Spirometri
Benita Rosalie - 102014168
Sixtus Reza Tandisau - 102013183
Hanna Maria G. - 102013340
Kent Wiranata - 102014006
Cindy Regina Mailangkay - 102014040
Nia Uktriae - 102014113
Dwiki Widyanugraha - 102014194
Nur Salsabilla - 102014243
C4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2015
Presensi Kelompok C4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Anggota
Sixtus Reza Tandisau
Hanna Maria G.
Kent Wiranata
Cindy Regina Mailangkay
Nia Uktriae
Benita Rosalie
Dwiki Widyanugraha
Nur Salsabilla
Tujuan
Tujuan praktikum :
NIM
102013183
102013340
102014006
102014040
102014113
102014168
102014194
102014243
Paraf
1. Setelah praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengukuran fungsi paru
dengan spirometer.
2. Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan pemeriksaan spirometri
b. Melakukan pemeriksaan spirometri untuk mengukur fungsi paru
c. Menganalisa hasil pemeriksaan
d. Untuk mengetahui volume dan kapasitas paru (TV, IRV, ERV, IC, VC)
Cara Kerja
I.
untuk
meyakinkan
2
3
4
5
6
II.
Spirometer Digital
1. Pakai penjepit hidung
2. OP berdiri dengan tegak dan rileks
3. Pengukuran TV (Volume Tidal)
OP diminta untuk melakukan isnpirasi dan ekspirasi tenang melalui pipa sampai
diberikan instruksi lain oleh pemeriksa.
4. Pemeriksa menginstruksikan OP untuk melakukan ekspirasi maksimum sesuai
petunjuk pada alat pengukuran. Apabila OP sudah tidak mampu lagi melakukan
ekspirasi maksimum, maka OP diminta untuk menahan nafas.
5. Pemeriksa menginstruksikan OP untuk melakukan inspirasi maksimum melalui
pipa dan menahannya hingga diinstruksikan untuk berhenti melakukan inspirasi.
: dr. Heriyanto
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 26 tahun
Berat Badan
: 58 kg
Tinggi Badan
:176,5 cm
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Hasil Percobaan
Hasil Percobaan
TV
350 ml
TV + ERV
2250 ml
ERV
2400 ml
VC
4700 ml
2450 ml
IC = IRV + TV
2800 ml
Landasan Teori
Spirometer tidak dapat digunakan untuk mengukur langsung kapasitas residu fungsional karena
udara dalam volume residu paru tidak dapat diekspirasi ke dalam spirometer dan volume ini kirakira merupakan separuh dari kapasitas residu fungsional. Kapasitas residu fungsional sama
dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu.
Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O 2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh
dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh kegiatan metabolism sel. Sebagian orang
menganggap bahwa pernapasan sebagai proses menarik dan mengeluarkan nafas. Namun, secara
fisiologis pernapasan memiliki makna yang lebih luas yang terbagi dua, yaitu respirasi internal
dan respirasi eksternal. Respirasi internal atau seluler mengacu kepada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2
selama penyerapan energi dari molekul nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan
rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O 2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan
sel tubuh.
Sistem pernapasan mencakup seluruh pernapasan yang berjalan ke paru, paru itu sendiri, dan
struktur-struktur toraks (dada) yang terlibat menimbulkan gerakan udara masuk-keluar paru
melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan adalah saluran yang mengangkut udara antara
atmosfer dan alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas
antara udara dan darah dapat berlangsung.
Dalam keadaan normal, paru mengandung sekitar 2 sampai 2,5 liter udara selama siklus
respirasi, tetapi dapat diisi sampai 5,5 liter atau dikosongkan sampai tersisa 1 liter. Pada orang
dewasa sehat, rata-rata jumlah udara maksimum yang dapat dikandung oleh kedua paru adalah
sekitar 5,7 liter pada pria dan 4,2 liter pada wanita. Bentuk anatomis, usia, distensibilitas paru,
dan ada atau tidaknya penyakit pernapasan mempengaruhi kapasitas paru total ini.
Perubahan-perubahan volume paru yang terjadi selama bernapas dapat diukur dengan
menggunakan spirometer. Pada dasarnya, spirometer terdiri dari sebuah tong berisi udara yang
mengapung dalam wadah berisi air. Saat seseorang menghirup dan menghembuskan udara ke
dalam tong tersebut melalui selang yang menghubungkan mulut ke wadah udara, tong akan naik
dan turun di wadah air. Peristiwa naik dan turunnya tong tersebut dapat dicatat sebagai
spirogram, yang dikalibrasikan ke perubahan volume. Pena mencatat inspirasi sebagai defleksi
ke atas dan ekspirasi sebagai defleksi ke bawah.
