Disusun Oleh
Rizal Rinaldy (11-2009-059)
Hans Hernando (11-2009-067)
PEMBIMBING
Dr. Suzanna Ndraha, SpPD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit kronik adalah penyakit yang menetap atau rekuren, biasanya diderita
selama 3 bulan atau lebih. Penyakit kronik umumnya tidak bisa dihindari dengan vaksin
atau disembuhkan dengan pengobatan ataupun hilang sendiri. Faktor resiko terbesar pada
penyakit kronik adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, kurang
berolahraga, dan kebiasaan makan yang tidak sehat. Prevalensi penyakit kronik cenderung
bertambah seiring dengan bertambahnya usia penderita.1
Pada
negara
berkembang
jenis-jenis
penyakit
kronik
adalah
penyakit
kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit saluran napas kronik, penyakit ginjal dan
tumor/neoplasma. Menurut penelitian WHO tahun 2002,penyakit kronik adalah penyebab
kematian terbesar di Indonesia, mencapai 61% dengan jumlah sampel 986.000 subjek,
dimulai dari yang terbanyak diderita, yaitu penyakit kardiovaskular (28%), penyakit kanker
(12%), penyakit saluran napas kronik (7%), diabetes mellitus (3%), dan sisanya (11%)
adalah penyakit kronik lain.2
Yang dimaksud dengan anemia adalah suatu kondisi dari berkurangnya jumlah sel
darah merah atau kuantitas dari hemoglobin dalam darah. Seperti kita ketahui, sel darah
merah berguna untuk mengangkut oksigen serta nutrisi dan menghantarkannya ke seluruh
sel-sel tubuh. Bila terjadi anemia, maka fungsi dari sel darah merah tersebut akan
berkurang tergantung dari derajat anemia yang diderita.1,3
Gejala anemia secara umum dapat berupa pucat, lemas, mudah lelah, namun pada
kasus anemia berat dapat timbul, nyeri dada, palpitasi, penurunan tekanan darah, sampai
sesak nafas. Anemia penting karena gejala yang ditimbulkan olehnya beragam dan dapat
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang mencakup prevalensi anemia pada
pasien yang dirawat dengan penyakit kronik, baik dari data literatur luar negeri maupun di
dalam negeri. Namun menurut kepustakaan sebagian besar penyebab dari anemia di
1
seluruh dunia adalah anemia defisiensi besi, mencakup 50% dari seluruh penderita
anemia.5
Di RSUD Koja, pasien rawat inap dengan penyakit kronik cukup banyak, sebagian
diantaranya disertai anemia, namun evaluasi anemia pada penderita penyakit kronik
tersebut
belum
rutin
dilakukan.
Karena
itu
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahuibagaimana proporsi dan profil anemia pada pasien yang dirawat dengan
penyakit kronik di RSUD Koja, dengan tujuan agar penanganan pasien penyakit kronik
yang disertai dengan anemia dapat lebih baik dan tepat.
I.2 Identifikasi Masalah
Dari permasalahan diatas timbul pertanyaan penelitian, yaitu:
I.2.1 Pertanyaan umum:
Bagaimana proporsi dan profil anemia pasien yang dirawat di RSUD Koja.
Diketahuinya proporsi dan profil anemia pasien yang dirawat di RSUD Koja.
1. Dengan diketahuinya apa saja penyakit kronik di rawat inap RSUD Koja, maka
3. Dengan diketahuinya bagaimana profil anemia pasien yang dirawat di RSUD Koja,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Pustaka
II.1.1 Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41% pada
pria atau Hb < 12 g/dL dan Ht 37% pada wanita.6 Anemia juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin atau nilai hematokrit atau
tentang batas bawah kadar Hb untuk Indonesia, secara umum seseorang dapat dikatakan
anemia apabila hasil pengukuran kadar Hb < 12 g/dL.7
II.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya anemia antara lain:5,6,7
1. Perdarahan aktif: menstruasi yang banyak, luka terbuka dan perdarahan banyak, dll.
2. Kekurangan nutrisi seperti: zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
3. Penyakit kronik : gagal ginjal, dll.
II.1.3 Klasifikasi
II.1.3.1 Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis:4
A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosis dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
a. Anemia defisiensi besi
Anemia sideroblastik
Anemia mieloptisik
d.
