Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BRONKOPNEUMONIA
Oleh :
dr. Chintia Ramadhani Endismoyo
Pembimbing :
dr. Cherie Nurul Faried Lubis, M.Ked, Ped Sp.A
Topik :
Appendisitis Akut
Tanggal (kasus) :
30 Desember 2016
Tanggal Presentasi :
09 Februari 2017
Tempat Presentasi :
Presenter :
dr.Chintia R. Endismoyo
Pendamping :
RSUD. Banten
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Tinjauan
Pustaka
Cara
Membahas :
Diskusi
Data Pasien :
Riset
Dewasa
Kasus
Nama Klinik :
Telp :
Lansia
Bumil
Audit
Pos
No. Registrasi :
Terdaftar sejak :
Daftar Pustaka :
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640645. Jakarta: EGC.
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis
Apendisitis Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito
Tahun 2004-2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id
4. Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand.
2002.
Hasil Pembelajaran :
1. Appendisitis Akut
2. Penegakan diagnosa appendicitis
3. Tatalaksana appendicitis
Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.
Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah.
Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari ini.
Demam ada sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus
menerus, dan tidak berkeringat.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
Nadi
Suhu
Status Internus
: CMC
: 88x/menit
: 37,90 C
Kulit
Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi
Perkusi
Perkusi
: Timpani
Laboratorium:
Tanggal 13 Juni 2016
Hb
: 15,1 gr/dl
Leukosit
: 17.400/mm3
Trombosit
: 264.000/mm3
Hematokrit : 51, 6%
GDS
: 112 mg/dl
Gol. Darah
:A
Urinalisa :
-
Warna
Glukosa
: normal
Protein
: (+)
Reduksi
: (-)
Bilirubbin : (-)
Urobilin
: (-)
Patogenesis
Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi
baru mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat
distensi dari appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha
menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium
kataral atau akut fokal. Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya
proses supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut appendisitis supurativa.
Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan
disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan
akan menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal,
namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam
proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar
pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium
supuratif gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik
yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang
oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang
disebut appendisitis infiltrat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi
nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di
daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh
karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral
itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik,
nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan
menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri
somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat
nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun
berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi
N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali
atau dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa
nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak
apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang
tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga
telah terjadi perforasi.
Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc
Burney. Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound
tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat
mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan
setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney.
Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan
adanya rasa nyeri.Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan
yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Rigiditas psoas dapat
ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama bila appendiks melekat pada otot
psoas.
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut.
Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.
Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan
Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix
dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan
radang akut.
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian
Alvarado score:
Migration of pain
:1
Anorexia
:1
Nausea/vomiting
:-
RLQ tenderness
:2
Rebound
:1
Elevated temperatur : 1
Leukocytosis
:2
Left shift
:-
Total points
:8
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini kemungkinan
besar menderita Appendisitis akut.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat
adalah appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah
sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada
appendisitis yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka
dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
-
Puasakan
Antibiotika preoperative
Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat
9,9 per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktorfaktor yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan
intravena, dan produk darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah
terjadi pengobatan sebelum bedah dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk
anestesi umum adalah 0,06%. Angka kematian keseluruhan dalam apendisitis akut
pecah adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis
perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan lima kali lipat dari tingkat
keseluruhan.
4. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis Akut
TERAPI
-
In Ranitidin 1 amp IV
RENCANA
Konsul Dokter Spesialis Bedah