Volume paru dan kapasitas paru (jumlah dari dua atau lebih volume paru) dapat ditentukan
sebagai berikut :
Tidal Volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar dari paru selama satu kali
dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata-ratanya = 1.000 ml.
Volume Residual (VR). Volume udara minimum yang tersisa dalam paru bahkan setelah
ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya = 1.200 ml. Volume residual tidak dapat diukur
secara langsung dengan spirometer karena volume udara ini tidak keluar-masuk paru.
Kapasitas Residual Fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif
(KPT = VT+ IRV + ERV + RV). Nilai rata- ratanya = 5.700-6.000 ml.
Volume Ekspirasi Paksa/Forced Expiratory Volume dalam satu detik (FEV 1). Volume
udara yang dapat dikeluarkan selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya
FEV1 adalah sekitar 80%; yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar
dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama.
Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru.
Volume pernapasan setiap orang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor. Salah satunya adalah frekuensi pernapasan dari masing-masing orang yang berbeda pula.
Frekuensi pernapasan yang berkaitan dengan jumlah proses inspirasi-ekspirasi seseorang dalam
hitungan waktu ini akan sangat berpengaruh dalam jumlah udara yang dapat masuk maupun
keluar paru-paru. Frekuensi pernapasan ini pun tak luput dari berbagai faktor yang dapat
mempengaruhinya, antara lain :
Usia. Bertambahnya usia seseorang mengakibatkan frekuensi pernapasan menjadi semakin
lambat. Pada usia lanjut, energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat
pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit. Untuk mengimbangi
kebutuhan oksigen yang relatif kecil ini, maka frekuensi pernapasan pada orang dengan usia
lanjut jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda dalam masa
pertumbuhan yang memiliki kebutuhan energi yang lebih besar. Frekuensi yang kecil ini
menunjukkan juga bahwa volume udara yang dapat masuk maupun keluar paru akan lebih kecil
bila dibandingkan dengan volume udara pernapasan pada orang dengan usia lebih muda dan
frekuensi pernapasan yang lebih besar.
Suhu tubuh. Manusia memiliki suhu tubuh yang konstan berkisar antara 36-37 oC, karena
manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan meningkatkan laju metabolisme.
Jika suhu tubuh menurun, tubuh akan meningkatkan laju metabolismenya, sehingga kebutuhan
akan oksigen meningkat. Sama halnya dengan faktor usia, kebutuhan akan oksigen yang
meningkat akibat peningkatan laju metabolisme tubuh juga meningkatkan frekuensi napas yang
dengan otomatis juga berpengaruh pada volume udara pernapasan seseorang.
Posisi tubuh. Posisi tubuh akan mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja. Misalnya pada saat
berdiri, otot akan berkontraksi, sehingga oksigen yang dibutuhkan lebih banyak dan laju
pernapasan pun akan meningkat dibandingkan pada saat orang duduk.
Jenis kelamin. Pada umumnya laki-laki banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, laki-laki
memerlukan oksigen yang lebih banyak dari wanita.
Selain pengaruh frekuensi pernapasan masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pernapasan dan tentunya akan berpengaruh terdapat oksigenasi yang sangat dibutuhkan untuk
hidup. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Tahap perkembangan. Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa toraks
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk toraks dan pola
napas.
Lingkungan. Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2 (tekanan parsial O2 darah arteri), sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai
respons terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir
ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan
curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan
yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan
tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
Gaya hidup. Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
Status kesehatan. Pada orang dengan sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan yang sehat
dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit
pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen
adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
Narkotika. Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan di medula.
Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan. Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
Kesimpulan
Setiap orang memiliki volume dan kapasitas yang berbeda-beda, baik dalam keadaan tenang
maupun dalam keadaan inspirasi dan ekspirasi maksimum. Volume dan kapasitas yang berbedabeda ini disebabkan oleh faktor tinggi badan, usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh,
lingkungan tempat tinggal, latihan fisik (gaya hidup) serta faktor kesehatan.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th edition. Belmont:
Brooks/Cole; 2010. p.461-81
2. Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. Biologi. Edisi ke-5. Jilid 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2004. h.64
3. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2004. h.193-4
4. Djojodibroto RD. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009. h.219-21