Anemia diseritropoietik
C. Anemia hemolitik
a. Bentuk megaloblastik
b. Bentuk non-megaloblastik
II.1.4 Patofisiologi
II.1.4.1 Patofisiologi Umum
Akibat dari menurunnya jumlah sel darah merah, maka tubuh melakukan beberapa
tubuh yang meningkat karena kebutuhan energi yang dipakai meningkat pula sebagai
akibat dari sistem kompensasi. Berikut ini adalah beberapa macam respon tubuh terhadap
anemia:
P O2
2. Redistribusi dari aliran darah8
Pada anemia sebagian pembuluh darah pada area nonvital mengalami
vasokonstriksi selektif dengan tujuan untuk mengalirkan lebih banyak darah ke area
yang vital/ kritikal. Pada keadaan ini kulit dan ginjal mengorbankan kinerja
aerobnya. Pergeseran darah dari lapisan kutan ini merupakan mekanisme dibalik
pucatnya kulit, suatu tanda utama dari anemia. Meskipun ginjal tidak terpikirkan
7
sebagai suatu area nonvital, ternyata dalam kondisi normal ginjal menerima aliran
darah yang jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk metabolismenya.
Pada anemia kronik, tubuh penderita justru memiliki volume darah total yang
meningkat, meskipun total massa sel darah merah menurun, hal ini dimengerti
sebagai suatu upaya dari tubuh untuk meningkatkan darah dari segi kuantitas (yang
dari segi kualitas telah menurun).
3. Peningkatan curah jantung8
Organ jantung merespon hipoksia pada jaringan dengan cara meningkatkan curah
jantung. Curah jantung yang meningkat disertai dengan penurunan resistensi
Secara umum anemia yang dialami sudah pada tahap yang parah (Hb <7
g/dL)sebelum terjadinya peningkatan curah jantung.
I.
5. Hemoglobinuria
juga
Cooleys
anemia
atau
mediteranian
anemia.
mengikat lebih banyak zat besi, destruksi eritrosit di limpa, dan menekan
Uptake zat besi ke sel-sel usus dan pengikatan oleh apoferitin intrasel masih
dipertahankan normal, sehingga defek agaknya terjadi saat pembebasan Fe
dari makrofag dan sel-sel hepar pada pasien penyakit kronik.4
d. Anemia sideroblastik
Gejala anemia mulai dapat dijumpai pada GGK stadium III dan
merupakan gejala klinis yang umum pada GGK stadium IV. Penyebab
utama dari anemia adalah insufisiensi produksi eritropoietin. Ada beberapa
Anemia makrositer
1. Anemia defisiensi asam folat.
b. Abnormalitas
ileum,
yaitu
tropical
c.
sprue,
gluten-sensitive
d. Penyakit
Imerslund-Grasbeck,
yaitu
defek
selektif
absorpsi
11
klinis mulai semakin jelas terlihat. Tingkat keparahan dari gejala-gejala ini lebih
menunjukkan berapa lamanya anemia diderita daripada derajat anemia itu sendiri.
Kondisi perdarahan akut baru memberikan gejala apabila kehilangan sekitar 20% dari
total volume darah. Sebaliknya, anemia yang berjalan perlahan namun dalam jangka
waktu yang lama cenderung akan mengalami kehilangan total volume darah yang lebih
besar terlebih dahulu sebelum mulai menimbulkan gejala. Tidak jarang ditemukan
pasien yang kadar Hb hanya 4 g/dL dan hematokrit 12% (kehilangan 70% dari total
massa sel darah merah) dibawa berobat ke klinik oleh keluarganya dengan keluhan
karena terlihat sedikit pucat saja.8
penghantaran oksigen ke jaringan: sesak saat beraktivitas, mudah lelah, pingsan, kepala
terasa melayang, tinnitus, dan sakit kepala. Juga, keadaan hiperdinamik pada sistem
kardiovaskular dapat menyebabkan palpitasi dan juga tinnitus. Keadaan ini, seperti
yang dapat diduga, diperparah oleh anemia. Angina pectoris dan claudicatio
intermittens menjelaskan efek dari anemia yang telah mengalami gangguan perfusi.8
Gejala klinis yang dapat dijumpai dari anemia yang berjalan perlahan adalah
pucat, takikardi, dan systolic ejection murmur. Pada anemia yang terjadi dengan cepat
(misal pada keadaan perdarahan akut dan anemia hemolitik berat), gejala yang
dijumpai adalah sinkop saat bangun dari tidur, hipotensi ortostatik, dan takikardi
ortostatik.5 Perlu diingat bahwa anemia yang berkembang dari perdarahan yang terus-
menerus, kadar Ht dan Hb bisa tetap normal (karena pada perdarahan ini sel darah
merah dan plasma hilang dalam kadar yang sama).8
Warna konjungtiva, kuku, bibir, mukosa mulut, dan lipatan telapak tangan
adalah temuan dari pemeriksaan fisik yang secara tradisional dipakai oleh dokter untuk
menegakkan diagnosa anemia. Disini diteliti 50 pasien untuk menentukan apakah ada
korelasi antara temuan ini dan kadar Hb. Ternyata, ada korelasi signifikan secara
statistik antara kadar Hb dengan temuan fisik: pucat pada konjungtiva tarsal bawah
12
mata, pucat/merahnya kuku, dan warna pada lipatan telapak tangan. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa adanya anemia dapat diperkirakan secara klinis
melalui pemeriksaan fisik yang teliti.9
II.1.5.2 Gejala Khas
Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, contohnya:4,5
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan
kuku sendok (koilonychia).
adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk
pengarahan diagnosis lebih lanjut.
Pemeriksaan ini meliputi hitung leukosit, trombosit, retikulosit dan laju endap
darah.
13
4. Pemeriksaan khusus
a. Anemia defisiensi besi: Serum Iron. TIBC (Total Iron Binding Capacity),
Saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, ferritin serum, reseptor transferin,
dan pewarnaan besi pada sumsum tulang.
14
Kerangka Teori
1.
2.
3.
4.
5.
CKD
DM Tipe 2
TBC
CHF
Sirosis Hepatis
Penyakit Kronik
Tidak Anemia
Anemia
Hb 12 g/dL
Hb < 12 g/dL
SI Normal
SI turun
Anemia ec
defisiensi Fe
Anemia
hemolitik
Anemia
aplastik
Anemia
akibat
hemoragi
Anemia
defisiensi
folat/Vit
B12
Anemia
sebab lain
15
Kerangka Konsep
Penyakit Kronik
Anemia
Hb < 12 g/dL
SI turun
SI Normal
Anemia ec
defisiensi Fe
16
BAB III
1. Desain:
METODA PENELITIAN
Populasi terjangkau adalah semua pasien rawat inap dengan penyakit kronik di
RSUD Koja. Subjek penelitian adalah mereka yang termasuk ke dalam populasi
Kriteria inklusi: Semua pasien rawat inap dalam periode waktu 9 November 2009
s/d 27 Desember 2009 dengan penyakit kronik apapun juga.
Kriteria eksklusi:
-
5. Besar sampel
Penelitian ini bersifat survei, sehingga tidak memerlukan perhitungan besar sampel.
6. Cara kerja
-
b. Jenis kelamin
7. Identifikasi variabel
a. Usia
b. Jenis kelamin
17
a. Umur adalah lama hidup seseorang dalam satuan tahun yang sudah genap
dijalani.
b. Jenis kelamin adalah sifat jasmani yang membedakan dua manusia sebagai
wanita atau pria.
c. Penyakit kronik yang diderita adalah penyakit yang menetap atau rekuren,
telah diderita selama 3 bulan atau lebih.
d. IMT
i. Tinggi badan
2. Cara ukur :
-
rambut.
2. Cara ukur:
-
lain
yang
dapat
mempengaruhi
18
bila Hb <12g/dL.7
4. Hasil ukur : Numerik, dalam satuan g/dL. Nilai normal: 609. Analisis data
150 g/dL.
Semua data numerik yang berdistribusi normal disajikan dalam mean (SD), dan
bila tidak berdistribusi normal disajikan dalam median.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian terhadap sejumlah pasien yang dirawat di ruang rawat
inap penyakit dalam RSUD Koja dengan diagnosis penyakit kronik gagal ginjal kronik,
diabetes melitus tipe 2, tuberkulosis (paru dan tulang belakang), gagal jantung kongestif,
sirosis hepatis, asma bronkial, hepatoma, tumor paru,AIDS, appendisitis kronik, infark
miokard, VES bigemini, hipertensi, kolangitis e.c. kolelithiasis kronik, dan anemia
Tabel 1. Karakteristik dari pasien rawat inap dengan penyakit kronik (n= 55)
Karakteristik
N*
%
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
30
25
54,5
45,5
14
25
16
51,4
25,5
45,5
29,1
14
9
6
3
3
25,5
16,4
10,9
5,5
5,5
IMT
Kurang (< 18,5 kg/m2)
Normal (18,5 25 kg/m2)
Lebih (> 25 kg/m2)
Rata-rata ( mean SD )
15
34
6
20,6
27,3
61,8
10,9
3,2
28
27
50,9
49,1
Usia
<40 tahun
40-60 tahun
>60 tahun
Rata-rata ( mean SD )
Hb
Normal
Kurang
Serum Iron
Normal
Kurang
(SD)
15,5
7
25,9
20
74,1
* Data disajikan sebagai n(%) atau mean
20
Gambar 1 menunjukkan hasil kadar Hb pada 55 pasien penyakit kronik rawat inap di
Gambar 1. Proporsi anemia pada pasien rawat inap dengan penyakit kronik di RSUD Koja
Sebagian besar subjek dengan anemia yang disertai SI dibawah normal mempunyai
riwayat perdarahan atau dugaan perdarahan kronik tersamar saluran cerna. Gambar 2
menunjukkan bahwa dari 20 subjek dengan anemia yang disertai SI dibawah normal, hanya 1
subjek yang tidak mempunyai riwayat perdarahan atau dugaan perdarahan kronik tersamar
saluran cerna. Dari 19 subjek dengan anemia yang disertai SI dibawah normal hanya 2 orang
yang mempunyai riwayat hemoptoe, namun keduanya juga mempunyai riwayat minum
jamu/OAINS dan dengan keluhan dispepsia dan salah satu diantaranya memiliki riwayat
hematokesia.
Gambar 2. Riwayat perdarahan pada anemia dengan SI dibawah normal di RSUD Koja
Dari 27 subjek dengan penyakit kronik disertai anemia, hanya 7 subjek yang mempunyai
SI normal. Dari 7 subjek tersebut, 6 subjek (85,7%) didiagnosa gagal ginjal kronik, dan hanya
1 subjek (14,3%) yang didiagnosa tb paru (Gambar 3).
21
Gambar 3. Jenis penyakit kronik pada pasien rawat inap anemia dengan SI normal di RSUD Koja
22
BAB V
PEMBAHASAN
Dari tabel karakteristik 1 didapatkan penderita penyakit kronik yang terbanyak adalah
Dari tabel 1 juga didapatkan bahwa usia rata-rata pasien adalah 51,4 15,6 tahun.
