MMNH (Materials Management Non Hydro), SD/TD (Sales & Distribution/ Transportation &
Distribution), PP
(Production
Planning),
PM(Plant
Maintenance), Human
Capital
AM-Asset Management: membantu pengelolaan atas keseluruhan fixed assets, meliputi proses
asset accounting tradisional dan technical assets management, sampai ke investment controlling.
Management
Dengan adanya sistem ERP ini bisa memberikan manfaat besar di dalam pemberian sistem
informasi dan data untuk proses pengambilan keputusan yang strategis bagi perusahaan.
3.
Pemilihan vendor
4.
5.
6.
7.
8.
Verifikasi invoice
Proses pembayaran
3.3
Server
3.
LAN
4.
Printer
Web P2P
3.
eProc
3.4
3.4.1 Input
Mesin yang digunakan dalam proses input adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan program
yang digunakan adalah MySAP dan Web P2P. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses input
terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data yang digunakan
berasal dari purchase requisition dan vendor quotation. Produk informasi yang dihasilkan dari proses
input adalah data vendor quotation berbagai vendor yang sudah masuk ke dalam SAP.
3.4.2 Proses
Mesin yang digunakan dalam tahap proses adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP dan eProc. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam tahap
proses terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data yang
digunakan berasal dari vendor quotation dan request for quotation (RFQ). Produk informasi yang
dihasilkan dari tahap ini adalah maintain RFQ di dalam sistem MySAP untuk vendor pemenang.
3.4.3 Output
Mesin yang digunakan dalam tahap output adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam
proses output terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data
yang digunakan berasal dari vendor quotation dan request for quotation (RFQ). Produk informasi yang
dihasilkan dari proses output adalah terpilihnya vendor yang memiliki penawaran terbaik dan surat
penolakan pada vendor yang tidak sesuai.
3.4.4 Penyimpanan
Mesin yang digunakan dalam tahap penyimpanan adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam
proses penyimpanan terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user(unit procurement). Sumber
data yang digunakan berasal dari vendor quotation. Produk informasi yang dihasilkan dari proses
penyimpanan adalah referensi vendor di masa datang.
3.4.5 Pengendalian
Mesin yang digunakan dalam tahap pengendalian adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam
proses pengendalian terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user(unit procurement). Sumber
data yang digunakan berasal dari purchase order. Produk informasi yang dihasilkan dari proses
pengendalian adalah release PO, pencetakan PO, dan pemberian PO kepada vendor.
3.5
Matriks komponen sistem informasi procurement system PT. Pertamina dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.6
kepada konsumen dan pembelian material (procurement system) serta pencatatan inventory. Berikut
disajikan bagan procurement system di PT. Pertamina.
Terbatasnya sumber daya yang terampil dan kompeten sehingga sulit memberikan solusi
bagi unit dan pusat.
B.
C.
D.
E.
C.
D.
A.
1.
B.
C.
D.
Sulitnya kontrol terhadap user yang tidak tertib
Selain itu, desentralisasi juga telah menimbulkan deviasi proses yang signifikan dan tidak adanya
standarisasi proses. Ketidakmampuan menerapkan standar menimbulkan adanya fleknilitas yang tinggi
bagi user untuk melakukan deviasi dari berbagai SOP yang ada. Pada berbagai proses procurement,
terdapat isu-isu fundamental yang terjadi, yakni meliputi:
1.
Proses purchase requisition (PR) memiliki isu PR tidak selalu dibuat sebagaimana ditetapkan
dalam SOP.
2.
Proses RFQ/quotation memiliki isu antara lain penunjukkan langsung dan tidak
menggunakan service master.
3.
Proses penerbitan purchase order (PO) memiliki isu pembuatan PO tanpa PR.
4.
Proses goods receipt memiliki isu tidak tepat waktu.
5.
Proses invoice verification memiliki isu banyak ditemukan kesalahan pada invoice.
6.
Proses accounts payable memiliki isu direct FI posting untuk item-item kecil dan sundry (tanpa
PR/PO)
Kurang optimalnya pemanfaatan SAP R/3 pada tahun 2003-2006 tentunya menjadi beban
tersendiri bagi tim.Tantangan terberat tentunya adalah dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sistem ES selanjutnya di Pertamina. Terlebih kali ini level adopsi pemanfaatan ES di Pertamina
akan naik setingkat lagi yaitu pada level decision making system.
Tantangan lain adalah semakin berkembangnya tuntutan bisnis dan teknologi informasi.
Berkembangnya kedua hal ini membuat tim harus mampu membawa Pertamina memenuhi
tuntutan bisnisnya yang mungkin juga menuntut adanya perubahan penggunaan ES. Setidaknya
tantangan IS department adalah dapat mengoptimalkan sistem guna memenuhi tuntutan bisnis
yang kian berkembang dengan cepat. Terlebih Pertamina merupakan perusahaan yang memiliki
komoditi usaha strategis berupa minyak bumi. Seperti diketahui bahwa usaha minyak bumi
memiliki regulasi yang ketat dari pemerintah Indonesia di samping fluktuatifnya harga di pasar
internasional. Kedua hal ini tentunya sangat memperngaruhi keputusan bisnis dari Pertamina.
Pertama, ada perpindahan dari pengelolaan data dan transaksi yang cenderung masih manual,
parsial, atau malah terkadang double handling, ke sistem yang bersifat terintegrasi, sebagian
terpusat, sebagian dijalankan fungsi. Kesiapan manusia (people) menjadi titik krusial selain
kemulusan penerapan sisi teknologi (material) itu sendiri.
Melaksanakan program sebesar dan semassal mySAP, People Review, atau Pertamina
Clean, dan lain-lain, memerlukan satu persiapan yang tidak biasa, baik kesiapan orang,
teknologi, infrastruktur, biaya, roadmap & schedule, maupun manajemen risiko terhadap potensi
kendala internal dan kendala eksternal.
2.
Kegiatan bisnis perusahaan lebih terfokus: Dengan outsourcing sistem informasi maka
PT. Pertamina dapat lebih memfokuskan kegiatan perusahaannya pada kompetensi inti
perusahaan tanpa harus lebih banyak memikirkan sistem informasi perusahaan, sehingga
PT. Pertamina dapat lebih memfokuskan kegiatan kerja mereka pada aktifitas pengeboran
dan produksi minyak dan gas.
3.
Keamanan data lebih terjamin: Data dan rahasia perusahaan merupakan hal yang sangat
penting, dengan digunakannya ERP berupa MySAP sebagai sistem informasi yang
mengintegrasikan data tersebut maka komunikasi dan transaksi perusahaan sudah
bersifat papper-less atau sudah tidak lagi menggunakan kertas, sehingga data-data dan
rahasia perusahaan akan tercatat dan terekam secara digital, sistem keamanan data yang
disimpan juga dilindungi oleh firewall yang membuat data lebih sulit untuk diakses
maupun diretas oleh pihak luar.
4.
Meskipun memiliki berbagai keuntungan dalam penerapan outsourcing sistem informasi di PT.
Pertamina, namun masih terdapat beberapa kelemahan dari outsourcing sistem informasi
tersebut, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN