Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Dasar-Dasar Jurnalistik
Tujuan Pembelajaran
Materi
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan.
Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si
pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasardasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di
dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada
masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan
fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.
A. Pengertian Jurnalistik
Apa yang kita ketahui bila mendengar istilah jurnalistik? Kata-kata yang asingkah? Padahal
dalam kehidupan sehari-hari setiap saat kita senantiasa bersentuhan dengan dunia ini.
Berbagai pesan, kabar, berita, atau apapun bentuknya, yang intinya adalah catatan-catatan
untuk dikomunikasikan. Istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Prancis, journal, yang
berarti catatan harian. Dalam buku yang ditulisnya, Bambang Trimansyah mengatakan
bahwa secara ringkas jurnalistik bisa diartikan sebagai kegiatan pencatatan atau
pelaporan dan penyebaran berita tentang kejadian sehari-hari. Tentu saja di sini ada
pelapor agar berita itu sampai kepada orang lain. Tugas ini dilakukan oleh orang yang
kita sebut sebagai wartawan. Ada juga yang menyebutnya jurnalis (berasal dari bahasa
Inggris, journalist). Mereka inilah yang menggali informasi/berbagai kejadian dan
melaporkannya kepada kita.
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat
sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada
khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan
sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam
pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian
tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun
meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang
digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism).
Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Lalu apakah semua kabar/berita yang disampaikan itu sudah bisa disebut sebagai kegiatan
jurnalistik? Misalnya saja kita melihat ada tetangga kemalingan, dan kita melihat serta
melaporkannya kepada pihak berwajib. Sudahkah kita disebut jurnalis? Jawabnya belum
bisa disebut jurnalis. Alasannya kita belum mempunyai media penyampai. Jadi, faktor
media amat penting dalam kegiatan jurnalistik. Laporan yang disampaikan harus
dituangkan ke bentuk media: tertulis (surat kabar dan majalah), lisan (radio), audiovisual
(televisi). Ada pula yang membagi media ini dalam kelompok media massa (surat kabar
dan majalah) serta media elektronik (radio, televisi, internet).
Jurnalistik adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menampung dan
mengembangkan bakat siswa-siswi di bidang Jurnalistik. Di sini para jurnalis belajar
untuk menjadi jurnalis yang handal dan mengetahui fungsi utama tugasnya sebagai

Pena Spentigda-Ekskul Jurnalistik SMPN 3 Sidoarjo 2013-2014

jurnalis yaitu (1) menyajikan informasi, (2) memberikan pendidikan, (3) memberikan
hiburan. Setiap anggota jurnalistik diharapkan menjadi pribadi-pribadi yang cerdas,
kreatif, penuh ide, cepat tanggap terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya dan
berkomitmen untuk menyelesaikan penerbitan sebuah edisi tepat waktu sesuai dengan
deadline. Selain itu syarat utama menjadi anggota Jurnalistik adalah mempunyai minat
yang kuat dalam dirinya agar bisa menjadi energi dan semangat dalam menjalankan
pekerjaan. Disamping minat yang kuat, para Jurnalis harus berjuang dan pantang
menyerah dalam mencari berita, tidak duduk diam menunggu berita.
Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting
untuk kita perhatikan, yakni:
1. Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang
diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis
adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta
enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan
haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.
2. Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan
mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
3. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur
informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
4. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap
aspek-aspek yang unik.
5. Peran Pers
Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwaperistiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu,
pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat
kebijaksanaan serta advokasi.
B. Berita
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata
"berita" atau "news". Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari Kris
Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual);
laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar
biasa. "News" sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata "new" yang
artinya adalah "baru". Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu
mengedepankan aktualitas. Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan
"north", "east", "west", dan "south". Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi
harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.
Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris Budiman membedakannya menjadi "straight news"
yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering
disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang hal-hal semisal
olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb., dikategorikan sebagai berita ringan

Pena Spentigda-Ekskul Jurnalistik SMPN 3 Sidoarjo 2013-2014

atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan "feature"
atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani
(human interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas.
Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan
seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.
1. Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu
mencakup beberapa hal, seperti berikut.
a. Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
b. Aktual: terbaru, belum "basi".
c. Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
d. Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang
penting/terkenal.
e. Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun
berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature",
malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal
tersebut di antaranya adalah:
a. sesuatu yang unik,
b. sesuatu yang luar biasa,
c. sesuatu yang langka,
d. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,
e. menyangkut keinginan publik,
f. yang tersembunyi,
g. sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
h. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
i. pemikiran dari tokoh penting,
j. komentar/ucapan dari tokoh penting,
k. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
l. hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita.
Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat
dalam isi tersebut.
2. Anatomi dan Unsur-Unsur Berita
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Judul atau kepala berita (headline).
b. Baris tanggal (dateline).
c. Teras berita (lead atau intro).
d. Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling
sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita
saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal

Pena Spentigda-Ekskul Jurnalistik SMPN 3 Sidoarjo 2013-2014

yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam
mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong
bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita
(Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap
bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek
nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsurunsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah
seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Who - siapa yang terlibat di dalamnya?


What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
When - kapan terjadinya?
How - bagaimana terjadinya?

Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah
berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau
kolom (column), pojok dan surat pembaca.
3. Sumber Berita
Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber
berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi,
sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005:
67) berikut ini.
a. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
b. Proses wawancara.
c. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
d. Partisipasi dalam peristiwa.
Kiranya tulisan singkat tentang dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita
saat mengerjakan proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.
C. Kode Etik Jurnalis
Sebelum terjun lebih jauh ke dalam dunia jurnalistik, perlu diketahui bahwasannya ada
beberapa aturan baku yang harus diperhatikan dan ditaati oleh seorang jurnalis yang
tersusun dalam kode etik, yakni:
a. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
b. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan
dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
c. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk
menyuarakan pendapatnya.
d. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.
e. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
f. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.

Pena Spentigda-Ekskul Jurnalistik SMPN 3 Sidoarjo 2013-2014

g. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the
record, dan embargo.
h. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
i. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan
seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
j. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam
masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar
belakang sosial lainnya.
k. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.
l. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan
fisik dan seksual.
m. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari
keuntungan pribadi.
n. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan
adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara
langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja
jurnalistik.)
o. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.
p. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
q. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat
pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.
r. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode
Etik.
Penugasan
Penutup
Daftar Pustaka
Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan
Jurnalistik -- Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks
http://pelitaku.sabda.org/dasar_dasar_jurnalistik diakses pada 17 Agustus 2013 pukul 18.06.
http://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik_AJI

Pena Spentigda-Ekskul Jurnalistik SMPN 3 Sidoarjo 2013-2014

Anda mungkin juga menyukai