Lima penyakit kronik terbanyak yang ditemukan adalah gagal ginjal kronik sebanyak 14
orang (25,5%), diabetes melitus tipe 2 sebanyak 9 orang (16,4%), tuberkulosis sebanyak 6
orang (10,9%), gagal jantung kongestif sebanyak 3 orang (5,5%), dan sirosis hepatis
sebanyak 3 orang (5,5%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian WHO2tahun 2002 dimana
penyakit terbanyak adalah penyakit kardiovaskular sebanyak 271.040 subjek (28%),
penyakit kanker sebanyak 116.160 subjek (12%), penyakit saluran napas kronik sebanyak
67.760 subjek (7%), diabetes mellitus sebanyak 29.040 subjek (3%), dan sisanya 106.480
subjek (11%) adalah penyakit kronik lain. Perbedaan ini antara lain disebabkan populasi
perawatan jantung, bukan perawatan penyakit dalam, dimana survei ini dilakukan.
Penyebab kedua adalah karena survei yang dilakukan ini hanya terbatas pada waktu 8
minggu, sehingga belum dapat menggambarkan seluruh pasien yang dirawat dalam
setahun.
Pada pemeriksaan kadar hemoglobin (gambar 1) diperoleh hasil pasien dengan kadar
pasien dengan penyakit kronik menderita anemia. Sedangkan hasil kadar serum iron pada
normal (25,9%) dan SI kurang sebanyak 20 subjek (74,1%). Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyebutkan bahwa secara umum sebagian besar anemia ( 50%) di
seluruh dunia disebabkan oleh kekurangan besi5dan juga disebutkan anemia defisiensi besi
paling sering dijumpai pada negara tropik4.
Dari gambar 2 didapatkan bahwa dari 20 subjek dengan SI dibawah normal, 19 subjek
(95%) mempunyai riwayat perdarahan lain dan 1 subjek (5%)tanpa riwayat perdarahan
lain. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan kehilangan besi pada pasien
23
dewasa hampir identik dengan perdarahan menahun atau kronik dengan berbagai penyebab
termasuk riwayat pemakaian OAINS4.
Pada gambar 3 diperoleh hasil bahwa 7 subjek yang menderita anemia dengan kadar
serum iron normal, 6 subjek (85,7%) diantaranya didiagnosa menderita gagal ginjal kronik
dan 1 subjek (14,3%) didiagnosa tb paru. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada
anemia yang disebabkan oleh penyakit renal hasil serum iron-nya adalah normal 5.
24
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa 5 penyakit kronik
terbanyak pada pasien rawat inap di RSUD Koja adalah gagal ginjal kronik, DM tipe 2,
tuberkulosis (paru dan tulang), gagal jantung kongestif, dan sirosis hepatis.
Sebagian besar pasien anemia (20 subjek, 74,1 %) mempunyai nilai serum iron dibawah
normal.
Profil dari anemia pada pasien rawat inap dengan penyakit kronik adalah karena
kekurangan
besi
yang
disertai
riwayat
perdarahan/dugaan
perdarahan
kronik
diantaranya didiagnosa gagal ginjal kronik dan diduga penyebab anemianya adalah
defisiensi erithropoetin. Penyebab anemia lainnya tidak dapat diperiksa lebih lanjut oleh
karena keterbatasan waktu dan finansial.
Saran
mengetahui penyebab anemia, seperti TIBC, serum ferritin, morfologi darah tepi, hitung
retikulosit,dsb sehingga hasil penelitian dapat lebih spesifik dan akan lebih baik hasilnya di
masa mendatang.
25
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=33490.
http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/en/.
Conrad ME. Anemia overview. Medscape Emedicine [article online] 2009 Des
http://emedicine.medscape.com/article/198475-overview.
Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG, Soenarto, Parjono E, Sudoyo AW. Anemia.
622-653.
Hillman RS. Hematopoietic Disorders. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons Principle of Internal Medicine 17th
edition. McGraw-Hill;2008. p. 628-671.
Investigation [serial online] 1998 [cited 2009 Des 28]. Available from: URL:
http://web2.airmail.net/uthman/anemia/anemia.html.
Strobach RS, Anderson SK, Doll DC, Ringenberg QS. The Value of the Physical
26